Da Jin akhirnya memutuskan menerima tawaran Choi Ajussi untuk
tinggal di rumahnya agar Ppo Song bisa tidur nyaman dalam sebuah ruangan.
Choi
Ajussi datang ke kamar baru Da Jin membawakan minuman, dia berkata pada dirinya
sendiri, karena ruangan yang kini ditempati Da Jin telah lama kosong, dia baru
sadar bahwa ruangan itu sangat dingin. Choi Ajussi menatap Ppo Song yang telah
tertidur lelap dengan sebuah kompres di keninggnya, untuk mengembalikan suhu
tubuh normalnya. Choi Ajussi berkata pada Da Jin: “Kau bisa masuk kapanpun
kau mau ke rumah ini, tapi kau tidak bisa pergi seenakanya” Da Jin tertawa
mendengar kata-kata Choi Ajussi namun tak berkata apapun. Choi Ajussi menyuruh
Da Jin untuk istirahat dan meninggalkan Da Jin dan Ppo Song di dalam kamar
mereka.
Da Jin menatap Ppo Song dan berkata: “Besok, Eonni akan
melakukan Tes Simulasi. Eonni berada dalam masalah besar. Tapi, kau tetap
mempercayai Eonni kan? Eonni akan melakukan yang terbaik besok. Jadi Eonni bisa
membayar semua hutang. Lalu kita bisa tinggal di rumah yang lebih bagus dari
disini. Aku janji” Da Jin tertawa melihat Ppo Song yang masih tertidur, sangat
terlihat bahwa dia ingin membahagiakan adiknya itu.
Da Jin melanjutkan perkataannya: “Oleh karena itu, Urri Ppo
Song-a tidak boleh sakit. Kau harus selalu ada disampingku. Kau Janji?” Da Jin
menghela nafas dengan penuh senyuman, lalu mulai merasakan dinginnya malam. Da
Jin pun mengikuti Ppo Song untuk berlindung dibalik selimut. Hingga Esok paginya, Da Jin terlelap sambil memeluk Ppo Song dari belakang.
Hari Tes simulasi pun tiba. Kim Yun Seong bertindak sebagai penguji
khusus karena dia sangat detail dalam melaporkan keaadaan dalam setiap masalah
penerbangan yang terjadi. Teman Da Jin gugup menghadapi tes ini, Da Jin
berusaha tenang namun sesungguhnya dia pun gugup.
Ingat kapten Pilot yang yang menyuruh Yun Seong lari
keliling lapangan terbang? Dia mengikuti Tes simulasi ini, dan gagal.
Saat
keluar dari set Simulasi, Kapten berjalan gontai. Yun Seong memanggilnya dan
menyebutnya pembunuh, karena jika dalam keadaan real, Kapten asti sudah
membunuh 300 penumpang dengan pendaratan seperti itu. Kapten tidak terima
dengan kata-kata Yun Seong dan bilang, bahwa Yun Seong pun sama saja dengannya.
Dengan tegas Yun Seong berkata bahwa penyebab Kapten hari ini gagal tes adalah
karena Kapten terlalu berbangga diri. Yun Seong berkata bahwa, Pilot seperti
Kapten yang tidak takut apapun bisa menjadi Bom yang merenggut nyawa orang yang
tidak bersalah. Yun Seong dengan kejam berkata, Sebaiknya Kapten berhenti saja
jadi pilot dari sekarang.
Da Jin melihat kejadiaan ini, mendengar semua perkataan Yun
Seong pada Kapten, karena sekarang gilirannya melakukan Tes simulasi. Kapten
melihat Da Jin, dia merasa sedikit malu apalagi saat Da Jin memberinya salam.
Kapten tidak tahu harus berkata apa dia hanya bergunam pada dirinya sendiri,
berbangga diri??. Kapten pun pergi, Da Jin menatap Kapten dengan perasaan Iba.
Da Jin dipanggil untuk tes simulasinya. Da Jin pun
masuk ke set Simulasi. Dia berpatner dengan Kapten Jang Dae Yeong, pilot yang dompet
dipungut Yun Seong saat penerbangan pesawat Kargo beberapa waktu lalu. Da Jin
memberi salam dan berharap mereka bisa bekerja sama dengan baik. Namun Kapten Jang
mengacuhkannya.
