Hummm,,, episode 2 ini rada galau
dan sedih apalagi Scene setelah Seja ketemu Mi Ryung, hihihi... its hurt
watching him like to this again. Jin Wook-ssi aku padamu deh pokoknya >.<
Seja-bin menunggu berita tentang
Ujian dari dayang agung (Sanggung) yang memberitahunya jika ujian sudah
berakhir tapi Park Dal Hyang membuat masalah karena memanah salah satu kuda
yang kemudian mengamuk dan merusak segalanya. Semua peralatan hancur, para
pejabat banyak yang terluka, bahkan wajah Raja pun sedikit tergores.
Seja-bin kaget mendengarnya, dia
langsung bertanya lalu bagaimana dengan Seja? Untunglah, Seja tidak apa-apa
karena dia tidak berada dalam jalur kuda yang mengamuk. Seja-bin tersenyum lega
mendengarnya (Uhm... melihat reaksi Seja-bin yang seperti ini sedikit banyak
boleh akh aku simpulkan jika dia sebenarnya mencintai suaminya?)
Namun... Seja ditegur dengan
bentakan oleh Raja, karena dia tertawa melihat kekacauan itu. dan Seja baru
menghentikan tawanya saat dia sadar jika wajah Abamamanya itu terluka. Seja
langsung menghampirinya karena khawatir. Seja-bin bingung mendengar cerita
Sanggung, mengapa Seja malah tertawa menyaksikan kerusuhan yang disebabkan Park
Dal Hyang?
Sementara itu, nasib Dal Hyang
sedang di putusakan dalam sebuah sidang yang dipimpin Raja yang sangat murka
dan tidak bisa memaafkan orang yang telah menimbulkan kekacauan juga membuat
wajahnya terluka. Dal Hyang dianggap tidak fokus pada tujuannya. Para menteri
pun meminta Raja untuk tidak meluluskannya dan memberinya hukuman, namun Seja
langsung angkat bicara.
Seja membela Dal Hyang karena dia
menjadi peringkat pertama dalam semua ujian, akan jadi tidak adil membuatnya
tidak lulus karena insiden ini. Sebagai hukumannya mereka bisa memberikan
jabatan terendah pada Park Dal Hyang. Apalagi selama beberapa tahun ini tidak
pernah ada peserta yang lulus dari Gangwon-do, jika mereka berbuat tidak adil
pada Dal Hyang mungkin akan mematahkan semangat pada peserta dari daerah
lainnya. Apalagi orang-orang telah mengeluh tentang sulitnya lulus ujian jika
mereka berasal dari daerah. Raja juga sebaiknya memikirkan nasib orang-orang
dari wilayah.
Sambil menatap hujan Park Dal
Hyang menanti keputusan tentang hasil ujian dan juga nasibnya. Seorang petugas
memberitahunya Jika Raja mengampuni Dal Hyang namun dia tidak akan mendapatkan
gelar dan gaji serta diberi posisi terendah, mereka akan melihat prestasinya di
masa depan. Meski disayangkan karena harus menjadi peringkat terakhir karena
masalah kekacauan yang dia sebabkan. Park Dal Hyang berterimakasih, petugas itu
berkata seharusnya Dal Hyang berterimakasih pada Seja, karena dia lah satu-satunya
orang yang membela Dal Hyang.
Dal Hyang bertanya pada petugas,
mengapa Seja melakukan itu? Mengapa dia membela Dal Hyang? Petugas juga tidak
tahu, mungkin Seja menilai Dal Hyang adalah orang yang berbakat. Dal Hyang
termenung, dia masih tak habis pikir pada pemikiran putra mahkota.
Perlakukan pemilik penginapan
tempat Dal Hyang tidur jadi berbeda karena Dal Hyang lulus ujian, hahaha. Dia
jadi melayani Dal Hyang dengan baik, bahkan menghangatkan ruangannya^^ Pemilik
penginapan memberikan sebuah surat pada Dal Hyang. Dari Samchongsa untuk Park
Dal Hyang yang telah lulus ujian. Dalam surat itu di sebutkan jika para
Samchongsa minta maaf karena telah menggagalkan Dal Hyang untuk mendapatkan
peringkat pertama. Sebagai ucapan selamat mereka mengundang Dal Hyang untuk
datang ke sebuah Gibang. Dal Hyang termenung, haruskah dia datang?
Dal Hyang menulis surat untuk
orang tuanya mengabarkan tentang kelulusannya, namun kemudian dia merasa butuh
udara segar dan membuka jendela kamarnya. Dal Hyang melihat sebuah lampu
mendekat kea rah kamarnya. Seorang wanita tua (Sanggung) bertanya padanya,
apakah dia yang bernama Park Dal Hyang? Dal Hyang membenarkan.
Seorang wanita dengan Chima
muncul, Park Dal Hyang kaget saat wanita itu membuka Chimanya, dia adalah
Seja-bin. Bagaimana bisa dia datang kesini? Dal Hyang mempersilahkan Seja-bin
masuk. Tidak. Dia akan bicara dari tempatnya berdiri sekarang dan akan segera
pergi.
Mengapa Seja-bin datang kesana?
Bagaimana jika ada yang melihat? Seja-bin meminta ijin untuk mengunjungi
ibunya. Seja telah memperlihatkan surat itu, katanya Dal Hyang masih
menunggunya, bagaimana Dal Hyang bisa sebodoh itu? Dia memang seperti itu
bukannya Seja-bin juga tahu. Seja-bin meminta maaf karena dia sudah melanggar
janjinya, tapi… semua diluar kendalinya, Jangan pernah menyalahkannya. Dal
Hyang mengerti.
Seja-bin berkata jika dia… sudah
membakar surat itu. Jadi jangan pernah memikirkannya lagi. Seja tidak akan
mentolerir untuk ke dua kalinya. Tentu saja, mana berani Dal Hyang melakukan
itu.
Tatapan mata Seja-bin yang
tadinya dingin berubah jadi lembut, dia memberikan selamat karena Dal Hyang
lulus ujian, orang tuanya pasti senang. Sanggung mengingatkan Seja-bin mereka
harus segera pergi. Seja-bin pun pamit pada Dal Hyang.
