Seja mengucapkan selamat malam
dengan wajah penuh senyum pada Sejabin sebelum dia meninggalkannya.
Setelah beranjak beberapa langkah Seja berbalik lagi seolah tak rela meninggalkan sang istri. Sejabin pun
tersenyum melepas kepergian sang suami dan berkata agar Seja pergi sekarang
sambil tersenyum gugup.
Seja mengerti dan berjalan menuju kudanya. Seja bingung
saat menyadari alat berburu nya hilang,
kemanakah busur dan anak panahnya. Saat Seja mencoba mencari dalam
kebingungannya sebuah anak panah melesat melewati pandangannya, nyaris
mengenainya namun anak panah itu melesat ke belakang dan mengenai sesuatu.
Kejadiannya begitu cepat, Seja
bahkan tak sempat menoleh ke belakang sebelum anak panah itu mengenai sesuatu
di belakang sana. Saat sadar dari rasa kaget nya Seja berbalik dan mendapati
Sejabin lah yang dada kirinya telah tertusuk anak panah yang baru saja melewati
pandangannya. Seja kaget dan semakin merasa syok. Saat anak panah itu melesak
ke dalam dadanya, Sejabin pun merasa kaget dan akhirnya merasa kesakitan. Dia
tak bisa menahan berat tubuhnya lagi dan akhirnya mulai oleng. Seja segara
berlari menuju istrinya dan menangkapnya sebelum tubuh Sejabin jatuh ke tanah.
Nafas Sejabin mulai pendek
–pendek saat Seja merengkuh tubuhnya dan terlihat panik dan ketakutan melihat Sejabin
yang tampak tak berdaya karena tusukan anak panah itu, Seja memanggil-manggil
istrinya, “Bin-gu… Bin-gu..” Seja melihat ke arah anak panah itu berasal dan
menemukan seseorang dengan pakaian serba hitam berlari ke dalam hutan, itu
pasti si pelaku namun Seja terlalu panik untuk berpikir apakah dia harus
terlebih dahulu menangkap si pelaku atau mengamankan Sejabin yang terlihat semakin kesakitan dan
kehilangan banyak darah.
Akhirnya Seja memilih untuk
mengamankan Sejabin terlebih dahulu dan membawanya kembali ke kuli. Yoon
Sanggung kaget melihat Seja membopong Sejabin yang terluka hingga dia
menjatuhkan lampu yang dibawanya. Seja memerintahkan Yoon Sanggung membangunkan
semua orang dan memanggil dokter dengan segera. Dengan panik Yoon Sanggung
bergegas melaksanakan perintah Seja.
Dalam pelukan Seja, Sejabin
menahan rasa sakitnya sambil mencengkram baju Seja dengan kuat. Seja mencoba
menenangkannya dan berkata, “Bertahanlah… Kau akan baik-baik saja” Dengan
hati-hati Seja membawa Sejabin menuju kuil sementara cengkraman Sejabin di baju
Seja semakin menguat karena rasa sakit tang tidak tertahankan.
Min Seo datang ke kuil dengan
kudanya, seorang pengawal bertanya mengapa Min Seo datang ke tempat itu? Dia
ingin menemuui Seja, saat melihat keadaan yang begitu kisruh, Min Seo bertanya
apa yang terjadi? Si Pengawal berkata jika Sejabin terkena panah dan kondisinya
kritis, dia akan pergi untuk memberi kabar ke istana. Min Seo kaget mengetahui
hal tersebut.
Putri Jung Myung kaget melihat
keadaan Sejabin apa yang sebenarnya terjadi. Seja membawa Sejabin masuk ke
dalam sebuah kamar dan mencoba membaringkannya, namun Sejabin seolah tidak
ingin melepaskan tangannya dari baju Seja, padahal nafasnya sudah
pendek-pendek. Perawat berkata Sejabin harus segera di baringnyan.
