Dal Hyang masuk ke ruangan Yong
Gol Dae, siap untuk diberi pelajaran teknik berpedang, tapi ternyata… Yong Gol
Dae malah menyerangnya habis-habisan membuat Dal Hyang terdesak dan membuat
bahu serta kakinya terluka. Untuknya pertahannya Dal Hyang kuat, sehingga dia
mengambil semacam guci dan memukul kepala Yong Gol Dae hingga pingsan.
Saat Dal Hyang sedang panik,
seorang petugas masuk, Dal Hyang meminta petugas itu memanggil orang lain, Yong
Gol Dae mabuk dan menyerangnya. Ehh… petugas itu malah menghunuskan pedang pada
Dal Hyang, untungnya Dal Hyang cepat waspada dan langsung menusukan pedang yang
ada di dekatnya pada si petugas.
Petugas itu sekarat dan Dal Hyang
mencoba mencari tahu apa tujuannya menyerang Dal Hyang, dia berkata bahwa dia
diperintahkan untuk memastikan Yong Gol Dae telah membunuh Dal Hyang, jika
gagal maka dia lah yang harus membunuh Dal Hyang. Dal Hyang bingung, siapa yang
menginginkan kematiannya.
Karena mendengar suara dari luar,
Dal Hyang mencoba melarikan diri, namun melihat cukup tinggi jarak yang harus
dia tempuh jika dia meloncat dari jendela membuat Dal Hyang memikirkan cara
lain. Dia mengunci pintu dan bertukar pakaian dengan petugas yang tewas. Untuk
menghilangkan identitas si petugas dengan penuh rasa sesal dia harus memenggal
kepala si petugas dan menyembunyikannnya agar orang-orang berpikir memang
dirinyalah yang tewas.
Orang yang datang itu adalah No
Soo, dia curiga saat pintu terkunci, pasti ada yang tidak beres, dia mencoba
membuka pintu ruangan Yong Gol Dae itu dengan paksa dan saat terbuka… dia
menemukan sebuah mayat tanpa kepala dan Yong Gol Dae yang tergeletak disampingnya.
No Soo tidak yakin bahwa mayat tanpa kepala itu Dal Hyang, kemana kepalanya?
Petugas lain yang datang bersamanya melihat jendela yang terbuka, sepertinya
Yong Gol Dae terlalu mabuk hingga membuang kepalanya ke hutan.
Mereka tidak punya waktu lagi,
seseorang pasti segera datang. No Soo pun memerintahkan agar Yong Gol Dae di
dudukan di kursinya. Untuk meyakinkan kasus ini benar-benar terjadi karena
mabuknya Yong Gol Dae, No Soo membuang sisa arak yang telah dicampur obat bius
ke lantai kayu. Dal Hyang yang bersembunyi di bawah lantai ruangan Yong Gol Dae
bersama kepala si petugas yang dia penggal mencium bau arak ber obat bius itu,
lambat laun Dal Hyang pun tidak sadarkan diri, terlebih lagi kaki dan tangan
nya pun terluka.
Prajurit Dinasti Qing, penjaga
pintu ruangan Yong Gol Dae masuk ke dalam ruangan setelah ditegur karena telah
melalaikan tugasnya walaupun itu atas perintah Yong Gol Dae, dia kaget melihat
mayat tanpa kepala dan Jenderalnya yang sadarkan diri. Tidak berhasil
membangunkan Yong Gol Dae, akhirnya si penjaga melapor pada wakil jenderal dan
semua orang yang ada di pesta pun tahu apa yang terjadi di ruang Yong Gol Dae.
No Soo mencari kepala Dal Hyang di hutan, namun pencariannya terganggu saat prajurit pun datang untuk mencari kepala Dal Hyang. No Soo mengajak petugas yang bersamanya untuk segera pergi dari sana.
No Soo mencari kepala Dal Hyang di hutan, namun pencariannya terganggu saat prajurit pun datang untuk mencari kepala Dal Hyang. No Soo mengajak petugas yang bersamanya untuk segera pergi dari sana.
Semua orang menjadi panik dan
tentu saja berpikiran bahwa mayat tanpa kepala itu Dal Hyang. Saat Seung Po dan
Min Seo di usir oleh Gubernur Anju karena dianggap sebagai orang yang tidak
berkepentingan, Dal Hyang sudah tak sadarkan diri sepenuhnya di bawah lantai
ruangan Yong Gol Dae.
No Soo masuk ke dalam ruangan Yong Gol Dae dan melihat belatung bermunculan dari bawah lantai melalui celah kecil lantai kayu itu. Asa! No Soo menemukannya, tempat yang mungkin di jadikan tempat persembuyian Dal Hyang. No Soo menusukan pedang ke celah lantai itu, tusukan keduanya mengenai tubuh Dal Hyang, di bawah sana, Dal Hyang hanya bisa menahan teriakannya, meskipun dia merasa sakit. No Soo senang karena dia merasa menemukan Dal Hyang saat pedangnya terasa menusuk sesuatu, apalagi ada noda darah pada pedang itu.
No Soo masuk ke dalam ruangan Yong Gol Dae dan melihat belatung bermunculan dari bawah lantai melalui celah kecil lantai kayu itu. Asa! No Soo menemukannya, tempat yang mungkin di jadikan tempat persembuyian Dal Hyang. No Soo menusukan pedang ke celah lantai itu, tusukan keduanya mengenai tubuh Dal Hyang, di bawah sana, Dal Hyang hanya bisa menahan teriakannya, meskipun dia merasa sakit. No Soo senang karena dia merasa menemukan Dal Hyang saat pedangnya terasa menusuk sesuatu, apalagi ada noda darah pada pedang itu.
Kim Ja Jum menemui Seja yang
telah menunggu nya untuk bertemu dengan orang yang berwenang di Anju, Seja baru
tiba tadi pagi dan tidak mengatakan siapa dirinya, hanya berkata dia adalah
teman Park Dal Hyang. Kim Ja Jum takjub, jika Seja sampai datang sendiri,
berarti dia benar-benar sangat mencemaskan hal ini.
Kim Ja Jum menghadap pada Seja
dan memanggilnya “Jooha” namun Seja
mengingatkan agar Kim Ja Jum tidak memanggilnya seperti itu, keberadaannya di
Anju harus di rahasiakan. Kim Ja Jum mengerti dan meminta maaf, jadi apa yang
ingin Seja ketahui? Seja ingin kepastian tentang kasus yang tidak masuk akal
antara Yong Gol Dae dan Park Dal Hyang. Kim Ja Jum berkata apa maksudnya? Kasus
itu sudah jelas, mungkin Seung Po dan Min Seo yang salah memahaminya, apakah
itu yang membuat Seja datang jauh-jauh ke Anju?
Sayang nya kedatangan Seja
terlambat, Park Dal Hyang memang sudah meninggal, Kim Ja Jum sangat mengerti
perasaan Seja yang kehilangan seorang teman. Tapi pembunuhnya adalah Yong Gol
Dae, dan dia sudah meninghilang jadi mereka tidak bisa balas dendam. Apa
maksudnya itu?
Di hari pengeksekusian Yong Gol
Dae, algojo nya tiba-tiba saja tewas karena di panah oleh sekelompok pria tidak
dikenal. Suasana menjadi rusuh, dan seseorang membawa Yong Gol Dae kabur dari
tempat itu, dan kini Yong Gol Dae menghilang. Yong Gol Dae sungguh beruntung
karena dia masih tetap hidup setelah melakukan pembunuhan dan perselingkuhan.
