Di dalam tandunya Mi Ryung merasa
gugup bercampur bahagia karena impiannya akan segera tercapai. Saat tiba di
Istana, Mi Ryung sudah menggunakan kostum Sejabinnya, dia disambut penuh
senyuman oleh Kasim Koo dan para dayang memberi hormat padanya. Mi Ryung berjalan
menuju ruangan Sejabin dan duduk di tempat yang biasa di gunakan Sejabin di
ruangannya. Mi Ryung tersenyum puas dengan posisinya saat ini, dan dia semakin
bahagia saat Seja datang dan tersenyum padanya.
Apakah impian Mi Ryung itu
benar-benar akan menjadi kenyataan? Tentu saja tidak. Karena saat Kasim Koo berkata bahwa mereka
sudah sampai dan Mi Ryung diminta keluar, Mi Ryung bingung karena mereka malah
tiba di penjara. Kasim Koo pun memerintahkan petugas untuk memasukan Mi Ryung
ke dalam salah satu Sel. Mi Ryung mencoba berontak bertanya apa yang sedang
mereka lakukan? Namun petugas lebih kuat dan berhasil memasukannya ke dalam sel
penjara.
Mi Ryung bertanya dengan bingung
dan marah pada Kasim Koo, dimana mereka berada? Penjara istana, Mi Ryung akan
segera di interogasi. Mi Ryung kaget, bagaimana mungkin ini terjadi? Apakah
Kasim Koo kehilangan akalnya? Mi Ryung lalu teringat akan masa lalu, apakah
saat ini Kasim Koo ingin membunuhnya lagi? Karena alasan apa? Dengan penuh
percaya diri Mi Ryung meminta Kasim Koo memanggil Seja untuk menemuinya.
“Jooha meminta ku untuk ikut bersamanya. Berani sekali kau
memperlakukanku seperti ini!” Mi Ryung kesal dan berteriak pada Kasim Koo
“Ini adalah Perintah Seja Jooha!” Kasim Koo menjawab dengan
meninggikan suaranya membuat Mi Ryung terpana mendengarnya. Perinta Seja?
Mi Ryung tidak percaya, itu tidak
mungkin… Seja sudah menandatangi surat yang menyatakan dia akan menerima Mi
Ryung sebagai istrinya. “Beliau tidak
melakukannya” sebuah suara datang dari arah lain, Dal Hyang datang menemui
Mi Ryung dengan percaya diri dan berkata jika Seja tidak perlu menandatangi
surat itu. Mi Ryung kaget melihatnya
karena setahunya Park Dal Hyang telah tewas, tapi… mengapa dia masih hidup?
Dal Hyang berdiri di depan Mi
Ryung yang tercengang di balik sel penjara lalu tersenyum pada wanita itu dan
bertanya apakah Mi Ryung terkejut melihatnya masih hidup? Dal Hyang juga kaget
karena melihat Mi Ryung kembali, dia pikir Mi Ryung sudah pergi, tapi ternyata
dia melanggar janji nya pada Seja. Dal Hyang
sempat berpikir Mi Ryung akan menepati janjinya dan menunjukkan
loyalitasnya pada Seja. Mendengar perkataan Dal Hyang, Mi Ryung langsung merasa
cemas dan takut, apakah ini artinya rencana Kim Ja Jum gagal?
“Maafkan aku, karena aku masih hidup, jadi Jooha tidak menandatangani
surat itu” Mi Ryung syok mendengarnya, jadi rencara Kim Ja Jum benar-benar
gagal total. Belum hilang rasa syok Mi Ryung, Dal Hyang sudah memberikan
berbagai tuduhan padanya dengan suara keras. Membius Yong Gol Dae dan
memmerintahkannya untuk membunuh Dal Hyang. Berbohong pada Sejabin dan mencoba
membuatnya untuk bunuh diri. Karena kesalahan itu Mi Ryung akan di asingkan,
jadi… tidak ada kesempatan lagi bagi Mi Ryung untuk menjadi Sejabin selamanya.
Dal Hyang tertawa mengejek dan
berkata, “Berhentilah bermimpi”
Mi
Ryung tak bisa berkata apapun dia terlalu syok karena menyadari semua
kejahatannya sudah terbongkar dan impiannya tidak akan pernah terwujud. Dal
Hyang dan Kasim Koo meninggalkan Mi Ryung yang benar-benar kehilangan energinya
hingga dia mengeluarkan airmatanya tanpa sadar dan tidak sanggup lagi berdiri
dengan benar di dalam sel penjara. Apakah semuanya harus berakhir seperti ini?