Seja pun
membujuk Sejabin, “Aku akan ada disini. Jangan khawatir. Aku akan berada di sampingmu”
Setelah mendengar janji Seja
akhirnya Sejabin melepaskan cengkaramannya dan mulai tak sadarkan diri. Semua
orang menjadi panik dan berteriak “Mamma!” Sementara Seja hanya bisa terdiam
dengan wajah sedihnya melihat sang istri tidak sadarkan diri sambil memandangi
wajah pucat Sejabin yang semakin pucat. Perawat meminta Seja meninggalkan kamar
agar mereka bisa segera bekerja untuk mengobati Sejabin.
Di luar Seja bertemu dengan Min
Seo yang bertanya apa yang terjadi? Apakah Seja melihat pelakunya? Saat itu
terlalu gelap, Seja tidak bisa melihat dengan jelas siapa pelakunya. Min Seo
segera melaporkan tentang kaburnya Hyang Sun dari penjara dan dia bahkan mencoba
membunuh Park Dal Hyang dengan mengirimkan anggur beracun, namun minuman itu di
minum oleh Ayahnya Dal Hyang yang kini sudah meninggal akibat meminum anggur
tersebut. Seja sangat kaget mendengarnya apalagi Min Seo pun menduga jika Hyang
Sun juga lah yang melukai Sejabin.
Setelah mendengar kemungkinan
tersebut, Seja langsung masuk ke dalam hutan di sekitar tempat dia dan Sejabin
tadi bertemu. Pengawal berkata tidak ada siapa-siapa disana, Seja mau kemana?
Seja tidak menghiraukan kata-kata pengawal yang mencoba menahannya untuk masuk
hutan, dia malah mengambil pedang si pengawal dan masuk kedalam hutan dengan
penuh amarah.
“Dimana kau? Aku sendirian.
Keluarlah!” Seja berteriak mencari Mi Ryung dengan penuh kemarahan. Mendengar
suara Seja, Mi Ryung pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan dan
menampakan wajahnya yang tampak pucat. Seja menatapnya kemudian mulai
mengeluarkan air mata.
“Aku… Aku… menyesali hal itu
setiap hari dan terus bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah mengendalikan
kejahatan dengan kemarahan adalah keputusan yang tergesa-gesa? Apakah 5 tahun
lalu itu adalah pilihan yang terbaik?”
“Jadi… saat kau muncul kembali…
aku benar-benar merasa senang. Aku diberi kesempatan untuk mengendalikannya
dengan kebaikan. Aku pikir itu adalah cara yang benar, aku pikir kau akan
berubah. Jika kau berubah, aku juga bisa bahagia!”
“Tapi… Lihat apa yang terjadi
sekarang? Apakah ini hasil dari ketulusanku? Bagaimana buruknya takdir yang
kita miliki”
Mi Ryung ikut menangis melihat
Seja mengatakan semua itu dengan berurai air mata, dia pun mulai membela diri,
“Aku… Aku datang kesini hanya karena ingin berbicara denganmu… Aku pikir…
setidaknya kau akan merasa bersedih. Tapi…. Kau malah bersenang-senang dengan
wanita itu setelah memasukan ku ke dalam penjara?”
Seja akhirnya memahami sesuatu,
“Aku mengerti… Kau tidak bisa melihat aku bahagia dan aku pun tidak akan pernah
bisa memaafkanmu. Baiklah… Mari kita mati bersama. Kematian kita akan menyelamatkan
semua orang yang tidak bersalah”
Seja menghunuskan pedangnya dan
berjalan ke arah Mi Ryung. Melihat Seja yang begitu nekat, Mi Ryung langsung
waspada dan menarik busur panah serta mengarahkan anak panah pada Seja, “Jangan
Mendekat! Kau pikir aku tidak akan melepaskan anak panahnya?” Seja tidak peduli
dan terus mendekat kearah Mi Ryung dengan wajah penuh amarah.
Mi Ryung panik,
akhirnya dia melepaskan anak panah itu ke tubuh Seja. Tepat sasaran, anak panah
itu tertancap di perut Seja. Mi Ryung kaget sendiri dengan apa yang telah di
lakukannya, sementara Seja tak gentar sedikit pun, dia terus mendekat ke arah
Mi Ryung dan akhirnya menebaskan pedangnya pada
bahu Mi Ryung karena dia sudah kehilangan sebagian tenaganya.
