Sejabin menanti kedatangan Seja
dengan cemas. Sanggung baru sejabin melaporkann jika Seung Po, Min Seo dan Dal
Hyang ditangkap karena insiden ini. Sejabin semakin cemas, dan kecemasan itu
bertambah saat Tandu yang membawa Seja datang.
Para dayang segera berlutut dan mencemaskan
Seja. Sejabin ikut masuk ke ruang perawatan, saat dokter memintanya untuk pergi
karena mereka harus melakukan sesuatu untuk mengobati Seja, Sejabin menolak,
dan meminta dokter untuk tidak mencemaskannya.
Sejabin sangat khawatir pada
Seja, apalagi saat dia melihat seberapa banyak darah yang sudah di keluarkan
suaminya karena luka kali ini. Tiba-tiba saja darah memercik pada wajah
Sejabin, membuatnya syok kemudian pingsan. Semua orang mencemaskannya.
Setelah beberapa lama, Sejabin
terbangun di kamarnya dengan kepala pusing. Sejabin segera bertanya bagaimana
keadaan Seja? Sanggung melaporkan jika sekarang Seja sedang tidur, Seja sudah
melewati masa kritisnya dan dinyatakan aman.
Tanpa memikirkan kesehatannya,
Sejabin terburu-buru masuk ke kamar Seja dan dia melihat seorang perawat sedang
mengelap keringatnya. Sejabin meminta perawat itu memberikan handuknya dan
perawat itu melakukannya, dan ternyata perawat itu adalah Mi Ryung. Untuk apa
dia datang lagi ke istana?
Mi Ryung menatap Sejabin yang
terlihat sangat khawatir pada keadaan suaminya. Entah apa yang dipikirkannya
saat Sejabin bergunam tentang luka Seja yang belum sembuh dan juga ketika dia
menyentuh kening suaminya untuk memastikan dia tidak demam. Apakah Mi Ryung
merasa iri padanya? Ataukah malah sebaliknya?
Sejabin merasa Mi Ryung memperhatikannya, dia bertanya mengapa gadis itu menatapnya seperti itu? Kasim memperingatkan Mi Ryung untuk bersikap sopan pada Sejabin dan sebaiknya dia pergi. Tanpa banyak bicara Mi Ryung pun menundukan kepalanya, pamit pergi.
Setelah Mi Ryung keluar dari kamar Seja, Sejabin kemudian teringat dimana dia pernah melihat Mi Ryung, dia bertanya pada kasim apakah gadis tadi perawat istana? Kasim membenarkan. Sejabin langsung keluar untuk mengejar Mi Ryung.
Sejabin merasa Mi Ryung memperhatikannya, dia bertanya mengapa gadis itu menatapnya seperti itu? Kasim memperingatkan Mi Ryung untuk bersikap sopan pada Sejabin dan sebaiknya dia pergi. Tanpa banyak bicara Mi Ryung pun menundukan kepalanya, pamit pergi.
Setelah Mi Ryung keluar dari kamar Seja, Sejabin kemudian teringat dimana dia pernah melihat Mi Ryung, dia bertanya pada kasim apakah gadis tadi perawat istana? Kasim membenarkan. Sejabin langsung keluar untuk mengejar Mi Ryung.
Setelah mengejar cukup lama,
akhirnya Sejabin menemukan Mi Ryung di tengah hujan. Sejabin langsung bertanya,
“Apakah kau Hyang Sun?” Mi Ryung berbalik dan bertanya bagaimana Sejabin tahu
tentang dirinya? Sejabin sudah mendengar tentang Hyang Sun, untuk apalagi dia
datang ke istana? Berani sekali. Seharusnya Hyang Sun hidup diam-diam setelah
melakukan dosa.
Mi Ryung berkata dia khawatir
Seja akan meninggal, lucu sekali… setelah dia mencoba membunuhnya, dia malah
kembali dan mengkhawatirkannya. Sejabin bingung apa maksdunya itu? Mi Ryung
berkata dialah yang menusuk Seja, tapi Seja membiarkan dia menusuknya, bahkan
mengatakan bahwa dia merindukan Mi Ryung setalah dia menusuknya. Sejabin syok
mendengarnya, dia mengambil sebuah kesimpulan dari apa yang dikatakan Mi Ryung.
Suaminya pasti masih sangat mencintai gadis itu.
Setelah mendengar Seja
merindukannya, Mi Ryung memutuskan memaafkannya. Hidup Mi Ryung memang
menyedihkan, tapi hidup Sejabin juga tak kalah menyedihkannya. Sejabin punya
orang yang dicintai, tapi dia terpaksa harus menikah dan menyandang status
istri sebagai gelar saja. Tapi… Mi Ryung tetap merasa iri dengan hidup Sejabin.
Dunia ini benar-benar sangat lucu. Sejabin hanya terdiam, karena dia masih
sangat syok akibat perkataan Mi Ryung sebelumnya.
Mi Ryung meminta Sejabin
melepaskannya, karena dia tidak bisa menjamin apa yang bisa dilakukannya.
Sejabin kan sudah tahu tentang dirinya, Mi Ryung tidak dibesarkan seperti
Sejabin, jadi Sejabin tidak akan bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan Mi
Ryung karena dia lahir dari status yang sangat rendah. Mi Ryung pamit sambil
menundukan kepalanya, memberi salam. Dia mendoakan agar Sejabin hidup
berbahagia dengan Seja.
Sejabin kembali ke kamar Seja
dalam keadaan basah kuyup. Dayang menyarankannya untuk mengganti baju dulu,
tapi Sejabin mengabaikannya, dia menatap kosong kea rah suaminya yang terbaring
tak sadarkan diri. Kasim dan Dayang pun meninggalkan Sejabin berdua dengan
Seja. Sejabin menatap Seja dan bertanya,
“Apa yang Hamba tahu tentang Anda?” Sejabin tampak sangat sedih saat mengatakan
hal itu, kesedihan seorang istri karena merasa tidak tahu apapun tentang
suaminya.
Dal Hyang di bawa ke penjara, dia
langsung disambut Seung Po dan Min Seo bersama tiga orang budak termasuk Pan Se
yang tampak senang melihat Dal Hyang. Suasana dalam penjara, sama sekali tidak
terlihat menyedihkan, Seung Po malah berkata pada Dal Hyang bahwa pria manapun
yang tinggal di Han Yang harus merasakan cincin penjara setidaknya sekali
seumur hidup, dengan begitu para gadis akan memperhatikan mereka. Seung Po
bahkan menyematkan cincin yang dia dibuat dari rotan yang ada penjara pada Dal
Hyang, mereka semua malah tampak sangat menikmati kehidupan di penjara, karena
bisa bersantai-santai.
Selama Dal Hyang di penjara, tidak
banyak yang dia tahu tentang dunia luar. Jadi dalam jurnalnya dia hanya menulis
yang dia dengar dari orang lain.
