Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo
sudah pasrah dengan keputusan Raja, mereka mempersiapkan diri menghadapi
kematian. Min Seo bahkan mengucapkan selamat tinggal pada kedua temannya,
sementara Seung Po merasa ini semua benar-benar gila.
Saat hukuman mati akan di
laksanakan, Kasim Koo datang dan meminta mereka untuk menunggu. Seja datang
sambil tertatih di papah oleh dua orang kasim. Min Seo berseru, “Itu Seja”
Seung Po merasa lega, Seja akhirnya datang juga namun dia mengeluh karena Seja selalu
saja terlambat, kini mereka memiliki harapan untuk hidup.
Kasim Kim mengatakan pada Raja
jika Seja datang, apakah mereka harus menghentikan hukumannya. Raja menatap
sinis pada putranya dan memerintahkan pengawal untuk tetap melaksanakan hukuman
mati untuk ketiga orang tersebut. Semua orang kaget, termasuk juga Seja karena
ternyata kedatangannya tidak mengubah keputusan raja sama sekali. Hukuman mati pun di laksanakan,
Dal Hyang, Seung Po dan Min Seo berjuang melawan kematian yang akan menyongsong
mereka.
Seja berusaha menghentikan hukuman itu sebelum terlambat dengan meminta
Ayahnya untuk menunda hukuman itu karena dia ingin mengatakan sesuatu. Raja
berbicara pada Seja dengan nada meremehkan, mengapa dia datang? Apakah Seja
sedih karena teman-temannya akan dihukum mati. Tapi Raja tidak bisa mengubah
keputusannya, kesalahan mereka terlalu besar, mereka bahkan menggunakan nama
Seja untuk menipu Raja.
Seja panik dan akhirnya mengakui
satu hal di hadapan Raja,
“Hamba adalah anggota Samchongsa yang lainnya. Tolong
hentikan hukumannya”
Raja menatap Seja dengan
pandangan menusuk, dia sepertinya sudah curiga sebelumnya, bahwa Dal Hyang
berbohong untuk melindungi Seja.
Para pejabat kaget mendengar pengakuan Seja,
mereka tidak menyangka Seja akan bertindak menipu Ayahnya. Akhirnya Raja pun
memerintahkan petugas menghentikan hukuman itu dengan menahan kembali kaki Dal
Hyang, Seung Po dan Min Seo pada sebuah bangku sehingga leher mereka tidak lagi
tergantung di tali dan menunggu kehabisan napas. Nyawa ketiganya untuk
sementara terselamatkan.
Seja langusng berlutut di depan
Raja yang memintanya untuk menjelaskan maksud perkataannya barusan, Apa yang
sebenarnya Seja katakan? Mereka bilang Samchongsa adalah mereka bertiga (Dal
Hyang, Seung Po dan Min Seo). Itu tidak benar, Anggota ketiga
dari Samchongsa bukanlah Park Dal Hyang, melainkan dirinya, Seja mengakui hal
itu sekali lagi pada Raja.
“Mereka hanya mengikuti perintah
hamba. Jadi mohon mintalah hamba untuk bertanggung jawab”
Raja mempertegas pengakuan Seja,
“Apa maksudmu kau mengakui telah membohongi Ayahmu dan negara ini, merencanakan
semua ini dan membantu musuh di belakang?”
“Hamba mengakuinya”
Para pejabat mulai panik dan
saling berbisik, Raja tampak sangat murka dan melanjutkan kembali tuduhannya,
“Kau memaanfaatkan Putri Mahkota untuk menyembunyikan Yong Gol Dae dan saat
tersebar rumor tentang perselingkuhan diantara mereka... kau pergi ke Anju dan
mengancam Gubernur guna menyembunyikan masalah ini. Kau mengirim Park Dal Hyang
ke Anju untuk menghancurkan laporannya. Apa kau mengakui semua itu?”
“Hamba mengakuinya”
Sekali lagi Seja mengakui semua
tuduhan itu, Raja merasa geram dan bertanya, jika semua itu benar, apakah Seja
masih berpikir dia pantas untuk menjadi seorang Putra Mahkota? Tidak, dia sama
sekali tidak layak.