Dal hyang meneruskan menulis
surat untuk kedua orang tuanya. Dia meminta maaf karena belum bisa mengundang
mereka untuk datang ke istana, dan juga meminta mereka melupakan untuk
menjadikan Yoon Seo menantunya. Dal Hyang berbohong bahwa dia sangat tertarik
karena banyaknya wanita cantik di Hanyang dan dia pun merasa bersalah pada Yoon
Seo, tapi mau bagaimana lagi. Tak lupa Dal Hyang menuliskan jika hari ini adalah
hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya.
Tokoh-tokoh baru mulai
dikenalkan, Yong Gol Dae (Kim Sung Min), Jenderal Dinasti Qing yang sedang
berada di Pyungan-do (Sekarang Daerah disekitar Korea Utara). Dia mendapat
laporan tentang Kim Ja Jum yang mengirim utusan. Untuk apa? Kim Ja Jum ingin
bertemu dengan Yong Gol Dae sebelum duta besar Qing tiba di Hanyang.
Merasa penasaran, Yong Gol Dae
pun menemui dua orang utusan itu, seorang pria sebelah matanya tertutup dan
bekas luka di pipi, No Soo, serta seorang wanita yang berbicara dengan bahasa
Cina, Jo Mi Ryung (Yoo In Young). Saat Yong Gol Dae bertanya dengan bahasa Cina
untuk memastikan apakah Kim Ja Jum yang mengirim mereka pada No Soo, Mi Ryung
mengambil peran dengan berkata No Soo dari Joseon, dia tidak mengerti bahasa
Cina. Mi Ryung menegaskan jika mereka hanya utusan, sama sekali tidak bekerja
untuk siapapun.
(Wah… ini Yoo In Young sama Kim
Sung Min bagus juga bahasa Cina nya, walo masih terasa aksen Korea nya hehe)
Dal Hyang datang ke Gibang,
tempat Samchongsa mengundangnya, Min Seo yang dia temui pertama kali, karena
Seung Po sedang sibuk berjudi dengan para Gisaeng. Min Seo mempersilahkan Dal
Hyang duduk dan memberinya selamat, tapi Dal Hyang datang bukan untuk menerima
ucapan selamat, dia datang untuk meminta penjelasan mengapa mereka semua
menipunya.
Min Seo membela diri, dia tidak
ikut serta dalam hal itu, semuanya rencana Seung Po dan Seja. Karena Seja
adalah putra mahkota dia tidak bisa keluar istana sembarangan. Saat mereka
bertemu Dal Hyang, Seja sedang menyelinap dari istana, jadi mereka tidak bisa
mengungkapkan jati diri mereka. Min Seo berpikir semua akan berakhir setelah
mereka menolong Dal Hyang, tapi mereka malah menemukan surat itu.
Dal Hyang penasaran untuk apa
mereka keluar malam itu, Min Seo tidak bisa mengatakannya. Min Seo dan Seung Po
adalah pengawal Putra Mahkota, dia hanya mengikuti perintahnya dan tidak bisa
mengatakannya pada siapapun. Tapi… mereka tidak seperti pengawalnya, karena
berbicara seperti teman pada Seja. Min Seo tertawa, itu karena Seung Po sudah
kasar sejak lahir, tapi dirinya tidak bergitu.
Apakah Dal Hyang mengenal
Jenderal Heo Sok? Tentu saja Dal Hyang bahkan sangat mengaguminya. Min Seo
menatap Seung Po yang sibuk dengan para Gisaeng di meja judi. Orang yang sedang
berjudi bersama Gisaeng di meja judi itu adalah putra pertama jenderal Heo Sok?
Dal Hyang kaget mendengarnya, hahaha..
Karena background keluarnya Seung
Po dan Seja belajara bersama entah itu belajar falsafah ataupun seni bela diri.
(Yay… itu gurunya Seja dan Seung Po kecil, Menteri Choi yah? Hyung-nya Sun Woo
di Nine^^).
Setelah dewasa, mereka tetap
berlatih seni bela diri bersama. Seung Po tidak pernah mau mengalah pada Seja,
hingga sempat Seja sedang terdesak, Ups.. Seja malah memegang *maaf* pantat nya
Seung Po (wkwkwkwkw, haduh…. Seja parah ikh >.<)
Seung Po tak habis akal, dia
menarik kaki Seja dari depan hingga Seja tersungkur ke tanah dan sepatunya
lepas, kasim dan para pengawal kaget melihatnya, namun Seja sama sekali tidak
tampak marah, dia memang kesal namun kemudian membalas dengan melempar sepatu
ke wajah Seung Po yang berlari, mereka pun akhirnya malah main kejar-kejaran,
haha. Karena mereka tumbuh bersama, Seung Po kadang sedikit kasar pada Seja.
Seung Po tidak takut apapun, mungkin itu akan menjadi masalah untuknya di masa
depan.
Dal Hyang mencoba memahami sikap
Seung Po pada Seja dari cerita Min Seo, lalu… apakah Min Seo juga anak pejabat?
Bukan. Dia adalah seorang biksu kecil di kuil Seojin saat terjadi Serangan
Dinasti Qing ke Joseon berlangsung (sekitar 9 tahun lalu) Karena masternya
sangat ahli bela diri, para biksu kecil di latih bela diri, saat perang
berlangsung mereka ditugasi untuk melindung Seja.
Setelah perang berakhir, Seja
datang menemui dirinya dan memintanya untuk menjadi pengawalnya. Dal Hyang
kaget mendengar cerita Min Seo, dari seorang Biksu menjadi pengawal kerajaan?
Percaya atau tidak, itulah yang terjadi.
Seung Po datang dengan membawa
uang hasil judinya, dia berkata dia yang akan membayar semua makanan hari ini
dan kembali memesan alkohol. Seung Po bertanya apakah Dal Hyang bisa berjudi.
Tidak, baiklah dia akan mengajarinya, sikap Min Seo terlalu elegan jadi tidak
mau di ajak bersenang-senang. Dal Hyang ingin mengatakan sesuatu, tapi Seung Po
menyela dengan memberinya selamat. Sekarang, karena mereka adalah teman, maka
dia akan berbicara dengan bahasa informal.