Menteri Choi meminta bantuan pada
Sejabin, saat ini Min Seo, Seung Po bahkan Dal Hyang di penjara, jadi hanya
Sejabin satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Seja. Bantuan seperti apakah
itu?
Ternyata Menteri Choi meminta
Sejabin untuk mengeluarkan Yong Gol Dae dari istana. Saat Sejabin keluar
istana, Yong Gol Dae menyamar sebagai biksu. Saat petugas akan memeriksanya
karena dia tidak menunjukkan identitasnya, Sejabin menyuruh petugas untuk
membiarkannya, dan mengatakan dia adalah biksu yang datang untuk mendo’akan
Seja.
Sejabin berhasil membantu Seja
mengeluarkan Yong Gol Dae dari istana, sementara itu Menteri Choi membujuk raja
untuk membatalkan perintahnya memenggal kepala Yong Gol Dae setelah adanya
insiden tentang Kim Ja Jum yang sangat mencurigakan. Menteri Choi juga
menyerahkan kertas yang berisi orang-orang yang berjanji setia pada Dinasti
Qing, dana berpendapat jika masalah Yong Gol Dae terus berlarut-larut akan
semakin banyak orang yang menjanjikan kesetiaannya pada musuh. Jadi lebih baik
mereka berdamai dulu dengan musuh.
Berdamai? Raja tampak tak senang
mendengarnya, tapi… hanya cara itu yang
bisa menghentikan semua konspirasi yang sedang terjadi di dalam Negara.
Satu-satunya jalan untuk menjaga keutuhan Joseon adalah berdamai dengan Yong Gol
Dae.
Raja merasa tidak bisa mencabut perintah yang
sudah dia katakan di depan rakyatnya. Menteri Choi berpendapat, Rakyat sudah
bisa merasakan perhatian Raja dari perintah itu, namun saat ini yang rakyat
butuhkan adalah rasa aman, maka akan lebih baik jika mereka menghindari perang
dengan Raja membatalkan perinta untuk membunuh Yong Gol Da.
Raja berpikir, mungkin Menteri
Choi ada benarnya, namun dia khawatir, karena sampai saat ini Yong Gol Dae
belum juga di tangkap, mungkin dia sudah melewati perbatasan dan kembali ke
negaranya. Menteri Choi memastikan hal itu tidak mungkin terjadi karena mereka
sudah memblokir semua akses untuk keuar dari Joseon.
Para pejabat masih banyak yang
berharap agar Raja memenggal Yong Gol Dae, dan akhirnya mereka berdebat dengan
pihak yang ingin berdamai. Keadaan menjadi semakin ricuh, hingga akhirnya Raja
memutuskan untuk membatalkan perintahnya memenggal kepala Yong Gol Dae. Setelah perintah baru dari Raja
keluar, Yong Gol Dae dengan mudah tertangkap seolah memang sudah menunggu untuk
di tangkap.
Dalam sejarah, masalah inipun dianggap sebagai kesalahan penafsiran perintah Raja, dan akhirnya Yong Gol Dae mengalah untuk menghadap Raja di istana. Raja pun menyingkirkan arogansinya dan membalas surat dari Kaisar Dinasti Qing
Seja dan Yong Gol Dae pun
bertemu, mereka memutuskan untuk bekerja sama menghindari perang.
Kim Ja Jum kehilangan
kepercayaannya dari Raja, setelah menerima kertas dari Menteri Choi, Raja
sangat murka pada Kim Ja Jum dan memberinya hukuman dengan menurunkan
jabatannya.
Itulah yang Dal Hyang dengar
selama dia berada di dalam penjara, dia tak yakin itu benar atau tidak karena
dia tidak menyaksikannya sendiri. Namun satu hal yang bisa dia pastikan, karena
dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sejabin mengunjunginya di penjara.
Dal Hyang kaget melihat
kedatangan Sejabin, dia berniat membangunkan yang lain namun Sejabin
melarangnya dan meminta petugas meninggalkan mereka. Dal Hyang bertanya mengapa
Sejabin datang ke penjara? Belum sempat Sejabin menjawab, Dal Hyang langsung
bertanya tentang keadaan Seja, yang dijawab semakin membaik oleh Sejabin. Dal
Hyang merasa lega mendengarnya.
Sejabin meminta agar Dal Hyang
dan Seja saling menjaga jarak, tapi apa yang terjadi? Dal Hyang malah terlibat
lagi masalah karena Seja. Dal Hyang tidak menyesal, dia merasa sudah takdirnya
untuk bersama mereka, Dal Hyang menatap Seung Po dan yang lainnya. Sejabin juga
sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dal Hyang memberitahu Sejabin
jika dia menemukan suratnya dan dia sudah
membakarnya. Sejabin bertanya memangnya siapa yang mengambilnya. Dal Hyang
sempat kebingungan, dia tidak ingin mengatakan tentang Mi Ryung pada Sejabin,
dia pun berkata yang mengambilnya adalah mata-mata Kim Ja Jum, seorang pria
kejam dengan mata satu. Tapi Sejabin tenang saja, dia sudah pergi dari Joseon
untuk saat ini. Sejabin diam saja, karena sebenarnya dia tahu ada kemungkinan
Hyang Sun lah yang mengambilnya.
Sejabin melihat luka di pipi Dal
Hyang, dia meminta Dal Hyang untuk mendekat dan dia pun membersihkan luka di
pipi Dal Hyang dengan sapu tangannya, Dal Hyang tersenyum karena hal itu
membuat Sejabin bingung. Apakah Dal Hyang bisa tersenyum dalam keadaan ini?
Dal Hyang merasa senang berada di
penjara, dia pasti akan menuliskan hari ini dalam jurnalnya, bahwa Sejabin
mengunjunginya dan membersikan luka di pipinya. Sejabin berterima kasih karena
perkataan Dal Hyang itu. Tadinya dia datang untuk menghibur Dal Hyang, tapi
sepertinya malah dia yang merasa terhibur, selama ini tidak pernah ada merasa
berterimakasih padanya.
Melihat kesedihan Sejabin, Dal
Hyang berkata, “Hamba ingin Anda hidup bahagia” Dal Hyang bersungguh-sungguh
dengan perkataannya, dan Sejabin tahu Dal Hyang tulus mendoakan kebahagiannya,
yang artinya dia harus bisa hidup bahagia dengan suaminya.
Min Seo terbangun dan menyadari
kehadiran Sejabin, dia segera membangunkan yang lain untuk memberi hormat pada
Sejabin. Seung Po bertanya mengapa Sejabin sampai datang ke penjara? Sejabin
berkata dia datang atas nama Seja dan meminta mereka semua untuk bertahan
sebentar lagi.
Sebulan Kemudian
Dal Hyang dan yang lainnya di
bawa keluar dari penjara oleh petugas. Awalnya mereka bingung akan di bawa
kemana, namun Seung Po mengenali tempat itu, waktu nya mereka menerima hukuman.