Mendengar kata-kata Kim Ja Jum,
Seja sebenarnya sudah sangat kesal, namun dia menahan diri dan bertanya dimana
Yong Gol Dae sekarang, karena Seja yakin, Kim Ja Jum lah yang
menyembunyikannya. Tentu saja Kim Ja Jum tidak mengaku. Apakah Kim Ja Jum ingin
melawan Seja sampai akhir? Kim Ja Jum sama sekali tidak merasa bersalah,
menurutnya dia hanya menyelidiki TKP dan menyerahkan semua bukti pada pihak
yang berwajib.
Akh… Kim Ja Jum ingin memberikan menunjukkan sesuatu pada Seung Po dan Min Seo, itu adalah sesuatu yang sudah mereka cari-cari selama ini. Anak buah Kim Ja Jum membawa sebuah kotak yang membuat Seung Po dan Min Seo cemas, apakah isi kotak itu? Kepala Park Dal Hyang, yang akhirnya mereka temukan. Mereka baru menemukannya hari ini di bawah lantai ruangan Yong Gol Dae.
Akh… Kim Ja Jum ingin memberikan menunjukkan sesuatu pada Seung Po dan Min Seo, itu adalah sesuatu yang sudah mereka cari-cari selama ini. Anak buah Kim Ja Jum membawa sebuah kotak yang membuat Seung Po dan Min Seo cemas, apakah isi kotak itu? Kepala Park Dal Hyang, yang akhirnya mereka temukan. Mereka baru menemukannya hari ini di bawah lantai ruangan Yong Gol Dae.
Seung Po segera mengambil kotak
itu memastikan isinya, wajahnya sudah rusak, Seung Po sampai tidak tega
melihatnya dan segera menutupnya. Kim Ja Jum berkata, Seung Po dan Min Seo
berkeyakinan tinggi Park Dal Hyang masih hidup karena kepalanya hilang. Mungkin
Seja juga datang ke Anju dengan keyakinan itu. Tapi sekarang kepalanya sudah
ditemukan, mungkin wajahnya nya tidak dikenali karena sudah membusuk namun
dapat di pastikan itu adalah kepala Park Dal Hyang karena ada di TKP.
Seung Pa dan Min Seo langsung lemas mendengarnya, kini sudah tidak harapan lagi, itulah yang mereka pikirkan.
Seung Pa dan Min Seo langsung lemas mendengarnya, kini sudah tidak harapan lagi, itulah yang mereka pikirkan.
Seja terlihat sangat kesal
sekaligus sedih, benarkan Park Dal Hyang sudah meninggal? Kim Ja Jum
berpendapat Seja harus bisa menerimanya bahwa Park Dal Hyang sudah meninggal.
Kim Ja Jum menyerahkan kepala itu untuk diurus oleh mereka (dikuburkan
maksudnya). Kim Ja Jum meminta maaf
karena Seja harus kehilangan Park Dal
Hyang, dan kematiannya tampak sia-sia.
“Hal tersulit di dunia ini adalah menjadi pemimpin dari orang-orang
yang mempercayaimu”
Amarah Seja sudah sangat tersulut
dan tidak bisa dibendung lagi. Dia pun akhirnya melampiaskannya dengan memukuli
Kim Ja Jum dengan kesal. Anak buah Kim Ja Jum langsung panik dan berusaha
menghalagi Seja yang masih di bakar amarah untuk kembali memukuli Kim Ja Jum
yang sudah jatuh tersungkur karena pukulan Seja sebelumnya.
Seja masih sangat marah,
keinginannya untuk memukul Kim Ja Jum masih sangat kuat dia pun melawan anak
buah Kim Ja Jum yang menahannya, Seung Po dan Min Seo pun berusaha menahan Seja
dan memintanya tenanng, tapi percuma, Seja benar-benar sangat marah. Namun
Petugas yang lain datang dan malah berusaha mendorong Seja, melihat hal itu
Seung Po dan Min Seo pun melawan para petugas yang berusaha mencelakai Seja.
Gubernur Anju datang melihat keributan itu. Seung Po dan Min Seo saling memberi kode untuk menghentikan pertarungan sengit itu. Gubernur Anju sangat marah dengan apa yang telah terjadi, dia bertanya siapa Seja yang berani melakukan itu pada Kim Ja Jum? Gubernur pun memerintahkan petugas untuk menangkap mereka bertiga.
Seja hanya
menatap Kim Ja Jum penuh amarah, sementara Kim Ja Jum hanya tertawa melihat
Seja lepas kendali dengan memukillinya seperti itu, hingga dia harus ditangkap
oleh petugas tapi Seja tidak bisa mengungkapkan siapa dia sebenarnya.
Hanyang, Kediaman Keluarga Sejabin
Sejabin sedang berbicara dengan
ibunya yang cemas karena Seja mengirimkan putrinya pulang ke rumah tanpa alasan
yang jelas. Apakah Seja bermaksud mengabaikan Sejabin karena dia tidak bisa
memberinya keturunan? Sejabin menyangkal hal itu. Lalu apa? Sekarang Seja malah
pergi ke pemandian air panas sendirian, apakah dia bersama wanita lain?
Mendengar kesimpulan ibunya, sekali lagi Sejabin menyangkal, bukan itu yang
terjadi…
Belum sempat Sejabin memberi
alasan, Yoon Sanggung (Sanggung barunya Sejabin) datang menghadap dan berkata
ada yang mencarinya. Siapa? Wanita itu berkata, Sejabin mengenalnya sebagai Mi
Ryung. Sejabin kaget mendengarnya, dia tahu benar siapa yang mencarinya.
Sejabin dan ibunya menemui Mi
Ryung di luar. Mi Ryung menyapanya sementara Sejabin mengepalkan tangannya saat
melihat Mi Ryung mendatanginya dengan penuh percaya diri, mau apa lagi wanita
itu datang lagi menemuinya? Ibu bertanya
siapa wanita itu? Sejabin hanya meminta ibunya meninggalkan memberikan privasi
pada mereka untuk berbicara.
Di dalam kamar Sejabin, mereka
duduk saling berhadapan. Sejabin bertanya hari itu Mi Ryung bilang akan pergi
selamanya, lalu mengapa dia datang lagi? Ada sesuatu yang harus dikatakan Mi
Ryung pada Sejabin, dia pun mengambil nametag Park Dal Hyang dan memberikannya
pada Sejabin. Sejabin bingung, apa itu?
“Hamba baru datang dari Anju. Ini tanda pengenal Park Dal Hyang. Dia
tewas di Anju”
Mendengar apa yang dikatakan Mi
Ryung, Sejabin langsung syok, dia kemudian mengingat saat Seja mendapatkan kabar
dari Anju, dia mendengar ada seseorang yang meninggal, namun saat Sejabin
bertanya Seja tidak mau menjawab, hanya memberikannya wajah sedih dan rasa
bersalah. Apakah Seja sudah tahu tentang kabar kematian Dal Hyang ini?
Di Anju, Seja bersama Seung Po
dan Min Seo akhirnya di penjara dengan kepala yang di kerangkeng sehingga
mereka tidak bisa bergerak bebas. Mereka menatap kotak yang katanya berisi
kepala Park Dal Hyang. Seung Po mengeluhkan, semuanya menjadi sia-sia, padahal
tadinya dia sudah membuat kesepakatan dengan Kasim Kim.
Seung Po bertemu dengan Kasim Kim
yang datang ke Anju dan dia mendapatkan kabar bahwa tusuk rambut itu
benar-benar di temukan di kamar Yong Gol Dae. Seung Po meyakinkan bahwa itu
hanya sebuah jebakan, apakah Kasim Kim tega Sejabin dilengserkan karena sebuah
jebakan jahat seperti itu. Tapi dia hanya menjalankan tugas dari Raja dan
melaporkan apa yang di dengarnya. Seung Po berkata bahwa Park Dal Hyang masih
hidup, dia bisa memastikan hal itu. Seung Po meminta Kasim Kim memberikan tusuk
rambutnya jika dia berhasil membuktikan bahwa Park Dal Hyang masih hidup.