Di luar, Dal Hyang dan Kasim Koo bertemu
dengan Kim Ja Jum yang sudah di tangkap dan siap di masukan ke dalam penjara.
Dal Hyang menyapanya dengan kepuasan luar biasa, sementara Kim Ja Jum kaget
melihat Dal Hyang dengan seragam pengawal istananya.
“Kau…”
“Ya… Aku adalah Park Dal Hyang dari Gangwon-do. Maafkan aku karena aku
belum mati”
Dal Hyang kemudian memberi hormat
pada Kim Ja Jum yang tampak malu menghadapi situasi tersebut. Dal Hyang berkata
jika Hyang Sun pun sudah ada di penjara, Kim Ja Jum akan segera di interogasi,
lebih baik dia mulai memikirkan apa yang akan dia katakan sehingga dia bisa
mendapatkan hukuman yang lebih ringan. Kemudian petugas membawa Kim Ja Jum
menuju penjara.
Seorang petugas mendatangi Dal
Hyang dan berkata jika Mi Ryung ingin menemuinya. Dal Hyang sedikit bingung
namun dia datang juga menemui wanita itu. Mi Ryung meminta Dal Hyang
mempertemukannya dengan Seja, Ada yang ingin dibicarakan Mi Ryung dengan
Seja. Dal Hyang kan tahu hubungan
diantara mereka berdua. Semua ini salah paham, jika Mi Ryung berbicara padanya,
Seja pasti akan memahami Mi Ryung. Sekali lagi Mi Ryung memohon Dal Hyang untuk
menginjikan Mi Ryung menemui Seja.
Dal Hyang menatap Mi Ryung,
mencoba mencari tahu apa maksud wanita ini, namun pada akhirnya Dal Hyang
berkata jika Seja tidak akan menemuinya lagi. Mi Ryung berteriak, “Apa yang kau tahu?!!” Mi Ryung sadar
dia tidak berada dalam posisi yang menguntungkan jika dia mengandalkan
emosinya.
Mi Ryung pun memelas pada Dal
Hyang dan berkata, “Orang itu akan
menyesal dengan mengirimkanku ke penjara. Dia tidak bisa mencampakanku seperti
ini. Orang-orang mungkin tidak tahu… Kami saling mencintai” Tangis Mi Ryung
pun pecah di depan Dal Hyang.
Dal Hyang mendekat pada Mi Ryung,
“Cinta? Apa kau barusan mengatakan
tentang Cinta? Cinta macam apa itu?” Dal Hyang tertawa kecil pada Mi Ryung
yang tampak tertekan dengan keadaan ini.
“Itu bukan Cinta. Kau hanya tergila-gila pada kedudukan Putri Mahkota.
Itu adalah obsesimu”
Mi Ryung terdiam menahan marah
saat mendengar kalimat terakhir Dal Hyang. Setelah meminta Mi Ryung berpikir
dengan benar, Dal Hyang bersiap meninggalkan Mi Ryung.
Namun Mi Ryung berkata pada Dal Hyang, dia tidak tahu bagaimana cara Dal Hyang bertahan hidup, tapi dia memastikan bahwa dia akan membunuh Dal Hyang. Merasa terprovokasi, Dal Hyang kembali dan berkata dengan penuh penekanan pada Mi Ryung, “Silahkan saja. Kita lihat siapa yang mati lebih dulu, aku akan bertahan sampai akhir saat aku di provokasi” Mi Ryung pun semakin menatap Dal Hyang dengan penuh kebencian hingga dia mengeluarkan air matanya saking marah dan merasa frustasi.
Namun Mi Ryung berkata pada Dal Hyang, dia tidak tahu bagaimana cara Dal Hyang bertahan hidup, tapi dia memastikan bahwa dia akan membunuh Dal Hyang. Merasa terprovokasi, Dal Hyang kembali dan berkata dengan penuh penekanan pada Mi Ryung, “Silahkan saja. Kita lihat siapa yang mati lebih dulu, aku akan bertahan sampai akhir saat aku di provokasi” Mi Ryung pun semakin menatap Dal Hyang dengan penuh kebencian hingga dia mengeluarkan air matanya saking marah dan merasa frustasi.
