Dae Young menunggu Sang Woo di
depan gedung pemerintahan untuk mengajaknya makan siang. Saat Sang Woo datang,
Dae Young bertanya dimana mereka akan makan? Sang Woo berbisik mereka lebih
baik pergi dulu saja, karena Sang Woo merasa tercekik berada disana. Belum
sempat mereka pergi, Hong In Ah datang menyapa. Apakah Sang Woo dan Dae Young
akan makan siang bersama? Bolehkah dia ikut? Sang Woo tidak mau, tapi saat Hong
In Ah bertanya dia tidak bisa menolak. Akhirnya Hong In Ah menarik mereka
berdua untuk makan bersama.
Hong In Ah protes, mengapa mereka
harus makan Bayi gurita kecil? Padahal steak lebih baik dan bergizi. Dae Young
yang mendengar hal itu langsung meradang, “Apa katamu? Bayi gurita kecil?” Hong
In Ah bingung, Dae Young kembali bertanya apakah dia tidak tahu, jika di musim
panas ada bayi gurita dan di musim gugur mereka akan gurita? Hong In Ah tidak
tahu, begitu juga Sang Woo. Dae Young berkata, Soo Ji pasti tahu tentang hal
ini.
Akhirnya dengan semangat 45, Dae
Young pun menjelaskan tentang keunggulan makan bayi gurita di musim panas.
Seperti kata pepatah, jika musim gurita, makanlah gurita. Makanlah makanan
sesuai dengan musimnya, itu adalah cara terbaik untuk mendapatkan gizi.
“Rasa bayi gurita di musim panas,
pelaut menyebutnya rasa seni karena ini sangat kenyal. Karena bayi gurita ini
memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah, Ini bisa melancarkan peredaran
darah dan untuk dektosifikasi”
Apakah hanya itu saja? Hong In Ah
merenggut dia tidak berani membantah sepatah katapun penjelasan Dae Young
tentang Bayi gurita.
“Bagi wanita muda, ini adalah
makanan diet dengan kalori yang rendah. Bagi wanita hamil, ini sumber zat besi
terbaik. Di musim panas, ini adalah tonik terbaik. Jadi, berdasarkan
fakta-fakta itu, apakah steak lebih baik daripada bayi gurita?”
Bukannya menjawab, Hong In Ah
malah berkata dia merasa ketakutan, hahaha Sang Woo hanya tersenyum karena dia
sebelumnya pernah mendengar penjelasan berapi-api Dae Young dan berinisiatif
mengajak mereka makan saja.
Sang Woo tampak takjub dengan
masakan Bayi gurita yang terjadi, Dae Young mengatakan Bayi gurita cocok
dimakan dengan perut babi. Mereka pun mulai makan dengan nikmat masakan bayi
gurita yang tersaji dengan nikmat. Bahkan Hong In Ah yang tadinya menyepelekan
masakan itu pun tampak menikmatinya dengan lezat.
Menu selanjutnya, Sup Bayi
Gurita. Rebusan Bayi Gurita yang dicampur dengan kerang akan membuat sup nya
menjadi lebih segar. Dae Young tampaknya sangat menikmati sup tersebut.
Ada juga dumpling rasa bayi
gurita. Hong In Ah tidak pernah tahu jika ada makanan selzat itu. Dia pun
mengambil satu dumpling, memotongnya jadi dua dan menambahkan saus di atasnya,
kemudian memakannya dengan sangat nikmat. Dae Young juga mencoba dumpling rasa
bayi gurita dengan cara yang berbeda, memakannya tanpa memotongnya terlebih
dahulu, langsung menggigit pangsit itu dan memotongnya dengan giginya. Dan itu
pun tampak sangat lezat.
Saat mereka masih asyik makan,
tiba-tiba datang seorang gadis muda yang memanggil Eonni pada Hong In Ah. Dia
duduk disampingnya. Itu adalah Min Ah, adik Hong In Ah yang sebelumnya pernah
berkencan buta dengan Sang Woo. Tampaknya Sang Woo kaget dengan kedatangan Min
Ah, dan bertanya apa yang membawanya datang kesana? Hong In Ah berkata Min Ah
datang untuk menjemputnya, tapi dia datang terlalu cepat.
