Di episode 4 ini, konflik
politiknya tampak meningkat, namun di iringi romance antara Seja dan Seja-bin
yang makin unyu, hehehe. FYI, rating episode 4 turun drastis dibanding
episode-episode sebelumnya mungkin karena tayang di hari libur Chuseok, namun
saat Samchongsa episode 1-4 di rerun tayang kembali di tvN secara marathon di
hari selasa nya, ratingnya cukup tinggi, aku harap sih penurunan rating di
episode 4 ini tidak akan mengurangi kualitas drama ini di masa yang akan
datang^^
Seja berkata pada Dal Hyang 5
tahun lalu dia membunuh Mi Ryung, Dal Hyang kaget mendengarnya, lalu apa yang
akan Seja lalkukan saat menemukannya sekarang? Sejang tidak tahu, dia harus
menemukannya dulu untuk memutuskan apa yang akan dia lakukan pada wanita itu.
Bisa jadi dia kembali membunuhnya, bisa jadi dia malah jatuh cinta dan kabur
bersamanya. Dal Yang pusing mendengarnya. Seja sedang bercanda kan? Seja
menolak menjawab karena waktu tanya jawab telah habis. Sekarang Dal Hyang hanya
harus melakukan tugasnya.
Seja keluar dari penginapan Dal
Hyang meninggalkannya dalam keraguan. Dal Hyang keluar dan meminta Seja
meunggunya. Ada satu hal lagi yang ingin dia tanyakan. “Apakah hamba harus
melakukan tugas ini?” Apakah Dal Hyang tidak suka? Dal Hyang berpikir, ini
adalah misi pertamanya, tapi dia tidak tahu tujuannya dan juga dia merasa misi
yang diberikan Seja bukan untuk melindungi Negara.
“Kau adalah pejabat negara ini mulai hari ini. Bagi seorang pejabat,
satu-satunyaperintah yang lebih penting adalah perintah Kerajaan. Baik kau suka
ataupun tidak mengetahui tujuan ataupun membahayakanmu kau harus melakukan yang
terbaik. Kecuali kau melaksanakan perintah Raja. Mengerti?”
Dal Hyang menunduk dan mencoba
memahami maksud Seja yang tak lain adalah orang ke dua yang paling berkuasa di
Joseon setelah Raja. Dal Hyang menjawab dia mengerti maksud Seja, dan Seja
mengingatkan satu hal lagi.
“Seung Po dan Min Seo memperlakukanmu sebagai teman. Itu tidak berarti
aku mempercayaimu sepenuhnya. Aku bukan dalam posisi untuk mempercayai orang
dengan mudah. Tidaklah mudah untuk menjadi orangku. Aku tidak memberimu misi
ini karena aku mempercayaimu. Aku memberimu misi ini untuk melihat apakah aku
bisa mempercayaimu. Jadi jangan salah paham”
“Sesuatu yang penting untuk diingat. Bahkan jika kau punya pertanyaan
penting kau tidak boleh menghentikanku dan bertanya padaku. Kau hanyalah
pejabat militer”
Dal Hyang kembali menunduk dan
meminta maaf, “Maafkan hamba”
Seja tersenyum melihat Dal Hyang
mengerti maksudnya, dia pun naik tandu dan pergi dari penginapan Dal Hyang,
meninggalkan Dal Hyang yang tampaknya masih enggan untuk melakukan misi rahasia
pertamanya namun dia tidak bisa menolak.
Di istana, Seja-bin mendapatkan
kunjungan dari Ibunya yang memberinya dua buah jimat dari kuil. Tidak ada
wanita yang gagal mendapat keturunan dengan jimat itu. Yang satu simpan di
kamar Seja-bin dan satunya lagi di simpan di bawah bantal Seja.
Seja-bin merasa ini bukan waktu
yang tepat karena semua orang sedang cemas akan terjadinya perang. Meskipun
tugasnya memberikan keturunan tapi tidak seharusnya dia memikirkan hal itu saat
kondisi kacau seperti ini. Karena Kondisi yang kacau inilah seharusnya Seja
sudah memiliki pewaris agar Rakyat merasa tenang.
Saat ini, Ratu telah tiada,
Seja-bin adalah Kepala wanita di Istana, namun jika dia tidak punya keturunan
tidak aka nada yang respect padanya, jadi ibunya berdoa selama 100 hari untuk
putrinya itu. Ini semua adalah demi Seja-bin juga keluarga Kerajaan. Mendengar
permintaan ibunya Seja-bin pun tidak bisa menolak.