Dal Hyang menghela nafas dan
berkata, “Kita lihat saja… apa yang bisa
kau lakukan dalam sel penjara” kemudian Dal Hyang pergi meninggalkan Mi
Ryung, tapi lagi-lagi Mi Ryung menahannya, kali ini dengan tangisannya.
Mi Ryung menarik tangan Dal Hyang dan memohon padanya untuk mempertemukannya sekali saja dengan Seja, jika tidak dia akan mati. Dal Hyang melepaskan tangan Mi Ryung dengan kasar dan tertawa kecil, tadi Mi Ryung bilang akan membunuhnya, sekarang Mi Ryung yang akan mati. Lakukan saja apa yang diinginkannya. Entah itu Mi Ryung mati atau di bunuh, Dal Hyang akan selalu mengawasinya. Kemudian Dal Hyang meninggalkan Mi Ryung di balik sel penjara. Kali ini benar-benar meninggalkannya tanpa berbalik lagi.
Mi Ryung menarik tangan Dal Hyang dan memohon padanya untuk mempertemukannya sekali saja dengan Seja, jika tidak dia akan mati. Dal Hyang melepaskan tangan Mi Ryung dengan kasar dan tertawa kecil, tadi Mi Ryung bilang akan membunuhnya, sekarang Mi Ryung yang akan mati. Lakukan saja apa yang diinginkannya. Entah itu Mi Ryung mati atau di bunuh, Dal Hyang akan selalu mengawasinya. Kemudian Dal Hyang meninggalkan Mi Ryung di balik sel penjara. Kali ini benar-benar meninggalkannya tanpa berbalik lagi.
Mi Ryung menunjukkan tatapan
mengerikan dan akhirnya dia menumpahkan rasa frustasinya dengan terduduk di
dalam sel penjara lalu menangis nasibnya.
Sekarang setelah kupikirkan, aku seharusnya tak perlu bersikap sejauh
itu terhadapnya. Tapi dulu aku terlalu muda dan angkuh dengan pikiran bahwa
sudah melakukan hal yang benar.
Tiba di luar Dal Hyang tersenyum
lega karena merasa menang sudah berhasil menjebak Mi Ryung. Kasim Koo berkata
mengelabuinya agar bisa membawa Mi Ryung ke penjara adalah ide yang sangat
bagus. Kali ini Dal Hyang menggunakan otaknya karena dia tidak ingin terkena
jarum beracun untuk kedua kalinya. Sekarang Dal Hyang bisa minum dengan tenang.
Kasim Koo mengajak Dal Hyang untuk menemui Seja, namun dia menolak karena dia
harus menemui Ayahnya yang datang ke Han Yang. Kasim Koo mengerti dan mereka
pun berpisah.
Di kamarnya Seja merasa cemas
menunggu laporan dari Kasim Koo. Tak lama Kasim Koo pun datang dan Seja
langsung bertanya bagaimana situasinya? Mi Ryung sudah di masukan ke dalam
penjara. Apakah dia membuat masalah saat dimasukan kesana? Karena mereka
langsung membawanya ke penjara, dia tidak sempat membuat masalah. Seja bertanya
apakah Mi Ryung mengatakan sesuatu? Kasim Koo agak ragu dan hanya berkata jika
Mi Ryung tampak terkejut. Seja mengerti dan beterimakasih karena telah bekerja
dengan baik. Biarlah kini hukum yang mengadili Mi Ryung.
Setelah kasim pergi, Seja
menghela nafas lega. Ini adalah keputusan terbaik yang bisa diambilnya saat ini
membiarkan Mi Ryung bertanggung jawab atas kejahatannya sesuai dengan hukum
yang berlaku.
Dal Hyang tiba di rumahnya dengan
penuh semangat, dia bertanya pada Panse apakah Ayahnya sudah tiba? Ya, baru
saja dia tiba. Dal Hyang pun langsung menemui Ayahnya yang sedang membaca
sertifikat kelulusan Dal Hyang sebagai pengawal dengan bangga. Ayah Dal Hyang
langsung menyambut putranya dengan penuh rasa haru. Dal Hyang memberikan
penghormatan pada Ayahnya dan sempat berbasa basi, namun kemudian dia bertanya
tentang perjalanan Ayahnya yang pasti sangat berat. Ayah membenarkan dia
memerlukan waktu 2 bulan penuh untuk tiba di Han Yang, ternyata Han Yang lebih
jauh dari yang dia pikirkan. Hahaha…
Pan Se bertanya apakah dia perlu
menyiapkan makanan? Dal Hyang pun mengenalkan Pan Se sebagai pelayanannya, akh
iya.. Ayah sudah bertemu dengannya tadi. Ayah sangat bangga karena kini Dal
Hyang sudah memiliki seorang pelayanan. Pan Se jadi bingung dan berbisik pada
Dal Hyang. bukannya sudah selayaknya seorang dengan status tinggi memilki
pelayan.
