Dae Young keluar rumah sambil
berbicara dengan kliennya di telepon, saat melewati pintu rumah Soo Ji dia
melihat keanehan. Koran berserakan di depan pintu. Dae Young teringat kata-kata
Soo Ji tentang Koran itu seperti jari telunjuknya yang bisa memeriksa dia masih
bernapas atau tidak, jika Koran-koran itu berserakan seperti itu apakah terjadi
sesuatu yang buruk pada Soo Ji?
Dae Young segera menggedor-gedor pintu rumah
Soo Ji, dia sangat cemas terjadi sesuatu pada gadis itu. “Yak Baek Soo Ji, Baek
Soo Ji!! buka pintunya” Dae Young bahkan membunyikan bel berkali-kali namun
tidak ada reaksi.
Merasa sangat cemas, Dae Young
mencoba menelpon Soo Ji, tapi kemudian pintu rumah Soo Ji terbuka dan
memperlihatkan penampilan Soo Ji yang bagai mayat hidup. Dae Young semakin
cemas, apakah Soo Ji sangat sakit? Mengapa dia tidak mengatakannya pada Dae
Young? Soo Ji tidak menjawab, namun wajahnya pucat dan keadaannya pun sangat
kacau. Dae Young meminta Soo Ji untuk naik ke punggungnya, dia akan membawa Soo
Ji ke RS.
Saat Dae Young sudah berjongkok,
Soo Ji malah menendang Dae Young, Soo Ji langsung kelimpungan merasa tidak
bertenaga. Dae Young pun bingung, apalagi Soo Ji malah mengomel Dae Young
sangat berisik, dia baru tidur selama satu jam, dan Dae Young sudah membuat
kegaduhan. Dae Young cemas karena banyak Koran berserakan di depan pintu. Oh..
itu Soo Ji tidak sempat keluar rumah selama beberapa hari karena sibuk menulis
novel nya. Ternyata menulis novel itu sangat sulit, karena Soo Ji sudah lama
tidak menulisnya.
Soo Ji ingin tidur dulu sebelum
pergi meeting, jadi sebaiknya Dae Young tidak berisik. Soo Ji memasukan
Koran-koran yang berserakan dengan kakinya, rasanya lelah sekali. Dae Young
hanya bisa melongo melihat tingkah Soo Ji, jadi gadis itu tidak sakit? Ckckck…
Dae Young pun pergi setelah Soo Ji menutup pintu.
Malam harinya, saat pulang kerja,
Dae Young mengembalikan mobil Sang Woo yang dia pinjam dan berjanji akan
mentraktir Sang Woo makan lain kali. Taek Soo datang membawa sepeda baru nya (sepeda
Soo Ji yang dijual Dae Young padanya). Taek Soo bertanya siapa Sang Woo? Dae
Young memperkenalkan mereka berdua. Taek Soo langsung ingat bahwa Sang Woo
adalah PNS yang membuat Dae Young tidak bisa bermain dengannya di akhir pekan
karena harus bermain bola dengan Sang Woo yah, tentu saja itu membuat Sang Woo
sedikit tidak enak hati.
Dae Young meminta Taek Soo untuk
melanjutkan perjalanan pulangnya saja, tentu saja… tapi sebelumnya Taek Soo
akan ke rumah Dae Young dulu. Taek Soo mengatakan jika mereka adalah teman
baik. Saat Taek Soo akan pergi, Sang Woo melihat sepeda yang dibawa Taek Soo,
sepertinya Sang Woo langsung mengenali sepeda itu.
Melihat Sang Woo yang tertarik
pada sepedanya, Taek Soo langsung menjelaskan jika dia memakai sepeda untuk
pergi bekerja karena alasan kesehatan. Tapi bukan itu yang ingin membuat Sang
Woo penasara. Sang Woo pun bertanya dari
dimanaTaek Soo membelinya? Sang Woo merasa sepertinya seseorang menjual sepeda
itu padanya? Taek Soo langsung menatap pada Dae Young yang gugup.
Dae Young berkata pada Sang Woo,
bukan kah dia harus segera pergi? Taek Soo mencegahnya dan meminta Sang Woo
terus berbicara, dia merasa ada alasan mengapa Dae Young memaksanya membeli
sepeda itu.
“Ini sepeda untuk wanita”
kata-kata Sang Woo membuat Taek Soo menatap curiga pada Dae Young. Sebisa
mungkin Dae Young membela diri dengan berkata Sang Woo mungkin salah lihat.
Tidak mungkin dia salah lihat, karena model sepeda itu sama dengan sepeda yang
dia sarankan pada Penulis Baek saat dia membeli sepeda. Terbongkar sudah.
Sebelum Sang Woo berbicara lebih banyak, Dae Young berkata jika dia harus
pulang. Sang Woo pun undur diri.