Seja kembali ke diamannya dan
melihat seorang dayang terburu-buru masuk, dayang itu adalah dayang Seja-bin
yang memberitahu jika Seja telah datang.
Sanggung memberitahu Seja-bin yang
belum berhasil meletakan jimat di kamar Seja agar segera keluar karena Seja
telah datang. Seja-bin langsung panik dan segera keluar. Tapi…
Tentu saja dia terlambat, tepat
saat dia keluar dari kamar Seja, suaminya tiba di depan pintu masuk kamarnya,
Seja: Kenapa kau keluar dari
kamarku?
Seja-bin: *gugup* Bukan apa-apa
Seja: Bukan apa-apa? Aku
bertanya, mengapa jawabannya seperti itu
Seja-bin: *bingung dan
mengalihkan perhatian* Anda dari mana?
Seja menatap kertas yang ada di
tangan Seja-bin
Seja: Apa yang ada di tanganmu?
Seja-bin: *panik* Apa?
Seja-bin buru-buru menyembunyikan
kertas jimatnya di balik bajunya
Seja: Kau menyembunyikan sesuatu,
apa itu?
Seja-bin: *makin gugup*Ini bukan
apa-apa
Seja: Apa itu…
Seja-bin: *makin panik dan
menyembunyikan jimatnya rapat*
Seja makin curiga apalagi setiap
dia ingin mengambil kertas itu Seja-bin langsung mundur dan masuk ke dalam
kamar, Seja-bin terus menghindar karena ketakutan. Setelah keduanya masuk kamar
Sanggung menuntup pintu kamar Seja.
Seja: Apa yang sebenarnya kau
lakukan di kamarku..
Seja-bin: *mengelak* Ini sungguh
bukan apa-apa, tolong tinggalkan saya sendiri.
Seja-bin hilang keseimbangan dan
Seja berusaha menangkapnnya namun keduanya jadi sama-sama terjatih bersama.
*Ups* Sanggung membuka pintu karena mendengar suara aneh, takut terjadi apa-apa
pada keduanya. Tapi yang mereka lihat adalah Seja yang berada di atas tubuh
Seja-bin, hahaha. Sanggung, kasim dan para Dayang jadi merasa tak enak dan
buru-buru menutup pintu kembali setelah Seja menoleh ke belakang. Sanggung dan
para Dayang diam-diam tersenyum.
Suasana romantis tiba-tiba
tercipta, Seja mendekatkan wajahnya pada Seja-bin, dan secara refleks Seja-bin
menutup matanya, bahkan siap menerima ciuman dari suaminya, hahaha…
Tapi… Seja malah tersenyum melihat tingkah istrinya dan mengambil kertas yang ada di tangan Seja-bin, saat istrinya itu dalam keadaan tidak waspada. Seja-bin merasa bodoh karena kelakuannya dan ingin memangis.
Tapi… Seja malah tersenyum melihat tingkah istrinya dan mengambil kertas yang ada di tangan Seja-bin, saat istrinya itu dalam keadaan tidak waspada. Seja-bin merasa bodoh karena kelakuannya dan ingin memangis.
Seja bangun dari atas tubuh
Seja-bin dan melihat isi kertas itu,
Seja: Apa ini? Ini adalah jimat.
Digunakan untuk apa jimat ini?
Seja-bin: *terbangun dari
posisinya, merasa bingung juga malu*
Seja: Aku bertanya, untuk apa
jimat ini?
Seja-bin duduk membelakangi Seja,
dia tidak sanggup menampakan wajahnya di depan suaminya, benar-benar merasa
malu.
Seja-bin: Itu untuk mendapatkan
hati suami.
Seja: *terdiam*
Seja-bin: Ibu mengkhawatirkan
hamba jadi dia membawakan ini untuk hamba. Sebagai seorang putri hamba tidak
bisa berkata tidak pada Ibu. Maafkan Hamba
Seja-bin: Hamba tahu. Hamba juga
malu. Hamba juga benci diri hamba.
Berikan itu. Hamba akan membakarnya.
Seja-bin meminta jimatnya tanpa
menoleh ke arah suaminya.
Seja: Beberapa hari lalu kau menangis
dan bertanya padaku kenapa aku tidak tertarik padamu. Sejujurnya aku tidak
tertarik pada wanita.