Gubernur Anju mendatangi Seja dkk
di penjara, mengapa mereka terus membuat keributan? Temannya sudah tewas
apalagi yang harus dibuktikan? Gubernur Anju melihat Seja, siapa orang baru
itu? Petugas berkata orang itu tidak ingin mengatakan identitasnya. Gubernur
Anju memerintahkan Seja untuk diinterogasi karena dia perlu tahu identitasnya.
Kim Ja Jum datang, dan berkata
bahwa Seja tidak perlu di interogasi karena dia adalah anak dari seseorang yang
di kenalnya. Gubernur Anju semakin penasaran, siapa dia? Kim Ja Jum akan
mengatakannya nanti. Sepertinya Seja lepas kendali sesaat karena kehilangan
temannya, Kim Ja Jum tidak apa-apa dan meminta ijin agar Kim Ja Jum bisa bicara
dengannya. Gubernur Anju mengerti dan meninggalkan mereka.
Kim Ja Jum berkata pada Seja,
saat ini pihak kerajaan berpikir bahwa Seja ada di pemandian air panas, apa
yang akan terjadi jika mereka mengetahui Seja malah membuat keributan disini?
Kim Ja Jum tidak akan memberi tahu pihak istana, dan merasa senang karena tidak ada yang mengenali wajah Seja di Anju.
Masalah seperti ini tidak akan terjadi jika Seja mau bekerja sama dengannya.
Tapi… Kim Ja Jum masih ingin membangun Joseon bersama Seja. Dia sama sekali
belum berubah pikiran, bagaimana jika sekarang mereka bekerja sama?
Seja tampak tidak senang dengan
ajakan itu, namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya saat
ini. Kim Ja Jum membenarkan dugaan Seja,
bahwa Yong Gol Dae ada di tangannya, dia belum mengembalikannya ke
dinasti Qing. Jika Seja mau bekerja sama dengan Kim Ja Jum, dia akan memastikan
Yong Gol Dae tiba dengan selamat di perbatasan dan Sejabin tidak akan
kehilangan nyawanya setelah di lengserkan.
Mendengar Kim Ja Jum mengungkit
tentang pelengseran Sejabin, Seja langsung tampak sangat kesal namun dia
menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya yang gemetar. Seja paham benar
rencana Kim Ja Jum lah yang membuat rumor tentang skandal Sejabin dengan Yong
Gol Dae, tapi demi apa? Kim Ja Jum meyakinkan Park Dal Hyang sudah cukup
menjadi korban, berapa banyak lagi Seja harus kehilangan orang-orang
disekitarnya sebelum dia menyerah untuk bekerjasama dengannya?
Kim Ja Jum akan melepaskan Seja,
jadi pikirkanlah baik-baik. Kim Ja Jum merasa yakin, Seja akan senang dengan
syarat yang diajukannya. Kali ini dia sangat berharap Seja mau bekerja sama
dengannya, apa yang terjadi di Hanyang sangat mengecewakan, Kim Ja Jum bukan
orang yang mudah melupakan sesuatu.
Di Hanyang, Sejabin pun mengepalkan
tangannya dengan gemetar saat Mi Ryung berkata padanya bahwa Mi Ryung tahu,
Seja pergi ke Anju, namun semuanya sudah terlambat. Park Dal Hyang sudah
meninggal, dan tusuk rambut Sejabin ada di tangan Kasim Kim. Sekarang Sejabin
sudah tidak memiliki tusuk rambut yang bisa dia tunjukan di pesta ulang tahun
Putri Jun Myung pada Raja. Akhirnya… Sejabin akan dilengserkan.
Mengapa Mi Ryung memberitahu
semua itu padanya? Pasti ada alasannya kan? Dengan tenang dan penuh percaya
diri Mi Ryung berkata, “Setelah Anda
dilengserkan, Mereka bilang akulah yang akan menjadi Sejabin berikutnya”
Sejabin kaget mendengar apa yang dikatakan wanita itu.
Tadinya Mi Ryung sungguh ingin
pergi, dan berharap Sejabin bahagia bersama Seja. Tapi godaan itu… harapan
bahwa dia bisa menjadi Sejabin lagi membuatnya berubah pikiran. Sejak awal
Miryung mengira sudah tidak ada harapan dia bisa bersatu dengan Seja, bermimpi
untuk menjadi Istrinya. Tapi mereka mengatakan itu mungkin, mereka berkata Mi
Ryung boleh bermimpi. Jadi… Mi Ryung minta maaf pada Sejabin karena dia
memutuskan kembali bermimpi untuk menjadi istri Seja.
Kedatangan Mi Ryung adalah untuk
memberi Sejabin waktu, sehingga dia tidak terlalu kecewa saat dia tidak bisa
mendapatkan kembali tusuk rambutnya. Mi Ryung mencoba membantu Sejabin untuk
menemukan “cara lain”. Sejabin berpikir, Cara lain? Dan akhirnya dia sadar apa
yang dimaskud Mi Ryung, Sejabin Syok saat menyadarinya,
“Apakah kau memintaku untuk Bunuh Diri?” Sejabin bertanya dengan penuh emosi. Dengan santai Mi Ryung berkata,
dia hanya mengatakan “cara lain” bukan berarti Sejabin harus bunuh diri,
walaupun sepertinya itulah yang diharapkan Mi Ryung.
Setelah di lepaskan Kim Ja Jum,
Seja, Min Seo dan Seung Po berdiri di depan makam yanga mereka kira adalah
makam Park Dal Hyang. Pan Se menguburkan kepala milik mayat yang terkubur di
tempat itu sambil menangis. Seja dan yang lainnya tampak bersedih menyaksikan
prosesi pemakaman itu. Setelah Selesai pun mereka tetap berdiri disana hingga
malam tiba. Menatap sedih pada makam tersebut, terlihat jelas bahwa ketiga
sangat kehilangan Dal Hyang.
Malam semakin larut, Sejabin menggalau di kamarnya. Setelah di datangi Mi Ryung dia menemui Menteri Choi untuk memastikan kematian Dal Hyang. Sejabin tahu bahwa Heo Seung Po menuliskan tentang kematian seseorang di Anju, siapakah dia? Seja tidak mau memberitahunya. Menteri Choi berkata itu bukan orang yang di kenal Sejabin. Apakah itu Park Dal Hyang? Menteri Choi kaget, bagaiman Sejabin bisa tahu? Sejabin tidak menjawab karena terlalu syok menerima kenyataan itu. Jadi Dal Hyang benar-benar sudah meninggal.
Menteri Choi menyanyangkan
kemarian Dal Hyang yang sia-sia dan Yong Gol Dae pun sudah di tangkap. Tapi
Menteri Choi meyakinkan semuanya belum berakhir, menteri Choi akan mencari pembuat tusuk rambut yang handal
yang bisa membuat tiruan tusuk rambut pemberian Ratu. Tidak, semuanya tidak ada
gunannya, Sejabin berpendapat dengan melakukan itu mereka hanya akan membohongi
Raja. Sejabin tidak ingin melakukan hal itu.
Sejabin menatap nametag Park Dal Hyang dan dia mulai menangis, apalagi saat Sejabin teringat ketika Dal Hyang
mendoakan kebahagiaannya, dia semakin terpukul memikirkan hal itu, kini Dal
Hyang telah tiada dan Sejabin pada akhirnya akan dilengserkan, sama sekali
tidak ada kebahagiannya di dalamnya.