Tes pun dimulai, Da Jin sungguh berusaha keras untuk tes ini,
namun Kapten Jang nampak tak bersemangat dan asal-asalan. Saat Set Tes mulai
bergoncang, Da Jin mengusulkan beberapa alternative pemecahan masalah, namun
Kapten Jang tidak peduli dan malah asyik dengan pikirannya sendiri. Da Jin
mulai panik, Kapten akhirnya menanggapi, namun terlambat masalahnya jadi makin
rumit dan guncangan semakin besar, pada akhirnya mereka berdua tidak bisa
mengatasi masalah ini dengan baik dan membuat Tes simulasi yang mereka dijalani
dinyatakan gagal.
Da Jin keluar dari set dengan wajah kusut sementara Kapten
Jang terlihat biasa saja, sama sekali tidak terlihat kesal dengan kegagalan
ini.
Yun Seong yang sejak tadi mengawasi tes yang mereka lalukan mendekat ke
arah keduanya. Yun Seong berkata pada kapten Jang: “Aku tahu kau ingin
menyerah, tapi ini terlalu jauh” Da Jin dan Kapten Jang berbalik melihat Yun
Seong yang kemudian berkata: “Kapten Jang Dae Yeong, apakah hanya sebatas itu
kemampuanmu? Apa bagimu Kokpit itu sebuah permainan? Apakah nyawa 300 penumpang
merupakan permainan bagimu? Dengan sikapmu yang seperti ini, Berhenti menjadi
Pilot adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan banyak orang. Jangan
membahayakan orang lain lagi, Cukup dirimu saja yang hancur dan mengalami
kerusakan.”
Jang Dae Yeong sama sekali tak membalas kata-kata Yun Seong,
malah Da Jin yang mengintrupsi Yun Seong: “Kapten Kim, bukankah itu terlalu
keras? Apakah kau harus mengatakan hal seperti itu saat ini?” YUn Seong
langsung menatap Da Jin dan bertanya: “Lalu Apakah aku harus menghiburnya
sekarang? Pilot yang tidak mampu dan tidak berkualifikasi memiliki perbedaan
yang sangat besar. Setelah kau membunuh orang, apa kau ingin dihibur?”
Jang Dae Yeong tak berkata apapun dan pamit pada Yun Seong
dan Da Jin. Da Jin terlihat sangat tidak nyaman pada keadaan ini. Dia jelas
tidak suka dengan semua kata-kata Yun Seong pada kapten Jang. Yun Seong tahu
hal itu. Tapi itulah yang harus dilakukannya.
Yun Seong pun memberi nasihat
pada Da Jin, jika Da Jin tidak ingin gagal pada tes kedua, Da Jin lebih baik
mengganti patner Tes nya. Da Jin tidak menanggapi saran Yun Seong dan pamit
dengan hati yang masih tak nyaman.
Da Jin mengejar Kapten Jang dan mengajaknya untuk datang ke
set simulasi besok jam 3 agar mereka bisa latihan untuk tes simulasi
berikutnya. Kapten Jang tak menanggapinya. Da Jin berkata, masih ada kesempatan
untuk lulus di tes kedua bukankah mereka sebaiknya berusaha sebaik mungkin.
Kapten Jang masih tak menggubris dan malah pergi begitu saja.
Da Jin dan dua orang temannya berakhir di kedai minuman. Da Jin
stress karena tak lulus di Tes Simulasi, padahal kedua temannya saja lulus.
Kedua temannya bahkan heran mengapa orang yang sedang gagal tes malah begitu bernafsu makan. Da Jin bilang dia harus banyak makan agar kuat. Membuat
kedua temannya melongo melihat kelakuannya.
Dong Soo tertawa meremehkan mendengar hal ini
dan langsung berkomentar, “Jadi benar-benar ada ya? Seorang Pilot yang gagal
tes Sim? Setelah semua kau pelajari berhari-hari, dan kau gagal? Aku saja bisa
mengemudikannya dengan mata tertutup,, seperti ini?” Da Jin tak senang mendengar komentar Dong Soo yang
meremehkannya.
Da Jin langsung mendatangi Dong Soo dengan hati kesal. Dia
berkata pada Dong Soo, “Apa yang sebenarnya kau pikirkan tentang kami? Seragam
yang Stylish dengan strip emas? Apa kau tahu apa artinya tes simulasi bagi
seorang pilot?” Dong Soo langsung menunduk, dia tak mengira Da Jin akan semarah
ini.
“Jika kami gagal dua kali, maka kami harus melepaskan
seragam kami. Uji kesehatan, Pemeriksaan perushaan dan Tes Sim dilakukan dua
bulan sekali. Ada 12 bulan dalam setahun. Kami melewati ujian seperti siswa
sekolah. Kami hanya memiliki rentang hidup setiap dua bulan, jika kami gagal,
kami akan berakhir di jalanan.” Da Jin menjalaskan apa yang dialami seorang
pilot selama hidupnya pada Dong Soo yang meremehkan profesinya. Dong Soo hanya
bisa menatap Da Jin yang masih terlihat kesal, dia tak berani membalas satu
patah kata pun dari Da Jin.