Dal Hyang pun memberikan tanda masuk ke istananya pada Ayah dan memintanya untuk membaca tulisan yang ada disana. Pengawal Kerajaan Utama Tingkat 6. Ayah kaget, sementara Dal Hyang dengan bangga mengatakan posisinya saat ini, itu adalah jabatan yang cukup tinggi bukan? Ayah Dal Hyang tidak bisa berkata-kata karena saking kagetnya, dia tidak sangka jika putranya bisa sesukses ini di Han Yang.
Ayah memeluk Dal Hyang dengan bangga dan bertanya siapa dirinya. Dal Hyang pun menjawab “Aku adalah Pak Dal Hyang dari Gangwon-do, Putra dari Park Oh Soo” Ayah pun menangis haru sambil memeluk Dal Hyang saking bahagiannya karena melihat kesuksesan putranya itu.
Ayah kemudian memberikan penghormatan pada Dal Hyang karena ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Pengawal Kerajaan Utama Tingkat 6 dalam hidupnya. Dal Hyang jadi tidak enak dan akhirnya ikut memberi hormat pada sang Ayah. Mereka saling memberi hormat beberapa kali.
Di penjara Mi Ryung meratapi
nasibnya, dia mulai menangis dan menjadi frustasi, lama-lama dia bergunam
sendiri dengan wajah yang putus asa dan
gugup, “Kami saling mencintai. Aku harus
menemuinya. Aku harus menemui Putra Mahkota. Dimana dia? Dia sedang menungguku.
Aku harus keluar”
Saat seorang pelayan mengantarkan
makanan untuk Mi Ryung di dalam sel, si pelayan tiba-tiba menjerit karena
kaget. Petugas penjara masuk dan menemukan Mi Ryung tergantung tali di dalam
penjara. Apakah Mi Ryung benar-benar berniat bunuh diri?
Ayah tertawa saat mendengar
cerita Dal Hyang tentang pertarungannya dengan Yong Gol Dae yang sedikit dia
bumbui untuk membuat Ayahnya semakin senang dan bangga padanya. Saat ceritanya
agak sedikit terdesak, seseorang mencari Dal Hyang. Pria itu menyampaikan jika
Hyang Sun bunuh diri di penjara. Dal Hyang sangat kaget mendengarnya.
Dal Hyang segera kembali ke
penjara dan mendengar cerita tentang aksi bunuh diri Mi Ryung yang sebelumnya
terus berkata sendiri bahwa dia harus bertemu dengan Putra Mahkota. Dal Hyang
jadi sedikit merasa bersalah karena tidak mengabulkan permintaan Mi Ryung,
namun dia lega saat mendengar Mi Ryung tidak meninggal dan saat ini sedang di
tangani oleh perawat.
Ketika Dal Hyang akan melihat keadaan Mi Ryung, seorang petugas keluar dari ruangan tempat Mi Ryung di rawat dengan panik dan berkata bahwa telah terjadi pembunuhan. Seorang tahanan membunuh perawat, dia adalah wanita yang baru saja melakukan gantung diri. Dal Hyang syok karena dia tahu wanita itu adalah Mi Ryung.
Ketika Dal Hyang akan melihat keadaan Mi Ryung, seorang petugas keluar dari ruangan tempat Mi Ryung di rawat dengan panik dan berkata bahwa telah terjadi pembunuhan. Seorang tahanan membunuh perawat, dia adalah wanita yang baru saja melakukan gantung diri. Dal Hyang syok karena dia tahu wanita itu adalah Mi Ryung.
Bagaimana bisa Mi Ryung membunuh
perawat? Saat petugas membawa Mi Ryung ke ruangan itu perawat meminta mereka
untuk keluar karena dia harus melepaskan pakaian Mi Ryung untuk mengobatinya.
Setelah petugas keluar, perawat bersiap memberikan perawatan dengan jarum
akupuntur, tapi…. Tiba-tiba saja mata Mi Ryung terbuka. Ups! Perawat kaget, dan
Mi Ryung mengambil jarum di tangan perawat kemudian terbangun dari posisinya.