Sejabin kemudian mengingat
betapa percaya dirinya Mi Ryung saat dia bertanya apakah Mi Ryung pikir Seja
akan menerima Mi Ryung menjadi istrinya? Seja harus menerima Mi Ryung karena
itu satu-satunya cara menyelamatkan Yong Gol Dae. Awalnya Seja mungkin akan
marah, namun dia tidak akan selamanya mengabaikan Mi Ryung, bagaimana pun juga
mereka memiliki masa lalu yang kuat. Hubungan mereka sangat dalam, Mi Ryung
yakin akan hal itu.
Apa yang terjadi hari ini membuat
Sejabin sangat stress, dia menangis dan tidak tahu harus melakukan apa. Sejabin
sudah memastikan kematian Dal Hyang pada Menteri Choi, dan Seja… Sejabin belum
bisa mempercayai suaminya itu. Bagaimana
jika yang dikatakan Mi Ryung itu benar, bahwa Seja mungkin akan menerima Mi
Ryung sebagai istrinya dengan senang hati? Sejabin tampak sangat depresi dan
dia pun menatap pilar yang ada di kamarnya, haruskah,,, dia melakukan apa yang
seperti Mi Ryung katakan? Menyelesaikan masalah ini dengan “cara lain”?
(baca=bunuh diri)
Di Anju, Seja pun tampak depresi,
dia minum dalam suasana duka bersama Seung Po dan Min Seo. Seja teringat saat
Dal Hyang menyatakan kesediaannya menjadi pengikutnya. Dal Hyang meminta Seja
membuktikan bahwa pilihannya tidak salah, tapi… apa terjadi sekarang? Seja meminta Min Seo memanggil
Pan Se, untuk apa? Seja ingin mengatakan pada Kim Ja Jum bahwa dia akan
menemuinya. Sudah saatnya Seja menyerah pada Kim Ja Jum.
Min Seo tampak kaget, Seja pun berkata, bahwa Dal Hyang memintanya untuk membuktikan diri, jika dia tidak salah pilih, namun Seja bahkan tidak punya kesempatan untuk membuktikan diri. Seja merasa tidak pantas menjadi Raja saat dia tidak bisa melindungi orang-orangnya. Karena itulah Seja memutuskan menemui Kim Ja Jum.
Seung Po mengeluh panjang karena keputusan Seja, lalu dia pun bertanya, “Bagaiamana dengan Bin-gu mama?” Seja hanya bisa berkata dengan dingin, “Setidaknya kita bisa membuatnya tetap hidup”
Namun kemudian wajahnya berubah sedih. Seolah berkata
sesungguhnya dia pun tidak rela jika Sejabin harus dilengserkan, namun Seja tak
punya pilihan lain untuk menyelamatkan nyawa istrinya itu. Min Seo dan Seung Po melihat kesedihan Seja, namun mereka
pun tak bisa berbuat apa-apa.
Menjelang subuh, Yoon Sanggung
mencoba membangunkan Sejabin, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. Yoon
Sanggung pun masuk dan tidak menemukan Sejabin di tempat tidurnya. Kemudian
Yoon Sanggung di kagetkan saat melihat simpul tali untuk bunuh diri terikat
pada pilar atas kamar Sejabin. Yoon Sanggung pun memerintahkan Dayang lain
untuk segera mencari Sejabin.
Yoon Sanggung menemukan Sejabin
di luar rumah. Pikiran Sejabin tampak
kosong, Yoon Sanggung bertanya tentang tali yang dia temukan, apa yang ingin
Sejabin lakukan? Yoon Sanggung meminta Sejabin untuk kuat… Tanpa menanggapi
kehawatiran Yoon Sanggung, dengan tenang Sejabin berkata, “Aku akan kembali ke Istana, bersiap-siaplah”
Kim Ja Jum menemui Seja yang
sudah menunggunya di sebuah ruangan. Dia sangat senang karena Seja memutuskan
untuk bekerja sama dengannya. Dia merasa masa depan Joseon akan sangat cerah
saat ini. Seja sama sekali tidak senang, dia benar-benar terpaksa melakukan hal
ini karena tidak memiliki cara lain. Apa yang sebenarnya Kim Ja Jum inginkan?
Syaratnya sama sekali tidak
merugikan Seja, dia bahkan punya hadiah untuk Seja. Kim Ja Jum mengeluarkan
kertas perjanjiannya dan menyerahkannya pada Seja untuk ditandangangi. Syarat
Kim Ja Jum mudah seja, bahwa Seja akan menerima
wanita yang dipilih Kim Ja Jum untuk menjadi Sejabin berikutnya. Ikatan
keluarga adalah yang paling kuat. Wanita itu adalah keponakan Kim Ja Jum, dia
cantik, pintar dan baik. Seja hanya perlu menandatangi surat itu sebagai bukti
bahwa dia menerimanya.
Mendengar Kim Ja Jum mengatakan
Sejabin berikutnya, Seja sudah merasa sangat kesal, dan saat Seja membaca surat
perjanjiannya, Seja terpikirkan Sesuatu, “Apakah
mungkin wanita itu adalah Hyag Sun?”
Min Seo dan Seung Po kaget mendengarnya, Hyang Sun yang mereka tahu adalah
orang yang memberikan obat bius pada Yong Gol Dae. Kim Ja Jum membenarkan, Seja
ternyata sangat pintar.
Mendengar pembenaran dari Kim Ja
Jum, Seja merasa sangat marah hingga meremas kertas perjanjian itu, apalagi
saat Kim Ja Jum berpikir bahwa Seja sudah menginginkannya sejak lama kan? Hyang
Sun juga sudah hampir mati karena merindukan Seja. Kim Ja Jum merasa kasihan
pada Hyang Sun. Min Seo dan Seung Po saling pandang, melihat reaksi Seja dan
perkataan Kim Ja Jum, sepertinya mereka tahu jika Hyang Sun adalah wanita masa
lalu Seja.
Sejabin meninggalkan rumahnya
untuk kembali ke istana, dalam perjalanannya, Sejabin melihat Mi Ryung dan
beberapa orang bodyguardnya. Sejabin memerintahkan rombongan untuk berhenti dan
dia pun meminta Yoon Sanggung memanggil Mi Ryung. Yoon Sanggung kaget melihat
Mi Ryung, bukan kah itu wanita yang kemarin? Namun mau tak mau dia tetap
memanggil Mi Ryung karena Sejabin ingin berbicara padanya.
Mi Ryung mendekat ke tandu
Sejabin, dan berkata sepertinya Sejabin baik-baik saja. Tentu saja dia tidak
akan mati seperti yang diharapkan Mi Ryung. Sebenarnya Mi Ryung sama sekali
tidak mengharapkan kematiannya, hanya saja Sejabin sudah kehilangan kesempatan
untuk menyelamatkan martabatnya. Tidak. Mi Ryung lah yang salah perhitungan.
Park Dal Hyang bukan orang yang mudah mati begitu saja. Mi Ryung tidak bisa
membodohinya dengan menunjukkan nametag itu padanya.
“Bahkan jika Putra Mahkota tidak mencintaiku… dia bukan tipe orang yang
akan mengusirku dan menerima pembunuh sebagai istrinya. Aku percaya padanya”
Mi Ryung terpaku mendengarnya,
dia tidak percaya jika Sejabin akan mengatakan hal seperti itu padanya. Sejabin
pun melanjutkan,
“Kita akan lihat... siapa yang benar. Bahkan jika aku mati... aku akan
mati di Istana sebagai Putri Mahkota. Jangan pernah berani... untuk mendikte
kehidupanku”
Sejabin mengatakan semua itu
penuh penekanan membuat Mi Ryung tak bisa berkutik, apalagi saat Sejabin
mengajak rombongannya untuk kembali melanjutkan perjalanan dan Yoon Sanggung
dengan sengaja mendorong Mi Ryung pelan dengan penuh percaya diri, seolah
menunjukkan betapa bangganya dia pada Putri Mahkotanya.