Seung Po tidak mau masuk dan otomatis ini membuat semuanya bertahan juga untuk
tidak masuk, padahal pejabat kepolisian yang sudah menunggu di dalam
memerintahkan mereka untuk segera masuk. Dengan sedikit paksaan akhirnya mereka
di bawa masuk juga.
Waktunya menerima vonis hukuman.
Seung Po dan Min Seo melalaikan tugasnya sebagai pengawal Seja dan menerobos
masuk ke kediaman Kim Ja Jum, bahkan tanpa bukti yang kuat mereka membuat
kekacauan. Keduanya di beri hukuman, 60 pukulan. Dal Hyang tidak memiliki
posisi, namun karena dia menyerahkan diri dia hanya di hukum 20 pukulan.
Dal Hyang merasa lega akan hal itu, tapi dia tidak enak terhadap Seung Po dan Min Seo. Sementara para budak tidak diberi hukuman pukulan karena hanya mengikuti perintah tuannya saja. Seung Po mengeluh, mereka memberi Seung Po dan Min Seo 60 pukulan, apakah mereka ingin membunuh keduanya. Min Seo tidak bisa protes.
Dal Hyang merasa lega akan hal itu, tapi dia tidak enak terhadap Seung Po dan Min Seo. Sementara para budak tidak diberi hukuman pukulan karena hanya mengikuti perintah tuannya saja. Seung Po mengeluh, mereka memberi Seung Po dan Min Seo 60 pukulan, apakah mereka ingin membunuh keduanya. Min Seo tidak bisa protes.
Proses hukuman pukul pun segera dilaksanakan, saat ketiganya sudah terikat di tempat hukuman, Dal Hyang bertanya, apakah hukuman pukul itu akan sakit? Min Seo juga tidak tahu, dia tidak pernah mengalaminya, tapi katanya bisa membuat mereka tidak bisa berjalan sementara waktu, Dal Hyang jadi meringis. Seung Po kesal dan memaki Seja, saat ini dia pasti malah sedang tidur
Seung Po mendapatkan giliran
pertama, lagi-lagi Seung Po protes tapi tidak di dengarkan. Pukulan pertama,
Seung Po menjerit kencang, Min Seo malah sempat-sempat nya bertanya, apakah itu
sakit? Hahaha… dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh…. Seung Po terus berteriak
kesakitan setiap mendaoat pukulan, Min Seo dan Dal Hyang ikut meringis juga.
Saat akan dilakukan pukulan ke
-8, Seja datang dan meminta hukuman untuk di hentikan. Mereka semua melakukan
semua itu atas perintah Seja. Dia akan bicara dengan Raja, jadi Seja meminta
petugas menunda hukuman mereka. Petugas mengerti dan akhirnya menghentikan
hukuman mereka.
Seung Po protes, mengapa hanya
dia yang dipukul? Ini sama sekali tidak adil karena Min Seo dan Dal Hyang belum
sempat dipukul. Seja mendengar protes
Seung Po dan berkata dia sudah berusaha datang secepatnya setelah terlambat
mendengar mereka semua akan dijatuhi hukuman, namun sepertinya Seung Po memang
tidak beruntung. Seung Po kesal mendengarnya, Seja malah mengejek agar Seung Po
beristirahat, dia akan mengunjunginya nanti, hahaha.
Tandu Seja di bawa mendekati Min
Seo dan Dal Hyang. Min Seo bertanya tentang keadaan Seja dan di bala dengan
senyuman menandakan Seja sudah baik-baik saja. Seja berterima kasih pada mereka
dan menatap mereka dengan bangga. Sebelum pergi, Seja bahkan memberikan kedipan
matanya pada Dal Hyang, dan membuat Dal Hyang bangga meski gagal membalsa
kedipan mata Seja, haha.
Saat akan keluar dari tempat
hukuman, Seja berbalik menatap Dal Hyang dan memikirkan sesuatu. Dia memanggil
Kasim Koo dan membisikan sesuatu yang membuat Kasim menatap Dal Hyang.
Menyadari dirinya sedang dibicarakan, Dal Hyang pun jadi bingung sendiri, apa
yang akan dilakukan Seja pada Dal Hyang?
Saat menghadap Raja, Seja hanya
bisa tertunduk mendengar omelan Ayahnya. Raja berusaha tidak marah karena dia
tahu Seja sedang dalam masa pemulihan, tapi dia tetap merasa kesal mengapa Seja
malah sibuk berjudi saat keadaan Negara sedang kacau. Apa Seja tidak takut pada
opini masyarakat? Seja hanya bisa minta maaf. Raja merasa tidak mengenal
putranya, padahal selama ini dia bergantung padanya.
Apakah Seja tahu Raja mengalami masa yang
sulit karena harus berdamai dengan musuh. Seja berpendapat Ayahnya telah
melakukan tindakan benar terhadap Yong Gol Dae. Raja berteriak agar Seja tutup
mulut, dia tidak berhak mengatakan hal itu. Raja menganggap Seja hanya
pura-pura mengkhawatirkan Negara dengan kata-katanya. Seja hanya bisa menunduk
dan melirik menteri Choi (apakah Seja sedang meminta pembelaan? Hahaha)
Menteri Choi kemudian berkata
bahwa semua itu salahnya sebagai guru Seja. Kejadian ini sudah membuatnya
menyesal dan Seja berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Seja membenarkan
kata-kata Menteri Choi bahwa dia sudah menyesal. Seja berjanji dia akan lebih
perhatian lagi terhadap masalah politik dan akan belajar lebih giat lagi.
Raja kemudian berpikir, jadi
inilah penyebabnya Seja belum juga mendapatkan pewaris? Tadinya dia berpikir
ada masalah para Sejabin, tapi ternyata…
ini semua salah Seja karena dia berkeliaran tiap malam untuk berjudi!
Seja ingin menyangkal, tapi Raja terus bicara.
Apakah Seja tidak merasa bersalah
terhadap Sejabin? Dia masih perhatian padanya dan pergi ke kuil untuk berdo’a.
Raja menyuruh Seja mengurusi keluarganya, bagaimana bisa Seja mengurus Negara
jika dia tidak bisa mengurus keluarganya sendiri.
“Jangan datang menghadap padaku hingga ada kabar tentang pewaris” itu adalah perintah Raja. Seja kaget mendengarnya.
“Jangan datang menghadap padaku hingga ada kabar tentang pewaris” itu adalah perintah Raja. Seja kaget mendengarnya.
Seja ingin protes, karena dia itu tidak bisa dilakukan dengan hanya usaha… tapi…
Seja tahu percuma saja protes dengan terpaksa Seja akhirnya berkata, “Ya… Hamba
akan melakukan yang terbaik”
“Lakukan yang terbaik! Aku akan
mengawasimu” Ancam Raja pada putranya. Seja mengulangi jawabannya
meyakinkan Ayahnya bahwa dia akan melakukan yang terbaik, tapi nadanya sama
sekali tidak meyakinkan, apakah Seja akan benar-benar melakukan yang terbaik?