Dia duduk dan menatap perawat sambil melempar senyum mengerikan.
Dal Hyang masuk ke dalam ruangan
perawatan dan menemukan perawat yang telah tewas karena di tusuk di bagian yang
mematikan. Dal Hyang merasa kesal karena dia kehilangan Mi Ryung. Semua orang
pun menjadi rusuh mencari Mi Ryung dan petugas baru menyadari jika ikatan tali
bunuh diri Mi Ryung tidak terikat dengan benar, sejak awal dia tidak berniat
untuk mati. Dal Hyang semakin kesal dan menyalahkan si petugas, bagaimana dia
bisa kehilangan seorang wanita, dia itu adalah saksi yang sangat penting!
Petugas malah bertanya pada Dal Hyang, apakah mungkin dia tahu kemana Mi Ryung
pergi. Bagaimana mungkin dia tahu… Tapi tunggu… sepertinya ada satu tempat yang
terpikirkan oleh Dal Hyang.
Malam sudah sangat larut, Seja
tidak bisa juga tidur. Dia gelisah dan mengubah posisi tidurnya beberapa kali
hingga akhirnya memutuskan untuk bangkit dan terduduk. Dia memikirkan sesuatu,
dia tidak bisa seperti ini terus.
Seja berjalan menuju ruangan Sejabin sambil mebawa lilin. Namun
tentu saja si pemilik ruangan tak ada disana karena dia sedang berada di kuil.
Seja terus berjalan dan menatap bantalan kursi tempat Sejabin duduk untuk
membaca bukunya dan berbicara dengan orang-orang yang menemuinya. Seja
menyimpan lilin yang dia bawa di meja yang di depan tempat itu dan menatap nya
semakin intens seolah sedang membayangkan Sejabin yang biasa duduk disana.
Kasim Koo melihat Seja dan merasa
heran mengapa Seja ada disana. Kasim Koo mengatakan jika Sejabin akan kembali
besok. Tentu saja Seja tahu itu dan dia malah berkata, “Kenapa besok rasanya lama
sekali?”
Kasim Koo merasa bingung dan
hanya bisa bertanya, “Apa?”
Seja tidak menjawab dan kembali
berkata, “Apa saja yang kulakukan selama
ini?” Seja tidak mengalihkan pandangannya dari tempat duduk Sejabin.
Semantara Kasim Koo semakin bingung dan terus merasa bingung dengan semua
perkataan Seja yang sesungguhnya menunjukkan penyesalan mendalam .
“Aku membuang-buang begitu banyak waktu. Bagaimana aku bisa
melakukannya?” Seja kemudian tersenyum kecil dengan masih menatap tempat
Sejabin biasa duduk. Kini Seja menyadari semua kebodohannya karena telah
menyia-nyiakan waktu dengan tidak memperhatikan Sejabin selama 5 tahun ini.
Kemudian Seja mendapatkan sebuah
ide. Seja akhirnya menoleh pada Kasim Koo dan berkata, “Aku harus keluar. Apa yang bisa aku jadikan alasan?” Kasim Koo
makin bingung apa maksudnya itu?
Ayah Dal Hyang sudah setengah
mabuk, Pan Se menyarankan agar dia tidur karena udara semakin dingin. Seorang
wanita datang untuk memberikan botol minuman dan berkata itu adalah dari Tuan
Heo Seung Po. Pan Se menerimanya dengan senang. Ayah bertanya siapa itu Heo
Seung Po? Akh… dia seorang bangsawa pecinta alkohol. Dia adalah teman Tuan Dal
Hyang.
Ayah langsung bersikap protektif, Dal Hyang punya teman? Seperti apa keluarganya? Pan Se berkata, Heo Seung Po adalah putra dari Tuan Heo, Jendral Utama tingkat dua. Ayah Dal Hyang langsung syok mendengarnya, “Putra dari Jenderal Utama Tingkat 2 adalah teman putraku?” Pan Se makin membanggakan Dal Hyang bukan itu saja, Tuannya juga berteman dengan Seja Jooha. Ayah Dal Hyang langsung menangis saking bahagianya. Ternyata Putranya itu benar-benar sukses.