Mi Ryung
ambruk karena tebasan itu dan Seja pun ikut ambruk karena tidak bisa menahan
rasa sakit akibat tusukan anak panah di tubuhnya. Seja menatap langit sebelum
menutup mata, seolah dia benar-benar bersiap untuk mati saat itu juga.
Seja terbangun dari tidurnya.
Kini dia sudah berada di istana. Seung Po yang menungguinya langsung bertanya
apakah Seja bisa mendengarnya? Bukannya menjawab pertanyaan itu, yang pertama
kali ditanyakan Seja adalah kondisi Seja-bin. Seung Po bertaka Sejabin sudah
membaik, sebaiknya Seja mengkhawatirkan kondisinya saja.
Hari demi hari berganti, Seja kembali terbangun dan masih Seung Po yang menungguinya, lagi-lagi yang dia tanyakan saat pertama kali terbangun adalah keadaan Sejabin. Seung Po sampai gemas dan berkata bahwa keadaan Sejabin sudah semakin baik, dia lebih cepat pulih di banding Seja. Mendengar hal tersebut Seja merasa tenang dan kembali tertidur.
Hari demi hari berganti, Seja kembali terbangun dan masih Seung Po yang menungguinya, lagi-lagi yang dia tanyakan saat pertama kali terbangun adalah keadaan Sejabin. Seung Po sampai gemas dan berkata bahwa keadaan Sejabin sudah semakin baik, dia lebih cepat pulih di banding Seja. Mendengar hal tersebut Seja merasa tenang dan kembali tertidur.
Di hari lainnya, Seja kembali
terbangun dan mendapati Kasim Koo yang sedang menungguinya. Sekali lagi Seja
mempertanyakan keadaan Sejabin. “Binnie… bagaimana keadaannya sekarang?” Kasim
Koo berkata bahwa keadaan Sejabin sudah lebih baik sekarang. Seja meminta Kasim
Koo untuk membantunya bangun karena dia ingin melihat keadaan Sejabin. Kasim
Koo terlihat ragu dan berkata bahwa Sejabin pulang ke rumahnya atas perintah
baginda Raja agar kesehatannya segera pulih. Kasim Koo berkata agar Seja tidak
khawatir karena Sejabin sedang beristirahat. Seja pun akhirnya kembali tertidur
agar dirinya bisa segera pulih.
Pemakaman Ayah Dal Hyang di lakukan di Gangwon-do dalam Susana penuh tangisan, terutama dari ibu Dal Hyang.
Ibu tampak sangat sedih dengan
kematian suaminya, dia mengeluhkan mengapa Suaminya itu harus pergi ke Han
Yang, jika pada akhirnya akan seperti ini. Dal Hyang sangat menyesali hal itu,
namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa menahan tangisnya, Dal
Hyang memilih keluar untuk mencari udara segar.
Seseorang memberikan surat yang
dikirimkan Seung Po pada Dal Hyang. Dalam surat itu Seung Po mengabarkan
beberapa berita penting yang terjadi di ibu kota.
Kabar pertama Seung Po
menceritakan tentang Seja yang terluka karena Hyang Sun dan pengawal mengejar
Hyang Sun hingga di tepi air terjun. Hyang Sun tidak bisa lagi melarikan diri
dan mendapatkan dua tembakan anak panah di tubuhnya, namun dia sengaja
melemparkan dirinya ke air terjun.
Beberapa hari kemudian mayat yang memakai pakaian Hyang Sun ditemukan, Hyang Sun sudah mati. Seung Po berharap kematian Hyang Sun sedikit meredakan kemarahan Dal Hyang atas kematian Ayahnya.
Beberapa hari kemudian mayat yang memakai pakaian Hyang Sun ditemukan, Hyang Sun sudah mati. Seung Po berharap kematian Hyang Sun sedikit meredakan kemarahan Dal Hyang atas kematian Ayahnya.