“Tapi apa kau bilang? Kau bisa melakukannya sambil menutup
mata? Sambil menutup mata?” Tanya Da Jin
penuh amarah. Dong Soo mencoba menjelaskan, bukan itu maksudnya, tapi Da Jin tak
mau dengar dia kembali bertanya, “Apa kau ingin mati?” sambil menodongkan
sendok yang dipegangnya sejak tadi pada Dong Soo.
“Kau hanya bisa berkata-kata saja” kata Da Jin kesal lalu
pergi meninggalkan Dong Soo yang mulai merasa bersalah dengan apa yang telah
dikatakannya. Da Jin kembali ke mejanya dan mengajak kedua temannya meneruskan
makan. Dong Soo melihat Da Jin, dia benar-benar merasa bodoh dengan apa yag telah
dikatakannya. Dia hanya tak menyangka reaksi Da Jin akan seekstrim itu.
Da Jin mondar mandir di tempat tes simulasi. Dia menanti
kapten Jang yang tak kunjung datang untuk latihan. Da Jin cemas dan terus
melihat jam tangannya. Da Jin mulai putus asa. Akhirnya dia berguman pada diri
sendiri, dia harus mengganti Patnernya, dia harus melakukan itu.
Maka pergilah Da Jin ke rumah kapten Jang, bermaksud meminta
maaf karena dia berniat mengubah patner untuk tes simulasi putaran kedua. Di
perjalanan menuju rumah kapten Jang, Da Jin berusaha berlatih untuk melakukan
permintaan maaf ini, tapi Da Jin masih kebingungan bagaimana dia harus
melakukan hal itu, dia pun jadi frustasi sendiri.
Da Jin meneruskan perjalanan sambil berlatih apa yang akan
dikatakannya pada kapten Jang. Da Jin pun hampir tiba di kediaman Kapten Jang,
sayangnya Da Jin malah melihat Kapten Jang yang sedang terburu-buru, tampak
seperti akan keluar rumah.
Da Jin pun mengikuti Kapten Jang yang mendatangi sebuah
taman kanak-kanak. Da Jin mencari keberadaan Kapten Jang dan akhirnya
menemukannya sedang minta maaf pada seorang wanita karena kelakuan anaknya yang
telah memukul anak dari wanita tadi. Kapten Jang meminta maaf dan berjanji hal
itu tidak akan terjadi lagi. Da Jin melihat kejadian itu, dia pun melihat bahwa
anak kapten Jang pun terluka, dia kemudian menghela nafas.
Kapten Jang memarahi putranya yang bernama Bo Ram karena telah
berani berkelahi saat mereka keluar dari sekolah. Da Jin menemui Kapten Jang
dan berkata bahwa dia telah menunggu selama dua jam, apakah Kapten Jang lupa
hari ini mereka akan latihan? Kapten Jang hanya diam. Saat Da Jin berkata bahwa
ada sesuatu yang ingin dia katakan, Kapten Jang langsung menyela dengan
berkata sesuatu pada Da Jin.
“Ganti saja Patnermu” Da Jin kaget mendengar kata-kata Kapten Jang.
Da Jin: “Apa?”
Kapten Jang: “Apa kau tidak mengerti bahasa Korea? Aku
berkata, ganti saja patnermu. Aku sudah
menyerah”
Da Jin: “Sebenarnya aku datang, untuk mengatakan padamu
bahwa aku ingin mengganti patnerku. Tapi aku tidak tahu bagaimana harus
mengatakanya. Aku merasa bersalah karena hal ini, tapi sepertinya aku tidak
seharusnya merasa begitu.”
Da Jin menatap Kapten Jang yang kini tak berani menatap Da
Jin.
Da Jin: “Menyerah? Mengapa kau bisa berkata kau menyerah dengan
mudah? Apa kau tidak punya kebanggaan menjadi seorang pilot?”
Kapten Jang tertawa terbahak lalu berkata: “Kebanggan? Jika aku
akan pergi dan gagal melalui tes, maka aku akan mati, apakah kau akan itu mati
bersamaku? Lalu bagaimana aku harus melindungi kebanggaan menjadi seorang
pilot?”