Setelah Sang Woo pergi, Dae Young
jadi canggung pada Taek Soo. Tentu saja sepeda itu untuk wanita, warnanya
merah. Taek Soo mengkonfirmasi sesuatu, “Penulis Baek itu yang wanita yang
tinggal di dekat rumahmu kan?” Dae Young hanya bisa membenarkan. Akh jadi Dae
Young menjualkan sepeda itu untuk Soo Ji? Apakah benar begitu? Sekali lagi Dae
Young membenarkan dugaan Taek Soo.
“Kenapa? Apakah Kau menyukainya?”
Dae Young kaget ditanya begitu. Apa maskud Taek Soo? Jika bukan karena Dae
Young menyukainya, mengapa Dae Young menjualkan sepeda itu untuknya? Itu karena
Dae Young merasa bersalah, dia melakukan kesalahan saat Soo Ji masih kecil
sehingga Soo Ji menghabiskan masa remajanya dengan menjadi pecundang.
Taek Soo merasa lelah, jika Dae
Young yang merasa bersalah pada Soo Ji mengapa dia yang harus menanggungnya
(membeli sepeda itu). Tapi sebelum Taek Soo sempat protes, Dae Young sudah
kabur duluan saat Taek Soo lengah. Taek Soo merasa kesal dan berkata jika dia
akan datang terus ke rumah Dae Young selama 40 tahun.
Joo Seung sedang menemani Soo Ji
yang melakukan skipping, dia memegangi sebuah senter sambil tersenyum bahagia
melihat Soo Ji yang loncat-loncat dengan skippingnya. Dae Young datang dan
bertanya apa yang sedang dilakukan Joo Seung? Dengan ketus Joo Seung menjawab
bukan urusan Dae Young. Soo Ji berhenti, dan merasa kesal karena kedatangan Dae
Young membuatnya lupa sudah berapa kali dia meloncat. Joo Seung berkata Soo Ji
sudah melakukan 993 loncatan, dia hanya perlu melakukan 7 loncatan lagi.
Soo Ji berterimakasih pada Joo
Seung dan melakukan 7 loncatan lagi dengan sempurna. Dae Young merasa takjub,
sekarang Soo Ji dan Joo Seung sudah akrab? Merak bahkan saling berbicara? Joo
Seung tidak mempedulikan Dae Young dan memberikan air minum pada Soo Ji sambil
tersenyum gembira. Soo Ji berterimakasih untuk apa yang Joo Seung lakukan hari
ini untuknya, sekarang dia bisa masuk. Joo Seung bertanya apakah besok Soo Ji
juga akan keluar di jam segini? Mungkin saja. Joo Seung tersenyum mendengarnya
dan pamit masuk. Dae Young mencoba menyapa Joo Seung, tapi dia mengabaikan Dae
Young dan malah menyenggol pundaknya dengan sengaja membuat Dae Young kesal.
Dae Young bertanya apa yang Joo
Seung lakukan? Ohh.. dia membantunya memberikan penerangan karena lampu jalan
mati. Joo Seung itu orang baik. Dae Young pikir, sepertinya Joo Seung menyukai
Soo Ji. Hahaha… Soo Ji tertawa mendengarnya, dia tidak tahu tentang hal itu,
tapi satu hal yang dia tahu, Joo Seung tidak menyukai Dae Young, yah… memang
tidak sulit sih untuk tidak menyukai Dae Young ;p
Soo Ji berjalan menuju Dae Young,
yang tampak ketakutan, Soo Ji tersenyum dan berkata tidak akan memukulnya, dia
hanya meminta Dae Young untuk membuangkan botol minuman kosong .
Dari atas balkon rumahnya, Taek
Soo sudah memanggil Dae Young dan memintanya segera masuk sambil berlaga
seperti seorang istri yang menanti suaminya >.< Taek Soo berkata dia
sudah membuatkan ramen untuk Dae Young dengan banyak bawang daun. Dae Young
merasa menyesal telah memberikan password rumahnya pada Taek Soo, tapi dia
tidak bisa berbuat apapun lagi.
Paginya, Taek Soo sangat bahagia
bisa berangkat kerja bersama Dae Young. Dia terus menarik-narik Dae Young
dengan penuh semangat membuat Dae Young kesakitan karena perutnya kosong. Dae
Young pun mengajak Taek Soo membeli sarapan di minimarket. Sarapan? Tapi Taek
Soo tidak pernah sarapan. Dae Young memaksanya untuk pergi membeli sarapan.
Mereka pun memberi dua roti dan
dua gelas kopi, semuanya hanya 4 dolar karena diskon di pagi hari. Taek Soo
takjub karena hargannya sangat murah. Dae Young dan Taek Soo pun memakan
sarapan mereka di kursi yang ada di minimarket. Dae Young berkata jika Taek Soo
harus sarapan, pasti saat di Seoul istrinya mempersiapkan sarapan untuknya kan?