Teman? Siapa yang berteman dengan
mereka? Akh.. apakah Dal Hyang masih parah pada Samchongsa, bukan marah sih…
tapi… Sudahlah! Itu semua ide Seung Po, bahkan Seja pun terjerumus ke dalamnya.
Tadinya Seung Po ingin melihat sisi cemburu Seja, dan membuat hubungan Seja dan
Seja-bin lebih baik. Tapi sepertinya Seja malah tertarik pada Dal Hyang di
banding pada Seja-bin, padahal bukan itu tujuannya (hahaha)
Dal Hyang menyadari sesuatu,
apakah hubungan Seja dan Seja-bin tidak baik? Seung Po baru sadar jika dia
sudah salah bicara, Min Seo bahkan menatapnta tajam. Seung Po mengalihkan
pembicaraan, bahwa dia bukan orang yang berada dalam posisi mengkhawatirkan
orang lain, apakah Dal Hyang tahu? Seung Po adalah orang yang menyedihkan.
Waktu Remaja Seung Po dipaksa
menikah dengan wanita yang tidak diinginkannya, dia bahkan menangis saat
pernikahannya, air matanya bahkan bercampur dengan air liur karena tangisan
yang tak terkendali, dia berharap dia tidak usah menikah, tapi Seung Po tidak
punya pilihan. Wanita yang dia nikahi bukanlah wanita yang cantik.
Setelah menikah selama 12 tahun,
istrinya semakin jelek dari hari ke hari, itulah mengapa dia tidak betah di
rumah dan lebih senang menghabiskan waktu dengan Min Seo. Seung Po pun
merangkul Min Seo sambil tertawa. Dal Hyang tampaknya tak terlalu memperhatikan
cerita Seung Po, dia sedang memikirkan perkataan Seung Po sebelumnya, apakah
Yoon Seo tidak bahagia menjadi Seja-bin?
Seja sedang sibuk mempelajari
sebuah peta saat Kasim datang dan melapor jika Seja-bin telah kembali dari
rumah orang tuanya. Tanpa menatap Kasim, Seja berkata dia mengerti. Kasim jadi
gugup dan berkata jika Seja-bin saat ini ada disini. Ternyata Seja-bin sudah
ada di belakanh Kasim sejak tadi. Akhirnya Seja mengangkat kepalanya dan
berhadapan dengan sang istri.
Seja-bin berkata dia baru pulang
dari mengunjungi ibunya. Katanya beliau sakit, bagaimana kabarnya? Sudah lebih
baik. Seja paham dan menyarankan Seja-bin untuk pulang dan beristirahat, karena
dia pasti lelah. Namun Seja-bin tidak beranjak dari tempatnya, bahkan saat Seja
sudah tidak menatapnya lagi dan kembali memperhatikan peta di hadapannya.
Menyadari istrinya masih disana,
Seja kembali menatap Seja-bin, “Apakah
ada yang ingin kau katakan?” Seja-bin ragu-ragu akhirnya dia berkata, “Hari itu hamba terlalu Syok hingga tak
sempat berkata apapun” Seja bingung, tentang apa?
Seja-bin: Tentang surat Park Dal Hyang, mengapa Anda menyerahkannya pada Hamba
dan tidak menanyakan apapun setelahnya. Bahkan Anda membantunya lulus ujian
setelah dia membuat kesalahan
Seja: Sudah ku bilang, aku tidak meragukanmu dan menganggumi Park Dal Hyang
Seja-bin: Tapi… Hamba merasa itu tidak wajar”
Seja: Apa maksudmu dengan wajar?
Seja-bin: *panik campur ragu* Jika Anda adalah suami Hamba, Anda
seharusnya meragukan Hamba, setelah mendengar itu ... Anda seharusnya membuang
surat itu...dan membencinya (Park Dal Hyang-maksudnya) ... itulah sewajarnya.
Seja: *malah tersenyum manis* Aku bukan orang dengan pikiran sempit
seperti itu.
(Haduh sound effect nya, wkwkwk
banget, *troktoktoktok* bener-bener jd pengen ngakak dengar perbincangan mereka
ini, hahaha)
Seja-bin kesal melihat reaksi
suaminya, bukan itu masalahnya. Dia berhambur ke hadapan Seja dan duduk di
depannya.
Seja-bin: *rusuh dan penuh emosi*
Itu menunjukkan, bahwa Anda sama sekali
tidak peduli pada hamba. Anda akan marah jika Anda mencintai Hamba!
Seja: *masih dengan wajah
tenangnya mendengar keluhan sang istri*
Seja-bin: *ragu-ragu dan cemas* Apakah benar begitu? Anda tidak mencintai
Hamba? Anda… tidak pernah mencintai hamba selama 5 tahun ini.
Seja: *diam cukup lama lalu
sedikit tersenyum lagi* Aku pikir kau
takut padaku. Sepertinya aku salah. Kau mengatakan apapun yang ingin kau
katakan
Seja-bin: *menggeleng kecil* Aku tidak takut pada Anda. Hanya saja… Hamba
merasa Anda begitu dingin
Seja malah tertawa lepas, Begitukah? Seja kemudian menawarkan sebuah alternatif,
Seja malah tertawa lepas, Begitukah? Seja kemudian menawarkan sebuah alternatif,
Seja: Lalu bagaimana jika begini, Aku serahkan Park Dal Hyang pada pihak
berwenang untuk menahannya dan melengserkan posisimu sebagai Putri Mahkota.
Lalu apa itu wajar sebagai suamimu? Apa itu membuat aku terlihat mencintaimu?
Seja-bin: *menatap tak percaya
pada sang suami*
Seja: Kalau begitu aku akan menyuruh mereka menahannya besok *pura-pura
tampak marah* Oh, kau bilang... aku seharusnya membuang surat itu juga. Kalau begitu,
bolehkah aku memintanya kembali?
Seja-bin: *merasa sangat kesal
dan akhirnya sedikit berteriak* Berhenti
bercanda! Itu sangat melelahkan.