Mi Ryung hanya bisa terpaku di tempatnya setelah mendengar kata-kata Sejabin. Dalam hatinya dia tahu, Seja mungkin
benar-benar tidak mau lagi menerimanya, namun ambisinya tetap berkata dia masih
ingin bermimpi, karena ada peluang untuk mewujudkan mimpi itu.
Seja masih kesal setelah
mendengar bahwa wanita yang dipilihkan Kim Ja Jum untuk menjadi istrinya
setelah Sejabin di lengserkan adalah Hyang Sun. Kim Ja Jum berkata, bahwa Hyang
Sun sudah menunggu Seja di Hanyang, setelah Seja menandatangi surat itu Seja
bisa segera menemuinya. Seja sama sekali tidak bereaksi. Kim Ja Jum seolah tahu
jika Seja sama sekali tidak senang dengan ide menjadikan Hyang Sun istrinya,
dia pun menekan Seja dengan cara lain.
“Tidak ada waktu, Jooha. Jika Anda memikirkan Yong Gol Dae dan... Putri
Mahkota, ini adalah cara termudah”
Meski masih menahan amarahnya,
Seja merasa tak punya pilihan lain. Akhirnya Seja meletakan kertas itu di meja
dan mengambil kuas. Seja hampir membubuhkan tanda tangannya di kertas itu saat
seorang gadis berpakaian Cina masuk ke ruangan itu dan berkata,
“Samchongsa” Gadis itu adalah Tani. Anak
buah Kim Ja Jum menangkap Tani dan
mengeluarkannya.
Kim Ja Jum bingung apa yang dikatakan Tani. Tapi Seja dan kedua pengawalnya mengenal kata itu dengan baik. Seja terdiam dan menatap pada Seung Po dan Min Seo, siapa lagi yang tahu tentang Samchongsa kecuali mereka dan Dal Hyang? Apakah artinya Dal Hyang masih hidup? Seja memberi kode pada Min Seo dan Seung Po untuk mengejar gadis itu. Seung Po dan Min Seo pun segera keluar sementara Kim Ja Jum bingung melihat tingkah mereka. Seja tersenyum kecil, jika Dal Hyang masih hidup dia tidak perlu menandatangani perjanjian bodoh ini.
Kim Ja Jum bingung apa yang dikatakan Tani. Tapi Seja dan kedua pengawalnya mengenal kata itu dengan baik. Seja terdiam dan menatap pada Seung Po dan Min Seo, siapa lagi yang tahu tentang Samchongsa kecuali mereka dan Dal Hyang? Apakah artinya Dal Hyang masih hidup? Seja memberi kode pada Min Seo dan Seung Po untuk mengejar gadis itu. Seung Po dan Min Seo pun segera keluar sementara Kim Ja Jum bingung melihat tingkah mereka. Seja tersenyum kecil, jika Dal Hyang masih hidup dia tidak perlu menandatangani perjanjian bodoh ini.
Bagaimana Tani tahu tentang
Samchongsa?
Begini ceritanya, beberapa hari
setelah insiden terjadi Kim Ja Jum dan No Soo kembali mendatangi TKP, dia
merasa ada yang salah dimana Kepala Park Dal Hyang? No Soo sedang mencarinya,
pasti ada di suatu tempat. Jika Park Dal Hyang masih hidup maka semua akan
sia-sia, masalah Yong Gol Dae dan juga pelengseran Putri Mahkota akan sulit di
lakukan. Mereka harus menemukan kepalanya, jika tidak Seja tidak akan menyerah
dengan mudah. Dal Hyang yang berada di bawah lantai ruangan itu mendengarkan
percakapan Kim Ja Jum dan No Soo, dia sadar ada orang yang menginginkan
kematiannya untuk mencapai tujuan busuknya.
No Soo dan petugas yang datang
bersamanya tempo hari menggali makam si mayat tanpa kepala, petugas itu
mengenali sesuatu dan dia memastikan jika itu bukan Park Dal Hyang, itu adalah
mayat temannya Mo Woon. Apakah mereka harus melaporkannya pada Kim Ja Jum? No
Soo menolak, semuanya sudah sejauh ini, jika Kim Ja Jum tahu orang yang mati
itu bukan Dal Hyang, dia pasti marah. No Soo lalu berpikir, ada satu tempat
yang belum mereka geledah untuk mencari Dal Hyang.
TKP. Tempat itu yang belum di
periksa No Soo dengan seksama. Saat dia melihat belatung dia tahu ada sesuatu di bawah lantai itu, No Soo menusukan pedangnya dan ternyata pedangnya mengenai seuatu dan meninggalkan noda darah. No Soo berniat sekali lagi menusukan pedang itu, tapi….
Tani datang bersama Ayahnya serta beberapa orang lainnya. No Soo pun
menghentikan aksinya. Tidak mau ketahuan orang-orang No Soo segera pergi dari
sana, dia tidak ingin mengambil resiko.
Tani menunjukkan lantai tempat
Dal Hyang bersembunyi, Ayahnya membuka lantai itu dan menemukan Dal Hyang yang
setengah sadar setelah mendapat tusukan dari No Soo. Dal Hyang merasa lega,
akhirnya dia bisa selamat.
Tubuh Dal Hyang pun dipindahkan
dari sana, kemana mereka harus membawa Dal Hyang? Apakah mereka harus
menyerahkannya pada polisi, Dal Hyang memohon agar mereka menyembunyikannya,
dan jangan melaporkannya pada Polisi. Dal Hyang tidak ingin mati dan
membahayakan semua orang. Dia harus bertahan hidup untuk menyelamatkan Sejabin
dan Yong Gol Dae.
Tani merawat Dal Hyang dengan
telaten hingga hari dimana Dal Hyang
terbangun dari keadaan tak sadarnya. Tani memanggil Ayahnya dan
tersenyum pada Dal Hyang. Ayah Tani datang dan bertanya tentang keadaan Dal
Hyang. Dal Hyang merasa bingung dan bertanya dimana dia saat ini? Itu adalah
tempat tersembunyi dari seorang rekan bisnisnya.
Ayah Tani berkata orang-orang
mencari Dal Hyang selama berhari-hari, apa yang terjadi sebenarnya? Yang dia dengar,
Jenderal membunuh Dal Hyang, tapi ternyata dia masih hidup dan memintanya untuk
tidak memberitahu polisi dan mereka juga tidak bisa memberi tahu Utusan jika
Dal Hyang masih hidup karena mereka sudah meninggalkan Joseon. Apakah ada orang
yang bisa dihubungi? Mereka harus segera melewati perbatasan dan tidak punya
orang yang bisa mereka minta untuk mengurus Dal Hyang.
Dal Hyang merasa tidak ada yang
bisa dia percaya di Anju. Akh… Hanyang, Mereka harus membuat orang-orang di
Hanyang tahu jika dia masih hidup. Semua orang sedang dalam bahaya karena
dirinya. Ayah Tani berkata akan memerlukan waktu lama jika dia harus ke
Hanyang, yah… Dal Hyang merasa putus harapan.
Ayah Tani menunjukkan sesuatu
padanya, pedang dari Seja. Dia mengirim anak buahnya untuk mengunjungi makam
yang dikira makan Dal Hyang dan dia melihat tiga orang pria meletakan pedang
itu di makamnya. Mereka juga tampak sangat bersedih berdiri dalam waktu yang
lama di depan makamnya. Tapi anak buahnya tidak memberi tahu mereka tentang Dal
Hyang yang masih hidup karena mereka orang Joseon.
