Huft, cerita episode minggu ini sedikit membingungkan untuk ku hingga aku perlu mencernanya selama berhari-hari. Ini SWnim Song emang jagonya bikin orang mikir, kali ini bukan karena ceritanya, tapi karena karakternya, jujur saja aku jadi menebak-nebak apa pikiran tiap karakter di drama ini, apalagi karakter Sohyun Seja, sumpah deh akh, ni orang Ajaib amat, kadang kata-kata yang dia keluarkan itu tidak terprediksi, dan saat dia tertawa ataupun terdiam, aku tidak bisa membaca apa yang sebenarnya ada dipikirannya. Dan Lee Jin Wook memerankan karakter Sohyun Seja ini dengan baik, sangat berbeda dari karakter Sun Woo di Nine yang sangat terbuka pada penonton, sehingga semua emosi Sun Woo tersampaikan dengan baik. Sebaliknya dari Sun Woo, Sohyun Seja ini, makin ke sini malah makin misterius.
Perintah Raja untuk menangkap dan membunuh Yong Gol Dae adalah mutlak, tak bisa di tarik lagi. Semua petugas militer di kerahkan untuk menangkapnya, sayangnya Dal Hyang yang memiliki kesempatan untuk menangkapnya kehilagan dia karena gagal bertarung melawannya. Yong Gol Dae pergi menuju gunung setelah lolos dari hutan bamboo. Dal Hyang kembali mengejarnya.
Yong Gol Dae berhasil menemukan
jalan untuk kabur setelah membunuh dua orang pelayan dan seorang Nona yang
menggunakan kuda. Dal Hyang melihat dari kejauhan dan bertanya pada prajurit
yang bersamanya, apakah mereka diperbolehkan membunuh Yong Gol Dae? Ya,
mereka di perbolehkan. Dal Hyang pun langsung mengambil inisiatif untuk
menembak Yong Gol Dae, namun sayang tembakannya meleset, tapi ibu bukan salah
Dal Hyang, seseorang menggagalkan tembakannya.
Dal Hyang bingung, apa yang terjadi seseorang membuat tembakannya meleset dan menyerang prajurit yang bersamanya, dia juga di serang hingga pingsan dengan kepala berdarah. Orang itu adalah Min Seo, dia meminta maaf pada Dal Hyang dan sempat mengelap darahnya, Min Seo menyesalkan mengapa Dal Hyang yang ada disana. Min Seo memanggil Seung Po dengan isyaratnya dan Seung Po datang untuk mengejar Yong Gol Dae setelah Min Seo memastikan Dal Hyang tak sadarkan diri.
Dal Hyang bingung, apa yang terjadi seseorang membuat tembakannya meleset dan menyerang prajurit yang bersamanya, dia juga di serang hingga pingsan dengan kepala berdarah. Orang itu adalah Min Seo, dia meminta maaf pada Dal Hyang dan sempat mengelap darahnya, Min Seo menyesalkan mengapa Dal Hyang yang ada disana. Min Seo memanggil Seung Po dengan isyaratnya dan Seung Po datang untuk mengejar Yong Gol Dae setelah Min Seo memastikan Dal Hyang tak sadarkan diri.
Suara tembakan itu tentu saja
menggemparkan semua orang, pihak utusan Cina khawatir jenderal mereka terluka.
Raja cemas apakah akhirnya Yong Gol Dae tertangkap? Seja? Dia yang paling cemas
diantara semuanya, karena kematian Yong Gol Dae akan jadi akhir bagi Joseon di
matanya, itulah mengapa dia memerintahkan Seung Po dan Min Seo untuk menangkap
Yong Gol Dae dan melindunginya.
Kerajaan menjadi ricuh karena
Yong Gol Dae belum juga tertangkap. Choi Myung Gil berharap Raja menarik
perintahnya untuk membunuh Yong Gol Dae dan melepaskan para utusan, dia masih
ingin berusaha mencegah meletusnya perang. Pejabat lain tidak ada yang
mendukungnya, mereka berpikir Perang sudah di mulai. Tidak, perang belum di
mulai karena Yong Gol Dae masih hidup, sekarang ini mereka harus memastikan
Yong Gol Dae hidup agar bisa bicara, tapi Raja masih tetap pada keputusannya
untuk menangkap dan membunuh Yong Gol Dae.
Dalam suasana rusuh itu, Kasim
mendatangi Seja yang tidak berkutik di ruang rapat itu. Seja mendapatkan surat
dari Seung Po yang mengabarkan bahwa mereka berhasil menangkap Yong Gol Dae
dalam keadaan hidup. Seja kini bisa bernafas lega, dia mulai memikirkan
bagaimana agar bisa bicara dengan sang jenderal.
Dal Hyang terbangun di kamarnya,
Pan Se sedang merawatnya dengan panik karena sempat berpikir Dal Hyang telah
tewas saat petugas militer menyuruhnya membawa Dal Hyang pulang. Bersyukurlah
Dal Hyang masih hidup. Dal Hyang bertanya apakah Yong Gol Dae sudah tertangkap?
Belum, Pan Se mulai cemas apakah perang akan kembali meletus? Dia benar-benar
khawatir tentang hal itu. Dal Hyang berpikir tentang keanehan saat dia mencoba menangkap Yong Gol Dae, Dal Hyang sadar ada orang yang membantunya kabur, tapi... siapa?
Pan Se bertanya tentang jarum
yang dia temukan di baju Dal Hyang, dengan sigap Dal Hyang menjauhkan Pan Se
dari jarum itu, apakah Pan Se ingin mati? Pan Se ketakutan dan bingung mengapa
dia bisa mati karena jarum itu. Dal Hyang berkata dia harus bersiap-siap karena
harus pergi ke suatu tempat untuk membuat laporan.