Seja-bin: *menoleh ke arah Seja
dengan wajah kaget dan pucat pasi*
Seja-bin: Jika anda tidak
menyukai wanita... apa itu berarti anda menyukai pria? *kaget*
Seja tertawa mendengar pertanyaan
istrinya hahahahahah…
Seja: Itu ide yang menarik,
Bagaimana bisa kau memikirkan itu? Kau adalah Seja-bin, bagaimana bisa kau
mengatakan hal semacam itu?
Seja-bin: *bingung* Lalu, apa
itu...
Seja: Aku sedang mengatakan, itu
bukan salahmu. Ini semua salahku, jadi jangan terlalu bersedih
Seja-bin: *bungkam dan terpana*
Seja: Aku mengerti kenapa Park
Dal Hyang menyimpan surat Yoon Seo begitu lama. Dia tahu cara menilai wanita
yang baik.
Seja-bin: *masih terpana dan
bingung harus berkata apa*
Seja mendekati istrinya dan
mengembalikan jimatnya ke tangan Seja-bin yang jadi gugup.
Seja: Biarkan aku memikirkannya
dengan serius. Aku akan melihatnya sendiri… Apakah aku memang menyukai pria atau
tidak
Seja: Kurasa orang di luar
bahagia jadi tinggallah sebentar lagi jadi kita tidak mengecewakan mereka
Seja kemudian tersenyum manis
pada istrinya.
Seja-bin (dan Aku): *melted*
Seja-bin kembali ke kamarnya
kemudian minta diambilkan air oleh dayang, sebelum pergi dayang itu berpendapat
sepertinya jimat itu berhasil, karena Seja tiba-tiba saja… Seja-bin tersenyum,
mungkin benar juga. Seja-bin pun berkata pada dayangnya jika ibunya bertanya
tentang reaksi jimat itu, katakan apa yang dia lihat tadi.
Setelah dayang pergi, Seja-bin
masih tersenyum mengingat tentang jimat itu dan berniat menyimpannya di dalam
laci, saat membuka lacinya Seja-bin menyadari sesuatu. Dia kehilangan sebuah surat,
Seja-bin sangat panik, dia bahkan tidak mengerti bagaimana bisa surat itu
menghilang dari lacinya.
Min Seo terbangun di pagi hari di
sambut dua fangirl pelayan Seung Po yang sedang menikmati ketampananannya
bahkan salah satunya hampir menciumnya, hahaha. Saat pelayan itu ngeles mereka
di suruh nyonya mereka untuk membereskan tempat itu, Min Seo pun menjaga sikap
dan bertanya dimana dia bisa mandi, karena semalam tidak sempat mandi.
Seung Po terbangun sendirian dan
minta di ambilkan air, namun tak ada yang mendengar, dia mencari orang-orang
tapi malah menemukan para pelayan wanitanya menuju ke satu titik, dia jadi
penasaran kemanakah tujuan mereka?
Ternyata mereka semua sibuk menonton Min Seo yang mandi dengan hanya melepas baju
atasannya saja. Seung Po bertanya diam-diam pada
pelayannya apakah mereka senang? Tentu saja, Haruskah dia membuat Min Seo
membuka celanannya juga? Lalu
pelayannnya sadar yang bertanya adalah bos nya, keadaan pun menjadi rusuh,
pelayan lain pun langsung bubar jalan, Min Seo kaget dan segera memakai
bajunya, meski sempat ada pelayan yang sempat memeluk Min Seo sebelum dia pergi
dari sana.
Seung Po mengeluh mengapa Min Seo
begitu pelit, mandi dengan hanya membuka baju atasannya, mengapa dia tidak
mengamalkan ajaran budha dengan memberikan segalanya sebagai sedekah, Min Seo
kesal mendengarnya. Seung Po memegang
otot Min Seo dan merasa kaget, Kenapa? Apa dia baru sadar jika badan temannya
itu bagus? Hahaha…
Pan Se datang dan bertanya haruskan dia menyiapkan sarapan
untuk mereka? Seung Po kaget mengapa dia masih ada disini? Bukan kah dia sudah
memberikan Pan Se untuk Park Dal Hyang? Akh itu.. Pan Se pikir Seung Po
mengatakannya karena sedang mabuk, yang benar saja! Seung Po langsung menyeret Pan
Se untuk ikut bersamanya menemui Dal Hyang. Pan Se menolak, dia mengeluh bahkan
seorang budak pun memiliki level, tempat Park Dal Hyang tinggal lebih kecil di
banding kamar mandi di rumah Seung Po, wkwkwkwk.