Dal Hyang langsung sumringah. Samchongsa. Orang yang dicarinya ada di Anju. Mereka
datang ke Anju untuk mencarinya? Ayah Tani bingung, apa itu Samchongsa? Dal
Hyang meminta Ayah Tani untuk menemukan mereka, karena hanya merekalah
satu-satunya orang yang akan membantunya. Dimana mereka sekarang? Dal Hyang
juga tidak tahu tapi dia yakin mereka ada di Anju. Katakan saja Samchongsa,
berbahaya jika harus mengatakan nama Dal Hyang.
Tani dan Ayahnya pun mencari Samchongsa
dengan menyebutkannya pada setiap tiga orang pria yang sedang berkumpul
bersama. Tentu saja itu tidak mudah,
selama beberapa hari mereka mencari tidak ada yang familiar dengan nama itu.
Hingga Tani datang ke tempat Seja dan Kim Ja Jum bertemu, dia berkata Samchongsa pada tiga orang anak buah Kim Ja Jum yang berjaga di luar, namun mereka tampak bingung. Tani masuk ke ruangan tempat Seja bertemu Kim Ja Jum dan kembali berkata Samchongsa, dan begitulah. Seja menangkap kata itu dan memiliki harapan jika Dal Hyang masih hidup.
Hingga Tani datang ke tempat Seja dan Kim Ja Jum bertemu, dia berkata Samchongsa pada tiga orang anak buah Kim Ja Jum yang berjaga di luar, namun mereka tampak bingung. Tani masuk ke ruangan tempat Seja bertemu Kim Ja Jum dan kembali berkata Samchongsa, dan begitulah. Seja menangkap kata itu dan memiliki harapan jika Dal Hyang masih hidup.
Seung Po dan Min Seo mengejar
Tani, mereka bertanya apa yang baru saja Tani katakan? Samchongsa? Iya… mereka
adalah Samchongsa, siapa yang sedang mencari mereka? Tani tersenyum lebar dan
menarik Seung Po dan Min Seo untuk ikut bersamanya, dia akan membawa mereka
pada orang yang mencarinya.
Di hadapan Kim Ja Jum, Seja
tersenyum kecil, merasa lega. Dengan kasar dia meletakan kuas yang tadinya akan
dia gunakan untuk menandatangani surat perjanjian itu. Kim Ja Jum kaget melihat
apa yang Seja lakukan dia makin kaget saat Seja berkata, anggap saja semua itu
tidak terjadi, Negoisasi konyol itu sudah berakhir. Seja pun merobek surat
perjanjian itu tepat di depan mata Kim Ja Jum.
Kim Ja Jum terlihat kecewa dan
berkata dia tidak bisa menunggu lagi, kepala Yong Gol Dae sedang menjadi
taruhannya. Dengan tegas Seja pun berkata, lebih baik Kim Ja Jum menjaga
kepalanya saja. Kali ini Seja tidak akan tinggal diam!
“Membunuh Yong Gol Dae? Mengganti Putri Mahkota-ku? Lakukan saja sesuai
keinginanmu. Tapi lebih baik kau menyingkir... kecuali kau ingin dicabik-cabik”
Seja mengatakan semuanya dengan
penuh amarah dan keyakinan tinggi. Itu bukan hanya sekedar Ancaman bagi Kim Ja
Jum, tapi dia benar-benar tidak akan tinggal diam kali ini. Seja pun pergi dari
ruangan itu dan meninggalkan Kim Ja Jum yang merasa bingung. Dicabik-cabik?
Mengapa Seja tiba-tiba bersikap seperti itu?
Ayah Tani masih mencari
Samchongsa saat No Soo melihatnya, dia masih ingat siapa yang datang
menginterupsinya saat akan menghabisi orang yang bersembunyi di bawah lantai.
No Soo pun memerintahkan untuk membawa orang lebih banyak.
Dal Hyang menanti dengan cemas di
ruangan rahasia itu. Ayah Tani datang dan membuka pintu, Dal Hyang bertanya
apakah dia menemukan orang yang dicarinya? Ayah Tani merasa bersalah, karena No
Soo yang masuk dan langsung merasa puas melihat Dal Hyang, jadi selama ini Dal
Hyang bersembunyi di tempat itu? No Soo pun langsung mencoba menyerang Dal
Hyang, tentu saja Dal Hyang langsung waspada dan segera keluar dari tempat itu.
Sayangnya Dal Hyang tidak bisa
melarikan diri dengan mudah dari tempat itu, Orang-orang No Soo ada
dimana-mana. Dal Hyang mencoba melawan mereka, namun kondisi kesehatannya belum
benar-benar stabil sehingga dia jatuh tersungkur dan hampir tak berdaya. Saat
mereka berniat membunuh Dal Hyang, beberapa pedang menahan pedang yang ingin
membunuhnya.
Yups, Samchongsa datang
menyelamatkan Dal Hyang^^ Seung Po berkomentar
jika keyakinannya tidak salah. Dia membaca wajah Dal Hyang dan dia
adalah orang yang berumur panjang. Min Seo bertanya mengapa Dal Hyang baru
muncul sekarang? Dal Hyang meminta maaf karena itu terjadi begitu saja.
Seja berkata pada Dal Hyang, “Aku akan melindungimu, jadi larilah secepat
yang kau bisa. Kuda sudah siap. Pergilah langsung ke Hanyang” Sendirian?
Seja berkata Dal Hyang harus membuktikan dirinya masih hidup untuk
menyelamatkan Sejabin.
“Untuk hari ini... hidupmu lebih penting... jadi aku akan melindungimu
kali ini. Kau harusnya merasa terhormat. Jangan ragu-ragu. Kita tidak punya
waktu”
Sebelum Dal Hyang pergi, Seung Po
meminta waktu, bahkan dia menginterupsi anak buah No Soo yang sudah siap
menyerang mereka. Seung Po berkata agar mereka mengucapkan salam perpisahan
sebelum Dal Hyang pergi, karena Seung Po sangat mendengar kabar kematian Dal
Hyang yang tidak sempat mengatakan salam perpisahannya.
Seung Po mengacungkan pedangnya
ke udara, Aksi Seung Po diikuti Seja dan Min Seo, lalu Dal Hyang pun melakukan
hal yang sama. All for One, One for All. Seung Po berkata agar mereka semua
berhati-hati. Seja menyarankan agar Dal Hyang segera pergi dan menjaga dirinya.
Dal Hyang harus tiba di Hanyang dengan selamat.
Pan Se membawakan kuda untuk Dal Hyang dan menyerahkan kuda itu padanya. Dal Hyang tak membuang waktu segera menaiki kuda itu dan mengucapkan sampai jumpa pada pelayannya itu. Pan Se tampak sangat bahagia bisa melihat Tuannya ternyata masih hidup.
Sebelum Dal
Hyang pergi, Tani berlari ke arah Pan Se dan mengatakan sesuatu, Dal Hyang
menoleh dan bertanya apa yang dikatakan Tani? Pan Se berkata, Tani ingin Dal
Hyang menepati janjinya, katanya Dal Hyang akan menikahi Tani jika dia
menyelamatkannya. Dal Hyang bingung kapan dia mengatakan hal itu? Dal Hyang
menatap Tani yang tersenyum padanya, Akh… tapi Dal Hyang tidak punya waktu
lagi, dia harus segera pergi menuju Hanyang.
Dal Hyang mempercapat kudanya
saat dia melihat No Soo mengejarnya, apapun yang terjadi, Dal Hyang harus tiba
dengan selamat ke Hanyang untuk membuktikan bahwa dirinya masih hidup, sehingga
posisi Sejabin dapat terselamatkan.
Min Seo berkata pada semua anak buah No Soo agar mereka menurunkan pedangnya, Seja adalah Putra Mahkota Joseon, tapi mereka tidak percaya dan itu membuat Seja binggung. Seung Po berkomentar, Kota ini memang aneh, mereka belum pernah melihat Putra Mahkota sebelumnya.