Seja-bin masih galau karena
kehilangan surat nya untuk Dal Hyang, Sanggung datang memberitahu jika Seja
keluar dari kamarnya, apakah dia akan datang ke kamar Seja-bin? Tidak. Seja sedang menuju kantor militer, Seja-bin
pun bergegas keluar kamar untuk menemui suaminya.
Seja-bin menemui suaminya di
depan kantor militer, dia menyapa suaminya, namun dia tidak memperhatikan jalan
sehingga dia tersandung roknya sendiri, untung saja Seja cepat tanggap dan
menangkapnya sebelum dia terjatuh. Para Dayang langsung merasa tidak enak
melihat adegan itu.
Seja kemudian bertanya apakah Seja-bin tidak apa-apa? Lalu dia berkata pada istrinya, “Jika kau terus melakukan ini mereka akan berpikir kalau jimat itu benar-benar efektif. Apa kau masih akan terus-menerus menjadi anak yang baik untuk ibumu?” Seja-bin baru paham maksud suaminya, dia langsung panik dan berkata dia hanya tersandung, hahaha
Seja kemudian bertanya apakah Seja-bin tidak apa-apa? Lalu dia berkata pada istrinya, “Jika kau terus melakukan ini mereka akan berpikir kalau jimat itu benar-benar efektif. Apa kau masih akan terus-menerus menjadi anak yang baik untuk ibumu?” Seja-bin baru paham maksud suaminya, dia langsung panik dan berkata dia hanya tersandung, hahaha
Apakah Seja-bin datang karena
rumor tentang Yong Gol Dae? Seja menangkan tidak ada yang terjadi, Seja-bin
tidak usah cemas. Tapi Seja-bin datang bukan untuk itu, dia datang karena ingin
mengatakan sesuatu tentang dirinya. Seharian ini Seja-bin menunggu Seja, dia
ingin mengatakan bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan. Apa itu? Seja-bin
memberi isyarat agar para Dayang dan pengawal menjauh.
Seja-bin berusaha mengatakan apa
yang ingin dia beritahu pada Seja, pastinya tentang suratnya yang hilang, tapi
Seja-bin begitu ragu dan takut. Dia tidak bisa mengatakannya dan berkata nanti
saja. Seja jadi penasaran, memangnya kesalahan apa yang telah dilakukan
istrinya itu? Seja-bin tidak bisa bilang, dia memilih untuk pergi saja.
Seja paham dan berkata dia akan datang berkunjung ke kamar Seja-bin nanti, tapi dengan panik Seja-bin langsung menolak dan berkata anggap saja Seja tidak mendengar apa-apa malam ini.
Seja paham dan berkata dia akan datang berkunjung ke kamar Seja-bin nanti, tapi dengan panik Seja-bin langsung menolak dan berkata anggap saja Seja tidak mendengar apa-apa malam ini.
Seja menatap kepergian istrinya
dengan bingung, dia tahu ada yang salah dengan Seja-bin, tapi dia tidak bisa
mencari tahunya sekarang karena ada sesuatu yang lebih penting yang harus dia
urus.
Saat kembali ke keistananya, Seja-bin melihat Dal Hyang (OK kita
klarifikasi dulu, jadi Seja dan Seja-bin tinggal di komplek istana yang sama,
namun kamar mereka berbeda yah?). Dal Hyang datang untuk menemui Seja, namun
Seja tidak ada.
Dal Hyang menyapa Seja-bin dan
dengan wajah dingin Seja-bin bertanya untuk apa Dal Hyang datang ke istana? Dal
Hyang ingin melaporkan sesuatu pada Seja. Mendengar hal itu Seja-bin kaget
karena Dal Hyang masih berhubungan dengan Seja secara personal. Dal Hyang minta
maaf karena dia tidak bisa mengatakan apapun tentang hal itu. Seja-bin tidak
ingin memperpanjang masalah, dia berusaha memahami bahwa urusan Seja dan Dal
Hyang bukan lagi tentang masalahnya.
Saat Seja-bin akan kembali ke
kamarnya, Dal Hyang bertanya pada Seja-bin, “Apakah Anda kehilangan surat itu?”
Seja-bin kaget mendengarnya, bagaimana Dal Hyang bisa tahu??
Sampai di kamarnya, Seja-bin
langsung merasa pusing, dia bingung bagaimana menyelesaikan masalah surat yang
hilang itu, dan dia merasa harus tahu mengapa Dal Hyang tahu jika dia
kehilangan surat itu. Seja-bin pun memanggil Sanggung untuk menyingkirkan para
dayang, dia harus berbicara dengan Dal Hyang.
Seja-bin memanggil Dal Hyang ke
kamarnya, dia sudah mempersiapkan Tirai untuk berbicara dengan Dal Hyang,
pertanyaan terpentingnya bagaimana bisa Dal Hyang tahu Seja-bin kehilangan
suratnya? Apakah mungkin Dal Hyang… tentu saja tidak mungkin.
Dal Hyang melihat ada orang lain yang memiliki surat itu dan surat itu nantinya akan digunakan untuk mencelakai Seja-bin. Dal Hyang tidak bisa mengatakan siapa orang itu, tapi sebaiknya Seja-bin berhati-hati dan menyelidiki para dayang di istananya, salah satu diantara mereka pasti mata-mata. Mendengar apa yang dikatakan Dal Hyang, Seja-bin langsung gemetar, ada mata-mata di istananya?
Dal Hyang melihat ada orang lain yang memiliki surat itu dan surat itu nantinya akan digunakan untuk mencelakai Seja-bin. Dal Hyang tidak bisa mengatakan siapa orang itu, tapi sebaiknya Seja-bin berhati-hati dan menyelidiki para dayang di istananya, salah satu diantara mereka pasti mata-mata. Mendengar apa yang dikatakan Dal Hyang, Seja-bin langsung gemetar, ada mata-mata di istananya?