Wkwkwk
Menteri Choi bertanya tentang
para tahanan yang terlibat dalam masalah Seja. Tenang saja, Raja sudah
membebaskan mereka semua. Mendengar semua nya telah di bebaskan, Seja sempat-sempat nya tersenyum kecil, padahal tadi wajahnya sangat masa ketika Raja menyinggung masalah pewaris. Tapi… Raja akan menjauhkan mereka dari Seja supaya
Seja tidak lagi melakukan hal yang bodoh.
Dal Hyang dan Min Seo ikut Seung
Po pulang ke rumahnya, Seung Po masih meringus kesakitan karena mendapat tujuh
pukulan itu. Min Seo berkata seharusnya Seung Po bersyukur karena dia hanya
mendapat tujuh pukulan saat Seja datang, bagaimana jika dia sudah mendapatkan
50 pukulan? Seung Po sepertinya tidak bisa membayangkannya, 7 saja sudah sangat
sakit.
Istri Seung Po masuk ke dalam
ruangan, Dal Hyang langsung memberinya hormat membuat Seung Po dam istrinya
juga kaget. Seung Po berkata Dal Hyang tidak perlu melakukan hal itu, tapi
kemudian dia berkata, dia harus memberi salam karena itu pertama kalinya Dal
Hyang bertemu dengan Ibu Seung Po, Ups! Istri Seung Po terlihat tidak senang
sementara Seung Po malah tertawa terbahak-bahak.
Min Seo berkata itu bukan ibunya,
tapi istrinya. Dal Hyang kaget dan merasa bersalah, Istri Seung Po sudah keluar
karena kesal. Dal Hyang berkata dia melakukan kesalahan besar. Seung Po berkata
tidak apa-apa, Dal Hyang hanya bersikap jujur, itulah yang sukai dari Dal Hyang.
Min Seo berpikir, sebaiknya Dal Hyang tidak lagi datang ke rumah Seung Po,
hihihi..
Pintu kembali terbuka, empat orang anak kecil datang dan memanggil Seung Po dengan sebutan “Aboji” Dal Hyang kaget, dia tidak tahu jika Seung Po punya anak, apakah Seung Po belum sempat cerita. Bagaimanapun dia adalah anak pertama di keluarga Heo, jadi dia tetap menjalankan tugasnya sebagai suami hingga dia memiliki seorang anak lelaki, apakah Dal Hyang tahu betapa bersabarnya Seung Po. Dal Hyang mencoba memahaminya, ckckck
Seorang anak perempuan Seung Po
berkata dia ingin memijat sang Ayah, Seung Po bangga dengan anaknya itu dan
memanggilnya Bo Hee, anak itu langsung protes karena dia adalah Sung Hee. Seung
Po kaget sendiri karena tidak ingat nama anaknya. Dia tidak sangka jika Sung
Hee sudah tumbuh besar, Min Seo mengejeknya, agar Seung Po lebih sering pulang
ke rumah.
Pan Se datang memberitahu agar
Tuannya keluar, Seung Po tidak mau, namun terdengar suara petugas kerajaan yang
akan membacakan titah Raja untuk mereka.
Tiba di luar Seung Po, Min Seo,
Dal Hyang dan para budak siap mendengarkan titah Raja. Seung Po dan Min Seo di
skors dari pekerjaan selama 30 hari. Seung Po merasa dia memang membutuhkan
istirahat, dia pun berterimakasih untuk hal itu. Min Seo juga melakukan hal
yang sama. Dal Hyang dikembalikan ke tugasnya semual menjadi petugas penjaga
utusan Dinasti Qing, dan harus bekerja hari ini juga. Dal Hyang kaget, sekarang
juga? Ya! Jika Dal Hyang tidak bergegas, dia akan kehilangan mereka. Dal Hyang
mengeluh dia baru saja keluar dari penjara, Min Seo menyarankan Dal Hyang
segera pergi, jika tidak dia bisa masuk penjara lagi.
Dengan terpaksa, Dal Hyang pun
bergegas pergi, Pan Se berkata Dal Hyang pria yang malang. Seung Po bertanya
mengapa Pan Se masih disana? Dal Hyang itu kan tuannya. Pan Se merengek, tapi
Seung Po mengusir Pan Se untuk mengikuti Dal Hyang, hahaha…
Untungnya Dal Hyang tiba tepat
waktu, rombongan utusan belum pergi. Yong Gol Dae menyapa Dal Hyang dalam
bahasa Manchu dan bertanya, apakah Dal Hyang akan melindunginya? Ataukah malah
dia yang akan melindungi Dal Hyang? Haha… Yong Gol Dae memberikan kedipan mata
pada Dal Hyang, tapi tentu saja Dal Hyang memberikan reaksi berbeda pada
kedipan mata Yong Gol Dae, yang malah menggosipkan Dal Hyang dengan wakil
jenderalnya.
Apa yang sebenarnya Yong Gol Dae
katakan? Dal Hyang tampak kesal dan bergunam, seharusnya Yong Gol Dae
berterimakasih padanya, jika bukan karena Dal Hyang dia pasti sudah mati.
Hahaha..
Kasim Koo datang menemui Dal
Hyang, dia datang untuk menyampaikan sesuatu dari Seja. Kasim Koo memberikan
sebuah bungkusan, ternyata isinya pedang. Pedag Seja. Dal Hyang kaget
menerimanya, Kasim Koo kemudian memberikan surat Seja untuk Dal Hyang.
“Dasar bocah nakal. Kau sendiri yang menjanjikan kesetiaanmu padaku. Kurasa aku tidak punya
pilihan selain menerimamu. Gunakan pedang
ini hanya untuk kebaikan. Kau tersentuh, 'kan? Aku tahu, aku terlalu luar
biasa”
Dal Hyang merasa takjub membaca
surat itu, karena sekarang Seja telah mengakuinya. Dia semakin takjub saat
membuka pedang yang diberikan Seja dari sarungnya. Benar-benar merasa kagum
pada pedang itu.
Kim Ja Jum sedang menerima laporan tentang biaya yang harus di keluarkan untuk menyambut utusan Dinasti Qing yang akan tiba 15 hari lagi, dia sama sekali tidak membaca laporan itu dan memberikan stempelnya. Kim Ja Jum tidak peduli tentang berapa biaya dan acara apapun yang akan digunakan untuk menyambut utusan, dia yakin para bawahannya akan melakukan yang terbaik.
Yang di pikirkan Kim Ja Jum saat
ini adalah apa yang harus dia lakukan pada Yong Gol Dae? Kini Yong Gol Dae
sudah bekerja sama dengan Seja. Lebih baik jika dia mati saja, seharusnya Kim
Ja Jum membunuh Yong Gol Dae saat ada kesempatan. Seorang pengawal datang menemuinya, berkata
jika Kim Ja Jum harus melihat siapa yang ada di luar.