Dal Hyang yang baru bangun tidur
di kagetkan dengan kedatangan Seung Po yang mengeluhkan karena Dal Hyang berani
sekali menolak kebaikannya, belum sempat Dal Hyang mengatakan apapun, Seung Po
menyuruh Pan Se untuk mengambilkan air untuknya karena dia haus.
Seung Po pun masuk ke kamar Dal Hyang dan berkata Pan Se itu adalah hadiah dari persahabatan mereka, tapi Dal Hyang benar-benar tidak butuh pelayan saat ini, lagi pula saat ini dia tidak punya gaji bagaimana bisa dia membayar pelayannya. Tenang saja, Dal Hyang sekarang adalah petugas militer, semua pasti baik-baik saja.
Seung Po pun masuk ke kamar Dal Hyang dan berkata Pan Se itu adalah hadiah dari persahabatan mereka, tapi Dal Hyang benar-benar tidak butuh pelayan saat ini, lagi pula saat ini dia tidak punya gaji bagaimana bisa dia membayar pelayannya. Tenang saja, Dal Hyang sekarang adalah petugas militer, semua pasti baik-baik saja.
Apakah hari ini Dal Hyang akan ke
camp pelatihan? Tidak. Dia akan pergi ke Mohwagan. Seung Po kaget mendengarnya.
Dal Hyang di tugas kan menjadi penjaga utusan Qing. Aneh sekali biasanya
petugas baru di tempatkan di camp pelatihan. Dal Hyang hampir saja membuka
mulut, tapi dia teringat Seja bilang ini adalah tugas rahasia, bahkan dia harus
merahasiakannya dari Seung Po dan Min Seo.
Jadi meski Seung Po merasa ada permainan orang atas dalam penugasan Dal
Hyang di Mohwaguan, Dal Hyang hanya bisa meringis pura-pura tidak paham kenapa
dia ditugaskan disana.
Dal Hyang kemudian bertanya
tentang Seja pada Seung Po, orang seperti apa Seja itu sebenarnya? Dal Hyang
bertanya karena Seung Po dekat dengannya dan Dal Hyang benar-benar tidak
mengerti tentang Seja. Orang seperti apa?
Seung Po membisikan pada Dal Hyang, “Dia orang yang gila” Dal Hyang kaget mendengarnya “Gila?” Ya. Orang Gila dengan pesona psyco, jangan mencoba mencari tahu lebih banyak, Seung Po pusing bagaimana menjelaskannya. Dia berteman dengannya karena Seung Po terlalu baik, siapa lagi yang sanggup menghadapinya. Seung Po bahkan kasian pada Seja-bin karena harus hidup bersama orang Psyco seperti itu.
Seung Po membisikan pada Dal Hyang, “Dia orang yang gila” Dal Hyang kaget mendengarnya “Gila?” Ya. Orang Gila dengan pesona psyco, jangan mencoba mencari tahu lebih banyak, Seung Po pusing bagaimana menjelaskannya. Dia berteman dengannya karena Seung Po terlalu baik, siapa lagi yang sanggup menghadapinya. Seung Po bahkan kasian pada Seja-bin karena harus hidup bersama orang Psyco seperti itu.
Dal Hyang terdiam mendengarnya,
apalagi saat Seung Po menyinggung Seja-bin dalam pembicaraan mereka, padalah
wajah Seung Po terlihat tidak meyakinkan, sepertinya kali ini pun dia lagi-lagi
ingin mempermainkan Dal Hyang, hahaha.
Orang tua Dal Hyang mendapat
kabar tentang kelulusan Dal Hyang lulus ujian militer, mereka sangat gembira
mendengarnya saling bahagiannya, mereka tampak tak terlalu peduli pada hadiah
yang diberikan pemerintah daerahnya karena keberhasilan Dal Hyang lulus ujian.
Ayah, Ibu. Kalian mungkin sudah mendengar beritanya sekarang. Aku bisa
melihat kalian sangat bahagia. Banyak hal yang terjadi padaku. Bang Bang Eui
sudah dilaksanakan aku mendapatkan sertifikat merah dan aku juga memiliki
seorang pelayan. Namanya adalah Pan Se.