Meskipun Hyang Sun sudah mati,
namun luka yang dia tinggalkan terlalu dalam. Keadaan Seja semakin membaik
namun ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Mereka tidak bisa memberitahunya
bahwa Sejabin sulit untuk bertahan hidup. Membaca hal itu Dal Hyang syok berat
hingga menjatuhkan suratnya.
Namun dia kembali melanjutkan
membaca surat tersebut, bagian terpenting dari semua. Seung Po dan Ah Min Seo,
juga Dal Hyang sekarang sedang dicurigai karena kasus yang terjadi di Anju.
Seung Po dan Min Seo sudah dimasukan ke dalam penjara. Bahkan Seung Po
menuliskan surat untuk Dal Hyang di dalam penjara secara diam-diam. Semuanya
terbongkar karena kematian Hyang Sun, Seung Po berharap Dal Hyang bisa bertahan
dan memintanya untuk bersembunyi.
Sayangnya Dal Hyang tidak sempat
bersembunyi, pengawal istana sudah datang untuk menangkapnya. Dal Hyang hanya
bisa pasrah karena dia tak bisa lagi melarikan diri. Apalagi pengawal istana
membaca surat dari Seung Po dan menjadikannya sebagai barang bukti.
Kim Ja Jum mendapat Informasi
bahwa Seja bisa bertahan, malah sepertinya Seja-bin tidak bisa bertahan karena
tusukan panah Hyang Sun. Kim Ja Jum berkomentar bahwa Hyang Sun benar-benar
wanita yang mengerikan, tapi bagaimanapun juga dia telah menyelamatkan Kim Ja
Jum.
Bagaimana caranya Hyang Sun bisa menyelamatkan Kim Ja Jum? Kenyataan Hyang Sun kabur dari penjara
untuk memanah Seja dan Sejabin adalah kasus yang sangat besar. Hyang Sun adalah
saksi mata kejahatan Kim Ja Jum untuk kasus yang terjadi di Anju, lalu mengapa
dia bisa kabur dari penjara dan memanah Seja beserta Sejabin? Petugas
mencurigai bahwa itu adalah perintah Kim Ja Jum, untuk membela dirinya Kim Ja
Jum mengatakan masa lalu Hyang Sun, alasan mengapa dia memanah Seja.
Petugas melaporkan cerita Kim Ja
Jum pada Raja, tentu saja perkataan Kim Ja Jum tidak bisa dipercaya begitu
saja, tapi petugas merasa ada yang aneh karena cerita itu dan itu berkaitan
dengan kasus Anju. Kenyataannya adalah Seja telah mengenal Hyang Sun sebelum
kasus Anju dan menangkapnya, namun di balik itu ada alasan pribadi dari Seja
mengapa dia memasukan Hyang Sun ke dalam penjara. Hal ini membuat Hyang Sun
kabur dari penjara untuk balas dendam.
Raja merasa semua nya memang
menjadi sangat aneh, dia pun memerintahkan petugas untuk kembali menyelidiki
kasus di Anju dan mengkonfirmasi laporan yang ditulis oleh gubernur Anju.
Gubernur Anju pada akhirnya
mengatakan yang sebenarnya bahwa tiga orang pria yang menjuluki diri mereka
Samchongsa menyuruhnya menulis ulang laporan kasus Anju untuk baginda.
Samchongsa mengaku bahwa mereka adalah Putra Mahkota dan kedua orang temannya.
Apakah itu benar-benar Seja? Gubernur Anju tidak bisa memastikan, hanya saja
orang itu mengaku bahwa dirinya adalah Putra Mahkota, sementara dua orang
lainnya adalah Heo Seung Po dan Ah Min Seo. Karena Putra Mahkota mengatakan bahwa
menulis ulang laporannya adalah satu-satunya cara agar Gubernur Anju bisa tetap
hidup dia pun melakukan perintahnya.
Raja sangat kaget mendapatkan
laporan tersebut, itulah mengapa akhirnya dia memutuskan untuk menangkap Seung
Po dan Min Seo.