Da Jin: “Bukan itu yang aku maksud”
Kapten Jang: “Satu-satu nya jalan terbaik, agar kau bisa
bertahan hidup adalah membiarkan aku menyerah, pulanglah dengan merasa
bersyukur”
Lalu Kapten Jang dan putranya pergi meninggalkan Da Jin didepan taman kanak-kanak itu. Da Jin kembali merasa
frustasi.
Guru dan Ibu teman Bo Ram keluar sekolah. Gurunya meminta maaf untuk
kelakuan Bo Ram. Guru menjelaskan bahwa Ibu Bo Ram telah meninggal karena
kecelakaan mobil beberapa waktu lalu. Ibu teman Bo Ram mengerti mengapa Bo Ram
jadi seprti itu, karena dia merasa kehilangan ibunya. Da Jin kaget mendengar
semua itu.
Da Jin memikirkan kata-kata guru Bo Ram, bahwa pasti sulit
bagi ayah Bo Ram membesarkan Bo Ram sendirian, padaha Bo Ram sangat bangga
memiliki Ayah seorang pilot. Da Jin kemudian memutuskan sesuatu untuk hal ini.
Da Jin kembali menemui Kapten Jang. Da Jin berkata pada
Kapten Jang untuk tidak meyerah. Da Jin berkata, bahwa Bo Ram pasti tidak ingin
hal itu terjadi. Bo Ram pasti bermimpi untuk jadi seperti ayahnya suatu hari
nanti, jadi jangan mengecewakannya. Kapten Jang berkata bahwa Da Jin terlalu
sok tahu jika tidak tahu masalah sebenarnya. Da Jin berkata, mungkin orang lain
tidak akan mengerti, tapi dia mengerti bagaimana beratnya membesarkan seorang
anak sendirian. Da Jin lalu menceritakan bahwa orang tuanya meninggal 7 tahun
lalu dan selama ini dia harus membesarkan adiknya seorang diri.
Kapten Jang kaget mendengar hal ini. Dia berbalik dan
menatap Da Jin. Da Jin berkata, “Setiap dia akan pergi untuk terbang, aku harus menitipkannya pada orang lain atau
kadang membawanya saat bekerja. Dia sudah seperti kartu kredit yang bisa
ada dimana saja. Aku merasa sangat bersalah dan kasihan padanya. Setiap kali
terjadi sesuatu padanya, aku selau ingin meyerah, entah itu saat perutnya sakit
atau dia terkena demam, aku tetap menitipkannya pada orang lain saat aku harus
terbang. Saat dia memasuki sekolah dasar, aku tidak bisa pergi piknik
bersamanya atau bermain dengannya dalam satu tim. Tapi,,, Urri Ppo Song-a
selalu berkata bawa dia bangga padaku. Dia berpiki bahwa seorang pilot lebih
hebat dari seorang presiden. Dia bilang dia bangga padaku saat aku memakai
seragam. Jadi meskipun aku memiliki adik yang sakit, aku tidak bisa menyerah.
Aku tidak akan menyerah. Karena Urri Ppo Song sangat bangga padaku. Karena itu
adalah harapannya. Bo Ram pun pasti merasakan hal yang sama” Da Jin mengatakan
semuanya dengan mata berkaca-kaca hampir mengangis tapi dengan senyuman
terkembang di wajahnya. Kapten Jang hanya bisa menatap Da Jin tanpa bisa
berkata apa-apa.
Da Jin menghela nafas dan berkata. “Gagal pada tes simulasi
adalah hal yang memalukan bagi seorang pilot. Tolong jaga kebanggan sebagai
seorang pilot hingga akhir, Kapten. Itu Untukmu, Untuk Bo Ram juga, Jadi aku
harap kau jangan menyerah, aku memohon padamu” kata Da Jin sambil berakhir
dengan membungkukan badannya dan tersenyum lalu memberikan semangat pada kapten
Jang. Lalu Da Jin pun pergi meninggalkan Kapten Jang untuk berpikir.
Da Jin berjalan pulang menuju rumahnya melewati rumah Yun
Seong. Tak lama Mobil Yun Seong pun tiba di depan rumahnya. Yun Seong keluar
dari mobil saat Ppo Song berlari menyambut kedatangan Da Jin.
“Kapten” kata Ppo Song sambil berlari menuju Da Jin. Yun
Seong mendengar panggilan itu dan menolah. Dia melihat Da Jin dan Ppo Song
sedang bersama. Da Jin memeluk Ppo Song dan bertanya sedang apa Ppo Song diluar
dia bercanda dengan Ppo Song dan tertawa bersama, tampak sangat bahagia. Da Jin
pun mengajak Ppo Song pulang sambil bernyanyi bersama. Yun Seong melihat semua
itu dari kejauhan, dia merasa terharu melihat keakraban antara Da Jin dan Ppo
Song.