Dal Hyang bertanya mengapa
Seja-bin tidak membakar surat itu, bukan kah dia pernah bilang sudah
membakarnya? Dal Hyang sebaiknya tidak berpikir macam-macam, dia masih
menyimpannya hanya karena merindukan masa mudanya.
Apakah Seja tahu tentang
hilangnya surat itu? Dal Hyang datang untuk melapor pada Seja, karena memang
dia harus melaporkannya. Dal Hyang tidak bisa memberi tahu alasannya. Saat ini
yang harus Seja-bin lakukan adalah menemukan mata-mata di Istananya.
Di balik tirai Seja-bin mulai menangis, Dal Hyang meminta jawaban apakah Seja-bin akan menemukan mata-mata itu atau tidak. Seja-bin diam saja. Hingga Dal Hyang melihat Seja-bin menangis dari balik tirai.
Di balik tirai Seja-bin mulai menangis, Dal Hyang meminta jawaban apakah Seja-bin akan menemukan mata-mata itu atau tidak. Seja-bin diam saja. Hingga Dal Hyang melihat Seja-bin menangis dari balik tirai.
Dal Hyang akhirnya membuka tirai
itu dan menemukan air mata Seja-bin. Tindakannya sangat mengagetkan, Seja-bin
bahkan merasa kesal, Berani sekali Dal Hyang. Tapi Dal Hyang tidak peduli, dia
bertanya mengapa Seja-bin menangis?
“Aku benci berada disini. Disini selalu seperti ini. Kau tidak bisa
mempercayai siapapun. Ini Rahasia, Itu Rahasia.
Ada dinding dimana-mana.”
Dal Hyang merasa iba melihat
tangisan gadis yang jadi cinta pertamanya itu. Dal Hyang kemudian bertanya, “Apakah
Anda tidak dicintai?”
“Cinta? Apa itu? Kau bicara omong kosong sekarang”
Cinta bukan masalah besar
saat ini, tapi hilangnya surat itu bisa membuatnya di Turunkan dari posisinya
sebagai Seja-bin. Jika sampai itu terjadi, keluarganya juga akan dalam bahaya
dan Dal Hyang… *pasti kena imbasnya juga*
Seja-bin merasa dirinya begitu
bodoh karena tidak membakar surat itu dengan segera. Dal Hyang mencoba
menenangkan Seja-bin dengan memintanya segera menemukan mata-mata itu, untuk
hal lainnya dia yang akan mengurus. Seja-bin
hanya harus percaya padanya.
Dari luar, terdengar sanggung
memanggil Seja, “Jooha”
Dal Hyang dan Seja-bin sama-sama
kaget, Seja datang ke kamar Seja-bin, di waktu yang tidak diharapkan.
Seja bertanya pada Sanggung
apakah istrinya ada di dalam? Sanggung gugup dan menjawab iya dan tidak, Seja
jadi curiga, jadi sebenarnya ada atau tidak? Sanggung tidak bisa mengelak dan
mengatakan Seja-bin ada di dalam, dia pun membuka kan pintu untuk Seja setelah
mengumumkan kedatangannya.
Seja masuk ke dalam kamar istrinya dan melihat sikap Seja-bin yang tampak gugup. Dia kaget karena kedatangan tiba-tiba suaminya.
Seja-bin: Jooha.. kenapa
tiba-tiba..
Seja: Sekarang aku penasaran.
Kesalahan apa yang kau lakukan? Aku ingin mendengarnya.
Seja-bin: *bingung dan gugup*Itu…
Seja melihat sisa air mata di
wajah istrinya, dia mengusapnya perlahan, “Apakah kau menangis?” Seja-bin cukup
kaget dan dia mengelak. Namun Seja tidak percaya begitu saja, dia menyadari ada
yang disembunyikan oleh istrinya.
Seja bertanya-tanya sambil
berkeliling di kamar Seja-bin, “Kesalahan apa yang begitu buruk... yang
membuatmu sampai menangis?” Seja melihat bandul tirai yang tampak seperti baru
diturunkan dan dia melihat hiasan pembatas ruangan di kamar istrinya.
“Apa sesuatu seperti ini?”
“Sesuatu seperti... membawa
seorang pria ke kamarmu tanpa
sepengetahuan suamimu?” Saat mengatakan itu Seja langsung membuka pembatas
ruangan itu. Dan Dal Hyang ada disana, langsung membeku karena ketahuan Seja.
Seja tertawa sinis, “Itu sebabnya
aku tidak mengijinkanmu berada dalam
timku. Aku benar tentang apa yang aku katakan padamu” Dal Hyang mencoba membela
diri bahwa semuanya tidak seperti yang dituduhkan.
Seja tidak mau mendengarkan dan mulai mengambil kesimpulan, sementara Seja-bin meringis ketakutan.
Seja tidak mau mendengarkan dan mulai mengambil kesimpulan, sementara Seja-bin meringis ketakutan.
“Biarkan aku memikirkannya kali
ini sebelum aku membuat keputusan. Soal surat itu... aku memaafkanmu dengan
kemurahan hati. Tapi bukannya berterima kasih... kau malah mengeluh. Mengatakan
kalau aku memiliki masalah... karena aku
tidak cemburu. Kalau begitu... ...aku akan tunjukkan apa yang harusnya dilakukan seorang suami kali ini”
Seja-bin makin ketakutan, dia
berusaha menjelaskan bahwa suratnya dicuri seseorang. Itu adalah salahnya
karena tidak segera membuangnya, tadinya dia ingin memberitahu Seja, karena
itulah tadi Seja-bin menemui Seja, tapi
dia terlalu takut untuk mengatakannya. Kemudian Seja-bin bertemu Dal Hyang yang
datang untuk melapor dan tahu tentang hilangnya surat itu.