Dia adalah No Soo yang
memberanikan diri untuk datang pada Kim Ja Jum memberikannya hadiah. Kim Ja Jum
kadung kesal, bagaimana bisa No Soo berani datang padanya setelah apa yang dia
dan Hyang Sun lalukan? No Soo bersumpah apa yang terjadi hari itu semuanya
adalah ide Hyang Sun dan No Soo bersumpah setelah hari ini, dia tidak akan lagi
bekerja sama dengan wanita. Semua wanita sama saja! Kim Ja Jum bingung, dimana
sebenarnya Hyang Sun? No Soo datang pada Kim Ja Jum untuk menyerahkan hidup
Hyang Sun, dia yang harus memutuskan apakah Hyang Sun layak mati atau tidak.
Seja hendak pergi keluar istana
bersama Kasim Koo saat Kasim Kim (Kasim Raja) mencegatnya, bertanya kemana Seja
akan pergi? Seja ingin mengunjungi Seung Po dan Min Seo. Kasim Kim kemudian
mengingatkan jika Seja sedang di hukum, dan dia datang untuk memastikan apakah
Seja bersama Sejabin atau tidak.
Seja tertawa kecil, dia merasa terlalu tua untuk melaporkan kehidupan cintanya pada Raja. Kasim Kim tampak tak peduli dan mengingatkan jika saat ini Raja sangat marah, akan lebih baik jika Seja tidak melanggar perintahnya.
Kasim Koo membisikan, mereka
pergi tengah malam saja. Dia akan mengabarkan pada Tuan Heo jika Seja akan
datang terlambat. Akhirnya Seja berbalik pasrah dengan kesal.
Baru beberapa langkah Seja akan kembali ke kediamannya, Kasim Kim mengingatkan bahwa Seja harus datang ke kamar Sejabin. Seja berbalik dan menatap Kasim Kim dengan sebal, hahahaha.
Baru beberapa langkah Seja akan kembali ke kediamannya, Kasim Kim mengingatkan bahwa Seja harus datang ke kamar Sejabin. Seja berbalik dan menatap Kasim Kim dengan sebal, hahahaha.
Seja berdiri di depan pintu kamar
Sejabin, dia tampak berpikir haruskah dia masuk? Setelah beberapa saat akhirnya
dia meminta dayang untuk mengumumkan kedatangannya. Setelah pintu di buka Seja
masuk saat Sanggung masih membantu Sejabin mempersiapkan tempat tidurnya.
Setelah Sanggung keluar, Seja menyapa Sejabin, “Aku datang. Apakah kau mendengar sesuatu?” Seja tampak gugup dan bingung saat menanyakan hal itu. Sejabin menunduk dan menjawab bahwa dia telah mendengar jika Seja di larang keluar sebelum mereka memiliki anak.
Seja minta maaf karena kemarahan
Ayahnya, Sejabin juga jadi kena dampaknya. Seja berkata agar Sejabin tidak
mengkhawatirkan masalah itu. Tadinya Seja akan keluar, tapi Kasim Kim
mencegatnya, jadi dia akan berada di kamar Sejabin untuk sementara waktu.
Tanpa dipersilahkan Seja langsung duduk di depan meja penuh makanan dan minuman yang sudah di persiapkan. Sejabin pun ikut duduk dan menawarkan arak. Seja menolaknya dan akhirnya Sejabin minta ijin untuk meminum arak itu.
Seja tidak melarang, namun dia kaget saat Sejabin
menuangkan arak lagi dan kemudian meminumnya dengan kepayahan. Saat akan
meminum gelas ke tiga, Seja mencegah Sejabin untuk meminumnya. “Apa yang kau
lakukan? Kau bahkan tidak bisa minum dengan baik”
Sejabin merasa itu lebih baik,
karena dia tidak biasa melakukan hal ini. Seja bingung, melakukan apa? Tanpa
aba-aba Sejabin menyingkirkan meja, lalu duduk di depan Seja. Dengan gugup
Sejabin membuka topi Seja, lalu tali bajunya, kemudian kancing bajunya. Seja
diam saja, dia bingung dengan apa yanga dilakukan istrinya.
Saat Sejabin mulai membuka tali dalaman pakaian Seja, akhirnya Seja bertanya, “Apa yang kau lakukan?” Sejabin menjawab dia sedang melaksanakan perintah raja (untuk berusaha memberikan pewaris).
Saat Sejabin mulai membuka tali dalaman pakaian Seja, akhirnya Seja bertanya, “Apa yang kau lakukan?” Sejabin menjawab dia sedang melaksanakan perintah raja (untuk berusaha memberikan pewaris).
Sejabin mengambil jeda dan menatap suaminya. Sejabin
bercerita bahwa dia bertemu dengan banyak wanita yang mengalami situasi yang
sama saat dia pergi ke kuil. Mereka bilang dia harus bersikap seperti Gisaeng
(wanita penghibur) di malam hari. Bukan kah… ini yang selalu di lakukan para
Gisaeng? Seja tertawa mendengarnya dan sebelum sempat dia menjawab, Sejabin
sudah mendekat dan tiba-tiba menciumnya di bibir.
Seja kaget, dia terdiam, namun
untuk sesaat matanya hampir saja terpejam. Kemudian… seolah menyadari sesuatu
dia segera membebelakan matanya dan mendorong Sejabin. Tentu saja Sejabin tidak
menyerah begitu saja, dia kembali mencoba mencium suaminya dengan lebih
atraktif, tapi Seja menahannya dengan kuat.
Sejabin tak kalah tangguhnya, dia terus mendekat pada Seja hingga akhinya Seja terjengkang ke tempat tidur dan Sejabin di atasnya, namun Seja masih menahan tangan Sejabin dengan tangannya. Melihat reaksi suaminya, Sejabin akhirnya menangis, dia bertanya, “Apakah Anda sedang menolak Hamba? Hamba adalah istri Anda”
Setelah air matanya jatuh ke wajah Seja, akhirnya Sejabin memutuskan menyerah dan menjauh dari Seja. Dia menangis kemudian. Seja tampak syok, kaget dengan apa yang dilakukan istrinya, dan tampaknya kaget juga dengan reaksi yang dia berikan. Seja menyesal hingga mengusap keningnya, apa yang sudah dia lakukan?
Sejabin tak kalah tangguhnya, dia terus mendekat pada Seja hingga akhinya Seja terjengkang ke tempat tidur dan Sejabin di atasnya, namun Seja masih menahan tangan Sejabin dengan tangannya. Melihat reaksi suaminya, Sejabin akhirnya menangis, dia bertanya, “Apakah Anda sedang menolak Hamba? Hamba adalah istri Anda”
Setelah air matanya jatuh ke wajah Seja, akhirnya Sejabin memutuskan menyerah dan menjauh dari Seja. Dia menangis kemudian. Seja tampak syok, kaget dengan apa yang dilakukan istrinya, dan tampaknya kaget juga dengan reaksi yang dia berikan. Seja menyesal hingga mengusap keningnya, apa yang sudah dia lakukan?