Yun Seong terus menatap Da Jin dan Ppo Song yang semakin
menjauh. Yun Seong menatap mereka seolah merindukan kehangatan keluarga, karena
selama ini dia selalu hidup sendiri. Tanpa Yun Seong sadari, Hong In Tae
memperhatikannya dari halaman rumahnya. Dia menatap tidak senang pada Yun
Seong.
Hari tes simulasi kedua pun tiba. Da Jin datang ke bandara
dengan wajah sumringahnya. dia menyapa setia orang yang ditemuinya. Yun Seong
melihat Da Jin dan memanggilnya. Yun Seong bertanya apakah Da Jin mengganti
Patnernya. Da Jin bilang dia tidak akan mengganti Patnernya. Yun Seong kecewa
mendengar hal itu dan bertanya apakah menurut Da Jin itu adalah keputusan yang
bijak. Da Jin berkata, Yun Seong bilang dia adalah Pilot yang buruk, tapi dia
tidak bisa menjadi orang yang buruk dnegan meninggalkan orang-orang yang
menghambatnya. Da Jin ingin berjuang bersama bukan meninggalkannya di belakang,
meskipun mungkin dia akan jatuh karena hal itu.
Da Jin pun pamit pada Yun Seong yang masih heran dengan
pemikiran Da Jin dan sikap ceria yang ditunjukkannya pada semua orang. Yun
Seong pun masih menatap Da Jin dari kejauhan saat Da Jin berjalan menuju tempat
tes simulasi.
Tes simulasi putaran kedua dimulai. Da Jin sudah
bersiap-siap, tapi Kapten Jang belum datang. Penguji bertanya kemana Kapten
Jang, Da Jin berkata, tunggu saja sebentar lagi, dia pasti akan datang, Tak
Lama Kapten Jang pun datang. Secara tersirat Kapten Jang berterimakasih pada Da
Jin karena membuatnya tidak menyerah.
Tes simulasi pun dimulai, semuanya
berjalan lancar, saat masalah terjadi, Da Jin menarankan agar mereka mulai
terbang ke arah kiri, namun Kapten Jang berkata ini bukan waktunya. Kapten Jang
mengunggu waktu yang tepat, dan masalahpun dapat diatasi dengan sangat baik. Da
Jin tersenyum, karena dengan ini mereka tentu saja akan lulus tes.
Kapten Jang
bertanya pada Da Jin, apakah dengan ini dia sudah memenuhi kualifikasi sebagai
ayah? Da Jin meng iyakan dan mengatakan bahwa Kapten Jang adalah Kapten yang
hebat.
Yun Seong yang mengawasi tes ini dari ruang pengawas
tertegun melihat perubahan besar dalam diri kapten Jang, dia masih tak mengerti
bagaimana orang seperti Da Jin bisa merubah orang hanya dalam hitungan hari.
Hari pun berganti. Da Jin bersiap untuk penerbangan
berikutnya, dia melihat Kapten Jang bersama Bo Ram dan menyapa mereka. Bo Ram
berkata bahwa hari ini dia akan terbang bersama Ayahnya. Da Jin iri dan berkata
diapun ingin mengajak Ppo Song terbang bersama. Kapten Jang akan mengemudikan
pesawat pada shift kedua, Da Jin berkata dia akan mendampingi Kapten dengan
baik hari ini. Kapten Jang kemudian meminta Bo Ram untuk pergi lebih dulu dan
menunggunya di kursi tunggu, karena dia ingin berbicara dengan Da Jin.
Kapten
Jang berterimakasih pada Da Jin, tapi dia berkata setelah penerbangan hari ini
dia akan melepaskan seragamnya, bukan berarti dia menyerah, dia hanya berpikir
inilah waktunya untuk berhenti. Da Jin kaget mendengarnya dan mencoba
mencegahnya, namun keputusan Kapten Jang sepertinya sudah bulat, dia pun pamit
pada Da Jin.
Bo Ram
terbangun diam-diam, dia berkata pada sebuah kotak yang dibawanya, “Omma,
tunggu sebentar lagi ya?” Bo Ram berjalan dan mencoba membuka pintu pesawat
yang ada di dekat kursinya. Namun dia kesulitan dan berjalan lagi mencari pintu
lain yang bisa dia buka.