Tubuhnya pasti kaget karena selama disini Taek Soo tidak pernah sarapan.
Malahan tubuh Taek Soo akan kaget
saat dia sarapan, karena selama di Seoul istrinya tidak pernah membuatkannya
sarapan. Dae Young merasa aneh, tapi bagaimanapun Taek Soo harus sarapan demi
kesehatannya, apalagi saat dia hidup sendiri. Taek Soo bisa mati dengan cepat
jika dia hanya minum minuman beralkohol di usianya saat ini.
Taek Soo merasa terharu dengan
perhatian Dae Young padanya, dia berkata jika istrinya tidak perhatian padanya.
“Bisakah kita tinggal bersama? Aku akan bercerai dengan istriku?” tiba-tiba
saja Taek Soo mengatakan hal yang membuat Dae Young sangat kaget, apalagi Taek
Soo tiba-tiba memegang tangannya.
“Apa yang kau katakan? Jangan
berbicara seperti itu saat kita sedang makan” Dae Young jadi merasa ketakutan
sendiri. Taek Soo kemudian tertawa melihat reaksi Dae Young, tentu saja dia
hanya bercanda.
Sang Woo memimping meeting
bersama Hong In Ah dan Soo Ji seperti biasanya, dia kemudian bertanya apakah
ada yang ditanyakan? Hong In Ah langsung mengacungkan tangan, dia bertanya
bagaimana pendapat Sang Woo tentang kencan butanya bersama adiknya?
Soo Ji
langsung kaget dan panik mendengarnya. Sang Woo jadi tidak enak di tanya
seperti itu dan dengan diplomatis berkata sebaiknya mereka tidak membicarakan
masalah pribadi saat bekerja. Soo Ji langsung tersenyum lega.
Hong In Ah tampak bête dengan
jawaban Sang Woo, maka saat Sang Woo kembali membicarakan pekerjaan mereka
tentang membuat sesi sejarah di Proyek
mereka seperti Surat dari Victor Hugo, Hong In Ah seolah mengabaikannya dan
tidak mengerti apa yang dimaksud Sang Woo. Akhirnya Sang Woo bertanya pada Soo
Ji, dia tahu kan bagaimana rasanya? Soo Ji sepertinya tidak mengerti juga, tapi
dia tersenyum canggung dan berkata “iya” hahaha.
Lalu di bagian masakan Korea nya,
bagaimana jika mereka menambahkan pendapat bahwa, “Kehidupan yang berlimpah tidak
hanya membutuhkan karya seni yang indah, tetap juga rasa dan aroma makanan yang
baik. Maka hidup akan terasa sangat berlimpah” Soo Ji manggut-manggut saja, seolah paham, padahal sepertinya tidak.
“Itu seperti yang dikatakan oleh
seorang penulis yang terkenal dengan kerakusannya (terhadap makanan). Penulis
itu namanya, Akh… siapa yah?” Sang Woo berusaha mengingat nama penulis yang dia
maksud, Soo Ji tampak pura-pura tahu, tapi Hong In Ah berpikir sepertinya Soo
Ji tidak tahu tentang penulis itu. Soo Ji kesal dan berkata, dia tahu tapi dia
tidak ingat saja!
“Akh… Alexandre Dumas” akhirnya
Sang Woo mengingat juga nama penulis yang dia maksud. Untungnya Soo Ji mengenal
siapa itu Alexandre Dumas, “Benar sekali, Dumas, Penulis yang menulis The Three
Musketeers” Soo Ji senang sekali, sekaligus merasa lega, apalagi saat Sang Woo
membenarkan kata-kata Soo Ji. Hong In Ah tampak tidak senang, karena ternyata
Soo Ji memang tahu siapa penulis itu.
Selesai meeting, Soo Ji merutuki
dirinya sambil berbicara sendiri seperti biasanya. Sebagai seorang penulis, dia
tidak bisa mengatakan tidak tahu tentang Novel yang dimaksud. Sang Woo pasti
akan kecewa padanya, jika dia tahu betapa bodohnya Soo Ji.
“Yak! Baek Soo Ji, akh maksudku,
Penulis Baek! Tolong lebih banyak membaca buku!” Soo Ji mempertegas hal
tersebut pada dirinya sendiri dan berjalan menuju perpustakaan yang ada di area
gedung pemerintahan.
Soo Ji sedang mencari beberapa
buku yang akan dia baca di salah satu rak buku. Saking fokusnya, Soo Ji tidak
menyadari Sang Woo datang ke lorong rak buku yang sama dengannya. Sang Woo yang
pertama kali menyadari keberadaan Soo Ji, “Penulis Baek?” Soo Ji sangat
terkejut melihat Sang Woo dan menyembunyikan bukunya. Soo Ji beralasan dia
membutuhkan referensi untuk novelnya, apa yang sedang Sang Woo lakukan disana?