Min Ah malah berkata, sebenarnya
dia datang untuk menemui Sang Woo. Hah? Sang Woo tampak bingung dan kaget. Dae
Young jadi penasaran siapa gadis itu? Sang Woo memperkenalkan Min Ah sebagai
adik Hong In Ah. Mereka saling bertukar kartu nama, Dae Young takjub dengan
pekerjaan Min Ah, tapi Min Ah sama sekali tidak tertarik mendengar apa
pekerjaan Dae Young dan mengabaikannya, dia berkata merasa lapar juga, apakah
dia boleh ikut makan? Dae Young tampak kesal, tapi tidak bisa berkata apapun.
Mereka melanjutkan makan, dan
disela-sela menikmati makanan, Min Ah berkata Sang Woo pasti sangat sibuk yah
akhir-akhir ini? Karena sejak pertemuan pertama mereka Sang Woo tidak pernah
menelponnya. Dae Young langsung waspada, apalagi saat Min Ah berkata dia sangat
cemas menunggu telepon dari Sang Woo.
Hong In Ah jadi tidak enak, dan
meminta maaf karena Min Ah terlalu menunjukkan perasaannya. Dia terlalu lama
tinggal di luar negeri. Hong In Ah mengingatkan Min Ah, jika mereka ada di
Korea, dimana seorang wanita harus tahu bersikap malu-malu. Min Ah protes,
apakah dia tidak boleh menunjukkan perasaannya? Jika memang suka maka ingin
bertemu lagi, itu adalah hal yang biasa kan? Sang Woo tampak tidak nyaman
dengan pendapat Min Ah dan bingung juga mau menanggapi apa.
Selesai makan, Min Ah dan Hong In
Ah segera pamit. Sebenarnya Min Ah sangat sibuk, namun demi menemui Sang Woo
dia datang jauh-jauh ke Sejong. Min Ah meminta Sang Woo menelponnya, dia akan
menunggu. Sang Woo terpaksa mengiyakan saja.
Dae Young takjub dengan
keberanian Min Ah, pasti Sang Woo merasa tidak nyaman dengan hal itu yah? Tidak
juga, saat usianya 20 tahunan, mungkin perempuan yang malu-malu itu sangat
menggemaskan, tapi sekarang terlihat membosankan, jadi jika dipikir-pikir
mungkin Sang Woo menyukai tipe wanita yang pemberani dan to the point.
Akh.. seharusnya Sang Woo sejak
awal mengatakan pada Dae Young jika tipe wanitanya adalah yang pemberani.
Memangnya kenapa? Apakah Dae Young memiliki kenalan wanita yang berani untuk
diperkenalkan pada Sang Woo? Tidak ada sih, Sang woo merangkul leher Dae Young
dan memelintir kepalanya sambil berkata sebaiknya Dae Young belajar mengoper
bola saja, besok mereka akan bertanding kan? Awas saja jika operan Dae Young
masih jelek.
Soo Ji buru-buru pergi ke
minimarket, tapi dia malah melihat kemesraan Joo Seung dan Hye Rim. Soo Ji
tampak tidak senang karena sebelumnya berpikir Joo Seung menyukainya,
benar-benar penipu.
Dae Young datang dan berniat membicarakan Min Ah, tapi Soo
Ji menyela dan memberitahu Dae Young jika yang disukai Joo Seung dalah Hye Rim.
Soo Ji menyalahkan Dae Young yang berspekulasi mengatakan Joo Seung menyukai
Soo Ji, hampir saja Soo Ji mempermalukan dirinya di depan Joo Seung.
Jadi itu salah Dae Young lagi?
Padahal kan Soo Ji sendiri yang berinsiatif untuk menghentikan perasaan Joo
Seung padanya. Tapi yah… Sepertinya Soo Ji benar-benar merindukan seorang pria.