Ayah langsung bersikap protektif, Dal Hyang punya teman? Seperti apa keluarganya? Pan Se berkata, Heo Seung Po adalah putra dari Tuan Heo, Jendral Utama tingkat dua. Ayah Dal Hyang langsung syok mendengarnya, “Putra dari Jenderal Utama Tingkat 2 adalah teman putraku?” Pan Se makin membanggakan Dal Hyang bukan itu saja, Tuannya juga berteman dengan Seja Jooha. Ayah Dal Hyang langsung menangis saking bahagianya. Ternyata Putranya itu benar-benar sukses.
Dal Hyang pergi ke istana tempat
tinggal Seja, dia bertemu dengan Kasim Koo
yang bertanya mengapa Dal Hyang datang kesana padahal malam sudah sangat
larut? Terjadi sesuatu, Dal Hyang memberitahukan kaburnya Mi Ryung dari
penjara. Kasim Koo kaget, bagaimana bisa itu terjadi? Dal Hyang tidak sempat
menjelaskannya, Mi Ryung terus berkata ingin menemui Seja, jadi Dal Hyang yakin
dia pergi ke Istana, apakah semuanya baik-baik saja?
Kasim Koo masih bingung dan
berkata bahwa Seja pergi keluar. Kemana? Seja tidak mengatakannya. Dal Hyang
memikirkan sebuah kemungkinan, apakah Seja menerima pesan Mi Ryung? Kasim Koo
tidak yakin tentang hal itu. Yang terpenting sekarang adalah menemukan dimana
Seja berada, karena bisa jadi Seja dalam bahaya. Mi Ryung itu wanita tidak waras,
dia bisa melakukan apa saja.
Setelah Dal Hyang pergi, Kasim
Koo langsung berlari masuk ke dalam dan berbicara dengan Kasim satunya. Mereka
harus menemukan Seja, ada pengawal yang menyertai kepergiannya kan? Kasim Koo
meminta untuk mencari tahu kemana mereka pergi dengan segara.
Seorang petugas melaporkan pada
Kim Ja Jum yang berada di penjara tentang kaburnya Mi Ryung. Awalnya Kim Ja Jum
kaget, namun kemudian dia merasa takjub akan hal ini. “Wanita itu sudah menjadi gila karena kehilangan kesempatan untuk
menjadi Sejabin. Dia sedang berada di atas angin. Siapa yang akan menang
melawan wanita gila?” Kim Ja Jum
kemudian tertawa, merasa miris.
Dal Hyang keluar dari istana dia
bingung harus mencari Mi Ryung kemana, namun dia teringat dia memerlukan
sesuatu dan dia pun kembali ke rumah. Dal Hyang meminta Panse untuk membawakan
Pedang dan Senjatanya, tak lupa dia bertanya tentang Ayahnya, apakah dia sudah
tidur? Panse menjawab jika Ayah Dal Hyang masih minum setelah mendapatkan
minuman dari Seung Po.
Dal Hyang awalnya tidak curiga,
namun Seung Po dan Min Seo datang ke rumahnya dalam keadaan mabuk, mereka
menyapa Dal Hyang yang tidak datang untuk mentraktirnya minum. Lalu melihat
botol minuman Seung Po, Dal Hyang jadi khawatir dan mengecek keadaan Ayahnya.
Dan… Sungguh menyedihkan karena Ayah Dal Hyang terduduk dalam posisi tubuh menelungkup di atas meja. Saat Dal Hyang membalikannya, Mulut Ayahnya sudah bersimbah darah dengan mata yang terbuka. Beliau telah tewas karena racun yang ada dalam minuman. Jadi… minuman itu bukan dari Seung Po melainkan dari Mi Ryung.
Dan… Sungguh menyedihkan karena Ayah Dal Hyang terduduk dalam posisi tubuh menelungkup di atas meja. Saat Dal Hyang membalikannya, Mulut Ayahnya sudah bersimbah darah dengan mata yang terbuka. Beliau telah tewas karena racun yang ada dalam minuman. Jadi… minuman itu bukan dari Seung Po melainkan dari Mi Ryung.
Seung Po dan Min Seo yang
menguikuti Dal Hyang untuk melihat Ayahnya kaget melihat kenyataan Ayah Dal
Hyang telah tiada. Pan Se juga tak kalah kagetnya, sementara Dal Hyang hanya
bisa menangis meratapi kematian sang Ayah karena ulah Mi Ryung.
Di Kuil tempat peringatan
kematian Ratu, Sejabin yang tidur bersama seorang lady tua belum juga bisa
tidur. Dia mengingat saat Seja menciumnya tadi siang, perasaannya begitu
melambung meskipun masih terngiang kata-kata Seja bahwa dia tidak mengerti
perasaannya. Otomatis Sejabin tersenyum begitu saja sambil mengganti posisi
tidurnya menghadap pintu.