Kasim Kim pun di panggil raja
untuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya, Kasim Kim pun mengatakan yang
sejujurnya jika Park Dal Hyang menyuruhnya menghancurkan laporang yang ditulis
gubernur Anju yang di bawanya. Apakah itu atas perintah Seja? Sama sekali bukan,
Kasim Kim berjanji pada Heo Seung Po, jika Dal Hyang masih hidup dia tidak akan
melaporkan apa yang terjadi di Anju saat itu. Raja menjadi Murka, jadi mereka
semua menipunya? Apalagi keberadaan Seung Po dan Min Seo di Anju sudah
dikonfirmasi oleh kasim Kim. Raja pun memerintahkan agar Park Dal Hyang di
tangkap.
Seung Po dan Min Seo sedang
diinterogasi petugas saat Dal Hyang di bawa masuk ke ruang Interogasi. Apakah
Dal Hyang tidak menerima surat Seung Po? Heu.. Seung Po telat mengirimkannya,
Dal Hyang bahkan tidak sempat melarikan diri.
Saat Interogasi akan di lanjutkan, seorang petugas mengabarkan jika Baginda Raja datang. Semua orang langsung bersiap-siap memberi hormat. Raja sendiri yang akan mengiterogasi mereka bertiga dan meyuruh semua orang keluar, termasuk penyidik yang bertugas untuk menginterogasi mereka bertiga. Ada sesuatu yang harus Raja tanyakan pada ketiga orang itu.
Saat Interogasi akan di lanjutkan, seorang petugas mengabarkan jika Baginda Raja datang. Semua orang langsung bersiap-siap memberi hormat. Raja sendiri yang akan mengiterogasi mereka bertiga dan meyuruh semua orang keluar, termasuk penyidik yang bertugas untuk menginterogasi mereka bertiga. Ada sesuatu yang harus Raja tanyakan pada ketiga orang itu.
Raja begitu mempercayai cerita
Park Dal Hyang karena itu sangat sesuai dengan laporan yang ditulis Gubernur
Anju. Tapi jika laporan itu palsu, lalu apakah cerita Dal Hyang juga
palsu? Dal Hyang meminta ampun dan
berkata jika semua itu adalah kebenaran, jika Dal Hyang benar-benar hampir mati
karena konspirasi yang dibuat oleh Menteri Kim Ja Jum. Raja kesal mendengarnya,
dia tidak mempercayai Dal Hyang bukan karena Kim Ja Jum, dia sudah tahu tentang
pola konspirasi, dan lagi bukan itu yang ingin Raja tanyakan.
Dal Hyang bisa selamat dari
kematian, apakah benar karena Samchongsa terlibat di dalamnya? Samchongsa
jugalah yang mengancam gubernur Anju untuk membuat surat baru dan menghancurkan
surat yang lama. Anggota Samchongsa adalah Heo Min Seo dan Ahn Min Seo, lagi
satu orangnya lagi… Apakah itu adalah Putra Mahkota? Raja benar-benar terdengar
marah saat mempertanyakan hal tersebut. Tidak ada yang berani menjawab, mereka
terlalu kaget dan takut. Raja bertanya sekali lagi apakah benar itu adalah
Putra Mahkota? Orang yang telah membohonginya dan juga membantu musuh secara
diam-diam?
Dal Hyang berkata itu adalah
dirinya. Anggota ke-3 Samcongsa adalah dirinya. Mereka sengaja menggunakan nama
Putra Mahkota. Dal Hyang berkata bahwa dirinya ingin segara sukses, karena
itulah dia memanfaatkan nama Seja. Dia berpikir tidak aka nada yang tahu, jadi
dia berani melakukan hal itu.