Siapa yang telah mencuri surat
itu? Seja merasa itu tidak masuk akal. Seja-bin bingung dia juga tidak tahu
siapa yang sudah mencurinya. Akhirnya Dal Hyang angkat bicara tentang siapa
yang telah mencuri surat itu, “Dia
adalah wanita... yang anda cari-cari” Seja langsung menatap Dal Hyang mendengar
hal itu. Mimik mukanya pun langsung berubah saat mengetahui jika Mi Ryung lah
yang mengambil Surat milik Seja-bin.
Dal Hyang menjelaskan jika dia
berpikir harus mengkonfirmasi pada Seja-bin tentang hilangnya surat itu dan karena Dal Hyang tidak ingin memberikan masalah pada Seja-bin, dia bersembunyi
disana. Hanya itu yang terjadi. Seja bahkan tampak tak peduli lagi tentang
alasan mengapa Dal Hyang ada di kamar istrinya, karena perintah selanjutnya
dari Seja adalah mengajak Dal Hyang keluar.
Seja-bin bingung tentang wanita
yang dibicarakan Dal Hyang, dia berusaha bertanya pada suaminy siapa wanita
itu, tapi Seja sudah keluar dari kamarnya.
Dal Hyang mencoba menenangkan Seja-bin, jika Seja tidak akan memperkarakan masalah ini, karena semua ini berawal dari kesalahan Seja. Mendengar apa yang dikatakan Dal Hyang, Seja-bin semakin bingung.
Dal Hyang mencoba menenangkan Seja-bin, jika Seja tidak akan memperkarakan masalah ini, karena semua ini berawal dari kesalahan Seja. Mendengar apa yang dikatakan Dal Hyang, Seja-bin semakin bingung.
Dal Hyang mengikuti Seja ke
kamarnya, mereka harus membicarakan tentang Mi Ryung. Seja memerintahkan Dal
Hyang untuk melaporkan semuanya dari awal.
“Yong Gol Dae menangkapnya
sebagai sandera. Dia masuk ke Mohwaguan disamarkan... sebagai isteri dari wakil
jenderal, tapi... dia melarikan diri tepat setelahnya”
“Apakah kau melihat wajahnya”
“Ya, dia wanita yang sama.
Seperti yang anda katakan, dia memperkenalkan diri sebagai Hyang Sun”
“Dan?”
“Dia sudah tahu kalau anda akan
mengirimkan seseorang. Dan juga tentang saya
dan Putri Mahkota. Dia sudah tahu semuanya. Saya mencoba untuk menangkapnya, tapi... dia menggunakan jarum
beracun. Dia juga membunuh seorang pelayan dengan menggunakan ini. Dia wanita
yang menakutkan”
Dal Hyang mengatakan itu sambil
menyerahkan jarum beracunnya pada Seja.
Seja bertanya apakah ada hal lain
yang dikatakan Mi Ryung? Dal Hyang menyampaikan apa yang Mi Ryung katakan
tentang racun yang di sebarkan di tubuh Dal Hyang. Di kesempatan selanjutnya,
giliran Seja yang akan kena racun itu. Seja tersenyum sinis mendengarnya. Tidak tahu apa yang dia
pikirkan tentang Mi Ryung.
Apakah ada hal lain? Dal Hyang
mengingat tentang Mi Ryung yang memberinya peringatan agar Dal Hyang tidak
mengabdikan dirinya pada Seja. Namun Dal Hyang tidak mengatakan hal itu pada
Seja, membuat Seja curiga karena Dal Hyang diam saja. Dal Hyang pun akhirnya
mengatakan jika Mi Ryung menyalin surat Yoon Seo, jadi sepertinya dia sedang
merencanakan sesuatu pada Seja-bin.
Dal Hyang jadi penasaran siapa
sebenarnya Mi Ryung, mengapa dia berusaha mencelakakan mereka dan mengapa 5
tahun lalu Seja ingin membunuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi 5 tahun lalu?
Dal Hyang tidak bisa melanjutkan misinya jika dia tidak tahu apa-apa, lagi pula ini menyangkut keselamatan putri
mahkota.
Seja tidak senang karena Dal
Hyang mencemaskan istrinya. Itu adalah tugasnya mengkhawatirkan Seja-bin.
Tapi.. surat itu milik Dal Hyang. Sigh, Seja semakin tidak senang mendengarnya.
“Kau bilang surat itu adalah
milikmu. Apa maksudmu bahwa hati Putri
Mahkota masih milikmu? Kenapa itu terdengar seperti kau mengklaim dia adalah
milikmu? Aku mengagumi perasaanmu yang innocent ...tapi itu sudah cukup. Aku
tidak akan mentoleransinya lagi”
“Kau harus selalu mendengarkan
kata-kataku baik-baik. Baik itu gurauan... ataupun bukan”
Dal Hyang terdiam mendengar
kata-kata tidak menyenangkan dari Seja, dia mungkin tidak bermaksud mengklaim
Seja-bin, namun cara dia mengakui surat itu adalah miliknya memang tidak bisa dibenarkan. Kasim memberitahu Seja jika para
pejabat sudah datang. Seja pun berniat keluar, masih ada urusan yang lebih
penting di banding Mi Ryung yang harus dia selesaikan.
Seja memberitahu kasim tentang
apa yang dilakukan Mi Ryung, karena itulah Seja menyuruh kasim untuk memeriksa
semua Dayang yang ada di istana Seja-bin juga orang-orang di keluarganya. Ini
sangat berbahaya, jadi Kasim harus berhati-hati.