Ada yang perhatian sedikit, dia langsung menyalah artikannya. Di luaran sana
banyak yang lebih muda, cantik dan tubuhnya lebih bagus yang akan membuat pria
berpaling darinya.
Dae Young jadi tidak enak untuk
membicarakan Min Ah pada Soo Ji, maka saat Soo Ji bertanya apa yang akan Dae
Young sebelumnya, dia hanya berkata bahwa tipe wanita kesuakaan Sang Woo adalah
yang pemberani dan to the point. Jadi mulai sekarang Soo Ji harus melakukan segalanya
dengan berani. Soo Ji langsung kegirangan mendengarnya. Tapi bagaimana cara dia
untuk menjadi berani? Yang pokoknya Berani saja!
Soo Ji meneruskan menulis novel
dengan catatan yang dia temple di Laptopnya, “Untuk Sang Woo yang menunggu Novelku” Soo Ji kemudian mengingat kata-kata Dae Young tentang menjadi wanita
yang berani. Dia mulai membayangkan sebuah skenario di dalam kepalanya.
Sang Woo masuk ke dalam Lift di
gedung pemerintahan, saat Lift akan tertutup seseorang menghalangi pintu Lift
dengan tangannya, orang itu adalah Soo Ji dengan penampilannya yang berbeda
dari biasanya. Rambutnya panjangnya di buat lurus dengan lipstick merah merona
di bibirnya serta sebuah pakaian resmi yang lain dari biasanya.
Soo Ji masuk ke dalam lift sambil
menatap lurus kea rah Sang Woo yang tampak kaget dengan kehadirannya. Sang Woo
bertanya mengapa Soo Ji sudah datang padahal pertemuan mereka jam 2 siang? Soo
Ji langsung menyudutkan Sang Woo ke dinding lift dan membuat Sang Woo tampak
ketakutan.
Soo Ji menunjukkan sebuah draft
yang dia bawa lalu berkata, “Petugas Administratif, Tidak… maksudku Sang
Woo-ssi… Ini adalah novelku. Aku menyelesaikannya hanya dengan memikirkanmu”
Sang Woo kaget dan masih tampak sedikit ketakutan. Soo Ji meneruskan
kata-katanya, “Sebenarnnya sudah lama aku menyukaimu. Tapi selama ini aku
menyembunyikannya seperti orang bodoh” Soo Ji semakin mendekati Sang Woo
dan berkata, “Sekarang aku tidak ingin menyembunyikan perasaanku lagi”
Sang Woo
kemudian tersenyum dan memegang kedua lengan Soo Ji dan berterimakasih karena
Soo Ji sudah begitu berani. Dia menyukai sikap berani Soo Ji, mendengar hal itu
Soo Ji langsung beteriak kegirangan hahaha…
Tapi yah… semua itu hanya
khayalan Soo Ji untuk novelnya. Dia menyemangati dirinya untuk segera menyelesaikan
novelnya dan meminta pendapat pada Sang Woo sehingga mereka akan menjadi
semakin dekat. Saat Soo Ji akan meneruskan menulis novelnya, terdengar suara
tawa Dae Young dari rumahnya. Soo Ji kesal dan mengecek keluar, ternyata pintu
rumah Dae Young tidak tertutup dengan benar karena terhalang sandal.
Soo Ji masuk ke rumah Dae Young
dan berkata jika Dae Young mau berisik dia seharusnya menutup pintunya dengan
benar, karena tawa Dae Young, Soo Ji tidak bisa berkonsentrasi menulis
novelnya. Ternyata Dae Young tertawa karena sedang membaca komik. Dae Young
minta maaf pada Soo Ji dan meneruskan membaca komik.
Saat melihat tumpukan komik yang
sedang di baca Dae Young, Soo Ji langsung tertarik, “Yak! Apakah itu Slam
Dunk?” Dae Young mengingatkan komik jama SD mereka itu.