Dal Hyang hendak berangkat kerja
namun dia kehilangan sepatunya ternyata Pan Se sudah membersihkannya. Dal Hyang
mengingatkan jika dia tidak pernah meminta Pan Se pada Seung Po, iyaa dia tau,
anggap saja itu adalah nasib buruknya sebagai seorang budak.
Dia terlalu jujur tapi dia cepat dan tidak membuat kesalahan. Aku
menyukainya.
Dal Hyang memakai seragam
dinasnya untuk pertama kalinya
Dan mulai hari ini aku bertugas sebagai petugas magang. Ayah dan Ibu. Aku
akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan tentang cara melindungi
negara ini. Jagalah diri dan kesehatan kalian.
Dari putramu, Dal Hyang
Hari pertamanya bertugas Dal
Hyang menjadi petugas penyambutan kedatangan utusan Qing yang di pimpin Yong
Gol Dae, disanalah dia bertemu Mi Ryung kembali. Mi Ryung ada di dalam tandu
rombongan para utusan dan wanita itu mengenalinya.
Para sarjana dan pejabat sedang
berdemo meminta Raja untuk memenggal kepala Yong Gol Dae saja, mereka sudah
tidak tahan dengan perlakuan Bangsa Qing terhadap Joseon, apalagi isi surat
yang di bawa Yong Gol Dae adalah menginginkan Joseon tunduk pada Kekaisaran
mereka, jadi sebaiknya surat itu di bakar saja dan kepala Yong Gol Dae di
penggal untuk menunjukkan marbabat Joseon.
Raja Injo terlihat tertekan
mendengar permintaan para sarjana yang menggema di luar, Choi Myung Gil meminta
kasim menutup pintu agar mereka bisa lanjut berdiskusi. Sebagain menteri
sependapat dengan para sarjana di luar mereka tidak sudi juga untuk menyambut
Yong Gol Dae, namun menurut Choi Myung Gil ini bukan masalah yang terbaik, tapi
mereka harus menghindari skenario terburuk. Bagaimanapun juga yang saat ini
bisa mereka lakukan adalah menghindari perang.
Seja menatap para pejabat yang
dia pergoki bersama Kim Ja Jum, para pejabat itu langsung mendukung pendapat
Choi Myung Gil bahwa Raja ada baiknya menemui mereka dulu dan mengetahui apa
yang mereka inginkan. Setelah menghadapi
perdebatan yang cukup alot, akhirnya Raja memutuskan untuk mengadakan pesta
penyambutan Utusan di istana.
Tapi ternyata, Yong Gol Dae
menolak datang ke istana, dia ingin Raja yang datang ke Mohwanguan. Dia membawa
surat dari kaisar. Raja juga pernah datang ke Mohwanguan untuk surat dari
Kaisar Ming, mereka ingin perlakuan yang sama dengan perlakuan Joseon terhadap
Ming.
Kabar ini kembali menyulut
perdebatan di istana, pemintaan utusan terlalu berlebihan, tidak sepantasnya mereka
ingin diistimewakan seperti itu. Raja Injo sebenarnya sangat kesal namun dia
menahan diri dia tidak ingin menunjukkannya di depan para menteri. Dia berkata
agar istirahat dulu namun meminta Seja untuk tetap bersamanya.
Raja bertanya mengapa Seja diam
saja, dia adalah putra Raja namun dia sama sekali tidak menunjukkan kedudukannya?
“Kita tidak memilih yang terbaik, tetapi menghindari yang terburuk.
Jadi itu tidaklah mudah. Ini bahkan lebih sulit karena saya memahami Abamama.”
Raja kemudian menangis dia pun
merasa lebih baik mari saja. Bukan saja tentang utusan musuh yang datang, tapi
juga rengekan para pejabat di luar, mereka hanya ingin kekuasaan saja! Apanya
yang mempertahankan Martabat Negara, jika Raja sudah tidak mendengarkan mereka,
maka mereka pasti aka menggulingkannya kapan saja. Mereka pernah melakukannya
sekali, jadi akan mudah untuk melakukannya lagi. Raja mulai paranoid, apakah
mereka sudah memiliki orang lain yang pantas di jadikan raja baru?
Seja mengingatkan bahwa fokus
utama mereka bukanlah para pejabat di luar, tapi pilihan untuk menghadapi
utusan.