Bo Ram mencoba membuka pintu pesawat yang ada didekat Wc,
tentu saja dia pun tidak bisa membukanya dengan mudah. Sialnya ada seorang
penumpang yang melihat aksinya itu. Penumpang itu langsung menyeret Bo Ram dan
membawanya pada pramugari, kericuhan mulai terjadi di kabin. Penumpang itu
meributkan bagaimana bisa orang tua anak itu membiarkan anaknya berkeliaran dan
mencoba membuka pintu pesawat, bukankah itu akan membahayakan banyak orang.
Penumpang bertanya siapa orang tua Bo Ram.
Kapten Jang terbangun mendengar keributan. Dia kaget saat
menyadari Bo Ram tidak ada disampingnya. Kapten Jang segera pergi ke kabin.
Penumpang tersebut bertanya apakah Kapten Jang orang tua Bo Ram?
Kapten Jang
hanya minta maaf dan mulai memarahi Bo Ram. Kapten Jang memukul pantat Bo Ram
sambil bertanya mengapa Bo Ram melakukan hal itu? Kapten Jang berkata mengapa
Bo Ram tidak mendengarkannya, bukankah Ayahnya sudah mengatakan bahwa Bo Ram
tidak boleh pindah dari tempat duduknya.
Bo Ram menangis dan berkata bahwa dia membenci ayahnya,
karena tak mengerti perasaannya. Bo Ram terus menangis, Kapten Jang kembali
memukul pantatnya hingga kotak yang dibawa Bo Ram terbuka, ternyata isi kotak
itu adalah surat-surat yang ditulis Bo Ram untuk Ibu nya di surga. Kapten Jang
melihat surat-surat itu dan menatap Bo Ram yang masih menangis karena
kemarahannya. Semua penumpang dan kru kabin merasa terharu melihat surat-surat Bo
Ram.
Lee Joo Ri menghubungi Kokpit terjadi sedikit keributan di
kabin, dan penumpang sedikit sulit ditenangkan, padahal mereka sudah
menjelaskan bahwa pintu pesawat tidak akan bisa dibuka oleh seorang penumpang.
Temannya menyuruh Joo Ri berhenti karena Kapten Jang langsung yang meminta maaf
pada para penumpang.
Kapten Jang membungkukan badannya, dia meminta maaf pada
para penumpang. Dia menjelaskna bahwa Ibu Bo Ram meninggal setahun yang lalu
karena sebuah kecelakaan mobil. Karena dia seoranf pilot, dia jadi jarang
dirumah untuk menghilangkan kesepian Bo Ram setelah kematian ibunya. Beberapa
hari yang lalu sekolah TK Bo Ram pun menelpon dirinya dan mengatakan bahwa Bo
Ram berkelahi dengan temannya, saat Kapten Jang bertanya mengapa dia melakukan
itu. Katanya Temannya mengejeknya dan menyebutnya bodoh. Baru-baru ini Bo Ram
belajar menulis di sekolahnya, setiap hari dia menulis surat untuk ibunya.
Temannya menyebut dia bodoh karena menuliskan surat pada Ibunya yang telah
meninggal, kemana dia akan mengirimkannya. Bo Ram berkata bahwa Ibunya ada di surga
dan dia tidak meninggal. Karena Bo Ram mempercayai bahwa ibunya ada di surga,
dia berpikir jika dia mengirimkan suratnya dari langit, suratnya tersebut akan
sampai ke ibunya yang ada di surga. Tanpa sepengatahuannya Bo Ram membawa semua
surat itu hari ini dan berpikir bahwa wajah ibunya pasti bahagia saat menerima
suratnya. Dia berpikir dia bisa mengirimkan surat untuk ibunya jika dia bisa
membuka pintu pesawat dan melemparkan semua surat itu dari pesawat.
Kapten Jang meminta maaf pada semua penumpang dan meyakinkan
bahwa pintu pesawat tidak akan bisa terbuka, karena dia seorang pilot yang
mengetahui itu dengan baik, jadi kapten Jang berharap para penumpang bisa
melewati penerbangannya dengan tenang. Kapten Jang kembali menundukan kepalanya untuk
meminta maaf pada para penumpang. Para kru kabin terharu melihat hal tersebut. Penumpang yang memarahi Bo Ram tadipun jadi sedikit tak enak hati karena sudah
membuat keributan di kabin.