Seja-bin mulai menangis, dan Seja
masih tenang-tenang saja, hadeeuuhh (aku beneran kasian ini liat Seja-bin
diginiin sama Seja, tega bener dirimu >.<)
Seja-bin: *penuh emosi dan air
mata* Hamba juga tahu itu! Anda mencintai
wanita yang terpilih sebelum Hamba! Ini bukanlah salah Hamba! Ini juga bukan
pilihan Hamba!
Seja: *dingin dengan tatapan
kosong* (mungkin karena Seja-bin mengungkit masalah cinta pertamanya)
Flashback 5 tahun lalu
Yoon Seo remaja kaget saat ibunya
memberitahu jika dia terpilih menjadi putri mahkota. Ibu juga baru diberi tahu
saat mereka kembali dari Gangwon-do. Bukan kah sudah ada orang yang terpilih
untuk menjadi putri mahkota, Putri Menteri Yoon kan? Itu sudah diputuskan
sebelum mereka pergi ke Gangwon-do. Memang begitu, tapi Putri Menteri Yoon meninggal karena
gantung diri. Bagaimanapun kini Yoon Seo lah yang terpilih, jadi dia harus
menguatkan dirinya. Yoon Seo sangat syok.
Setelah ibunya pergi, Yoon Seo
berkata itu tidak adil, tidak bisa begitu, dia sudah berjanji pada seseorang.
Yoon Seo hanya bisa menangis.
End of Flash back
Seja-bin menangis mengenang saat
pertama kali harus menerima takdirnya karena telah dipilih menjadi putri
mahkota.
Seja-bin: *masih penuh emosi dan
air mata* Ini bukan salah Hamba sehingga
dia meninggal! Kita menikah karena takdir... bukan karena kesalahan siapapun.
Hamba sudah menerimanya sekarang... Meskipun Hamba juga tidak menginginkannya…
tapi Hamba menurutinya dan mencoba melakukan yang terbaik! Tapi Jeoha... (Seja-bin
tak bisa lagi melanjutkan, terlalu sibuk untuk meredakan tangis dan emosinya)
Seja: *masih saja bersikap sok
tenang* Kurasa kau salah paham
terhadapku. Semua yang kau katakan barusan tidaklah benar
(Issshhh,,, Seja nih, sikap nya
yang kayak gini bikin aku benci-benci cinta sama Seja, Playfull banget sih
>.<)
Seja-bin: Tidak benar? Tapi itulah yang dikatakan semua orang
Seja: Kalau begitu mereka semua juga salah
Seja-bin: *bingung* Lalu apa yang benar? Lalu kenapa anda begitu
dingin sejak pertama kita menikah?
Seja: *menyangkal* Aku tidak begitu
Seja-bin: *blank* (sepertinya
bingung mau ngomong apalagi mendengar bantahan Seja)
Seja: Aku minta maaf jika kau merasa seperti itu, tapi aku tidak pernah
bermaksud bersikap dingin. Aku rasa kau terlalu sensitif
Seja-bin: *syok*
Seja-bin: *menghela nafas panjang
dan menghapus air matanya* Baiklah, Hamba
mengerti. Hamba seharusnya berterima kasih pada pengampunan Jeoha dan hamba
malah bersikap kekanak-kanakan
Seja: *tersenyum lebar* Itu baru benar
Seja-bin: (tidak percaya melihat
reaksi suaminya) *memasang wajah dingin* Selamat
malam
Seja-bin pun pergi setelah
berpamitan, dia sebenarnya masih tak puas, namun tampaknya dia merasa semua
akan menjadi sia-sia, Seja sama sekali tidak memahami perasaannya, apalagi Seja
mengucapkan selamat malam padanya seolah pembicaraan barusan tidak terjadi.
Seja-bin sudah tak tahan lagi dan akhirnya keluar dari kamar Seja.
Seja masih memasang wajah
tersenyum nya mengiringi kepergian sang istri dari kamarnya, setelah pintu
ditutup ekspresinya langsung berubah. Tampak sedih dan kesepian. Karena apa?
Karena Seja-bin mengungkit tentang cinta pertamanya, ataukah karena dia tak bisa
menunjukkan perasaan yang sebenarnya pada Seja-bin?
Tiba di kamarnya, Seja-bin
meminta Sanggung meninggalkannya sendirian. Dia duduk dan menangis
sejadi-jadinya. Yang paling menyedihkan bagi seorang istri adalah tidak
dicintai suaminya. Poor Seja-bin…
Ternyata Seung Po juga
menceritakan kisah Putri Menteri Yoon yang bunuh diri pada Dal Hyang. Mengapa
dia bunuh diri? Seung Po juga tidak tahu, mungkin dia tidak ingin menjadi
Seja-bin. Tapi itu sangat tidak masuk akal karea Seja dan Putri Menteri Yoon Saling
mencintai. Dal Hyang cukup kaget mendengar cerita ini.
Min Seo datang dan memberi kode,
Seung Po salah paham berkata dia tidak mengatakan apapun, namun bukan itu
maksud Min Seo, dia menunjuk ke sebuah arah. Kim Ja Jum, datang ke Gibang?
Mengapa dia ada Hanyang? Dan yang terpenting sedang apa dia ada di Gibang itu?
apakah dia merencanakan sebuah pertemuan rahasia?
Seung Po kemudian mendengarkan
percakapan Kim Ja Jum dengan beberapa pejabat istana di ruangan sebelah. Dia
tidak bisa memastikan siapa saja yang datang namun dia bisa mendengarkan dengan
jelas apa yang dikatakan Kim Ja Jum. Dia berkata pada para pejabat tentang
rencana kedatangan para duta besar Qing ke Hanyang, dia tahu apa yang mereka
inginkan.
Intinya, Dinasti Qing akan
mengubah status Raja mereka menjadi Kaisar dan ingin juga ingin mengubah status
hubungan Joseon dan Qing dari Sekutu menjadi hubungan Raja dan Hambanya. Para
pejabat kaget mendengarnya.