Mendengar Sejabin menangis
terisak, dengan tawa riangnya Seja berkata, bahwa itu bukanlah sesuatu yang
harus di tangisi. Hanya saja dia merasa caranya tidak benar. Seorang Pria akan
kaget saat istri mereka tiba-tiba bersikap berbeda.
“Siapa yang menyuruhmu? Bagaimana
mereka bisa meminta seorang Sejabin untuk bertingkah seperti Gisaeng? Mari kita
pikirkan cara lain, dan itu adalah PR untuk mu”
Sejabin bahkan tidak peduli
dengan apa yang dikatakan Seja tentang mencari cara lain, setelah berusaha
meredakan tangisnya, Sejabin kemudian berkata,
“Anda pasti memberi ciuman perpisahan pada wanita itu. Bagaimana Anda bisa membiarkan dia pergi padahal itu sangat melukai Anda?”
“Anda pasti memberi ciuman perpisahan pada wanita itu. Bagaimana Anda bisa membiarkan dia pergi padahal itu sangat melukai Anda?”
Seja langsung terdiam saat
mendengarnya. Dia bangkit dari posisinya dan bertanya apa yang sedang dibicarakan
istrinya?
Sejabin menghapus air matanya dan menghadap ke arah Suaminya, “Saat Anda sakit Hyang Sun datang ke istana” Tatapan Seja langsung kosong, saking syoknya mendengar nama Hyang Sun dari mulut sang istri.
Sejabin menghapus air matanya dan menghadap ke arah Suaminya, “Saat Anda sakit Hyang Sun datang ke istana” Tatapan Seja langsung kosong, saking syoknya mendengar nama Hyang Sun dari mulut sang istri.
Kim Ja Jum bersiap pergi ke suatu
tempat, selama di perjalanan dia teringat cerita No Soo tentang Hyang Sun. No
Soo bercerita bahwa Hyang Sun berkata dia harus balas dendam pada seorang pria,
dan ternyata pria itu adalah Seja. Hyang Sun lah yang menusuk Seja, tapi ini
menjadi lucu karena setelah menusuknya, Hyang Sun malah memberikan dokumen
milik Kim Ja Jum pada Seja. Kemudian Seja menyuruh mereka untuk pergi jauh
meninggalkan Joseon. No Soo tidak
mengerti apa yang terjadi tapi dia memutuskan pergi saja karena takut pada Kim
Ja Jum.
Tapi apa yang terjadi? Hyang Sun
malah kembali ke istana? Kenapa? No Soo juga tidak mengerti, mungkin Hyang Sun
menyesal telah menusuk Seja, siapa yang tahu bagaimana hati wanita. Kim Ja Jum
jadi penasaran apa sebenarnya hubungan Hyang Sun dan Seja? Itu lah yang tidak
No Soo tahu, akhirnya dia mencari tahu tentang hal itu, dan apakah Kim Ja Jum
tahu siapa itu Hyang Sun?
Sejabin berkata pada Seja bahwa
dia mendatangi istri Menteri Yoon dan mendengar semua masa lalu Seja tentang Mi
Ryung dan Hyang Sun.
“Hamba mengerti sekarang mengapa
Anda membenci wanita”
Seja hanya terdiam mendengar apa
yang dikatakan istrinya, dia seolah tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
No Soo bercerita pada Kim Ja Jum,
tentang masa lalu Hyang Sun. Mi Ryung, putri Menteri Yoon tidaklah secantik
yang orang bicarakan. Dia agak pincang dan memeliki cacat mental. Hyang Sun
adalah pelayannya, dia cantik dan sangat pandai. Dia seringkali membantu Nona
nya untuk melakukan banyak hal, seperti merajut juga memasangkan hiasan rambut.
Istri mentari Yoon sangat frustasi melihat putrinya. Dia tidak pernah membawa
Mi Ryung keluar karena malu hingga muncul berbagai rumor tentang putrinya.
Suatu hari, Ny. Yoon meminta
Hyang Sun memakai baju putrinya dan membawanya ke kuil untuk berdoa.
Orang-orang kagum atas kecantikan Hyang Sun tapi tentu saja mereka berpikir itu
adalah Mi Ryung putri Menteri Yoon. Dari sanalah semua musibah itu berawal.
Hyang Sun mendengar bahwa Ratu
menginginkan Mi Ryung untuk ikut seleksi pemilihan Sejabin. Hyang Sun yang diam-diam
mendengar hal itu langsung tersenyum bahagia dan tidak percaya, ternyata
penyamarannya berdampak sangat luar biasa.
Ny. Yoon bingung, apa yang harus dia lakukan? Dia ingin jujur tentang keadaan Mi Ryung yang sebenarnya, tapi dia takut akan cemoohan orang. Dan dia harus meninggalkan Han Yang demi menghindari semua itu. Dalam kebingungan Ny.Yoon Hyang Sun langsung menyodorkan diri bahwa dia mau mengikuti pemilihan itu. Banyak calon yang akan mengikutinya, mana mungkin Hyang Sun yang hanya seorang pelayan akan lulus.
Tapi tentu saja itu hanya akal bulus Hyang Sun, dia sengaja memelas agar dia bisa mencapai tujuannya menjadi Sejabin. Ini adalah kesempatan untuknya, tidak mungkin dia menyia-nyiakanya.
Hyang Sun pun di bawa ke istana
sebagai Mi Ryung. Hari itulah mereka bertemu. Seja dan Hyang Sun remaja, mereka
saling berpandangan dan sepertinya itu adalah cinta pada pandangan pertama. Apalagi
saat itu usia mereka masih belia.
Hyang Sun dan Seja berkencan
diam-diam selama pemilihan Seja-bin. Seja sering datang ke rumah Menteri Yoon
secara diam-diam untuk menemui Hyang Sun yang dia pikir Mi Ryung. Seja sangat
berharap Hyang Sun terpilih menjadi Sejabin agar mereka tidak terus bertemu secara
diam-diam seperti itu.
Saat seorang pelayan memiliki
harapan, maka dia akan berusaha sangat keras. Hyang Sun terpilih sebagai
Sejabin atas nama Mi Ryung putri Menteri Yoon. Ratu sangat menyukainya, dan
tentu saja Hyang Sun juga beruntung karena Seja mencintainya.
Menteri Yoon yang sedang bertugas
ke luar kota kaget mendengar putrinya terpilih untuk menjadi Sejabin. Dia tahu
kondisi putrinya dan semakin kaget saat tahu jika orang yang disangka putrinya
oleh Raja adalah Hyang Sun, pelayannya.
Menteri Yoon marah besar pada
istrinya, apa yang sudah dia lakukan, pelayan mereka terpilih menjadi calon
ratu, bagaimana jika Raja tahu yang sebenarnya? Ny. Yoon tidak tahu jika Hyang
Sun akan terpilih, dia menyesalkan semua ini dan tidak tahu harus berbuat apa.
Akhirnya menteri Yoon memutuskan untuk membawa Mi Ryung ke istana dan
mengatakan segalanya. Istrinya memelas agar Menteri Yoon tidak melakukan itu
karena itu pasti berdampak buruk pada suaminya.