“Abamama harus memikirkan sepenuhnya. Kekuatan Ming tidaklah sekuat
dulu. Mereka tidak akan bertahan lama. Itulah kenyataannya. Dunia berubah
dengan cepat. Dan sulit untuk membuat keputusan. Tapi kita harus bertahan.”
Raja mendekat pada Seja dan
bertanya itukah yang dia pikirkan? Memang bukan pilihan terbaik, hanya
menghindari skenario terburuk, namun dia tidak suka melihat Ayahnya merasa
tertekan karena itu menyakiti hatinya. Itulah sebabnya dia sejak tadi diam
saja.
Raja memegang dada putranya dan
merasa bodoh, dia memang tidak sesabar putranya. Seandainya Seja-lah yang ada
di posisinya mungkin Negara ini akan menjadi lebih baik.
“Baiklah. Ayo kita pergi ke Mohwaguan. Ini soal pilihan seperti katamu.
Jika mereka menginginkannya, aku akan pergi. Ini bukanlah masalah besar.”
Bukan itu maksud Seja,
keputusan seperti ini bukanlah sesuatu
yang bisa diambil dengan begitu cepat. Mereka juga tahu jika permintaan mereka
berlebihan, jadi biarkan para utusan menunggu dan mereka bisa mendengarkan
pendapat para menteri. Tidak! Raja tidak suka menunda lebih lama, dia ingin
semua ini cepat berlalu, lagi pula apa yang bisa dilakukan para menteri
untuknya. Seja cukup kaget dengan keputusan Ayahnya.
Yong Gol Dae saja cukup terkejut
mendengar Raja mau datang menemui mereka begitu saja, dia kemudian meninggalkan
ruangannya untuk menemui utusan lain. Dal Hyang keluar dari persembunyiannya
dan membaca catatatan harian Yong Gol Dae tentang pertemuannya dengan pembawa
pesan bernama Hyan Sung. Dal Hyang langsung teringat pada perkataan Seja, bahwa
Mi Ryung memanggil dirinya sendiri Hyan Sung. Dari catatan Yong Gol Dae, mereka
membawa Hyan Sung bersamanya untuk mengawasinya karena dia tidak percaya padanya
sehingga mereka mendaftarkannya sebagai istri dari wakil jenderal.
Dal Hyang mencari kamar wakil
jenderal. Karena Mi Ryung sudah mengenalinya, Dal Hyang memutuskan menemuinya
secara langsung saja. Dal Hyang mengetuk pintu dan memberitahu kedatangannya
dan dengan Mi Ryung membiarkannya masuk begitu saja. Dal Hyang masuk dan tidak
menemukan siapapun, ternyata Mi Ryung sedang bertukar pakaian.
Mi Ryung tahu jika cepat atau
lambat Seja pasti akan mengirim orang untuk mencarinya, tapi dia tidak sangka
jika Dal Hyang yang akan dikirim. Apa misinya? Membawa Mi Ryung pada Seja?
Ataukah… membunuhnya? Dal Hyang tidak nyaman melihat cara berpakaian Mi Ryung
dan menyuruhnya memakai baju dulu. Mi Ryung malah tertawa dan kembali ke atas
untuk menuntaskan acara berpakaiannya.
Dal Hyang kemudian menemukan
sebuah salinan surat dan itu… adalah Surat Yoon Seo untuknnya??? Bukan kan
surat itu seharusnya sudah di bakar?
Seja-bin mengacak-ngacak hampir
seluruh kamarnya, namun surat yang di cari tidak juga ditemukan. Dayang
bertanya apa yang sebenarnya sedang dicarinya? Seja-bin tidak bisa
mengatakannya, dia hanya bisa menyesali diri mengapa tidak membakar surat itu
saat dia bisa membakarnya, sekarang dia bingung dimana surat itu berada.
Dal Hyang masih syok karena
menemukan surat Yoon Seo di kamar Mi Ryung, tiba-tiba saja Mi Ryung menusukan
jarum beracun di lehernya. Dal Hyang langsung hilang keseimbangan, ingin
melawan dengan pedang pun dia tidak ada tenaga.
“Kau terlihat terkejut. Ini surat yang menarik, jadi aku menyalinnya.
Ini bisa berguna suatu hari nanti. Aku sedang menggali latar belakang Putri
Mahkota. Dan aku menemukan ini”
Mi Ryung mengambil surat asli
Yoon Seo untuk Dal Hyang.