Seung Po yang menguping juga
kaget dan menghela nafas panjang, dia memberitahu Min Seo tentang hal itu. Min
Seo meminta Dal Hyang membantu mereka untuk melindungi Seung Po karena dia
sendirian di ruangan itu. Min Seo harus ke istana untuk melaporkan sesuatu pada
Seja.
Para pejabat memastikan Raja Injo
pasti tidak akan menyetujui hal itu. Itulah mengapa Kim Ja Jum mengumpulkan
mereka semua. Kim Ja Jum ingin menyampaikan pada duta besar Qing, bahwa
sebagian besar pemerintahan Joseon berpihak pada mereka, dia tidak ingin
memulai perang dengan Qing, karena sadar Joseon akan kalah. Jika Raja Injo tahu
hal ini, dia pasti akan memulai perang.
Min Seo melaporkan semuanya pada
Seja yang sangat kaget mendengar apa isi surat yang diterima Kim Ja Jum dari
duta besar Cina. Bukan kah mereka harus memberitahu Raja tentang hal ini? Seja
berpikir itu bukan yang terbaik, Raja sangat sensitif, akan menjadi masalah
besar jika mereka melaporkan tanpa bukti. Mereka harus tahu dulu rencana Kim Ja
Jum, “Musuh dari dalam lebih berbahaya
dibanding musuh dari luar” Seja memutuskan untuk pergi memastikan siapa
saja pejabat yang ada disana.
Raja Injo mendapat mimpi buruk
tentang Yong Gol Dae yang datang
memanahnya disaat tak ada siapapun disampingnya. Dia terbangun dengan
keringat dingin dan ketakutan, sangat paranoid setelah perang 9 dengan Qing 9
tahun lalu.
Dia merasa semua orang meninggalkannya, tak ada lagi yang bisa dia percaya, dia mencari Menteri Choi Myung Gil, namun Menteri Choi sedang tugas ke luar kota, lalu.. Seja.. dia ingin menemui putranya.. tapi ini sudah malam, mungkin Seja juga tidur. Raja Injo tidak peduli, saat ini dia bahkan tidak bisa tidur dengan tenang.
Dia merasa semua orang meninggalkannya, tak ada lagi yang bisa dia percaya, dia mencari Menteri Choi Myung Gil, namun Menteri Choi sedang tugas ke luar kota, lalu.. Seja.. dia ingin menemui putranya.. tapi ini sudah malam, mungkin Seja juga tidur. Raja Injo tidak peduli, saat ini dia bahkan tidak bisa tidur dengan tenang.
Saat Seja bersiap untuk pergi,
Kasim datang dan berkata Raja mencarinya karena dia mimpi buruk. Seja meminta
kasim untuk menenangkan Raja semampunya, dia ada urusan penting di luar dan
akan berusaha kembali secepatnya.
Mi Ryung dan No Soo datang ke
tempat pertemuan Kim Ja Jum dengan para pejabat. Kim Ja Jum mengenalkan mereka
sebagai pembawa pesan dari pihak Qing, namun sebelum menyampaikan pesan itu, No
Soo menyadari seseorang sedang menguping di ruang sebelah. Dia pun
menghancurkan dinding kayu itu dan menemukan Seung Po disana.
Seung Po berusaha menutup
wajahnya dan sehingga kesulitan melihat siapa saja yang bertemu dengan Kim Ja
Jum. Dal Hyang masuk karene mendengar ribut-ribut dan melihat para pejabat dan
seorang wanita pergi ke luar. Seung Po meminta Dal Hyang mengurus No Soo karena
dia harus memastikan wajah para pejabat yang datang.
No Soo dan Dal Hyang bertarung
sengit, sementara Seung Po dihadang anak buah Kim Ja Jum. Seja dan Min Seo
datang dan membantu mereka. Sekali lagi, Seja menyelamatkan Dal Hyang yang
terdesak karena serangan No Soo. Seja berkata pada Dal Hyang sebaiknya dia
hati-hati akan sangat menyedihkan jika dia mati setelah lulus ujian. Dal Hyang
tampak kesal dan berkata seharusnya Seja tidak menolongnya
“Jadi aku tidak diperlukan? Sepertinya Kau juga tidak membutuhkanku
untuk lulus ujian” Dal Hyang ingin membantah, tapi ini bukan saatnya, No
Soo yang lumpuh sementara waktu, bangkit lagi. Seja bertanya kemana orang-orang
pergi. Dal Hyang memberitahunya dan juga berkata diantara mereka ada seorang
wanita juga.
Seja mengejar para pejabat yang
ternyata mengenali Seung Po sebagai pengawal Seja. Mereka bisa mati sebelum
esok hari. Seja melihat para pejabat yang melarikan diri itu dan mengenali
wajah mereka satu persatu (WHAT? Salah satu pejabatnya ada yang namanya Park
Sun Woo?? Akh… SWnim pasti sangat cinta pada nama Sun Woo >.<)
Melihat seorang wanita yang juga
ingin melarikan diri, Seja teringat perkataan Dal Hyang, dia mengejar wanita
itu dan mencoba menghentikannya naik kuda. Namun betapa kagetnya Seja saat dia
melihat siapa wanita itu. Seja mengenalinya… seseorang dari masa lalunya.
Wanita itu adalah Mi Ryung. Pandangan mereka saling terpaku satu sama lain, Mi
Ryung menatap sedih dan benci pada Seja yang tampak syok.
No Soo yang berhasil melarikan diri dari Dal Hyang datang dan tanpa pikir panjang menghunuskan pedangnya untuk melukai lengan Seja, Mi Ryung kaget melihatnya.
Karena sedang Syok, Seja bahkan
tidak mendengar suara Dal Hyang yang memberinya peringatan. Dia bahkan tampak
tak merasakan apapun saat pedang mengenai lengannya dan meninggalkan luka cukup
dalam. Seja akhirnya ambruk dan No Soo membawa Mi Ryung pergi dari tepat itu.
Dal Hyang bertanya apakah Seja
tidak apa-apa? Dal Hyang tidak bisa membiarkan Mi Ryung dan No Soo kabur, dia
membawa salah satu kuda dan mengejar mereka berdua.