Sang Woo berkata dia ingin lebih
banyak membaca novel setelah membaca novel Soo Ji, akh… apakah Soo Ji bisa
memberinya referensi? Dia pasti banyak tahu karena dia adalah seorang penulis.
Soo Ji bingung, karena pada kenyataannya dia tidak banyak membaca buku. Soo Ji
melihat novel yang di pegang Sang Woo dan berkata, novel itu juga menarik untuk
dibaca. Soo Ji pun pamit pada Sang Woo karena dia akan meneruskan menulis
novelnya.
Setelah mendapatkan buku yang
ingin dibacanya, Sang Woo duduk di salah satu kursi di Perpustakaan, Soo Ji
duduk di kursi yang berjarak beberapa meja dari tempat Sang Woo duduk. Dia
membuka laptopnya berniat meneruskan novelnya, tapi pada akhirnya Soo Ji malah
lebih fokus memperhatikan Sang Woo yang begitu serius membaca buku.
Begitu terpesonanya Soo Ji pada
Sang Woo, hingga tanpa sadar dia menuliskan betapa menawannya Sang Woo di
lanjutan file novelnya, hahaha. Ketika Sang Woo menangkap tatapan Soo Ji
padanya, Soo Ji segera mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada
laptopnya, dia kaget saat melihat apa yang baru saja dia ketik. Soo Ji segera
menghapusnya, hahaha.
Namun ketika sibuk menghapus
tulisannya, Soo Ji kehilangan Sang Woo. Dia mencoba lirik kanan kiri mencari
Sang Woo yang menghilang di hadapannya. Soo Ji tidak menemukannya dimanapun.
Ponsel Soo Ji berdering, dia berlari menuju box telepon untuk mengangkat
telepon yang khusus disediakan di perpus tersebut. Itu telepon dari ibunya yang menanyakan dimana
keberadaannya dan apakah Soo Ji kehabisan Kimchi? Soo Ji menjawab dia masih di
luar dan masih memiliki beberapa Kimchi.
Belum sempat menyelesaikan pembicaraan
dengan sang ibu, Soo Ji melihat Sang Woo kembali, dia sedang berdiri di depan
Laptopnya dan mengintip file novel nya. Soo Ji syok dan mengakhiri pembicaraan
dengan ibunya. Dengan panik Soo Ji keluar dari
box telepon dan berteriak, “Andewwww-yooo” sambil buru-buru menutup Laptopnya.
Sang
Woo kaget dengan aksi Soo Ji, semua orang di Perpustakaan menoleh ke arahnya.
Soo Ji menyadari dia telah melakukan kesalahan dan meminta maaf dengan suara
keras. Sang Woo memberi isyarat agar Soo Ji tidak berisik dan meminta maaf pada
orang-orang dengan anggukannya, Soo Ji pun memelankan ucapan permintaan
maafnya, namun sudah terlanjur malu.
Soo Ji dan Sang Woo akhirnya
keluar dari ruangan perpustakaan. Sang Woo meminta maaf karena kesalahannya
insiden itu terjadi. Sang Woo berniat membawakan kopi untuk Soo Ji, tapi dia
penasaran. Dengan senyumannya Soo Ji bilang tidak apa-apa. Sang Woo melihat
sekilas novel yang sedang Soo Ji tulis, dia merasa ceritanya menarik
dibandingkan dengan novel yang sedang dia baca saat ini. Sang Woo penasaran
dengan akhir ceritanya. Soo Ji tersenyum bahagia mendengarnya,
“Jadi aku berpikir… Penulis… Aku
tidak yakin apakah aku bisa meminta bantuan mu atau tidak…” Sang Woo merasa
ragu, namun Soo Ji dengan semangat mengatakan dia bisa melakukan apapun yang
diminta Sang Woo.
“Ketika kau menyelesaikan bukumu,
bisakah aku menjadi orang pertama yang membacanya?” Sang Woo sangat penasaran
dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, jadi dia ingin membacanya terlebih
dahulu. Dia bisa memberikan tanggapan jika Soo Ji menginginkannya. Tentu saja
Soo Ji tidak keberatan dengan hal itu, itu sangat menyenangkan baginya.
Sang Woo memberikan kopi pada Soo
Ji, kemudian bertanya kapan dia bisa membaca novelnya? Soo Ji berpikir, hmm…
Secepatnya. Sang Woo meminum kopinya dan penasaran kapan secepatnya itu akan
tiba. Saat Sang Woo sedang meminum kopinya, diam-diam Soo Ji memperhatikannya
sambil tersenyum bahagia, tapi saat Sang Woo menoleh, Soo Ji langsung
mengalihkan pandangannya hahaha.