Soo Ji langsung duduk
dan memutuskan ikut membaca. Dae Young bertanya bukankah Soo Ji sedang menulis
novelnya? Dia sedang mencari bahan, seorang penulis harus banyak mendengar,
melihat dan membaca. Dae Young tidak bisa membantah lagi.
Soo Ji mengambil jilid pertama
dan mulai membacanya, dia juga meminta Dae Young segera menyelesaikan jilid
ke-2 nya karena dia ingin segera membacanya juga. Jilid demi jilid mereka
selesaikan hingga mereka akhirnya membaca Jilid yang sama berbarengan. Soo Ji membaca
komiknya dengan cepat sementara Dae Young agak lambat dan minta halamannya
kembali di balik. Soo Ji sedikit kesal, memangnya Dae Young sedang
menghapalnya? Bacalah lebih cepat!
Dengan terpaksa Soo Ji kembali
membalik halamannya dan membiarkan Dae Young menyelesaikan membaca halaman itu.
Soo Ji yang menunggu jadi memperhatikan pisang yang tergantung di dekat jendela
Dae Young. Apa itu? Dae Young berkata dia sedang menipu pisang. Menipu apa?
Bagi orang yang tinggal
sendirian, membeli satu sisir pisang itu terlalu banyak. Sangat sulit
menghabiskannya sebelum membusuk dan akhirnya akan membuangnya. Soo Ji tidak
setuju, jika dia membeli satu sisir dia akan langsung menghabiskannya, itu lah
sebabnya dia tidak lagi membeli pisang karena itu tidak baik untuk dietnya.
Dae Young meluruskan, orang
normal tidak bisa memakan satu sisir pisang dalam sekali duduk. Nah, jika di
gantung seperti itu pisang akan merasa dia masih berada di pohonnya dan akan
selalu segar untuk dimakan. Soo Ji tidak percaya. Dae Young meminta Soo Ji
membuktikannya, coba saja. Soo Ji beranjak dan mengambil dua pisang, satu
untuknya, satu untuk Dae Young. Dia tidak percaya Dae Young membeli pisang itu
seminggu yang lalu karena masih terasa segar.
Soo Ji dan Dae Young melanjutkan
komik sambil memakan pisang bersama. Mereka sempat berdebat tentang halaman
yang mereka baca dan akhirnya keasyikan hingga lupa waktu. Bahkan Dae Young
tidak menyadari jika ponselnya terus berbunyi karena Sang Woo menelpon untuk
mengajaknya bersepeda bersama.
Paginya, Dae Young bersiap untuk
pergi bermain bola bersama Sang Woo, namun dia mendapat telepon dari Sang Woo
yang mengatakan jika Sang Woo tidak bisa pergi karena sakit flu. Dae Young
berpikir sejenak dan langsung menekan bel rumah Soo Ji dengan tidak sabaran.
Soo Ji keluar dengan kesal,
karena Dae Young menganggunya yang sedang menulis novel. Itu bukan hal yang
penting saat ini. Dae Young memberitahu Soo Ji jika Sang Woo sakit. Tentu saja
Soo Ji langsung merasa khawatir, apakah Sang Woo dibawa ke UGD. Tidak separah
itu, Sang Woo hanya terkena flu, tetap saja Soo Ji khawatir dan merasa kasihan
pada Sang Woo. Dae Young merasa Soo Ji berlebihan.
Sakit saat hidup sendirian itu
sangat menyiksa, Soo Ji meminta Dae Young untuk pergi ke rumah Sang Woo dan merawatnya.
Dae Young merasa Soo Ji bodoh, ini adalah kesempatannya. Apakah Soo Ji lupa
untuk menjadi wanita berani. Ini adalah waktunya Soo Ji membawakan bubur dan
obat untuk Sang Woo. Benar juga yah, Soo
Ji langsung berterimakasih pada Dae Young.