Seung Po dan Min Seo datang dan
mengecek keadaan Seja. Setelah memeriksa luka Seja, Seung Po berpikir mereka
harus mencari dokter karena tidak mungkin memanggil Dokter istana. Seja
menolak, dia harus kembali ke istana karena Raja sedang mencarinya.
Mi Ryung dan No Soo melarikan
diri dengan kudanya, No Soo bertanya siapa orang-orang itu (Seja dkk-
maksudnya) Mi Ryung bukannya menjawab, dia malah berkata, “Apakah kau Gila? Kau tau siapa orang yang kau serang itu?” Siapa
memangnya! “Seja” No Soo kaget
mendengarnya, jika pihak kerajaan tahu tentang hal ini, tentu saja kepala No
Soo tidak akan selamat. Mi Ryung tampak sedih saat mengatakan nama Seja,
masalalu mereka pastilah bukan hal yang sederhana.
Seja-bin kaget mendengar Seja
tidak ada di kamarnya sementara Raja sedang mencarinya. Para kasim sudah
mencoba menenangkan raja, tapi tidak berhasil, dia tetapa mencari Seja,
meskipun mereka mengatakan Seja tertidur sangat pulas. Memangnya Seja kemana?
Kasim berkata dia pergi untuk urusan penting setelah keadatangan Ahn Min Seo.
Seja-bin cemas, ini pasti akan menjadi masalah. Apalagi Sanggung memberitahu
jika Raja sedang menuju ke kediaman Seja, tentu saja ini membuat Seja-bin
semakin cemas.
Raja In Jo benar-benar kesal,
karena Seja tidak mau menemuinya padahal tempat tinggal mereka tidak terlalu
jauh. Para kasim mencoba menenangkannya bagaimanapun ini sudah sangat larut.
Raja tidak peduli dan tetap pergi ke kediaman Seja.
Seja-bin menyambut Ayah mertuanya
dengan gugup dan cemas, Apakah Seja ada di kamarnya? Melihat betapa gugupnya
Seja-bin yang membual tentang Seja yang tertidur pulas karena mabuk membuat
Raja In Jo semakin curiga, Benarkan Seja ada di kamarnya? Mereka semua
membohonginya!
Dengan kesal Raja masuk ke dalam
kamar Seja dan… dia menemukan putranya berdiri disana, membelakangi pintu
masuk. Seja menghela napas sebelum menghadapi Ayahnya. Raja In Jo bertanya
kemana saja putranya itu? Seja minta maaf karena dia terlalu lelap tidur, dia
tidak tahu jika urusannya sepenting itu. Ada Apa sebenarnya?
Raja Injo mengeluh tentang mimpi
buruk yang membuatnya tidak , tidak adalagi yang bisa dia percaya kecuali Seja.
Jadi… Seja jangan pernah membuatnya cemas. Seja berkata dia akan segera datang
ke kediaman Ayahnya. Tidak perlu, besok saja mereka bicara, hari ini Raja
merasa lelah. Raja pun pergi dari kamar Seja.
Di sekitar kediaman Seja, Seung Po
dan Min Seo bersembunyi dengan tangan
Seung Po yang berlumuran darah, darah siapakah itu? Tentu saja darah Seja.
Mereka berhasil membawa Seja tepat waktu untuk kembali ke kamarnya. Daebak!
Seja-bin langsung berhambur ke
kamar Seja setelah Raja pergi, dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Seja
diam saja, kemudian Seja-bin melihat darah menetes dari lengan Seja hingga
jatuh ke lantai. Seja-bin kaget dan bertanya, “Apakah itu darah?”
Seja-bin mendekat, berusaha mengecek keadaan suaminya, tapi… Seja menolak perhatian Seja-bin dengan dingin. Dia tidak ingin Seja-bin menyentuh lengannya yang terluka. (Aissshhh… this Scene is very heartbreaking)
Seja-bin mendekat, berusaha mengecek keadaan suaminya, tapi… Seja menolak perhatian Seja-bin dengan dingin. Dia tidak ingin Seja-bin menyentuh lengannya yang terluka. (Aissshhh… this Scene is very heartbreaking)
Menghadapi penolakan Seja,
Seja-bin tak bisa berbuat apapun, apalagi saat Seja memintanya pergi dan malah
memanggil kasim untuk menemaninya. Dia sangat sedih dengan penolakan itu, namun
apa yang bisa dia lakukan? Seja-bin keluar dari kamar Seja dan mencoba menahan tangisnya, namun dia gagal.
Di saat Seja menyangkal dirinya bersikap dingin selama ini, pada akhirnya dia menunjukkan sikap sedingin es nya, ketika Seja-bin begitu mengkhawatirkan dirinya.
Di saat Seja menyangkal dirinya bersikap dingin selama ini, pada akhirnya dia menunjukkan sikap sedingin es nya, ketika Seja-bin begitu mengkhawatirkan dirinya.
Kasim kaget saat melihat darah di
lantai, apa yang terjadi? Tapi bukan itu yang Seja khawatirkan, “Mi Ryung” Kasim bingung mendengarnya.
Seja berbalik dan bertanya pada Kasim, “Aku baru saja melihat Mi Ryung, apa yang sebanarnya terjadi?” Kasim tampak kaget mendengarnya. (Apakah Kasim tahu jika Miryung belum meninggal atau dia juga kaget karena mendengar Mi Ryung masih hidup?)
Seja berbalik dan bertanya pada Kasim, “Aku baru saja melihat Mi Ryung, apa yang sebanarnya terjadi?” Kasim tampak kaget mendengarnya. (Apakah Kasim tahu jika Miryung belum meninggal atau dia juga kaget karena mendengar Mi Ryung masih hidup?)
Dal Hyang tetap mengejar Mi Ryung
dan No Soo, mereka berhenti disebuah lapangan. Dal Hyang pikir itu hal yang
baik, hingga dia melihal seorang Jenderal yang memimpin sebataliyon tentara
ditemui keduannya, dia adalah Yong Gol Dae.