Da Jin dan Yun Seong yang ada di kokpit mendengar semua
perkataan kapten Jang. Da Jin bertanya apakah mereka bisa mewujudkan harapan Bo
Ram menjadi kenyataan, mungkin mereka bisa membuka pembuang asap untuk
menyebarkan surat-surat itu keluar? Yun Seong langsung berkata, apakah Da Jin
kehilangan pikirannya. Da Jin berkata, bukankan ada kemungkinan untuk melakukan
hal itu, walaupun hanya satu surat saja. Yun Seong dengan tegas berkata, dalam
sebuah penerbangan dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang akan membahayakan
penerbangan mereka terjadi begitu saja. Da Jin mencoba membujuk Yun Seong, tapi
Yun Seong dengan tegas menyuruh Da Jin mengecek cuaca.
Pesawat mereka pun tiba di bandara Australia dengan selamat.
Kapten Jang menuntun Bo Ram dan mengajaknya duduk di kursi tunggu. Kapten Jang
membenarkan tali septum Bo Ram yang kendor. Bo Ram meminta maaf pada ayahnya
dan mengakui kesalahannya. Kapten Jang berkata dia taka pa-apa. Bo Ram berjanji
tidak akan melakukan hal itu lagi. Kapten Jang pun meminta maaf karena selama
ini hanya bisa marah dan menyalahkan Bo Ram tanpa tahu perasaannya. Bo Ram
bilang taka pa-apa dia baik-baik saja. Kapten Jang lalu memeluk Bo Ram dengan
penuh kasih sayang. Yun Seong melihat momen indah itu dengan hati terharu.
Da Jin mendatangi beberapa tempat penyewaan pesawat Cessna.
Dia ingin menyewa sebuah pesawat dan menerbangkannya untuk memenuhi impian Bo
Ram, tapi semua tempat itu menolaknya. Lalu Da Jin teringat bahwa Kim Yun Seong
dulunya bekerja di TY Airlines.
Da Jin pun mendatangi Kim Yun Seong yang sedang
bersantai di pinggir kolam renang hotel. Da Jin meminta bantuan Yun Seong untuk
meminjamkan pesawat Cessna dari TY Airlines untuk bisa mewujudkan impian Bo
Ram.
Tapi Yun Seong hanya mengabaikannya sambil melepas baju handuknya untuk
siap-siap berenang. Da Jin melihat luka bakar di punggung Yun Seong tapi segera
mengabaikannya. (Huah,, Ji Jin Hee pamer Absnya lagi di drama ini)
Da Jin kembali memohon, tapi Yun Seong malah berkata bahwa itu
bukan hal yang harus dilakukan Da Jin, dan sebaiknya Da Jin mengecek jadwal
penerbangan selanjutnya saja sambil berjalan ke tepi kolam renang.
Yun Seong mulai mengambil aba-aba dan menenggelamkan dirinya
kedalam kolam renang sama sekali tidak menggubris panggilan Da Jin. Da Jin
merasa dirinya bodoh karena telah memohon hal ini pada Yun Seong, dia pun pergi
meninggalkan kolam renang.
Saat Yun Seong tiba di sisi Kolam yang lainnya, Yun
Seong keluar dari air dan melihat Da Jin yang beranjak pergi. Dia menghela
nafas kemudian kembali masuk ke dalam air.
Pagi hari di Australia. Da Jin terbangun mendengar dering
ponselnya. Dia mencari-cari ponselnya masih dengan mata terpejam. Dia segera
mengangkat panggilan di ponselnya setelah menemukannya. Da Jin kaget mendengar
kabar yang dia dengar. Da Jin segera berpakaian dan keluar dari kamarnya dengan
wajah riang.
Di depan pintu lift dia bertemu Yun Seong yang menatapnya aneh karena penampilan Da Jin yang acak-acakan. Da Jin berkata dia sedang buru-buru dan berkata bahwa dia
sudah mendapat pinjaman pesawat Cessna untuk mewujudkan impian Bo Ram. Itu
membuktikan bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Yun Seong tak menanggapi
Da Jin sepeti biasa. Da Jin pun pamit.
Kapten Jang, Da Jin dan Bo Ram melakukan penerbangan bersama
dengan pinjaman pesawat Cessna dari TY Airlines. Sementara Yun Seong melihat
pesawat Cessna itu dari sebuah taman.
Di dalam pesawat, Bo
Ram membuka kotak suratnya dan mulai menerbangkan surat-surat itu dari udara
dengan hati riang. Berikut ini salah satu surat Bo Ram untuk Ibunya:
“Omma, Ketika aku
tumbuh Dewasa, aku akan menjadi pilot seperti ayah. Jadi aku bisa sering
terbang agar bisa bertemu denganmu. Omma, jangan mencemaskan aku, aku akan
baik-baik saja. Aku akan bertahan saat merindukanmu. Omma, aku mencintaimu”
Di kantor Wings Air, seorang Kabin manager baru telah datang
dia adalah Choi Ji Won, pramugari yang dulu gagal membantu Ibu Da Jin saat
melahirkan.