Seja-bin menggalau di kamarnya,
dia mencemaskan tentang nasibnya dan kemarahan Seja padanya. Saat Sanggung
mengumumkan bahwa Seja datang, Seja-bin lebih cemas lagi. Namun dia harus
menghadapi suaminya itu.
“Ini semua kesalahan hamba, Hamba
hanya menyimpannya...sebagai kenangan masa muda. Tapi Hamba begitu bodoh. Ini
semua salah Hamba jadi...”
“Tidak. Itu kesalahanku. Itu
semua kesalahanku Kau tidak perlu minta maaf” Seja langsung memotong pengakuan
istrinya itu.
Seja-bin bingung bagaimana bisa
itu semua adalah kesalahan Seja. Namun Seja hanya tersenyum dan berkata,“Jika
sesuatu terjadi karena hal ini... aku akan melindungimu. Aku akan selalu
berpihak padamu, jadi jangan khawatir. Percayalah padaku”
Seja-bin sebenarnya masih bingung
dengan sikap suaminya yang malah mengakui itu sebagai kesalahannya, namun dia
merasa lega karena Seja tidak marah padanya. Seja tersenyum pada Seja-bin saat
dia mengatakan untuk mempercayainya dan kemudian Seja berniat pergi, namun dia
kembali berbalik.
“Apa Park Dal Hyang mengatakan
hal yang sama? *Jangan khawatir, percayalah padaku*?” Seja memastikan tentang
apa yang Dal Hyang katakan pada istrinya. Seja-bin terdiam sambil mingkem,
melihat reaksi istrinya Seja tahu Dal Hyang mengatakannya.
Seja tertawa kecil dan berkata,
“Kurasa dia mengatakan itu. Beraninya dia” dengan nada tidak senang.
Setelah Seja pergi dari kamarnya,
kini Seja-bin benar-benar bisa bernafas lega. Setidaknya masalah hilangnya
surat itu tidak akan memperburuk hubungannya dengan sang suami.
Dal Hyang keluar dari kamar Seja,
namun dia menatap kediaman Seja dan Seja-bin, dia teringat kata-kata Seja-bin
tentang dia yang membenci berada di istana, tapi Seja memberi Dal Hyang
peringatan untuk tidak mengklaim surat itu sebagai miliknya, apakah Dal Hyang
berpikir hati Seja-bin masih miliknya? Lalu Cinta? Seja-bin kini bukan orang
yang memikirkan tentang cinta lagi, dia sangat jauh berbeda dari masa mudanya.
Dal Hyang tidak sengaja bertabrakan dengan petugas lain, ternyata dia adalah Min Seo. Seung Po pun ada disana, dia menyapa Dal Hyang sebagai temannya. Ada apa dayang di kediaman Seja? Dia datang karena di panggil.
Seung Po penasaran, oleh siapa? Seja-bin? Melihat reaksi Dal Hyang, Seung Po tahu dirinya benar, dia pun menggoda Dal Hyang.
“Benar… Tinggal di ibu
kota...cinta rahasia itu suatu keharusan. Apa yang dia katakan? Dia
merindukanmu?”
Dal Hyang menyangkal, “Jangan
bicara omong kosong. Aku ke sini untuk melapor” Seung Po dan Min Seo heran,
melapor pada Seja? Tentang apa? Dal Hyang berkata dia tidak bisa bilang, mereka
tanya saja sendiri pada Seja.
Seung Po dan Min Seo pun pamit
karena mereka sibuk, Dal Hyang memungut sapu tangan yang di jatuhkan Min Seo
dan bertanya tentang sapu tangan itu. Min Seo segera mengambil sapu tangannya
dan Dal Hyang merasa aneh dengan sapu tangan itu, sepertinya dia mengenali sapu
tangan berdarah itu.
Dal Hyang keluar dari istana
dengan hati tidak tenang, dia merasa ada yang aneh. Dia juga mencurigai gelagat
Seung Po dan Min Seo, lalu sapu tangan itu… Dal Hyang memegang kepalanya yang
terluka. Apakah mungkin?
Apa kabarnya Yong Gol Dae? Seung
Po dan Min Seo membawa nya ke sebuah ruangan, dan ternyata di ruangan itu sudah
ada Seja yang berbicara dalam bahasa Manchu *WOW* Seja meminta maaf karena dia
harus menculik Yong Gol Dae seperti itu, tapi itu adalah untuk
menyelamatkannya.
Yong Gol Dae kaget karena Seja bisa berbicara bahasa mereka. Seja sengaja mempelajarinya karena dia merasa bahasa itu lebih penting dari bahasa Ming. Yong Gol Dae tentu tahu tentang negaranya, jika Seja katahuan bisa berbahasa Manchu dia bisa di turunkan dari Tahtanya, jadi… kini Yong Gol Dae telah tahu kelemahannya, dan dia pun sedang menunjukkan posisinya terhadap Qing. Jika Yong Gol Dae sedang mencari sekutu di Joseon, Seja adalah pilihan yang lebih baik dari Kim Ja Jum.
Yong Gol Dae kaget karena Seja bisa berbicara bahasa mereka. Seja sengaja mempelajarinya karena dia merasa bahasa itu lebih penting dari bahasa Ming. Yong Gol Dae tentu tahu tentang negaranya, jika Seja katahuan bisa berbahasa Manchu dia bisa di turunkan dari Tahtanya, jadi… kini Yong Gol Dae telah tahu kelemahannya, dan dia pun sedang menunjukkan posisinya terhadap Qing. Jika Yong Gol Dae sedang mencari sekutu di Joseon, Seja adalah pilihan yang lebih baik dari Kim Ja Jum.