Soo Ji dan Sang Woo berjalan
bersama keluar dari gedung Perpustakaan, Soo Ji berpikir apakah ini saatnya dia
meminta Sang Woo mengantarnya pulang? Apakah dia harus bertanya pada Dae Young
tentang hal ini, tidak Soo Ji harus berjuang sendiri. Soo Ji memberikan
semangat pada dirinya sendiri agar berani melakukannya.
Tapi ketika akhirnya
dia membuka mulutnya, dia malah pamit pada Sang Woo dan berbalik untul pulang sendiri.
Ternyata Soo Ji belum seberani itu. Soo Ji merasa dirinya begitu bodoh.
Baru saja Soo Ji berjalan
beberapa langkah meninggalkan Sang Woo, pria itu memanggilnya. Soo Ji berbalik
dengan lesu, namun dia kaget mendengar apa yang dikatakan Sang Woo, “Penulis…
aku akan mengantarmu pulang” Keingan Soo Ji langsung terwujud >.<
Saat berada di dalam mobil,
mereka berdua saling berdiam diri saja. Soo Ji gemas pada dirinya sendiri
setidaknya dia mengatakan sesuatu atau apapun. Soo Ji berusaha mengatakan
sesuaru, tapi Sang Woo bertanya apakah dia harus berbelok? Soo Ji membenarkan
dan mengurungkan niatnya untuk memulai pembicaraan.
Setelah beberapa saat Sang Woo
kemudian bertanya, “Apakah Kau sudah makan?” Soo Ji menjawab dengan ragu-ragu,
“Belum”
“Suaramu terdengar tidak
bertenaga, kau harus menjaga waktu makanmu” Soo Ji langsug tersipu mendengar
Sang Woo mengatakan hal itu, perhatian sekali >.< apalagi saat Sang Woo
mengatakan, “Bagaimana dengan makan malam di hari jum’at? Ayo kita makan malam
bersama” Soo Ji senang luar biasa, dan berkata “Ya..”
“Lalu aku akan menjemputmu, jadi
bersiaplah” Sang Woo melanjutkan rencananya. Semakin saja Soo Ji merasa ke
awing-awang.
Tapi kemudian Sang Woo berkata, “Kalau begitu aku tutup yah?” Soo
Ji bingung dan menoleh ke arah Sang Woo yang melepas handsfree nya, hahaha…
jadi Sang Woo sedang menelpon? Soo Ji merasa sangat malu dengan ke GR-annya.
Sang Woo berkata dia tadi
menelpon ibunya, apakah Soo Ji ingin mengatakan sesuatu padanya? Tidak ada..
hanya saja, dia merasa mobil Sang Woo sangat bersih. Padahal kan biasanya pria
tidak serapi itu, kamar Dae Young saja berantakan.
Akh… jadi Soo Ji bahkan pernah
masuk ke kamar Dae Young yah? Soo Ji panik dan berkata, tidak begitu, dia
kesana karena ada yang harus dia katakan tentang pemilik Villa nya pada Dae
Young. Hubungannya dengan Dae Young tidak sedekat itu sehingga harus saling
mengunjungi rumah masing-masing. Dengan panik Soo Ji berkata agar Sang Woo
jangan salah paham. Akh tentu saja tidak.
Tidak ada yang aneh jika tetangga saling mengunjungi kok.
Sang Woo jadi sedikit merasa
canggung dan bertanya apakah Dae Young memang pandai mendekati orang sejak dia
kecil? Soo Ji tertawa dan membenarkan, kemudian Soo Ji bercerita jika saat SD
Dae Young mengajak teman-temannya untuk datang ke warung Tteokbokki ibunya.
Karena hal itu dia mendapat si Lidah licin, selicin ular. Sang Woo merasa
julukan Dae Young sangat tepat.
Saat Sang Woo dan Dae Young
bermain bola bersama pun, dia berhasil menarik teman-teman se tim mereka untuk
mengikuti asuransinya. “Dia memang terlahir untuk hal itu, Dasar Saekki*!”
(Saekki=b*j*ngan) Ups Sang Woo tidak sengaja mengeluarkan kata makiannya di
depan Soo Ji. Tentu saja ini membuat Soo Ji kaget, “Saekki?” Sang Woo jadi
panik, namun Soo Ji menyelamatkan keadaan dengan ikut-ikutan memaki Dae Young
juga, hahaha.
Bahkan setelah bertahun-tahun Dae
Young tidak berubah sama sekali. Sang Woo merasa gugup namun lega karena Soo Ji
sepertinya tidak terganggu dengan makiannya pada Dae Young. Sang Woo kemudian
bertanya sepertinya Soo Ji dan Dae Young dekat sejak kecil? Dekat? “Heu… Dae
Young itu horangmabi” Soo Ji berkomentar.
“Apa maksudmu dengan horangmabi?”
Sang Woo bingung. Soo Ji takjub, apakah Sang Woo tidak tahu? Itu adalah istilah
yang sering digunakan orang tua. Itu artinya dia melakukan segalanya untuk
memuluskan jalannya. Ahhh… Karena Soo Ji seorang penulis dia memiliki kosataka
yang cukup kaya. Soo Ji jadi tersanjung mendengar pujian itu.