Apakah yang akan terjadi pada ketiga orang ini selanjutnya?
bersambung ke episode 3
Komentar:
Maaf ya,, Take Care of Us Captain akan aku Update seminggu sekali sementara ini. Jika kesibukanku berkurang mungkin akan lebih cepat lagi. Thorn Bird aku tinggalkan sejenak, karena suatu sebab, tapi pasti akan aku teruskan, namun tidak dalam waktu dekat ini.
Wah,,, Choi Ji Won sudah muncul, episode 3 tampaknya akan semakin seru. Bagaimana perasaan Da Jin setelah bertemu Choi Ji Won kelak?
Sedih liat Ppo Song sakit karena kedinginan,, untung dia cepet sembuh, jaga kesehatan ya Dek,, Kakak gak mau liat Ppo Song sakit lagi, sedih banget rasanya #sok akrab,,, hehehe,,
Aku rasa Yun Seong mulai simpatik pada Da Jin yang berjuang keras menjadi pilot demi membahagiakan sang adik. Apalagi saat Yun Seong melihat Da Jin berhasil membuat kapten Jang tidak menyerah untuk tes simulasinya.
Oh iya ada adegan yang tidak aku ceritakan saat menulis sinopsis ini, soalnya bingung bagaimana harus menceritakannya. Adegan itu adalah saat Yun Seong memakai pakaian seragamnya saat akan melakuka penerbangan ke Australia. Adegan ini tanpa dialog, jadi agak bingung menghubungkan ke dalam ceritanya, ini dia capturenya:
Aigo,, Kapten kita ganteng sekali. Bener-bener deh Ji Jin Hee ini,, makin tua dia makin ganteng aja. Aku selalu saja terpukau setiap dia bermain di drama apapun, jadi penasaran sama drama Spotlight nya bareng Soh Hye Jin deh, kapan-kapan aku download deh dramanya. Huah,, Urri Captain,, benar-benar tampang,,, Penguin Ajussi Sarangeyo,,,
Sampai Jumpa minggu depan di episode 3
uwaaa...
BalasHapusberkaca-kaca baca sinopsis ini.
rasanya sm kyk waktu nonton Obgyn Doctors..
setiap episode selalu ada scene yang bikin terharu
iya,, drama ini banyak yang bikin terharu,, aku belum nonton Obgyn Doctors, rame kah Anis??
HapusOke banget mbak. kyk menyaksikan kejadian nyata aja mbak.
Hapusga ada yg super banget karakternya.
tentang kelahiran, masalah suami istri, dibahas dengan ringan dan mengalir begitu saja
di tunggu kelanjutannya...
BalasHapusminggu depan ya Yusi,,
HapusKerennnn,, dan bikin terharu baca surat yang dikirim Bo Ram
BalasHapusditunggu sinopis berikutnya ^^
KIRA
Aku juga nangis pas Bo Ram bacain suratnya,, hiks,, hiks,, tapi aku lebih terharu saat Ayahnya Bo Ram nemuin surat-surat itu,,
Hapuskeren,,,keren,,,
BalasHapuskalo bole lanjutannya satu episode doonggg (nda dibagi 2).
kalo bole sih, hehehehe...
smangat...smangat... lanjutinnya ^^
ditunggu soalnya udh suka drama ini sejak tayang, tp aku milih TMTETS dulu^^
BalasHapuscapture gambar yg terakhir, isi lokernya Yun Seong..
BalasHapuscuriga ada sesuatu di dlm tuh loker,, hehhe... ^^v
ditunggu selalu lanjutannya
BalasHapuskpan episode 3 nya. ..
BalasHapusga sbar nich. . .
Latar tampilan diganti gambar da Jin boleh nggak ? dan ditunggu episode 3 plis deh..........nunggu kali kite-kite
BalasHapuskeren bgt dramanya! gw sukaaaaaa, klo nntn lebih seru krna lebih kerasa emosinya. recommended!
BalasHapusTolong lanjutin sampai akhir ya.... bentar lagi tayang di Indosiar. aku tak selalu bisa nonton setiap tayang.kadang bentrok sama jam kerja.jadi kalo nonton di tv bisa nyambung ceritanya.
BalasHapuspliiiiiiiiiisssss..... Terima kasih....