Mendengar penawaran Seja, Yong
Gol Dae cukup kaget. Dia sudah tahu tentang Seja selama 10 tahun, dia tidak
menyangka jika mereka akan membicarakan hal ini. Seja sudah menegaskan
sebelumnya, dia tidak ingin di turunkan dari posisinya sebagai Putra Mahkota
sebelum dia mendapatkan Tahtanya, jadi.. dia tidak ingin perang antara Qing dan
Joseon terjadi.
Dimana sebenarnya mereka berdua
berada? Yong Gol Dae merasa penasaran dengan hal itu. Dimanakan mereka
menurutnya? Mereka ada di ruang perpustakaan Pribadi Seja, Yong Gol Dae berada
di istana. Yong Gol Dae kaget menyadari hal itu. Istana adalah tempat teraman,
dia tidak meninggalkan Yong Gol Dae di gunung karena terlalu banyak prajurit
yang mencarinya.
Seja menceritakan bagaimana Yong
Gol Dae yang ditangkap oleh Seung Po dan Min Seo di gunung bisa tiba di istana.
Seja membawa Yong Gol Dae ke istana dengan tandunya, dengan alasan ingin
melihat langsung kondisi pencarian Yong Gol Dae, untungnnya petugas tidak ada
yang curiga hingga Seja bisa dengan lancar membawa Sang Jenderal ke Perpus
Pribadinya.
Seja mengajak Yong Gol Dae duduk
untuk mendiskusikan masalah yang sedang terjadi
Min seo dan Seung Po yang sedang
berjaga di luar menyadari ada orang yang datang. Ternyata itu Dal Hyang yang
mencurigai tentang apa yang terjadi padanya tadi pagi. Dia merasa dia serang
oleh orang yang dikenalnya saat sedang mengejar Yong Gol Dae. Dia merasa orang
itu membersihkan lukanya dan Dal Hyang yakin Min Seo lah yang melakukannya.
Seung Po dan Min Seo pura-pura
tidak mengerti apa yang dibicarakan Dal Hyang, apakah dia mabuk? Dal Hyang
tidak menyerah, dia juga merasa heran mengapa Seja datang Perpus pribadi di
tengah malam seperti ini dan mereka berjaga disana, pasti ada sesuatu di dalam
sana dan Dal Hyang merasa Jenderal Yong Gol Dae yang ada di dalam.
Dal Hyang berusaha menerobos
masuk, Seung Po langsung mencegah dan berkata Seja sedang membicarakan sesuatu
yang penting. Min Seo pun menghalanginya, tapi Dal Hyang tetap bersikeras masuk
untuk memeriksa, Seung Po berkata mengapa mereka tidak bekerja sama lagi saja
seperti biasa. Dal Hyang menolak, karena perintah raja adalah menangkap Yong
Gol Dae, Seung Po mengingatkan, politik tidaklah seperti itu, Seja melakukan
ini untuk melindungi Joseon juga, tapi bagi Dal Hyang perintah raja adalah yang
utama.
Seung Po dan Min Seo tidak bisa
membiarkan Dal Hyang mendekat lagi, mereka memilih bertarung melawan Dal Hyang
untuk menghalanginya menerobos masuk ke dalam Perpus.
Di dalam, Seja dan Yong Gol Dae
sedang berdiskusi, sebenarnya Yong Gol Dae merasa, perang dengan Joseon hanya
akan menghabiskan energi mereka saja. Kaisar Qing memang ingin berperang, tapi
Yong Gol Dae menentangnya. Yang dia inginkan hanya lah perlakuan yang layak
dari Joseon dan balasan surat untuk Kaisar Qing. Seja memahami keinginan Yong
Gol Dae dan merasa mereka bisa membuat kesepakatan. Tapi mereka mendengar suara
ribut-ribut di luar, Seja pun waspada. Dan melihat apa yang terjadi di luar.
Seja melihat Dal Hyang sedang
bertarung melawan Seung Po dan Min Seo. Untuk beberapa saat Seja membiarkannya
dulu, hingga dia memberi perintah untuk berhenti. Min Seo yang berhenti duluan,
Seung Po dan Dal Hyang berhenti kemudian.
Dal Hyang kemudian meminta ijin
untuk memeriksa Perpus Pribadi Seja karena dia merasa di dalam sana ada Yong
Gol Dae, sementara dia mendapat perintah dari Raja untuk menangkapnya. Dal
Hyang memaksa masuk, padahal Seja sudah menyuruhnya untuk berhenti. Dal Hyang
mengabaikan perinta Seja, dan ini membuat Seja marah, “Beraninya kau melawan
perintahku”
“Perintah Baginda Raja berada di
atas perintah anda. Seperti yang anda katakan. Perintah Raja adalah yang
pertama”
Dal Hyang memang tidak salah,
Seja pernah mengatakan itu, tapi kondisinya tentu saja berbeda saat ini.
“Hamba melakukan seperti yang anda katakan. Hamba melaksakan
perintah Raja. Jadi hamba tidak bisa melaksanakan perintah anda. Tolong menyingkirlah. Jika
anda tidak bekerja sama... hamba harus memanggil pengawal”
“Jika aku tidak menyingkir, apa
kau akan menyerangku?”
Seja menatap Dal Hyang dan dia
merasa kegigihan Dal Hyang untuk menerobos masuk bukan hanya sekedar karena
perintah Raja.
“Matamu memberitahuku.... kau
bisa melakukannya”
Dal Hyang bersikeras, jika memang
Seja melawan perintah Raja, maka dia harus melawannya. Seja mengambil
keputusan. Jika memang itu mau Dal Hyang, maka Dal Hyang harus mengalahkannya
dulu. Seung Po kaget mendengarnya, apa yang sebenaranya sedang Seja lakukan?
Dia bahkan melepaskan Topinya bersiap untuk berduel dengan Dal Hyang.
"Kau tidak melaksanakan perintah
Raja... tapi akan melawanku."