Sejabin melihat seorang wanita
mengendap-ngendap masuk ke dalam kamarnya. Sejabin langsung waspada namun saat
melihat wanita itu dengan jelas, ternyata dia adalah Yoon Sanggung. Sejabin
menghela nafas lega saat mendengar Yoon Sanggung bertanya padanya apakah Sejabin
sudah tidur?
Sejabing langsung duduk dan bertanya ada apa? Yoon Sanggung kemudian membisikan
sesuatu yang membuat Sejabin kaget mendengarnya.
Setelah berganti pakaian Sejabin
diikuti Yoon Sanggung yang membawakan lampion untuk menerangi jalannya bergegas
pergi ke belakang kuil. Seseorang datang dan Sejabin tampak tak sabar untuk
menemuinya.
Tentu saja… yang datang adalah
Seja yang menanti kedatangan sang istri dengan harap-harap cemas dan tidak
sabar, dia terus menoleh kea rah dimana Sejabin akan muncul. Seja tampak gugup
namun semua kegugupan itu menghilang saat dia melihat sosok Sejabin yang langsung menyapannya dengan nada
gembira, “Jooha…”
Seja segera mendekati Sejabin
dengan langkah tidak sabar dan wajah penuh senyuman. Mereka berhadapan, Seja
menatap Sejabin dengan penuh takjub sementara Sejabin terlihat kaget dan
bahagia melihat sang suami di hadapannya.
Sejabin kemudian bertanya, “Apakah kau mampir dalam perjalanan berburu
mu? Selarut ini?”
“Itu hanya alasan” jawab Seja masih dengan penuh keyakinan.
“Lalu kenapa…” belum sempat Sejabin menuntaskan pertanyaannya Seja
dengan tidak sabar meraihwajah Sejabin dan menciumnya. Sejabin kaget dengan
aksi suaminya, namun… lama-lama Sejabin pun memasrahkan dirinya dalam ciuman
tersebut dan memejamkan matanya secara perlahan setelah rasa kagetnya
menghilang.
Ciuman itu adalah puncak
kerinduan Seja terhadap istrinya. Penebusan dosa karena perilaku dinginnya
selama 5 tahun ini, dan buah dari penyesalannya karena telah begitu bodoh
menyia-menyiakan istri cantiknya selama pernikahan mereka.
Setelah beberepa lama, akhirnya Seja
mengakhiri ciuman itu, sejenak mereka masih saling memejamkan mata menikmati
sisa sensasi pelepasan kerinduan dari dua hati yang akhirnya di persatukan oleh
takdir.
Seja kemudian menatap Sejabin
dengan penuh cinta sambil memegang tengkuk sang istri dan bertanya dengan
lembut, “Apakah kau ingin tahu mengapa
aku melakukan ini?” Sejabin mengangguk meski wajahnya masih tampak blank
karena ciuman tiba-tiba Seja.
“Kemarin aku tidak mengerti, namun sekarang aku sudah tahu. Meski
begitu aku tidak akan memberitahumu”
“Mengapa tidak?”
Seja menegakan kepala dan memasang wajah sok angkuhnya, “Itu terlalu bodoh. Aku harus tetap menjaga harga diriku sebagai pria” Sejabin tidak berkata apapun, dia hanya menatap Seja dengan mata berbinar.
Seja mengubah ekspresi wajahnya dan memindahkan tangannya dari leher Sejabin menjadi memegang pundaknya dengan lembut “Segera kembalilah Besok. Jangan membuatku menunggu. Aku tidak suka
tinggal sendirian di kamarku”
Mendengar perkataan suaminya
Sejabin tertawa kecil, “Sekarang Anda
membicarakan Kamar Anda? Siapa sekarang yang mengatakannya?”
Seja tersenyum pada istrinya dan
berkata, "Maafkan aku… Aku juga
menyesalinya. Aku merasa gila karena hal itu” Seja tampak menyesal karena
apa yang terjadi tempo hari saat dirinya menolak sang istri.