Yong Gol Dae siapa Dal Hyang
mengapa dia berani sekali melukai orang-orangnya (tentu saja dia bertanya dalam
bahasa Cina) Dal Hyang tidak mengerti, apalagi saat Mi Ryung menjawab
pertanyaan Yong Gol Dae yang mengatakan jika Dal Hyang adalah orangnya Sohyun
Seja, sepertinya Seja telah mengetahui rencana mereka, dan No Soo telah menusuk
Seja. Yong Gol Dae memutuskan sesuatu, dia memerintahkan pasukannya untuk
melepaskan panah, (WHAT? Itu Dal Hyang di serbu sama puluhan panah gitu? Poor
Dal Hyang)
Malam itu adalah pertemuan ke-4
Dal Hyang dengan para Samchongsa, mereka telah bertemu dengan orang yang akan
mengubah dunia. Dal Hyang merasa hidupnya akan menjadi lebih rumit dari
sebelumnya. Dan cerita sebenarnya akan
dimulai dari sana.
***
Kelucuannya sedikit berkurang,
tapi mulai fokus pada cerita dan intrik politiknya. Ya ya ya… bagaiamana pun
Samchongsa adalah drama Saeguk, selucu-lucu nya pun pasti berkutat di masalah
politik^^ aku tidak anti masalah politik di Saeguk, bahkan sangat menikmatinya
dan akan berusaha memahaminya, yang aku tangkap sejauh ini sih, Seja ingin
melindungi Joseon dari serangan dinasti Qing secara diam-diam (tanpa
sepengetahuan Ayahnya) dia mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang status
invansi yang sedang gencar di lakukan Qing yang hampir menaklukan Ming dan
Mongol. Sementara Kim Ja Jum tampaknya malah ingin menjual negaranya pada Qing
dan rela-rela saja menjadi budak Qing dari pada Joseon harus kalah melawan
Qing, Sigh!
Ommo, masa lalunya Seja dan Seung
Po, so sweet sekali, hahaha… ampun deh mereka ternyata lebih lengket dari Sun
Woo dan Young Hoon *Ups dalah fokus* Seung Po pasti tahu benar bagaimana
kepribadian Seja dan semua kisah hidup yang di laluinya, tapi nasibnya Seung Po
ngenes sekali yah? Kecil-kecil dan jadi manten, mana nikahnya sambil
nangis-nangis gitu lagi, wkwkwk.
Lalu… Eeerr aku patah hati,
ternyata Min Seo biksu, hahaha. Jadi ceritanya dia nggak bisa dikecengin gitu?
Padahal kan ganteng >.< Tapi background Biksu untuk Min Seo ini cocok
sekali, kata nya sih sesuai dengan karakter Aramis di Three Musketeers nya juga
yah?
Seja-bin dan Dal Hyang. Ku pikir
Scene nya bakal sedih, tapi aku merasa biasa aja, Seja-bin sangat menyesal
karena dia tidak bisa memenuhi janjinya sementara Dal Hyang terus
mempercayainya, namun yah… semua memang diluar kuasanya. Saat dia dipilih
menjadi Putri Mahkota menggantikan calon Putri Mahkota *yang katanya meninggal
itu* pasti dia tidak bisa menolak, kecuali dia tega melihat Ayah dan ibunya di
hukum mati. Saat itu dia hanyalah seorang gadis remaja yang berjanji pada cinta
pertamanya. Takdir mereka memang, hmmm… memang sedikit kejam.
Setelah menikah, mungkin Seja-bin
tak pernah lagi memikirkan Dal Hyang, melihat dia begitu kaget saat Seja
mengungkit namanya di episode 1, namun dia tak pernah menyangka jika Dal Hyang
masih begitu setia padanya, dan dia merasa bersalah untuk hal itu. Meskipun Dal
Hyang tahu dari Seung Po tentang latar belakang pernikahan Seja dan Seja-bin,
tapi kemungkinan untuk Dal Hyang dan Yoon Seo kembali bersama seperti di masa
lalu sangat-sangat kecil, bahkan nyaris tidak mungkin.
Dan masalah Mi Ryung, penasaran
apa yang terjadi di masa lalu, melihat Preview episode 3, sepertinya Mi Ryung
tidak benar-benar ingin bunuh diri, apa mungkin seseorang menjadi dalang di
balik cerita bunuh dirinya Mi Ryung? Siapa orang itu? Apa mungkin keluarga
Seja-bin? Kalo iya, kasian amat Seja-bin ntarnya, seandainya Seja tahu, bakalan
makin dingin lah Seja ini sama istrinya.
Lalu bagaimana dia bisa berakhir
menjadi penyampai pesan Kim Ja Jum pada pihak dinasti Qing, ini juga adalah
sebuah misteri besar.
Hubungan Seja dan Seja-bin… Ommo…
aku beneran ngerasa kasihan sama keduanya, terutama pada Seja-bin yang
sepertinya sudah sepenuhnya mencintai suaminya. Namun sayangnya Seja belum bisa
move on juga dari Mi Ryung, meski mungkin sebagian adalah karena rasa bersalah
telah membiarkan kekasihnya itu meninggal karena bunuh diri. BTW, jika semua
orang bepikiran bahwa Mi Ryung itu sudah meninggal 5 tahun yang lalu, jadi…
jasad siapa yang ditemukan tergantung hari itu? karena kenyataannya Mi Ryung
masih hidup, dan Seja masih mengenalinya dengan baik.