Soo Ji berkata dia memiliki
istilah lain, dan mengatakan sebuah kalimat yang terdengar seperti makian. Sang
Woo bahkan kaget mendengarnya, dia berpikir Soo Ji sedang memaki. Soo Ji pun
tertawa mendengarnya. Begitulah, itu bukan makian, tetapi rasanya menyegarkan
mengatakan hal seperti itu. Sang Woo pun ingin mencobanya, bahkan meniru gaya
bicara Soo Ji, tapi ternyata itu cukup sulit dilakukan, dan merekapun tertawa
bersama.
Dae Young sedang dalam perjalanan
menuju Villa, dan merasa telinganya gatal. Siapa yang sedang membicarakannya?
Dae Young kemudian meihat mobil Sang Woo dan kaget saat melihat Soo Ji keluar
dari mobil itu. Dengan penuh penasaran Dae Young mendekati mereka.
Sang Woo berterimakasih karena
berkat Soo Ji dia jadi punya kosakata baru. Soo Ji merasa itu bukan apa-apa, malah
dia yang harus berterimakasih. Dae Young datang dan langsung bertanya mengapa
Soo Ji keluar dari mobil Sang Woo?
Soo Ji memberi kode suka cita
pada Dae Young, sementara Sang Woo menjelaskan jika mereka menyelesaikan
pekerjaan bersama dan Sang Woo mengantar Soo Ji pulang. Oh begitukah? Mumpung
Sang Woo sudah ada disana, Dae Young mengajak Sang Woo makan bersama, dia akan
mentraktir.
Akh.. itu karena Dae Young
berjanji akan mentraktirnya makan setelah Sang Woo meminjamkan mobil yah?
Apakah Dae Young berniat untuk memberi makan Sang Woo di rumahnya? Akh inilah
yang disebut ‘horangmabi’ kan? Sang Woo bertanya pada Soo Ji, mendengar hal itu
Soo Ji langsung terawa sementara Dae Young bingung apa maksud ‘horangmabi’
Sang Woo tampak puas saat Dae Young tidak
mengerti. ;p
Sang Woo pun pamit pulang, dan
meminta Dae Young mentraktirnya makan besok saja. Setelah berpamitan pada Soo
Ji, dia pun masuk kedalam mobil dan sempat memanggil lagi Dae Young dengan
sebutan ‘horangmabi’ membuat Soo Ji tertawa melepas kepergiannya. Saat Mobil
Sang Woo semakin menjauh pergi pun Soo Ji terus melambaikan tangannya dan
berkata, “Sampai jumpa lagi”
Dae Young merasa Soo Ji sudah ada
kemajuan. Soo Ji juga senang luar biasa dengan hal itu. Dia bahkan tidak
melakukan banyak hal, namun semuanya berjalan begitu lancar sesuai harapannya.
Bahkan mereka tidak berhenti tertawa saat berada di dalam mobil. Benarkah?
Memangnya apa yang Sang Woo dan Soo Ji bicarakan? Ups.. Soo Ji bingung dan
akhirnya dia hanya berkata, mereka memaki seseorang? Wah… siapakah orangnya?
Apakah Dae Young mengenalnya, Dae Young jadi penasaran. Soo Ji yang makin
bingung dia tidak mengatakan jika Sang Woo dan Soo Ji membicarakan Dae Young
saat berada didalam mobil tadi, hahahaha…
Tiba di depan Villa, Soo Ji dan Dae
Young bertemu dengan Joo Seung yang sedang menerima delivery service ayam
gorengnya. Joo Seung menyapa Soo Ji dan mengajaknya makan bersama, dia sengaja
memesan itu untuk Soo Ji karena melihat Soo Ji sangat menyukai makan ayam
sebelumnya. Malah Dae Young yang bersemangat ingin makan Ayah, tapi Joo Seung
menepis tangan Dae Young yang ingin mengambil bungkusan Ayam goreng itu.
Kemudian berkata dengan judes jika dia hanya memesan untuk dua orang, jadi
tidak ada jatah untuk Dae Young.
Soo Ji jadi menahan tawa melihat
penolakan Joo Seung pada Dae Young. Soo Ji berkata pada Joo Seung agar dia ke
atas duluan, dia akan mengganti baju dan mencuci tangannya dulu. Joo Seung
mengiyakan dan pamit ke atas duluan sambil tersenyum bahagia.
Dae Young merasa kesal pada Joo
Seung yang bergitu diskriminatif, mengapa dia overacting begitu hanya karena
Ayam goreng? Soo Ji senyum-senyum saja mendengar keluhan Dae Young. Kemudian
Dae Young mengambil kesimpulan jika dunia akan segera berakhir karena Soo Ji
tiba-tiba jadi populer. Apa maksudnya?