“Hamba tidak layak sebagai Putra
Mahkota. Hamba tidak punya kemampuan untuk memimpin rakyat. Sekarang hamba tahu
kalau hamba bahkan tidak bisa menyelamatkan orang terdekat Hamba”
Raja merasa apa yang dikatakan
Seja adalah hal yang konyol, “Menyelamatkan orang terdekat?” Di saat Seja
mungkin akan dilengserkan dari posisinya sebagai Putra Mahkota apakah Seja
tidak ingin mengatakan sebuah alasan sebagai pembelaan diri? Seja hanya bisa
menunduk dan berkata tidak ada yang bisa dia katakan.
Mendengar jawaban Seja, Raja
tampak semakin murka, “Putra Mahkota mengatakan sendiri kalau dia akan mundur.
Jika dia tidak pantas sebagai Putra Mahkota dia juga tidak berhak untuk
melindungi mereka”
Seja tidak sangka jika Raja akan
menyimpulkan hal itu, pengakuannya ternyata tidak menyelamatkan Dal Hyang,
Seung Po dan Min Seo. Raja kemudian berkata, siapapun anggota ketiga dari
Samchongsa yang telah memanipulasi kasus di Anju dia akan di hukum. Bahkan jika
itu adalah Seja, maka diapun harus di hukum. Samchongsa harus di hukum mati
karena tindakannya dan Park Dal Hyang pun harus di hukum mati karena memberikan
kesaksian palsu, jadi Raja memerintahkan mereka untuk segera di hukum mati.
Para pejabat langsung memohon
pada Raja untuk mengampuni Seja yang baru saja pulih. Mereka bisa menyelidiki
hal ini terlebih dahulu dan mendiskusikan hukuman yang tepat untuk mereka.
Keputusan Raja sudah bulat, saat para pejabat terus memohon dan para petugas
diam saja, Raja berteriak agar membawa Seja ke tiang gantungan. Seja hanya bisa
pasrah menerima kepurusan ayahnya tersebut.
Saat Seja sudah berada di tiang
gantungan bersama yang lainnya, Seung Po berrteriak, siapa yang menyuruh Seja
ikut mati bersama mereka? Apakah Seja pikir mereka akan berterimakasih? Ini
adalah kematian yang sia-sia? Dal Hyang pun berkata jika begini maka
pengakuannya menjadi tidak perlu, mengapa Seja datang? Seharusnya Seja
istirahat. Seja menatap mereka bertiga dan hanya bisa mengataka. “Aku minta
maaf”
Melihat Seja dan yang lainnya
malah asyik mengobrol di tiang gantungan sementara Raja harus menerima keluhan
dari para pejabat tentang keputusannya menghukum mati Seja, membuat Raja
semakin murka, dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju tiang
gantungan dengan penuh amarah.”Apakah kalian ingin mati? Apa yang kalian
lakukan?” teriak Raja pada para petugas
yang langsung bersiap untuk melaksanakan hukuman mati.
Raja menatap Seja yang berdiri di
bawah tiang gantungan, kemudian bertanya, “Bagaimana rasanya di atas sana? Apa
kau takut? Sekarang kau lihat betapa besarnya kejahatanmu?” Seja hanya
menunduk, tidak menjawab pertanyaan Ayahnya. Raja pun kembali bertanya apa yang
sedang dipikirkan Seja saat berdiri disana?
“Hamba menyesalinya” Seja
mengatakan itu dengan penuh penyesalan, Raja sedikit goyah dan bertanya apa
yang Seja sesalkan?
Seja terdiam dan menatap ketiga temannya. Apa yang paling
dia sesalkan adalah… “Hamba membuat mereka mati
padahal mereka tidak bersalah”
“Hamba menempatkan nyawa istri hamba dalam bahaya. Hamba tidak bisa melihat ketulusannya”
“Hamba menghukum kejahatan dengan
kejahatan. Dan memerintahkan untuk
membunuh seseorang sebagai Putra Mahkota”
“Hamba juga memerintahkan mereka
membohongi pemerintah. Itu semua salah hamba”
Raja kaget mendengar penyesalan
Seja, dia membuat sebuah kesimpulan, “Jadi maksudmu, kau ingin mati sendirian?”