Hyang Sun yang mendengarkan
percakapan majikannya di luar merasa cemas pada posisinya. Tinggal selangkah
lagi dia akan menjadi Sejabin, tapi semua akan kacau jika Menteri Yoon mengaku
pada Raja. Hyang Sun pun memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan
posisinya.
Dengan berani Hyang Sun menerobos
tempat majikannya sedang berbicara, dia memelas pada menteri Yoon tidak bisakah
mereka menganggap Hyang Sun sebagai Mi Ryung? Ratu sangat menyukainya dan Seja
pun mencintainya. Mereka hanya perlu menjauhkan Nona Mi Ryung ke tempat yang
agak jauh sehingga Hyang Sun bisa hidup sebagai putri Menteri Yoon.
Bagi menteri Yoon itu sangat
tidak masuk akal. Dia menolak ide konyol itu. Bagaimana seorang pelayan berani
berpikir seperti itu. Hyang Sun jadi kesal. Menteri Yoon juga selama ini
mencampakan Mi Ryung karena merasa malu, dan dia berjanji jika dia pasti akan
menempati posisi Sejabin itu.
“Saya akan menjadi Putri! Saya terpilih atas prestasi saya sendiri! Saya pantas mendapatkan ini. Saya adalah Mi Ryung... yang akan menjadi Putri Mahkota”
“Saya akan menjadi Putri! Saya terpilih atas prestasi saya sendiri! Saya pantas mendapatkan ini. Saya adalah Mi Ryung... yang akan menjadi Putri Mahkota”
Menteri Yoon semakin kesal dengan
tingkah Hyang Sung yang berbicara semakin lancang, akhirnua dia tidak bisa
menahan diri dan menampar Hyang Sun untuk membuatnya sadar akan kedudukannya
sebagai seorang pelayan.
Malam itu Hyang Sun menangisi
nasibnya, dan bisikan setan pun sampai di telinganya. Jika Mi Ryung menjadi
penghalang untuk mencapai tujuannya, maka Hyang Sun pun melakukan sesuaru pada
Agassi nya itu. Hyang Sun mengajak Mi Ryung ke keluar kamar, dia membawanya ke
sumur dan dengan isyaratnya dia menyuruh Mi Ryung melongok pada sumur dan
seketika, Hyang Sun mendorong Mi Ryung ke dalam sumur.
Hyang Sun juga kaget dengan apa
yang telah dia lakukan, apalagi saat dia mendengar suara seseorang yang
bertanya padanya, “Apa yang kau lakukan? Apakah barusan kau… mendorongnya ke
sumur?” Hyang Sun berbalik, dan Seja ada disana. Seja melihat apa yang baru
saja dilakukan Hyang Sun. Mendorong Mi Ryung ke sumur. (OMG ~o~)
Seja terlihat Syok melihat apa
yang baru saja di lakukan wanita yang dia cintai. Ingin tak percaya, namun dia
jelas-jelas melihat perbuatan jahatnya. Hyang Sun juga sangat kaget melihat
keberadaan Seja disana.
No Soo berkata pada Kim Ja Jum
seperti itulah Hyang Sun itu. Setelah kembali dari istana, Hyang Sun bersikap
sangat aneh, dia tidak menjawab pertanyaan saat No Soo bertanya kemana mereka
harus pergi. Akhirnya No Soo membawanya melewati perbatasan, namun Hyang Sun
sakit di tengah perjalanan. Obsesi Hyang Sun terhadap Seja sepertinya belum
berakhir, dia tidak mau makan dan minum dan seolah bersiap untuk mati dalam
kondisi seperti itu.
Sejabin berkata pada Seja bahwa
dia memahami perasaan suaminya. Betapa menyakitkannya masa lalu itu. Sejabin ingin
menghibur Seja, tapi Sejabin tidak merasa yakin dia bisa melakukannya. Karena
sekeras apapun dia mencoba… tak ada ruang bagi Sejabin. Seja menatap sedih saat
sang istri mengatakan hal itu. Tak ada yang bisa dia katakan, dia tahu istrinya
benar dan dia sadar selama ini dia juga lah yang tidak menyediakan ruang bagi
istrinya.
Sejabin bertanya apakah Seja bisa
melakukan sesuatu untuknya? Sejabin telah menolong Seja membawa Yong Gol Dae
keluar istana, dia ingin Seja mengabulkan permintaannya sebagai bayaran untuk
hal itu. Seja berkata dia akan memutuskan setelah dia mendengar apa permintaan
Sejabin.
“Mohon… lepaskan Hamba. Ini sudah
5 tahun, dan Hamba belum memberikan pewaris, seharusnya Hamba sudah diusir dari
istana sejak lama. Jika Anda mengeluarkan Hamba dari istana, tidak akan ada yang
menyalahkan Anda”
Seja langsung blank mendengar
permintaan Sejabin padanya. Apakah Seja sanggup kehilangan Sejabin?
Kim Ja Jum menemui Mi Ryung yang terbaring lemah di tempat tidur. Mi Ryung
tampak sangat menyedihkan karena No Soo bahkan mengikat tangan dan kakinya,
mungkin agar Mi Ryung tidak kabur. Dia benar-benar siap untuk mati, tapi… Kim
Ja Jum sama sekali tidak berniat membunuhnya. Kim Ja Jum berkata pada Mi Ryung,
dia pikir Mi Ryung itu pintar tapi sepertinya dia bodoh. Seharusnya sejak awal
Mi Ryung mengatakan rencananya pada Kim Ja Jum. Dengan begitu Kim Ja Jum akan
membantu Mi Ryung.
Apakah Mi Ryung sangat ingin
hidup bersama Seja? Apakah itu yang selama ini dipikirkannya? Jika memang
begitu, Kim Ja Jum akan membantu Mi Ryung. Dia akan menjadikan Mi Ryung
Sejabin. Mi Ryung yang masih lemah hanya mengedipkan matanya, entah dia senang
atau tidak dengan tawaran Kim Ja Jum tersebut. Tapi tentu saja, tawaran itu
sangat menggiurkan, menjadi Sejabin adalah impian yang telah membuat hidupnya
hancur, dan kini dia memiliki kesempatan untuk mewujudkannya kembali, haruskah
dia menolaknya?
Sejabin tahu, saat dia dipilih
menjadi Sejabin dia harus hidup seperti ini (mengabdi pada istana?) Tapi
rasanya dia tidak bisa melakukannya lagi. Dia merasa tidak memenuhi syarat. Seja bertanya dengan sedih pada
sang istri, “Apakah kau tahu bagaimana hidup wanita yang dikeluarkan dari
istana?”
“Hamba tidak peduli lagi. Hamba
berharap bisa hidup dengan pria yang mencintai hamba bahkan jika itu hanya satu
hari” Sejabin mengatakan hal itu sambil menangis, hingga Seja terlihat sangat
pilu mendengar perkataannya.