Hubungan Soo Ji dan Sang Woo
semakin dekat, lalu ada Joo Seung yang menyukainya. Benarkah? Bukannya senang,
Soo Ji malah cemas, jika benar Joo Seung menyukainya, dia akan berakhir dengan
menyakitinya. Dae Young malah beran mengapa Soo Ji malah mencemaskan hal itu
sekarang? Tentu saja dia cemas, Soo Ji juga menyukai Sang Woo dengan sepihak
untuk waktu yang lama, jadi dia tahu bagaimana rasanya.
Lalu apa yang akan Soo Ji
lakukan? Dengan penuh semangat Soo Ji berkata akan menghentikannya sebelum Joo
Seung semakin menyukainya. Dae Young merasa itu tidak benar, Soo Ji terlalu berlebihan, Joo Seung bahkan
belum mengatakan perasaannya pada Soo Ji. Lebih baik jangan melakukan hal itu.
Soo Ji tampak tak peduli dengan pendapat Dae Young dan naik ke atas saja tanpa
mendengarkan Dae Young sama sekali.
Soo Ji mencium aroma ayam goreng
dengan kegembiraan luar biasa. Joo Seung tersenyum bahagia melihat ekspresi Soo
Ji.
Joo Seung menyodorkan sepotong paha ayam padanya. Soo Ji berpikir, makan dulu,
setelah itu baru berbicara pada Joo Seung. Tapi Soo Ji menolak tawaran paha
Ayam itu karena dia sedang diet, jadi dia hanya akan memakan bagian dada nya
saja.
Dae Young datang tiba-tiba dan
mengambil paha Ayam yang ditawarkan Joo Seung pada Soo Ji. Kedatangan Dae Young
mengacaukan suasana, terutama suasana hati Joo Seung, apalagi Dae Young
langsung melahap ayamnya tanpa permisi. Dae Young mengagumi selera Joo Seung
memesan ayam goreng, Rasa pedas dan Keju, perpaduan yang tepat. Joo Seung kesal
dan berkata dia tidak membeli ayam itu untuk Dae Young. Jika Dae Young mau
makan ya pesan sendiri saja. Kemudian dia merebut kembali ayam goreng dari
tangan Dae Young.
Dae Young langsung mengeluarkan
senjatanya, bungkusan lobak yang biasanya satu paket dengan Ayam Gorengnya.
Memakan Ayam Goreng tanpa Lobak seperti makan sushi tanpa Wasabi. Soo Ji kaget
dan mencari lobak untuk Ayam Gorengnya, bagaimana itu bisa ada pada Dae Young?
Pengantarnya tadi lupa dan dia mengantarkannya kembali.
Soo Ji dan Joo Seung terlihat
kesal, kemudian Dae Young mengeluarkan dua bungkusan lobak lagi, Dia adalah Go
Dae Young, dia meminta ekstra lobak gratis, jadi mereka bisa mendapatkan
masing-masing satu bungkus lobak. Apakah dengan ini Dae Young bisa ikut berbagi
makan Ayam Goreng? Dae Young mengambil kembali Ayamnya dari tangan Joo Seung dan lanjut makan. Soo Ji dan Joo
Seung sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi dan mereka pun mulai ikutan makan.
Semua orang menikmati Ayam
Gorengnya, sesekali Joo Seung menatap Soo Ji yang sangat menikmati makanannya
dan dia tersenyum malu. Dae Young merasa aneh dengan sikap Joo Seung, tapi saat
melihat Dae Young, dia langsung memasang wajah kesal seperti biasanya.
Dae Young kemudian bertanya pada
Soo Ji, bukan kah ada yang ingin Soo Ji katakan pada Joo Seung? Akh Soo Ji
belum sempat mengatakannya ya? Dae Young hampir saja mengatakannya, tapi Soo Ji
langsung membekap mulut Dae Young dengan tangannya yang penuh remah tepung Ayam
goreng. Dae Young kesal karena Soo Ji jorok, untuk mengalihkan Joo Seung, Soo
Ji pun mengajak Joo Seung untuk membeli bir.
Joo Seung jadi anak penurut yang
mengikuti Soo Ji saat mereka membeli bird an berkata dia yang akan membayar,
tapi saat di kasir dia melihat Hye Rim dengan dadanya yang agak terekspos *ups*
Joo Seung tampak terpesona dan lupa untuk membayar. Saat Soo Ji akan membayar,
dia baru tersadar dan langsung ke luar dari minimarket.
Hye Rim bertanya, siapa dia?
Sepertinya dia tidak pernah meliat Joo Seung sebelumnya di daerah itu? Soo Ji
berkata Joo Seung tinggal di Villa mereka.