“Siapa yang mengira kalau wanita dari keluarga terkenal punya seorang
pria yang dijanjikan untuk dinikahinya?
Dia bersikap tidak berdosa dengan wajah itu. Jadi aku juga mencari tahu soal
Park Dal Hyang”
Mi Ryung mendekati Dal Hyang yang
sudah terkapar lemah di tempat tidur karena pengaruh racunnya.
“Tapi kau sama sepertiku. Kau pikir perasaannya akan bertahan
selamanya. Sama seperti aku”
Mi Ryung memasukann surat itu ke dalam lengan bajunya,
akh.. kini Mi Ryung memakai pakaian dayang istana Joseon.
Setengah berbisik Mi Ryung
berkata dia merasa kasihan pada Dal Hyang dan tiba-tiba menyukainya, jadi
tenang saja, dia tidak akan membiarkan Dal Hyang mati. Mi Ryung mencabut jarum
beracunnya dan memberi saran pada Dal Hyang.
“Kau tidak harus setia pada Putra Mahkota. Dia tidak pantas menempatkan
hidupmu pada bahaya. Kau akan menjadi sepertiku pada akhirnya”
Mi Ryung meyuruh Dal Hyang untuk
mengingat bagaimana racun tersebut mengalir dalam tubuhnya, dan ceritakan itu
pada Seja, karena dia adalah target selanjutnya. Mi Ryung keluar dari kamar
dengan menyamar sebagai dayang istana.
Dal Hyang mendapatkan kembali
kesadarannya, namun dia kaget menemukan mayat seorang dayang yang ditusuk jarum
beracun sama seperti yang ditusukan padanya. Dal Hyang pun mengambil jarum itu
sebagai barang bukti. Seseorang mencari Mi Ryung dari luar, Dal Hyang jadi
panik dan memutuskan melompat dari atas jendela meskipun tempat di bawahnya
cukup terjal.
Perjalanan Rombongan Raja menuju
Mohwaguan di iringi isak tangis para rakyat yang tidak rela melihat raja
menyambut para utusan Qing itu, seorang Kakek tua menghadang dia berkata pada
Raja bahwa ketiga putranya meninggal di perang
sebelumnya, namun dia bangga
karena mereka wafat untuk melawan musuh, lalu apa yang Raja lakukan sekarang?
Malah ingin menyambut mereka? Apakah Raja tidak takut di hukum langit karena
mengkhianati Rakyat?
Melihat kekacauan di depan, Seja
memerintahkan Seung Po untuk melihat apakah dia perlu menemani Ayahnya atau
tidak, setelah di konfirmasi oleh kasim pada Raja, Raja hanya meminta untuk
menutup tirai dan melanjutkan perjalanan saja.
Dalam tirai yang tertutup Raja
sebenarnya sangat cemas dan gugup. Ucapan kakek tua itu terngiang-ngiang di
telinganya, dia menjadi lebih paranoid, dia berhalusinasi tentang pembantaian
Rakyat Joseon oleh bangsa Qing dengan kejam, dan Yong Gol Dae yang memanahnya
seperti dalam mimpi.
Tirai di buka, Raja dan
rombongannya telah tiba di Mohwanguan, Raja masih terlihat panik dan gugup
namun dia berusaha menenangkan diri dan disambut oleh juru bicara utusan. Raja
langsung menanyakan dimana Yong Gol Dae? Dia kemudian memberikan perintah untuk
menangkap seluruh utusan Qing dan berencana untuk memenggal kepala Yong Gol
Dae. Raja ingin menunjukkan posisi
Joseon di mata dunia.
“Tangkap Yong Gol Dae! Aku akan membunuhnya di depan semua orang! Bawakan
dia padaku sehingga aku bisa menyiksanya!”
Keadaan menjadi rusuh, karena
pasukan Joseon lebih banyak, dengan mudah pasukan utusan Qing dilumpuhkan
begitu saja.
Seja kaget melihat perubahan
sikap Ayahnya, bagaimana dia bisa memberikan perintah seperti itu sekarang? Setelah
selesai memberikan perintahnya, Raja kembali menuju tandu nya dan mengajak
rombongannya untuk kembali ke istana.
Perwakilan utusan Qing berkata
pada Seja bahwa Kaisar mereka tidak akan membiarkan hal ini, Seja tahu itu. Dia
menghentikan tandu Ayahnya dan bicara dengannya,
“Abamama, Ini akan menjadi bencana bagi Joseon. Mohon batalkan
perintahmu.”