Akhirnya mau tak mau, mereka harus bertarung melawan anak buah No Soo
Sejabin sangat merasa cemas saat
berada di dalam kamarnya, Yoon Sanggung menemuinya dan Sejabin langsung
bertanya apakah Seja sudah datang? Belum. Tapi mereka harus segera datang ke
acara ulang tahun Putri Jun Myung, semua orang sudah menunggu. Yoon Sanggung
sudah mengatakan jika Sejabin sedang bersiap-siap, apa yang harus mereka
lakukan? Sejabin belum mendapatkan kembali tusuk rambutnya. Sejabin menahan
napas dan berkata mereka akan pergi ke acara itu.
Putri Jun Myung tampak tidak
senang melihat kursi Sejabin yang masih kosong, bagaimana bisa dia belum
datang? Sanggung yang ada disana berkata dia akan memeriksanya mengapa dia
belum datang. Para wanita kerajaan yang hadir di acara itu mulai bergosip,
mungkin Sejabin tidak akan datang pasti karena masalah skandal dengan Jenderal
Yong Gol Dae. Putri Jun Myung yang mendengar hal itu meminta mereka untuk diam.
Syuuut.
Dua orang wanita kerajaan yang
bergosip itu pun mendekat pada Putri Jung Myung dan mengatakan mereka mendengar
jika masalah skandal dengan Yong Gol Dae, katanya itu bukan hanya rumor tapi
kenyataan yah? Kabarnya bahkan Seja dan Sejabin sudah tinggal terpisah.
Dengan nyinyir, Putri Jun Myung
berkata, “Kita lihat saja apakah hari ini
dia datang memakai tusuk rambutnya atau tidak?” Kedua wanita itu bingung,
Tusuk rambut? Putri Jun Myung tersenyum mengejek, sepertinya hari ini mereka
akan mendapat tontonan yang menarik.
Di Kediamannya, Sejabin yang
masih gugup dan cemas mencoba menenangkan diri. Dia sudah tidak punya waktu
lagi, dengan sedih akhirnya Sejabin meminta Yoon Sanggung menyelipkan tusuk
rambut mana pun di sanggulnya. Sejabin sudah pasrah, apapun yang akan terjadi
maka terjadilah. Yoon Sanggung memilihkan tusuk rambut yang paling mewah, namun
tetap saja tidak senilai dengan tusuk rambut pemberian ratu yang hilang. Dengan
langkah pasti Sejabin pun keluar dari kamarnya.
Raja bertanya pada kasim muda,
apakah Pesta Ulang Tahun Putri Jun Myung sudah dimulai? Mereka baru saja
memulainya, Raja berkata dia akan menghadiri pesta itu. Kasim muda sedikit
kaget dan berkata tidak biasanya Raja menghadiri acara wanita kerajaan. Kali
ini dia ingin datang, apakah ada masalah? Kasim muda tidak bisa membantah.
Kasim Kim tiba di istana membawa laporan kejadian di Anju dan juga tusuk rambut Sejabin yang di temukan di ruangan Yong Gol Dae. Dia cepat-cepat pergi menghadap Raja, namun Raja tidak ada di ruangannya.
Kasim Kim pun menyusul ke acara pesta, namun dia terlambat
memanggil Raja yang terlanjur masuk ke dalam tempat pesta. Tapi seorang petugas
menemuinya berkata bahwa ada seseorang yang mencari Kasim Kim. Saat Kasim Kim
menemui orang itu, dia tampak sangat kaget hingga menjatuhkan Laporan untuk
Raja, juga tusuk rambut milik Sejabin. Siapakah orang itu?
Raja tiba di tempat pesta, semua
wanita Kerajaan memberi hormat dan tarian di pesta itu di hentikan> Raja
berkata dia sedang lewat dan ingin melihat pesta para Wanita Kerajaan. Raja
langsung melihat kursi Sejabin yang berada di samping Putri Jun Myung kosong.
Sejabin belum datang? Padahal kediamannya tidak jauh dari tempat itu kan? Raja
tampak marah dan kesal menyadari hal tersebut. Putri Jun Myung membenarkan,
sepertinya memang ada yang mencurigakan dari Sejabin. Raja langsung merasa
cemas, apakah artinya kecurigaannya pada Sejabin benar-benar akan terbukti hari
ini?
Sejabin tiba di depan pintu
tempat pesta itu, salah satu Kasim memberitahunya jika Raja datang ke pesta
itu. Sejabin semakin cemas. Dia mengeluarkan tangannya yang tampaknya mulai
berkeringat. Sejabin mengusapkan kedua tangannya mencoba untuk tenang. Sejabin memejamkan matanya dengan cemas berharap bisa mendapat kekuatan dan ketenangan
saat membuka mata. Sejabin sudah begitu pasrah dengan apa yang akan terjadi
padanya, hingga dia merasakan sesuatu menyentuh tangannya. Tusuk Rambutnya!
Siapa yang membawa tusuk rambut
Sejabin? Dia adalah Dal Hyang yang tersenyum padanya dan berkata agar Sejabin
memakai tusuk rambut itu. Sejabin kaget, “Kau masih hidup?” Dal Hyang yang
sedang berlutut menatap Sejabin dan berkata, “Tentu saja, Mama. Hamba tidak
akan mati semudah itu. Hamba akan hidup lama dan melindungi Anda. Jangan
khawatir” Dal Hyang tersenyum pada Sejabin. Merasa terharu, mata Sejabin sampai
berkaca-kaca, dia berterima kasih karena Dal Hyang masih hidup.
Yoon Sanggung segera mengambil
tusuk rambut yang diberikan Dal Hyang dari tangan Sejabin dan mengganti tusuk
rambut sebelumnya. Kini Sejabin dapat melangkah dengan penuh percaya diri ke
dalam tempat pesta itu. Tak ada lagi yang perlu di khawatirkannya, Raja tidak
akan curiga lagi padanya, dan Sejabin tidak akan di lengserkan karena rumor
skandalnya dengan Yong Gol Dae yang tidak masuk akal.
Raja menatap Sejabin dengan
seksama saat menantunya memasuki tempat pesta. Dia melihatnya, itu… adalah
tusuk rambut pemberian Ratu? Putri Jun Myung tampak kaget melihatnya, Sigh…
Raja merasa sangat malu karena hal itu, hampir saja dia menjadi Ayah Mertua
yang kejam untuk menantunya.
Sejabin memberi hormat pada Raja dan Putri Jun Myung, dia tersenyum penuh kelegaan karena tidak ada yang perlu di khawatirkannya. Raja membalas senyum Sejabin dengan kaku, dia merasa bersalah pada menantunya itu.
Sejabin memberi hormat pada Raja dan Putri Jun Myung, dia tersenyum penuh kelegaan karena tidak ada yang perlu di khawatirkannya. Raja membalas senyum Sejabin dengan kaku, dia merasa bersalah pada menantunya itu.
Dal Hyang tersenyum lega dan
bangga saat melepas Sejabin ke tempat pesta, dia sudah menyelesaikan tugas nya
dan menyelamatkan Sejabin. Kasim Kim mendekatinya, dia masih takjub melihat
keberadaan Dal Hyang, bagaimana bisa dia masih hidup? Dal Hyang berkata,
Kampung halamannya Gangwon-do terkenal dengan orang-orangnya yang panjang umur.
Dal Hyang tidak akan mati semuda itu.
Sekarang waktunya Kasim Kim
menepati janjinya, Dal Hyang meminta Laporan yang tadinya akan diserahkan pada
Raja, dan meminta Kasim Kim tidak pernah mengatakan apapun tentang insiden di
Anju. Kasim Kim menyerahkan laporan itu dan Dal Hyang langsung merobeknya. Kasim Kim lalu penasaran,
“Ngomong-ngomong, dimana Jooha sekarang?”