"Hamba hanya pejabat yang
mencoba melaksanakan perintah Raja"
"Tidak, kau tidak mematuhiku...
dengan alasan perintah Raja. Karena kau kehilangan seorang wanita karena aku.
Kau menjadi kekanak-kanakan... tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitarmu. Bukankah begitu?"
Dal Hyang merasa Seja tidak masuk
akal dengan menuduhnya seperti itu. Tidak, dimata Seja begitulah sikap Dal
Hyang saat ini, jadi Seja akan mengajaknya melakukan sebuah taruhan. Seja
mengatakan dengan jelas jika Yong Gol Dae ada di dalam. Dal Hyang bisa
mendapatkannya jika dia berhasil mengalahkan Seja. Dal Hyang akan terkenal dan
sukses menjadi seorang petugas militer. Tapi jika Dal Hyang yang kalah, Seja
akan mencabut semua kebaikan hatinya, termasuk membatalkan kelulusan Dal Hyang
sebagai petugas militer.
Bukan kah itu taruhan yang
menarik, Dal Hyang tidak akan pernah tahu bagaimana hidupnya menjadi tidak
terduga. Seung Po dan Min Seo merasa bukan waktunya untuk mengadakan taruhan,
seseorang bisa saja datang ke tempat itu jika terjadi keributan antara Seja dan
Dal Hyang. Seja tidak peduli dan
memerintahkan mereka untuk menyingkir.
Dal Hyang merasa tidak bisa
melakukan pertarungan itu, bahkan Seja bertarung dengan baik Seja bukanlah
seorang Prajurit yang akan mempertaruhkan hidupnya. Baiklah, bagaimana rasanya
di bunuh oleh seseorang yang bukan Prajurit, apakah Dal Hyang ingin
merasakannya? Seung Po langsung panik, dan berusaha mencegah Seja. Tapi
keinginan Seja tidak bisa lagi di bendung, dia sudah terlalu kesal dengan
tingkah Dal Hyang.
Seja tidak sedang bercanda saat
ini, dia benar-benar serius menantang Dal Hyang, akhirnya Dal Hyang pun
mengayunkan pedangnya untuk melawan Seja. Mereka pun bertarung dan Dal Hyang
melihat luka di tangan Seja kembali terbuka, Seja melihat Dal Hyang menjadi
tidak fokus dan akhirnya melukai lengan Dal Hyang.
Seung Po tidak tahan dengan hal ini, bagaimanapun tugasnya adalah melindungi Seja, tapi Seja menyuruhnya untuk tidak menganggu, itu perintah!
Seung Po tidak tahan dengan hal ini, bagaimanapun tugasnya adalah melindungi Seja, tapi Seja menyuruhnya untuk tidak menganggu, itu perintah!
Saat Seja dan Dal Hyang kembali
saling mengayunkan pedangnya, seseorang datang dan berdiri diantara dua sabetan
pedang itu. Dia adalah Seja-bin yang meminta mereka untuk berhenti. Dal Hyang
dan Seja meminta Seja-bin untuk menyingkir, ini adalah pertarungan antara pria.
Seja-bin kesal dan berteriak, “Kubilang
hentikan!” Seja-bin menatap tajam pada keduanya. Akan kah duel Dal Hyang dan
Seja terhenti karena permintaan Seja-bin?
***
Hahaha, Sohyun Seja di bakar
cemburu. Entah mengapa aku merasa satu-satunya orang yang di bakar cemburu
adalah Seja sendiri. Mungkin praduga Seja benar tentang Dal Hyang dan motifnya
dalam melawan Seja, dia sudah kadung kesal pada Seja sejak awal dan ini adalah
puncaknya, kebetulan juga dia memiliki alasan untuk melaksanakan perintah Raja.
Dal Hyang mungkin memang tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini.
Jujur saja aku tidak suka tingkah
Dal Hyang di episode 5 ini, sejak dia menerobos membuka tirai Seja-bin dan dia
begitu bersikeras memaksa masuk ke perpus pribadi Seja. Itu bukan sikap seorang
prajurit. Dal Hyang sudah melanggar tata krama dan bisa jadi apa yang
dituduhkan Seja ada benarnya, sayangnya aku tidak bisa menangkap kecemburuan
dalam diri Dal Hyang, yang aku lihat sih, dia memang sedang kesal setengah mati
pada Seja, apalagi Seja juga malah memprovokasinya seperti itu.
Jika Dal Hyang berpikir dengan
jernih, dia akan berhenti saat Seung Po berkata mereka melakukan semua itu
untuk Joseon. Seharusnya Dal Hyang berpikir, apa yang dilkukan Seja pada Yong
Gol Dae ada alasannya. Bagaimana bisa seorang Putra Mahkota mengkhianati
Negaranya sendiri. Namun karena dia sedang tidak berpikir jernih, dia terus
memaksa untuk menerobos masuk dan malah menerima tantangan Seja.
Di sisi lain, Seja yang sudah
kesal dengan tingkah Dal Hyang sejak dia tertangkap basah berada di kamar
istrinya jadi bertambah kesal karena Dal Hyang menganggu diskusinya dengan Yong
Gol Dae, apalagi Dal Hyang malah bersikeras menentangnya atas nama perintah
Raja. Memang bukan sepenuhnya atas dasar kecemburuan mengapa Seja menantang Dal
Hyang, namun tak bisa dipungkiri dalam rasa marah Seja pada Dal Hyang ada
sedikit unsur kecemburuan, jika tidak dia tidak akan mengungkit masalah Dal
Hyang yang kehilangan wanita dalam tantangan duel itu.