Soo Ji masuk ke dalam rumah dan
mencari cara membuat bubur, namun dia ragu apakah rasanya akan enak jika dia
membuatnya seperti yang tertulis di resep? Soo Ji kemudian teringat pada Nenek
Lee dan pergi ke rumahnya. Soo Ji meminta Nenek Lee untuk mengajarinya membuat
bubur. Ada temannya yang sakit, dia ingin memberikan bubur tapi sebelumnya dia
tidak pernah membuat bubur.
Nenek Lee dengan senang hati mau
mengajari Soo Ji dan mempraktekan cara membuat bubur sementara Soo Ji akan
merekamnya. Nenek Lee membuat bubur dengan beras yang sudah dia rendam
sebelumnya dan abalone yang dari putrinya. Karena membuat bubur dengan abalone
itu akan lebih baik.
Les membuat bubur pun dimulai,
“Masukkan beberapa minyak wijen setelah pancinya panas. Lalu tumis potongan
abalone termasuk isi perutnya. Saat hampir matang, tambahkan nasi setengah
matang dan tumis. Saat berasnya hampir matang, tambahkan air. Lalu besarkan api
kompornya dan terus aduk sampai mendidih”
Setelah beberapa saat, akhirnya
buburnya jadi juga. Soo Ji tampak kegirangan melihat bubur yang kelihatannya
enak saat Nenek memasukannya ke dalam wadah. Sebaiknya Soo Ji tidak perlu
memasak lagi, dia bisa menggunakan bubur yang dibuat Nenek Lee. Soo Ji sangat
senang dan beterimakasih pada Nenek. Saat akan pergi Nenek meminta Soo Ji
membayar buburnya dengan harga 30 dolar. Soo Ji kaget, dia pikir itu gratis.
Itu adalah harga uang jasa dan bahan-bahannya, abalone itu sangat mahal. Walau
terlihat bingung Soo Ji akhirnya membayar juga.
Soo Ji bersiap-siap untuk
menjenguk Sang Woo, memilih pakaian cantik bahkan memutuskan menggunakan sepatu
yang jarang-jarang dia pakai.
Tapi perjalanan ke rumah Sang Woo bukanlah hal
yang mudah, Soo Ji kena macet di jalan saat pergi kesana dengan menggunakan
bus. Soo Ji tampak agak menyesal, karena tidak menggunakan taksi, dia takut
buburnya menjadi dingin. Akhirnya Soo Ji memeluk bungkusan yang berisi bubur
dan obat itu.
Sang Woo terkulai lemah di tempat
tidurnya, dia sedang tidur saat mendengar bunyi bel. Perlahan Sang Woo
terbangun dan dengan badan yang lemas dia memaksakan diri untuk membukakan
pintu. Soo Ji pun sedang menunggu di depan pintu, tapi… yang membuka kan pintu
untuk Soo Ji adalah Dae Young.
Dae Young bingung mengapa Soo Ji
ada disana? Apakah dia tidak pergi menjenguk Sang Woo? Dia sudah pergi, tapi
menitipkan bubur dan obatnya pada Satpam. Kenapa tidak langsung memberikannya?
Soo Ji tidak ingin Sang Woo bingung dengan kedatangannya yang tanpa
pemberitahuan. Tapi kan Sang Woo sedang sakit, seharusnya Soo Ji melihatnya
dengan langsung, itu adalah pendapat Dae Young.
Apakah Dae Young tidak tahu Sang
Woo itu orangnya bagaimana? Dia memisahkan pekerjaan dan urusan pribadi, pasti
tidak nyaman baginya jika Soo Ji melihat Sang Woo dalam keadaan pucat dan
sakit. Ya memang benar juga sih, Dae Young merasa Sang Woo memang orang yang
seperti itu. Soo Ji memberikan bubur pada Dae Young karena dia memiliki banyak
sisa, dia tidak bisa menghabiskannya sendirian. Walaupun Soo Ji memberikan
bubur itu bukan karena ingin membalas kebaikannya, Dae Young tetap
berterimakasih.