Seja bersama Seung Po dan Min Seo
masih di Anju sedang di arak menuju
Hanyang dalam kerangkeng Kayu. Dia tampak santai-santai saja. Petugas bertanya
siapa sebenarnya Seja itu? Mengapa terus melakukan keributan? Seja berkata dia
adalah Putra Mahkota Joseon, petugas tidak percaya dan berkata, jika Seja
adalah Putra Mahkota maka dia adalah Menteri di Kerajaan.
Seja malah tertawa, Seung Po mengeluh, dia benci kota ini karena tidak ada yang mengerti apa yang mereka katakan. Sekali lagi petugas bertanya pada Seja, siapa sebenarnya dia? Akhirnya Seja berkata, panggil saja mereka bertiga Samchongsa.
Petugas makin bingung, namun Seja malah tersenyum makin lebar dengan topi miringnya. Sementara itu Dal Hyang pun tersenyum menjawab pertanyaan Kasim Kim tentang keberadaan Seja.
Seja malah tertawa, Seung Po mengeluh, dia benci kota ini karena tidak ada yang mengerti apa yang mereka katakan. Sekali lagi petugas bertanya pada Seja, siapa sebenarnya dia? Akhirnya Seja berkata, panggil saja mereka bertiga Samchongsa.
Petugas makin bingung, namun Seja malah tersenyum makin lebar dengan topi miringnya. Sementara itu Dal Hyang pun tersenyum menjawab pertanyaan Kasim Kim tentang keberadaan Seja.
***
Bravo to Tani >.< jika dia
tidak datang di saat yang tepat mungkin Seja sudah membubuhkan tanda tangannya
di surat perjanjian konyol yang di buat Kim Ja Jum. Dan untungnya Seja dan dua
pengawalnya cepat tanggap mengartikan kata Samchongsa. Yups tidak sembarang
orang yang tahu istilah itu, karena itulah Seja merasa yakin jika Dal Hyang
masih hidup setelah mendengar kata itu. Seja bahkan bisa dengan percaya diri
balik mengancam Kim Ja Jum karena rencana busuknya untuk melengserkan Sejabin
dan berniat membunuh Yong Gol Dae.
Kelebihan dari Samchongsa ini
adalah Timing yang tepat. Tani datang tepat sebelum Seja menandatangani surat
itu dan juga sebelum No Soo kembali menusukan pedangnya untuk melukai Dal
Hyang. Kemudian Seja bersama Seung Po dan Min Seo pun datang di saat yang tepat
saat Dal Hyang sudah tidak berdaya ketika di serang oleh anak buah No Soo. Dan
tentu saja yang paling menakjubkan adalah saat Dal Hyang datang tepat sebelum
Sejabin memasuki tempat pesta^^
Btw, aku cukup kaget ternyata Dal
Hyang lah yang memplot kematian palsunya, dan saat Dal Hyang memenggal kepala
Mo Woon ugh.. pasti meninggalkan trauma banget yah itu apalagi dia harus
bersembunyi dengan kepala itu selama berhari-hari di bawah lantai ruangan Kim
Ja Jum. Seperti biasa nih, SWnim Song selalu mengejutkkan dengan twist-twist
yang dia buat >.< bikin makin takjub aja^^
Tapi sih tapi,,, aku agak bingung
mengapa Tani bisa tahu jika Dal Hyang ada di bawah lantai ruangan Kim Ja Jum?
Apakah Tani yang tidak percaya pada kematian Dal Hyang mendatangi TKP dan
melihat ada belatung yang keluar dari celah lantai itu, kemudian dia memanggil
Ayahnya untuk memastikan apa yang tersembunyi disana? Suka deh sama Tani,
semoga dia ada lagi di season depan, mungkin dia akan kembali bertemu Dal Hyang
saat Seja bersama para pengikutnya harus di tawan di Cina di season 2
Samchongsa.
Tentang janji Dal Hyang pada
Tani, Hmmm… kok aku merasa jika itu hanya karangannya Pan Se saja yah? Maksudnya bagaimana Tani bisa mengerti apa
yang dijanjikan Dal Hyang padanya, sementara Tani tidak mengerti bahasa Joseon.
Dan lagi… Dal Hyang tidak merasa pernah berjanji seperti itu? Tapi yah siapa
tahu, Dal Hyang mungkin menggunamkannya saat tidak sadarkan diri dan Tani
bertanya pada ayahnya apa arti kata-kata Dal Hyang padanya, karena Ayah Tani
ini pintar bahasa Joseon, saat bicara dengan Dal Hyang aja, fasih banget bahasa
Joseonnya^^
Sebel banget sih sama Putri Jun
Myung, dia segitu nyinyirnya sama Putri Mahkota, katanya sih Putri Jun Myung
ini sepupunya Raja. Dia anak Raja Gwang Hee yang masih di berikan keistemewaan
untuk tetap bisa tinggal di istana setelah Ayahnya di gulingkan sebagai Raja.
Juju raja sebenarnya aku suka pada Raja Gwang Heed an merasa kasihan padanya
karena telah jadi korban politik para pejabat yang tidak puas seperti Kim Ja
Jum, tapi melihat putrinya kek gitu, jadi agak-agak sebel juga nih. Tapi yah…
kok heran, itu Putri Jun Myung tampak akrab dengan Raja, apakah itu cara dia
untuk melemahkan Raja sebagai langkah balas dendamnya pada Raja karena telah
menggulingkan Ayahnya dari Tahta? Ugh…
Scene Favoriteku di episode 10
adalah saat Sejabin berkonfrontasi dengan Mi Ryung. Ugh… bangga banget deh sama
Sejabin, makin kuat aja dia, menunjukkan kualitasnya sebagai seorang putri
mahkota. Dia boleh terlihat cute di depan Seja, tapi dia tidak boleh terlihat
lemah di depan orang lain, terutama di depan Mi Ryung. Meski tidak yakin pada
cinta suaminya, namun dia paham benar bahwa Seja telah menganggap Mi Ryung
sebagai cela dalam hidupnya yang menjadi mimpi buruknya selama 5 tahun ini.
Dan Seja… Aku rasa dia sudah
benar-benar menghapus nama Mi Ryung atau pun Hyang Sun dalam hatinya. Melihat
wanita itu malah bekerja sama dengan Kim Ja Jum untuk membahayakan istrinya,
dia menjadi sangat marah. Pada akhirnya Hyang Sun tidak berubah, dia tetap
menjadi Hyang Sun yang ambius dan delusional karena Obsessinya pada Seja. Bukti
Move On nya Seja sudah terlihat jelas di Preview episode 11 tuh.. Aih.. Aih
Seja… akhirnya dia menyadari perasaannya juga pada Sejabin >.<
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Yeeaaaahhhh sangat sangat sangaaaatt mendebarkan >.< gomawo mba Irfa ^-^
BalasHapusGumapshimnida bak irfa....samchongsa is the best....ha ha ha...
BalasHapusScene fvoritku jstru pas dal hyang ngsih tsuk rmbut ke sejabin. Ak klo jdi sejabin psti jtuh cnta lgi ma dal hyang. Snyumnya yong hwa itu lho, almaaaaakkkkk.......bkin klepek2
BalasHapusHuahahahaa... Aigoooo di Scene terakhir Urri Seja koplak abis deh dengan topi miringnya. berasa puas banget sama diri sendiri sampe ga memperdulikan sekitar. wkwkwkw
BalasHapusBTW itu sloganya Samchongsa berasa komunis banget. hahahaha
mau link drakornya chinggu^^
BalasHapusudah mgefeel ko sinopsisnya ^^ makasih chinggu :)