“Ini terlalu terlambat. Selama 9 tahun terakhir, aku mengulangi ini
setiap hari. Akhirnya aku mengatakannya hari ini. Mereka adalah musuh kita. Mereka
membunuh begitu banyak rakyat kita. Mereka pantas untuk dibunuh”
Seja mengerti kecemasan dan
ketakutan Ayahnya, namun apa yang paling dia takutkan adalah…
“Ini akan menjadi perang”
Perintah raja tak bisa di tarik lagi, para pengawal mencari Yong Gol Dae yang sedang menyelidiki kaburnya Mi Ryung dari Mohwanguan setelah membunuh dayang istana Joseon. Dengan perlindungan dari para wakil jendralnya, Yong Gol Dae berhasil melarikan diri membawa buku catatannya dengan meloncat dari kamar Mi Ryung.
Yong Gol Dae bertemu Dal Hyang
yang baru saja sadar dari pingsannya setelah melompat dari tempat yang sama.
Dal Hyang mendengar para prajurit berteriak untuk menangkap dan membunuh Yong
Gol Dae itu adalah perintah Raja.
Dal Hyang pun tidak buang waktu dia segera mengejar Yong Gol Dae dan bertekad untuk menangkapnya. Dia mengeluhkan hari pertamanya bekerja karena harus di racun seorang gadis, dan juga dia akan menunda dulu misi rahasiannya setelah dia berhasil menangkap Yong Gol Dae, karena itu adalah perintah Raja.
Dal Hyang pun tidak buang waktu dia segera mengejar Yong Gol Dae dan bertekad untuk menangkapnya. Dia mengeluhkan hari pertamanya bekerja karena harus di racun seorang gadis, dan juga dia akan menunda dulu misi rahasiannya setelah dia berhasil menangkap Yong Gol Dae, karena itu adalah perintah Raja.
Apa yang Seja lakukan untuk
mengatasi kekacauan yang disebabkan keputusan mendadak Ayahnya? Dia mencoba
untuk mencegah terjadinya perang, jadi dia pun memanggil Min Seo dan Seung Po,
dia memberikan misi rahasianya, mereka harus menangkap Yong Gol Dae terlebih dahulu,
untuk menyelamatkannya dari hukum penggal Raja.
***
Episode kali ini aku No comment
dulu yah^^ tidak ada tenaga untuk berbicara banyak tentang Seja-nim. Cuman mau
bilang, ternyata Seja ganteng banget kalo lagi senyum #plak.
Just for Info, ternyata Lee Jin
Wook aslinya memang ada keturunan darah bangsawan dalam tubuhnya, jadi keluarga
Jinwook ini adalah keturunan Jeonju Yi Clan, yang merupakan keturunan keberapa
dari King Sejong. Hehehe, pantes aja yah, dia tampak sangat menikmati perannya
jadi Putra Mahkota^^
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Yey... Akhirnya muncul juga,.
BalasHapusIrfa makasich banyak,,
Tambah penasaran dengan episode slanjutnya ...
Suka scene min seo dan para pelayan.,
Seung po dan pan seo,.
Ayah dan ibu nya dal hyang yg agak alay...
Bamboo scene ngingetin ma movie apaaa ya?
Upss... Kepanjangan komen...
Irfa, fighting!
Lupa.... My favourite scene....
BalasHapusKyaaaaa ( alay)
Royal couple!
Keep in touch !
Akhirnya muncul juga linknya, , , mkin pnsran sama episode slnjutnya, , , mksih sinopsisnya, , , saranghae yonghwa opPa, , ,
BalasHapussbel liat raja injo lebay,kliatan kaya pecundang, miryeoung trtarik sm dalhyang?hiyaahahhaha itu alsan dalhyang gk di bunuh? kalo gak di gaji trs makannya gmna? huhuhu kasian dalhyang karakter paling ngenes
BalasHapusAaahahaaa...kasian PDhyang...smua pda suka godain dia...ngenessss polll...
BalasHapusyaaaaaaah malah ga komen di sini wkwkwkwk
BalasHapusyang episode 5 aja deh ditunggu :P
apalagi waktu maen pedang itu ^^
semangat kakak
BalasHapustak tunggu episode 5 nya... :)
Mksh ya mba ...ditunggu part selanjut nya
BalasHapus