Sebagai rasa penyesalannya Seja
memberikan sebuah kecupan singkat yang spontan pada Sejabin, seolah dia tak
rela berpisah dengan Sejabin dan tersenyum menatap sang istri setelahnya
“Sampai bertemu lagi esok hari. Selamat tidur”
Bagaimanapun mereka harus
mengakhir pertemuan malam ini. Dengan
tak rela akhirnya Seja melangkan menjauh dari Sejabin, namun baru saja beberapa
langkah Seja kembali berbalik dan tersenyum dengan riang pada Sejabin. Sejabin
membalas senyum Seja dengan malu-malu. Melihat Seja tidak pergi juga, dengan
canggung Sejabin menggunakan gerakan tanganya dengan lembut dan berkata Seja bisa
pergi sekarang. Seja mengangguk dan kembali tersenyum pada Sejabin. Ommo… Seja
benar-benar terlihat seperti pria jatuh cinta. Aku rasa Sejabin bisa merasakan
cinta itu meskipun Seja tidak mengatakannya sekalipun.
Seja kembali berada di samping
kudanya. Namun dia menyadari sesuatu. Dimana busur dan anak panahnya yang tadi
dia bawa sebagai perlengkapan berburu? Seja bingung dan mencarinya, namun
tiba-tiba sebuah anak panah melesat melewati samping kepalannya. Dan jleb!
Bunyinya terdengar jelas.
Seja menoleh ke belakang, dada
kiri Sejabin telah tertembak oleh anak panah yang baru saja melesat didampingnya.
Seja kaget, tentu saja, dia terlihat sangat syok melihat Sejabin yang tampak
syok dan kesakitan saat anak panah itu menancap di dadaya.
***
Sigh… Mi Ryung bener-bener delulu
yah? Dan ya ampun… dia siluman beneran kek nya… Kok bisa sih dia memalsukan
acara bunuh dirinya itu biar bisa kabur? Bener-bener siluman deh… dan lagi… dia
kok bisa ada di kuil tempat Seja dan Sejabin ketemu yah? Berarti dia ngintilin
Seja pas dia pergi menuju kuil gitu yah? Gilingan… ni cewek psyco abis… setelah
semua yang di lakukannya kok dia masih percaya diri kalo Seja itu masih cinta
sama dia, ckckck…
Akhirnya… akhirnya… akhirnya Seja
menyadari juga kebodohannya karena telah menyia-nyiakan Sejabin selama 5 tahun
ini. Suka banget liat Scene pas Seja di kamar Sejabin… Ughh… berasa banget so
sweet nya gitu deh >.<
Aku Cuma mikir, seandainya Hyang
Sun gak pernah nyamar jadi Mi Ryung mungkin memang Yoon Seo yang akan terpilih
jadi Sejabin kali yah, karena setelah Mi Ryung di nyatakan meninggal Yoon Seo
yang dipilih untuk menggantikannya tanpa di lakukan pemilihan ulang.
Seja saking gak sabarnya sampe
bela-belain nyusulin Sejabin ke Kuil padahal kek nya jarak kuil ke istana
lumayan jauh tuh, cieee yang kangen… padahal baru di tinggal bentar aja *belom
nyampe sehari kan? Kalo gak salah* Datang-datang langsung maen sosor aja tuh.
Tapi tetep deh, Seja jaga gengsi. Harga diri adalah nomor satu, tapi ngakak
juga tuh pas langsung ngajakin ngamar hahaha… pake bilang dia gak mau ditinggal
lagi sendirian di kamarnya, hellooo... siapa yah yang selama 5 tahun ini
ninggalin Sejabin sendirian di kamarnya setiap malam?
Endingnya tapi memang bikin syok
tuh! Cape deh itu Mi Ryung… udah bunuh Ayahnya Dal Hyang eeehhh… Sejabin juga
jadi Korban… Tapi… itu artinya dia nonton Kiss nya Seja dan Sejabin donk? Ha! Pasti
di bakar cemburu berat tuh Mi Ryung, makanya amarahnya meluap dan gak rela Seja
bahagia sama istrinya, ckckck… dasar siluman…
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Daebak... Couple banget nih seja dan sejabin. Sejak awal episode, aq sangat suka dengan hubungan mereka.
BalasHapusMakasih ya, nulis sinopsisnya rinci banget.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetuju dengan pendapat Mbak Irfa, kalau Hyang Sun gak pernah nyamar juga tetap Yoon Seo.yang terpilih kog, dengan kata lain jodohnya. Sohyun Seja ya emang Yoon Seo. Hahaha. Chemistrynya dapat banget yach
BalasHapussejabin lembut baanget....^^
BalasHapus