Sejabin mencoba menghapus air
matanya, dan sekali lagi dia meminta dengan serius, “Hamba mohon… Tolong
lepaskan Hamba. Itulah pemintaan Hamba”
Seja menatap Sejabin dengan
tatapan sedih dan dingin, dia seolah berat untuk melakukan hal itu, tapi
sanggupkah dia terus menyakiti hati wanita yang selama 5 tahun ini sudah begitu
bersabar menghadapi keegoisannya?
***
Maaf telat banget yah… minggu
kemarin sibuk banget, sampe untuk beberapa hari gak bisa pegang Laptop, jadi
yah recaps episode 8 nya gak kelar-kelar deh^^
Untuk yang udah nonton episode 9
pasti tahu donk jawaban Seja untuk Permintaan Sejabin itu, akh… pasangan ini
memang gemes-gemes gimana gitu sih, Sigh >.<
Di episode 8 ini Seja dapet
banyak hater sepertinya hehe, penolakan dia terhadap Sejabin benar-benar
membuat banyak orang kesal. Tapi sih tapi aku merasa dia sudah melakukan hal
yang tepat. Seja adalah orang yang berprinsip, selama menikah dengan Sejabin,
dia tampak tak pernah bermain dengan wanita di luaran ataupun mengunjungi salah
satu selir yang sudah dipersiapkan oleh kerajaan. Mungkin dia tampak seperti
Pangeran dalam negeri Dongeng, tapi memang seperti itulah karakter Sohyun Seja
yang ingin diciptakan SWnim Song.
Seja punya alasan kuat untuk hal
itu. Dia memiliki trauma yang cukuo berat karena harus melihat wanita yang
dicintainya melakukan kejahatan demi hanya untuk bisa bersamanya. Apakah
cintanya harus dibayar dengan sesuatu yang mengerikan seperti itu. Bahkan dia
harus memerintahkan wanita yang dicintainya untuk membunuh dirinya sendiri.
Selama 5 tahun, Seja menyesali perbuatannya. Perasaannya untuk Mi Ryung aku rasa bukan lagi cinta, meski dia berkata
dia merindukan Hyang Sun.
Aku rasa Mi Ryung juga menyadari hal itu. Bahwa Seja sudah tidak
memiliki perasaan apapun lagi padanya, namun dia tidak ingin membuat Sejabin
hidup dengan tenang disamping suaminya. Apalagi Sejabin sudah tahu tentang
dirinya, itulah mengapa dia ingin menunjukkan pada Sejabin bahwa Seja masih
mencintai dirinya namun Mi Ryung tetap merasa iri pada kehidupan Sejabin karena
dia bisa berada disamping Seja sebagai istrinya.
Setelah tahu bahwa Mi Ryung yang
menusuk Seja dan kenyataan bahwa suaminya sama sekali tidak melawan dan malah
berkata dia merindukan wanita itu, Sejabin pasti berpikir bahwa sang suami
benar-benar tidak bisa menghapus kenangan cinta pertama dari hatinya, bahkan
jika wanita yang menjadi cinta pertamanya itu adalah seorang kriminal.
Kemudian dia mendengar hukuman
Raja untuk suaminya, Sejabin berharap Seja akan memberikannya ruang untuk tetap
disampingnya jika mereka bisa memenuhi perintah Raja untuk memberikan seorang
pewaris, tapi kenyataan Seja malah menolaknya tentu sangat melukai harga
dirinya. Itulah mengapa akhirnya dia memohon Seja untuk melepaskannya dari
tahta sebagai Sejabin. Mungkin Sejabin berharap agar Seja bisa mengambil wanita
lain untuk menjadi istrinya agar Seja bisa memberikan pewaris seperti yang
diharapkan Raja.
Aissshh… aku rasa Sejabin
benar-benar sudah jatuh cinta pada suaminya kan yah? Saat Sejabin berkata, “Mengapa
Anda membiarkannya pergi, jika itu membuat Anda terluka” seolah berkata dia
bahkan siap membuat Mi Ryung menjadi selir Seja. Namun tentu saja Mi Ryung
adalah wanita terlarang bagi Seja, karena dia seorang budak dan juga kriminal.
Tapi… Jika Kim Ja Jum menjadi pendukungnya… Apakah Mi Ryung bisa dengan mudah menjadi
Sejabin? jika memang Seja menginginkannya mungkin saja bisa yah... Ugh… cemas banget nih sama langkah
Kim Ja Jum, rencana apa yang akan dia lakukan untuk membuat Mi Ryung menjadi
Sejabin?
Meskipun ini adalah episode yang
menyedihkan untuk Seja dan Sejabin tapi aksi Dal Hyang bersama Min Seo dan
Seung Po itu tetap membuatku bisa tertawa terpingkal-pingkal hahaha… apalagi
pas Scene mereka mau dipukul wkwkwk. Dan Seung Po yang paling lucu di episode
ini, apalagi pas dia mencaci Seja dan protes karena cuman dia yang dipukul haha…
sebenernya dia lagi ngeluh tuh kenapa Seja datangnya telat hihihi.
Dal Hyang dan Yong Gol Dae
menjadi pasangan baru yang banyak shippernya juga nih kek nya haha… mereka ini
yah.. gak bisa berkomunikasi dengan baik karena perbedaan bahasa, tapi tatapan
mata mereka itu tampak saling memahami hahaha… apalagi pas Yong Gol Dae kedipin
sebelah matanya juga ke Dal Hyang. Di episode ini, Dal Hyang panen kedipan mata
yah^^ gak Yong Gol Dae, gak Seja, semua orang menunjukkan kepeduliannya
terhadap Dal Hyang^^
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Gumapshimnida jeongmal bak irfa,udah nunggu aja bakal ketawa ngakak lagi nggak baca sinopnya bak irfa,meski udah ngakak dan nangis juga sih waktu nonton(he he), sejabin sangat besar hati...mungkin itulah sebabnya fi sejarahnya fi kemudian hari beliau rela dihukum mati Hanya karena mau mengungkap kebenaran dr kematian sohyun seja...cinta sejati tuh..gak peduli tahta...beda mungkin sama istri sado seja....jalan cinta mereka ...benar2 mengharukan hiks2..meski dibuat kocak juga fi drama ini,maaf kepanjangan komennya bak irfa...keep healty and writing,humneyo!
BalasHapusmbak irfa akhirnya,thanks berbolak-balik deh buat embak :)
BalasHapusgumawo onnie 4 sinopsi nya chayo... (Y)
aigooo...kata" sejabin d'akhir eps tuh bikin aqu bener" terharu bgt sampe nangis :(
BalasHapusseja-sejabin emanx bikin aqu galau setiap minggu'y ^^
cayo...mba irfa tinggal 3 eps lg neh d'tunggu bgt recap'y :D
BY :
Nada silviah
Sejabin ini tipe wnita yg plos dan baik ya. Dia kyknya tdk tau intrik poltik krjaan.
BalasHapus