Satpam di Apartemen Sang Woo
memberikan bungkusan yang berisi bubur dan obat pada Sang Woo. Dia mengatakan
seorang gadis menitipkan ini padanya, Sang Woo bingung siapa yang mengirimkan
bubur dan obat itu untuknya?
Nenek Lee membawakan makan siang
untuk Joo Seung, lagi-lagi Joo Seung tidak ada. Dimana Joo Seung? Tentu saja
sedang membantu Hye Rim di minimarket. Hye Rim penasaran pada Joo Seung,
sepertinya Joo Seung berbohong tentang umurnya. Joo Seung kaget dan menjatuhkan
barang yang sedang di pegangnya. Hye Rim merasa kulit Joo Seung terlalu bagus
untuk seorang pria berusia 30 tahun, lembut seperti bayi. Joo Seung pasti tidak
pernah minum dan merokok yah?
Hye Rim mengusulkan agar Joo
Seung membuat beauty blog juga seperti dirinya. Caranya sangat mudah kok, Joo
Seung tinggal memakai sebuah produk dan mengambil foto selfie. Hye Rim mengajak
Joo Seung untuk berfoto dengan ponselnya, saat menyadari hal itu, Joo Seung
tiba-tiba panik da begitu saja mendorong Hye Rim.
Joo Seung yang baru sadar dengan
apa yang di lakukannya, mengatakan jika dia merasa jelek untuk di foto. Hye Rim
mengerti, namun dia berkata bahwa Joo Seung tidak jelek, dia tampan kok.
Mendengar pujian dari Hye Rim, Joo Seung pun langsung tersenyum kegirangan.
Nenek curhat pada Ahjuma karena
Joo Seung terus menghilang, tapi Ahjuma Kim salah paham bahwa yang dibicarakan
Nenek adalah saus kacang, setelah tahu itu adalah Joo Seung, Ahjuma merasa lega
dan berkata dia mungkin stres karena tidak lulus ujian PNS. Ahjuma Kim pun
menyinggung tentang ujian jadi polisi, mungkin Joo Seung bisa mengikuti ujian
tersebut.
Saat keluar dari kantor
realestate, Nenek Lee bertemu dengan Taek Soo. Teringat Taek Soo adalah mantan
detektif, Nenek Lee meminta Taek Soo ikut besamanya. Nenek memberi Taek Soo
bubur buatannya dan dia terlihat makan dengan lahap hingga bubur-buburnya
berceceran ke baju. Nenek yang memang terlihat ingin menahan Taek Soo
memaksanya untuk membuka baju agar dia bisa mencucinya, namun dia melihat Joo
Seung kembali.
Nenek pun meminta Taek Soo untuk
ikut bersamanya ke atap. Menemui Joo Seung. Saat Nenek mengenalkan Taek Soo
sebagai detektif, Joo Seung langsung waspada dan bersiap mengambil benda tajam.
Nenek berpikir Joo Seung bisa mengikuti ujian polisi jika Taek Soo mengajarinya
karena dulunya dia mantan detektif. Taek Soo mengatakan dia tidak pernah lulus
ujian, dia masuk ke akademi polisi dan menjadi petugas keamanan untuk beberapa
waktu sebelum jadi polisi.
Merasa kesal dan tampaknya
menyesal memberi bubur untuk Taek Soo, dia pun memaksa Taek Soo untuk bekerja
sebagai cara membayar buburnya. Nenek memaksa Taek Soo memberi pupuk pada
tanamananya. Dia juga menyuruh Joo Seung melakukan itu agar dia lebih banyak
bergerak. Tidak ada yang bisa membantah Nenek Lee, meski terlihat enggan mereka
melakukannya juga.
Joo Seung masuk kedalam
kontainernya karena merasa kelelahan setelah bekerja. Dia meluruskan
punggungnya dengan berbaring, namun dia terbangun dan langsung mengecek jadwal
ujian tes kepolisian. Tiga kali ujian? Joo Seung tampaknya tidak ingin
melakukannya, tapi… dia merasa menjadi petugas kepolisian itu keren dan dia
melakukan gerakan menembak “Bang” Dia memasang wajah misterius dan teringat
panggilan Hye Rim untuknya, “Oppa?” Joo Seung mengulanginya beberapa kali dan
tersenyum menakutkan.