Dengan tenang Seja menjawab, jika itu memungkinkan dia ingin melakukan hal itu
karena Seja tidak ingin membuat orang yang tidak bersalah harus mati
bersamanya.
Mendengar penyesalan Seja, para
pejabat kembali membujuk Raja untuk membatalkan hukumannya karena seja sudah
merenungkan kesalahannya. Tapi bukan itu jawaban yang ingin dia dengar dari
mulut putranya, Raja malah semakin murka dan kembali duduk di kursinya. Raja
merasa sudah bulat dengan keputusannya, apalagi saat dia melihat tatapan Seja
saat berada dibawah tiang gantungan, sama sekali tidak ada ketakutan.
Dengan mengabaikan permintaan
para pejabat agar Raja mengampuni Seja, Raja pun memerintahkan petugas untuk
melaksanakan hukumannya. Sesuai perinta Raja, petugas menyingkirkan bangku yang
menyangga tubuh mereka, sehingga tubuh mereka tergangtung pada tali yang
membuat mereka harus perlahan-lahan kehilangan napas.
Melihat Seja sama sekali tidak
berkata apapun saat menerima hukuman itu, Raja menjadi galau dan cemas,
akhirnya dia berkata agar petugas menghentikan hukumannya. Dengan segara
petugas meletakan bangku yang akan menyangga tubuh mereka berempat, sekali
lagi.. Seung Po, Dal Hyang dan Min Seo terlepas dari kematian, begitu juga
dengan Seja.
Raja tampak panik dan berkata
pada kasim Kim agar memanggil Choi Myung Gil untuk menghadap padanya, Gurulah
yang harus di persalahkan karena perbuatan lancang para muridnya. Raja berkata
pada para pejabat bahwa mereka akan mendiskusikan tentang pelengseran Seja dari
posisi Putra Mahkota, juga hukuman yang layak untuk mereka berempat.
Para pejabat diminta kembali masuk ke dalam istana dan Raja pun
pergi dari tempat hukuman itu, setelah sebelumnya dia menatap bingung pada Seja
yang baru saja lolos dari kematian, namun luka di perutnya kembali berdarah.
Semuanya merasa lega karena
mereka kembali terbebas dari hukuman mati, namun kondisi Seja semakin melemah
dan dia pun tidak sadarkan diri di bawah tiang gantungan itu. Kasim Koo
langsung panik dan melepaskan Seja dari tali gantungan.
Dengan tergesa-gesa Kasim Koo
membawa Seja kembali ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur yang
khusus disiapkan untuk pengobatan Seja. Kasim Koo melihat darah yang terus
mengalir dari luka tusukan panah di perut Seja yang kembali terbuka, dia pun
memerintahkan kasim lainnta untuk segera memanggil tabib dan menekan luka Seja
agar darahnya tidak terus keluar.
Min Seo, Seung Po dan Dal Hyang
kembali di bawa ke dalam penjara dimana Kim Ja Jum pun masih di tahan di sel
yang lain. Kim Ja Jum menyapa Dal Hyang dan mengejeknya, dia tidak sangka jika
Park Dal Hyang dari Gangwon-do masih hidup, sungguh panjang umur. Kim Ja Jum
mengingatkan agar Dal Hyang tidak terlalu percaya diri, karena mereka tidak
akan tahu apa yang terjadi di hari esok. Raja mungkin tidak tegas, namun dia
tidak bodoh. Saat ini, Raja sudah tahu bahwa Dal Hyang telah membohonginya,
meskipun kini Dal Hyang hidup, maka hidupnya tidak akan mudah, dia bisa saja
mati esok hari.