Scene Seja-bin curhat sama Seja
itu, ampun deh,,, lucu amat yaks, mereka beneran pasangan kocak, cara Seja
memperlakukan istrinya itu bener-bener menggemaskan, bikin kesel, tapi juga
menawan. Halah,, aku jadi bingung sendiri. Gini deh, aku sebel karena Seja
tidak bisa memahami perasaan Seja-bin yang mungkin tampak sensitif baginya,
tapi juga aku Suka liat Seja seperti itu >.< Akh… karakter 4 dimensinya
itu so Awesome^^ Dan Sepertinya Lee Jin Wook semakin memikat hatiku dengan
karakter Seja yang di perankannya (dan aku akan mengikuti jejak Sohyun Seja
yang tidak bisa move On, Ugh^^)
Seja-bin gak kalah kocaknya, dia
penuh dengan emosi saat nangis-nangis di depan Seja, tapi pas Seja bilang itu
salah paham, dia langsung hening seketika, tidak berani membantah lagi,
meskipun di dalam hati masih dongkol. Kemudian… melihat sikap meletup-letupnya
Seja-bin, apa mungkin dia sedang hamil yah? #ngarepdikit
Soalnya kalau liat di Cruel
Palace, Setelah usai Invansi Dinasti Qing yang kedua (sekitar tahun 1636-tahun
yang tepat dengan cerita Samchongsa ini berlangsung) Seja-bin baru saja
melahirkan putra pertamanya, Pangeran Sukchul. Sikap mereka masih sangat
dingin, bahkan setelah kelahiran putra mereka. Ngarepnya sih kalo di
Samchongsa, mereka udah saling membuka hatinya sebelum pergi ke Cina yah,
kasian aja liat Seja-bin tekanan batin ngadepin suami yang gak bisa move On^^
Aku sih yakin pada akhirnya
Seja-bin dan Seja akan saling menyayangi satu sama lain, tinggal menunggu waktu
rekonsiliasi diantara mereka. Bisa jadi kehadiran Mi Ryung akan membuat
hubungan mereka tambah tegang, namun akhirnya Seja menyadari perasaannya yang
tersisa untuk Mi Ryung selama 5 tahun ini hanyalah rasa bersalah, dan dia mulai
diam-diam memperhatikan Seja-bin. Gak apa-apa deh di season 1 ini dia nggak
terang-terangan nunjukkin perasaannya pada Seja-bin, asal di season 2 di kasih
banyak sweet scene aja pas mereka hostage di Cina *Ugh.. maunya*
Baca di soompi banyak yang
komplen tentang adegan actionnya yang katanya tampak amatir, klo aku sih… Cuma
bisa bilang No Comment, karena sebagian besar adegan Actionnya jarang aku
perhatikan, terlalu fokus mikirin Seja dan perubahan ekspresinya, hahaha… trus banyak juga yang protes tentang Akting
Yong Hwa yang katanya kurang luwes, aku mah enjoy aja liatnya, karena menurutku
Yong Hwa cocok dengan karakter Dal Hyang yang begitu, hehehe.
Selain Scene Seja dan Seja-bin,
Scene favorite ku di episode 2 ini adalah latihan seni bela dirinya Seung Po
dan Sohyun Seja. Ommo… Bromancenya Lee Jin Wook dan Yang Dong Gun ini kocak
banget, Jin Wook selalu beruntung dapet Bromance yang menarik dari SWnimnya,
ntah di Nine, ntah di Samchongsa. Dan… ada persamaan besar antara Young Hoon di
Nine dan Seung Po di Samchongsa, mereka sama-sama gak terlalu suka sama istri
mereka, hahaha. Keinget Young Hoon, minta Sun Woo sisa-in dupanya karena dia
pengen ganti istri, wkwkwk >.<
Eh iya, banyak yang merasa drama
ini mirip Moon Sun yah katanya? Karena calon Putri mahkota yang katanya
meninggal tapi ternyata tidak. Untung banget aku belum nonton Moon Sun, jadi
tidak merasakan kemiripan itu (tiba-tiba aja merasa bersyukur).
Tentang kisah Cinta pertamanya Sohyun Seja yang bunuh diri, di bahas juga di Cruel Palace, apa mungkin itu memang sesuai sejarah? Ada calon Seja-bin lain sebelum Kang-bin. Itulah mengapa hubungan Sohyun Seja dan istrinya tampak dingin sebelum mereka tinggal di Cina.
Tentang kisah Cinta pertamanya Sohyun Seja yang bunuh diri, di bahas juga di Cruel Palace, apa mungkin itu memang sesuai sejarah? Ada calon Seja-bin lain sebelum Kang-bin. Itulah mengapa hubungan Sohyun Seja dan istrinya tampak dingin sebelum mereka tinggal di Cina.
Minggu masih lama yah? Udah kangen aja sama Seja nih, dan penarasaran banget sama masa lalunya Seja dan Mi Ryung.
Eh iya, ada aktor baru yang bakal muncul di episode 3, katanya dia yang bakal jadi Seja pas remaja^^ Hayo... manis mana kalo di bandung SunWoo remaja? hehehe^^
Eh iya, ada aktor baru yang bakal muncul di episode 3, katanya dia yang bakal jadi Seja pas remaja^^ Hayo... manis mana kalo di bandung SunWoo remaja? hehehe^^
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Suka sekali karakter seja - seja bin..bikin tertawa...gemes liat seja..bisa yah gitu sama istrinya...btw trims bak irfa..
BalasHapusIya Fa, adegan action nya kurang ok. Apa karena sebelumnya saya nonton Baek Dong Soo ya. Di 3 musketeers action nya kebanyakan effect, kurang dapet.
BalasHapusAnisRedsAzza
Suka bgt ama drama ini,apalagi di episode 1 ekspresinya seja bikin ngakak abis...di tunggu ya episode berikutnya...trims mbak irfa...
BalasHapusAq koq jd nyipperin seja and seja bin yea...
BalasHapusIrfa makasih buat sinopsisnya ya.,
Keep fighting!
irfa marriage not dating kapan lanjutnya nih gag sabar liat kelanjutanya nemo couple....
BalasHapusnon semangat truz!!!!! figthing......^_^
BalasHapusep 2 gk selucu ep 1, itu pas si no soo ngehujamin pedang ke tangan seja aku ampe gk kuat liatnya merinding ah! kalo menurt aku sih yoonseo itu msh ada rasa sm dalhyang, buktinya pas ngunjungin dalhyang ngomong klu suratnya udh dia bkar trs pas mau pergi dia smper berkaca² gt matanya natap dalhyang, sedih bgt! yoonseo nahan perasaannya krna dia tau dia itu calon ratu, takut klu dia macem² bisa mengancam nyawanya,nyawa kluarganya, sm nyawa dalhyang tentunya, yoonseo pastinya takut sm raja injoo.
BalasHapusSetuju banget sama Irfa ttg bagian istri yg ga dicintai suaminya.. sepahit2nya one-sided love, paling pait kalo smpe jd suami istri yaa..
BalasHapus