Soo Ji keluar dan melihat Joo
Seung berdiri mematung di luat minimarket sambil menatap Hye Rim yang ada di
dalam. Joo Seung bertanya pada Soo Ji, “Apakah Kau mengenal gadis itu? Kau
terlihat seperti mengenalnya. Apa mungkin… dia sudah memiliki seorang kekasih?”
Joo seung bertanya seperti itu, tanpa melepaskan pandangannya dari Hye Rim yang
sedang mengecek penampilannya di cermin. Soo Ji bingung sendiri dengan
pertanyaan Joo Seung.
Esok harinya, Nenek membawakan
makan siang untuk Joo Seung, tapi dia tidak ada di kamarnya. Nenek kaget saat
melihat gentong saus kacangnya terbuka. Dia kesal dan bertanya-tanya siapa yang
mengambilnya? Namun saat mengeceknya itu sisa dari terakhir kali dia mengambil
saus kacang. Nenek pun menutup gentongnya dan kembali ke bawah.
Setelah Nenek pergi, Ahjuma Kim
keluar dari persembunyiannya, Aha… ternyata dia yang berniat mengambil saus
kacang itu. Ahjuma Kim mendapat telepon dari suaminya dan berkata dia sedang
membeli saus kacang, sambil memasukan saus kacang milik nenek ke dalam wadah.
Suaminya minta di belikan cabe juga. Ahjuma Kim tadinya ingin mengomel, tapi
dia melihat tumbuhan cabe milik Nenek dan berkata pada suaminya, disana juga
menjual cabe. Setelah menutup telepon,
Ahjuma Kim mengambil bebepa buah cabe.
Soo Ji akan membeli air minum,
tapi stok di lemari pendingin habis. Soo Ji memiberitahu Hye Rim dan dengan
gaya sok bossy nya Hye Rim memanggil asisten barunya untuk mengambilkan stok
air minum dan memasukannya ke dalam pendingin. Soo Ji kaget saat melihat pria
baru Hye Rim adalah Joo Seung, bahkan lebih kagey karena Joo Seung membiarkan
Hye Rim memanggilnya “Hey!” Tapi saat Soo Ji mengajaknya berbicara, Joo Seung
100 % mengabaikannya.
Saat Soo Ji membayar air
minumnya, Hye Rim masih memerintah Joo
Seung, dan Soo Ji merasa tidak enak dengan hal itu, apalagi Hye Rim terus
memanggil Joo Seung dengan sebutan ‘Hey’ Soo Ji mengatakan pada Hye Rim bahwa
Joo Seung seumur dengannya.
Hye Rim jadi merasa bersalah dan minta maaf. Hye Rim mengatakan Joo Seung tidak perlu
membantunya, tapi Joo Seung malah terlihat tidak senang. Soo Ji pun mengajak
Joo Seung pergi bersamanya, tapi Joo Seung menolak dengan dingin dan mengatakan
agar Soo Ji pergi saja sendiri. Soo Ji bingung dan merasa kesal, baiklah dia akan pergi.
Joo Seung kemudian bertanya pada
Hye Rim dimana dia harus membuang kardus nya? Hye Rim menunjukkan tempatnya
dan memanggil Joo Seung dengan sebutan
“Oppa” membuat Joo Seung tersipu mendengarnya. Joo Seung tampaknya senang
dengan panggilan itu dan pergi untuk membuang kardus dengan hati riang,
sementara Soo Ji melihat tingkahnya dengan sebal. Lucu sekali, hah?
Ternyata Joo Seung sama sekali
tidak jatuh cinta pada Soo Ji kok ;p
Bersambung ke part 2
***
OMG, Joo Seung pervert sekali yah? perhatiannya langsung beralih dari Hye Rim ke Soo Ji karena pakaian seksi nya Hye Rim, ckckck.
Suka liat interaksi Soo Ji dan Sang Woo pas di perpus dan di mobil, lucu aja sih liatnya >.< apalagi pas mereka kompak ngomongin Dae Young, dan ternyata mereka sepaham tentang Dae Young ;p
Dan ternyata aku belum bisa move on, karena adegan favorite ku di episode 7 adalah saat Soo Ji mengatakan "Samchongsa" yang artinya The Three Musketeers, langsung seneng aja dengernya >.< yah sih sebenernya bukan maksud Samchongsa yang itu, tapi kan tapi... Akh... langsung ke inget sama Crown Couple deh, itu penulisnya sengaja apa kebetulan aja sih yah~~~
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Huhu. Blm smpt download krn kuota abis.. Makasih mbak sinopsisnya.. Btw di bagian komentar kayanya ada yg janggal... Gatau knp...biarpun ga nonton season1, aku kepengen sooji sm sangwoo... Trs daeyoung berubah pikirannya ttg pernikahan yg "merepotkan". Mbak irfa, kl aku berpikir daeyoung sm sookyung(?) putus krn sookyung minta nikah bener ga ya? Hahaha._.
BalasHapus