Tapi Raja bingung, bukan kah orang yang menyelamatkannya adalah Samchongsa, lalu mengapa Dal Hyang bisa menjadi salah satu anggotanya. Dal Hyang pun mengarang cerita jika dia sengaja menipu semua orang karena di Anju tidak ada yang benar-benar tahu wajahnya. Pada akhirnya Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo berebut tentang siapa yang akan mendapatkan penghargaan untuk kejadian ini, ternyata dia yang menang dan akhirnya Dal Hyang yang pergi ke Hanyang dan benar saja, dia mendapatkan penghargaan yang memuaskan hingga dia angkat jadi pejabat istana tingkat 6.
Tapi Raja bingung, bukan kah orang yang menyelamatkannya adalah Samchongsa, lalu mengapa Dal Hyang bisa menjadi salah satu anggotanya. Dal Hyang pun mengarang cerita jika dia sengaja menipu semua orang karena di Anju tidak ada yang benar-benar tahu wajahnya. Pada akhirnya Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo berebut tentang siapa yang akan mendapatkan penghargaan untuk kejadian ini, ternyata dia yang menang dan akhirnya Dal Hyang yang pergi ke Hanyang dan benar saja, dia mendapatkan penghargaan yang memuaskan hingga dia angkat jadi pejabat istana tingkat 6.
Raja mengkonfirmasi keterangan
Dal Hyang pada Seung Po dan Min Seo. Apakah itu benar? Seung Po membenarkan,
karena merasa sudah sangat dekat dengan Seja, jadi dia merasa dia tidak perlu
melaporkan hal tersebut, Min Seo pun mengakui jika setelah di skors Min Seo
ingin segera kembali ke posisinya karena itulah dia dan Seung Po melakukan hal itu.
Mereka berdua segera minta maaf pada Raja.
Apakah Raja percaya begitu saja
pada cerita mereka? Sepertinya tidak, namun dia harus melakukan sesuatu untuk
mengorek apa yang sebenarnya terjadi di Anju. Kasim Kim datang dan memberitahu
jika Seja telah sadar, apakah Raja ingin menemuinya? Raja berpikir, tidak dia
tidak akan menemuinya. Raja malah memerintahkan untuk memvonis hukuman mati
pada Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo.
Saat Seja sedang meminum obatnya
setelah dia baru saja terbangun dari tidur panjangnya, Kasim Koo masuk
tergesa-gesa ke dalam kamarnya. Kasim Koo mengabarkan hukuman mati yang akan di
hadapi Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo karena terbongkarnya kasus Anju. Seja
kaget dan segera bergegas keluar untuk menyelamatkan teman-temannya.
Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo di bawa ke tempat eksekusi, mereka sangat kaget saat tahu mereka sudah dijatuhi vonis hukuman mati. Seung Po hanya bisa menatap takjub pada tali yang akan menggantung mereka, apakah mereka akan benar-benar mati hari ini?
Seja semakin bersalah saat mendengar jika Dal Hyang mengaku sebagai Anggota Samchongsa untuk melindungi Seja. Mengapa mereka harus melakukan hal bodoh seperti itu?
Saat akan beranjak pergi menuju tempat eksekusi Seja melihat Putri Jung Myung dan beberapa seorang wanita istana lainnya berjalan menuju kediaman Seja-bin. Seja menjadi curiga dan bertanya pada kasim Koo, untuk apa mereka datang ke kediaman Sejabin? Siapa yang mereka kunjungi? Apakah… ada hal lain yang tidak dikatakan Kasim Koo selama dia tidak sadarkan diri? Kasim Koo gelagapan dia bingung harus berkata apa.
Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo di bawa ke tempat eksekusi, mereka sangat kaget saat tahu mereka sudah dijatuhi vonis hukuman mati. Seung Po hanya bisa menatap takjub pada tali yang akan menggantung mereka, apakah mereka akan benar-benar mati hari ini?
Seja semakin bersalah saat mendengar jika Dal Hyang mengaku sebagai Anggota Samchongsa untuk melindungi Seja. Mengapa mereka harus melakukan hal bodoh seperti itu?