Bukan karena aku fans nya Jin
Wook, jadi aku belain Seja lho, tapi menurutku Dal Hyang yang memang sudah
lancang. Bagaimanapun Seja adalah putra mahkota, Dal Hyang terlalu berani
melawan Seja, meskipun dia mengatas namakan perintah Raja disini, tapi
seharusnya Dal Hyang juga berpikir jika Seja tidak mungkin melakukan hal yang
melawan perintah Raja tanpa alasan. Dan aku rasa, Dal Hyang juga sudah
meremehkan Seja saat awalnya menolak tantangan Seja. Jadi aku benar-benar merasa
terganggu dengan attitude Dal Hyang di episode 5 ini.
Tensi politiknya semakin menajam,
semoga ke depannya sikap Dal Hyang bisa lebih bijak, aku mengerti sih mengapa
Dal Hyang bersikap seperti itu, karena dia petugas militer baru, dan ini adalah
hari pertamanya bekerja, begitu banyak yang sudah dia lalui, namun tetap saja,
dia terkesan lancang memaksa masuk ke dalam perpus pribadi Seja hanya dengan
mengandalkan instingnya karena merasa Yong Gol Dae ada disana.
Tapi romance nya makin so sweet
>.< memang sih belum ada skinship yang berarti, perasaan Seja dan
Seja-bin pun masih bias. Seja-bin berusaha melakukan yang terbaik untuk menjadi
seorang istri dengan tidak memikirkan cinta saat berada dalam istana.
Kedudukannya sebagai seorang Seja-bin bukan lah hal yang sepele, dia
mempertaruhkan keluarganya juga orang-orang disekitarnya. Masalah dia benci
berada di istana juga sangatlah wajar, dan dia langsung gemetaran saat tahu
jika ada mata-mata diantara dayang-dayangnya, siapa yah mata-matanya, moga
bukan Sanggung yah^^ walau wajahnya judes, aku suka sama Sanggung lho, ekspresi
dia lucu kalo liat Seja dan Seja-bin dalam kondisi tidak biasa, hahaha.
Saat Seja-bin tersandung rok nya,
lucu banget sih itu, harus yah Seja godain Seja-bin masalah jimat itu. Tapi.. Seja
cepat tanggap juga saat Seja-bin hampir terjatuh, sering-sering aja tuh
Seja-bin tersandung rok nya di depan Seja, jadi bakal sering juga tuh dapet
pelukan dari Seja, walau ceritanya itu untuk membantu Seja-bin saja, hahahaha.
Dan Awww… So Sweet nya saat Seja
bilang dia akan memihak Seja-bin apapun yang terjadi. Kali ini Seja tidak ingin
membuat Seja-bin resah lagi. Dia mencoba memahami betapa beratnya hidup sang
istri di istana, di tambah lagi dengan kenyataan dirinya tidak bisa membuka
hatinya selama 5 tahun ini, meskipun itu bukan salah Seja-bin tapi tetap saja
dia membuat istrinya itu menderita. Sudah waktunya Seja menebus penderitaan
Seja-bin selama 5 tahun ini. Semoga Seja segera membuka hatinya untuk Seja-bin
yah^^
Karakter Sohyun Seja ini benar-benar
di gambarkan sebagai seseorang yang visioner yah^^ Ntah kenapa aku suka sekali
saat dia berdiskusi dengan Yong Gol Dae, dia benar-benar ingin melakukan yang
terbaik bagi Joseon, namun sayang pemikirannya bertolak belakang dengan Ayahnya
yang grasak grusuk dan selalu merasa unsecure menjalankan tahtanya sebagai
Raja.
Ngomong-ngomong Mi Ryung gak nongol lagi yah di episode ini? Ya Ampun,,, Mi Ryung ini beneran kayak siluman aja deh, menghantui kehidupan Seja sampe segitu nya tapi suka menghilang tiba-tiba.
Akh penasaran apa yang akan terjadi di episode 6 nih, cie... cie... Ada yang udah ngijinin istrinya ngobatin lukanya nih, biasanya kan gak boleh pegang-pegang tuh >.< Issshhh penasaran banget deh sama hubungan mereka berdua ini ke depannya akan seperti apa^^
Ngomong-ngomong Mi Ryung gak nongol lagi yah di episode ini? Ya Ampun,,, Mi Ryung ini beneran kayak siluman aja deh, menghantui kehidupan Seja sampe segitu nya tapi suka menghilang tiba-tiba.
Akh penasaran apa yang akan terjadi di episode 6 nih, cie... cie... Ada yang udah ngijinin istrinya ngobatin lukanya nih, biasanya kan gak boleh pegang-pegang tuh >.< Issshhh penasaran banget deh sama hubungan mereka berdua ini ke depannya akan seperti apa^^
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
mksh buat simopsis nya...
BalasHapusiya nie seja ama seja-bin benar2 bikin gregetan... suka sama nie couple klu lagi bersama
Ahh tambah seru. Mb irfa thanks ya sinopsisnya. Ditunggu next episode
BalasHapusUuk
Aku suka banget karakternya binggung mama (seja bin)...ekspresinya itu loh..dapet banget...mau bingung, terkejut samapi spechlees semu a terwakili...mantap aktingnya ,sesuai banget sama karakter gak terduganya seja..
BalasHapusAku setuju sama mbk irfa ...episod ini aku kurang suka sama Dal hyang .padahal aku penggemar JYH juga .semoga episode mendatang dal hyang lebih terkontrol emosinya .Namja2 ku ...fighting.
BalasHapusSWnim hebat bs bkin pemirsa makin greget + esmoni...(apalg sm Dhyang) sikapx bikin g enak (pdhl suka skli YHwa),,,eps awal q kira bercerita tentang Dhyang yg jd jendral besar ya ...smga heheee,,,gomawo mbak irfa
BalasHapusmakasih bgt sinopsisnya, trus semangat nulis utk sinopsis2 yg lain :D
BalasHapus