Dae Young datang ke Apartemen
Sang Woo, saat Sang Woo sedang berbicara di telepon dengan seseorang. Sang Woo
berterimakasih pada orang yang sedang di telepon karena mengirimkan bubur dan
mengajaknya untuk bertemu di akhir pekan.
Dae Young bertanya apakah Sang
Woo menikmati buburnya? Ya, ternyata Min Ah pandai memasak. Dae Young bingung,
siapa? Min Ah, adiknya Hong In Ah, Dae
Young juga sudah bertemu dengannya kan? Sang Woo tidak tahu dari mana Min Ah
tahu dia sakit. Min Ah datang dan memberikan bubur dan obat kepada satpam.
Apakah Sang Woo berpikir
benar-benar Min Ah yang mengirimkannya? Ya,
Satpam memberikan bubur dan obat padanya dan mengatakan seorang wanita
muda meninggalkannya tanpa menyebutkan nama. Sang Woo berpikir siapa yang
mengirimnya dan Min Ah menelpon bahwa dia yang memberikannya.
“Wow, gadis itu benar-benar
mengagumkan” Dae Young merasa takjub.
Sang Woo juga setuju, biasanya Min Ah itu jujur dan berani jadi dia tidak
pernah berpikir bahwa Min Ah akan memberikan kejutan yang manis seperti itu,
benar-benar tidak terduga.
Tapi bukan itu maksud Dae Young.
Bukan Min Ah yang membawakan bubur dan obat itu. “Itu Soo Ji, Baek Dweaji,
Dasar Bodoh! Bagaimana bisa dia pergi tanpa meninggalkan nama?” Dae Young tampak sangat kesal.
“Kenapa Penulis Baek melakukan
itu?” Sang Woo bertanya dengan bingung. Dae Young yang sedang kesal jadi
kelepasan, “Itu karena dia menyukaimu, Hyung!” Sang Woo tampak bingung dan
sedikit kaget, “Apa?” Dae Young merasa sudah salah bicara, tapi mau bagaimana
lagi, dia terlanjur mengatakan rahasia Soo Ji pada Sang Woo.
Bersambung ke episode 8
***
Joo Seung bener-bener misterius,
dia itu kenapa sih? Takut sama detektif,
Trus gak mau di foto pula, pasti bukan karena dia merasa jelek kan? Apa
mungkin dia kriminal, tapi kok dia mau ikut ujian polisi? Trus sepertinya dia
orangnya agak obsesif juga yah? Seneng banget sepertinya dipanggil Oppa sama
Hye Rim.
Yah.. Dae Young keceplosan deh,
Sang Woo pasti jadi gak enak hati deh. Tapi keceplosannya Dae Young membawa
berkah sih sebenernya, walo Soo Ji harus bersakit-sakit dahulu di episode 8.
Min Ah itu annoying banget sepertinya yah? Kok bisa dia ngaku-ngaku kalau dia
yang kirim bubur dan obat itu, ckckck sama annoyingnya dengan Hong In Ah, kakak
beradik kompak bener, heu…
Cuma mau komen, aku suka sekali
style nya Seo Hyun Jin sebagai Soo Ji, fashion nya unik aja sih, dan cocok gitu
sama dia, biasanya aku tidak memperhatikan fashion di drama, tapi karena sempat
khawatir apakah aku siapa melihat lagi Seo Hyun Jin dalam pakaian modern, aku
jadi agak merhatiin hehehe… Setelah terbiasanya melihat Hyun Jin pake hanbook,
agak aneh awalnya melihat dia dalam style modernnya, tapi ternyata Fashionnya
Baek Soo Ji membuat Seo Hyun Jin menjadi tampak lebih bersinar dimataku hehe^^
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^