Saat akan beranjak pergi menuju tempat eksekusi Seja melihat Putri Jung Myung dan beberapa seorang wanita istana lainnya berjalan menuju kediaman Seja-bin. Seja menjadi curiga dan bertanya pada kasim Koo, untuk apa mereka datang ke kediaman Sejabin? Siapa yang mereka kunjungi? Apakah… ada hal lain yang tidak dikatakan Kasim Koo selama dia tidak sadarkan diri? Kasim Koo gelagapan dia bingung harus berkata apa.
Seja segera pergi ke kamar Sejabin
dan melihat Yoon Sanggung dan dayang lainnya ada di depan pintu kamar istrinya.
Yoon Sanggung sangat kaget melihat kedatangan Seja, bahkan dia tidak bisa
menjawab apapun saat Seja bertanya mengapa dia ada disana? Bukan kah Sejabin
pulang ke rumahnya untuk penyembuhan? Tak bisa lagi memberikan alasan mereka
hanya bisa membuka kan pintu kamar Sejabin untuk Seja.
Dengan langkah gontai Seja masuk
ke kamar Sejabin, Seja semakin sedih saat dia mendengar ucapan Putri Jung Myung
yang mengatakan jika Sejabin sepertinya tidak akan bisa bertahan, dia tak
pernah sadarkan diri sejak pingsan beberapa hari lalu, kenyataan bahwa dia
masih bisa bernafas adalah sebuah keajaiban. Seja terus melangkah mendekati ke
tempat Sejabin yang masih belum siuman di baringkan. Putri Jung Myung kaget
melihat Seja yang sudah siuman dan muncul tiba-tiba.
Seja mendekati Sejabin dan duduk
di dekat tubuh sang istri, dengan wajah sedih dia menyentuh wajah Sejabin, Seja
berkata Apakah Sejabin tidak pernah sadarkan diri sejak pertama kali dia
pingsan? bukankah mereka bilang keadaannya semakin membaik? Putri Jung Myung
beralasan jika mereka tidak mengatakan yang sebenarnya pada Seja agar keadaan
Seja lebih cepat pulih dan tak merasa khawatir.
Beruntunglah Seja kini sudah siuman, namun dia merasa sangat bersalah
dan sedih karena melihat keadaan Sejabin yang seperti itu.
Raja datang untuk menyaksikan
proses eksekusi itu, karena kejahatan mereka sangat besar dia sengaja
menghadiri proses eksekusi itu. Ketiganya hanya bisa pasrah saat di hadapakan
pada tali yang akan mengambil nyawa mereka. Seung Po berkata pada Dal Hyang
pasti dia menyesal kan sekarang? Seharusnya dia tutup mulut saja, jadi hanya
Seung Po dan Dal Hyang yang akan di hukum. Dal Hyang tidak menyesalinya, mati
bersama lebih baik daripada mati sendiri.
Apakah hidup mereka benar-benar akan berakhir di tiang gantungan?
Apakah hidup mereka benar-benar akan berakhir di tiang gantungan?
Bersambung ke part 2
***
Duh maaf yah… lama banget baru
bisa lanjut. Tinggal satu part lagi, tenang saja… Dal Hyang dkk tidak akan mati kok, tapi yah…
aku sedang berduka karena tvN memutuskan untuk tidak melanjutkan produksi
Season 2 dan 3 Samchongsa ini.
Hmmm… Kecewa… iya sih… tapi apa
mau dikata dari pada di PHP-in lama-lama juga bakal makin kecewa nantinya. tvN
sudah memutuskan seperti itu, jadi hanya bisa nerima saja, toh sebelumnya aku
sudah memprediksi hal ini akan terjadi. So… bye bye untuk Crown Couple, bye bye
juga untuk para Samchongsa plus Dal Hyang…
Aku jadi nggak bisa komen
banyak-banyak deh akhirnya -____-
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
hiks hiks hiks
BalasHapusTrus nasib crown couple gimana???
BalasHapusPadahal pengen lihat khidupan keluarga mereka di china.,
Huaaa...hiks...hiks...
Sis tulis tentang lets eat season 2 dong
BalasHapusyah padahal saya pengen tau banget kelanjutanya.. :(
BalasHapussaya penasaran kenapa mi ryyung masih hidup.. :/