Dal Hyang sebenarnya sudah malas
berbicara dengan Kim Ja Jum, karena bagaimanapun dialah yang menyebabkan mereka
menjadi seperti sekarang ini. Melihat Park Dal Hyang menatapnya sinis, Kim Ja
Jum mendekat dari dalam selnya, dan berkata agar Dal Hyang tidak menatapnya
seolah dia adalah musuhnya. Dal Hyang masih muda, pandai-pandailah memilah
siapa teman dan siapa musuh, karena posisi musuh dan teman bisa saja saling
berganti. Dal Hyang murka dan berkata, meskipun itu akan berganti, musuh
tetaplah musuh. Bukan kah itu menjadi
lucu, jika Dal Hyang tidak menganggap Kim Ja Jum musuh, sementara Kim Ja Jum
terus menerus berusaha untuk membunuhnya?
Kim Ja Jum bertanya pada Dal
Hyang, jika perang meletus sekarang, yang akan menjadi musuh mereka adalah Yong
Gol Dae, bukan Kim Ja Jum. Lalu… bagaimana jika Kim Ja Jum menyelamatkan mereka
apakah dia akan menjadi teman mereka? Dal Hyang hanya menatap dingin pada Kim
Ja Jum yang tertawa puas melihat keadaan Dal Hyang dkk yang kini menjadi
tahanan, sama seperti dirinya.
Selain Choi Myung Gil, Kim Ja Jum
pun di bawa untuk menghadap Raja yang sedang menggalau. Raja berkata bahwa dia
membenci mereka berdua tapi dia tidak bisa memungkiri, hanya merekalah yang
bisa Raja percayai, itu adalah kelemahannya. Mendengar Raja membenci dirinya, Kim Ja Jum berusaha membela diri, tapi Raja
tidak menerima alasan, dia memanggil mereka menghadap padanya bukan untuk
mendengarkan sebuah alasan, tapi dia ingin membicarakan sesuatu.
Menteri Choi bertanya apa yang
ingin di bicarakan Raja? Raja menoleh pada kedua menterinya itu kemudian
berkata, “Aku takut pada Putraku” Selama ini Raja telah merasakannya
berkali-kali, namun hari ini dia meyakininya, itulah mengapa dia membawa Seja
ke tempat eksekusi untuk meihat bagaimana reaksinya.
“Yang kuinginkan adalah dia
memohon... dan menangis meminta pengampunan. Dia tidak mungkin berpikir dia
akan digantung. Kupikir dia akan menyalahkan orang lain. Aku ingin memberinya
pelajaran”
Tapi apa yang terjadi? Kim Ja Jum
dan Choi Myung Gil pun tahu sendiri,
Raja tampak sangat tidak puas dengan
sikap Seja di tempat eksekusi.
“Dia naik kesana. Dia bahkan
meminta apakah dia bisa mati sendirian. Aku tidak menyukai hal itu darinya” Choi Myung Gil kaget dengan
pemikiran Raja, tapi Kim Ja Jum hanya diam saja, tampak mengerti apa yang
sedang dipikirkan Rajanya itu.
Choi Myung Gil membela Seja, bahwa apa yang Seja lakukan hari ini menunjukkan keberaniannya. Tapi Raja tidak menginginkan seorang Putra yang lebih berani dari dirinya!
“Jika pemimpin memiliki tekad
seperti itu... banyak orang yang akan mengikutinya. Bagaimana jika dia
memiliki lebih banyak pengikut dibanding
aku?” Raja merasa begitu cemas dan merasa tersaingi oleh putranya sendiri. Choi
Myung Gil berpendapat itu tidak mungkin terjadi.
Apanya yang tidak mungkin? Raja
berpikir itu sudah terjadi. Park Dal Hyang adalah pengawal utama kerajaan, dia
seharusnya bekerja pada Raja, seharusnya bertugas untuk mengabdi pada Raja,
tapi Dal Hyang malah membohongi Raja demi melindungi Seja. Bahkan dia siap mati
untuknya! Apakah itu tidak mengkhawatirkan?
Choi Myung Gil berusaha tetap
membela Seja, bahwa di masa muda kesetiaan diantara teman adalah segalanya,tapi
Raja tidak menggubris, dia tidak suka dengan kenyataan bahwa seorang pengawal
utama kerajaan lebih memihak pada putranya.
Kim Ja Jum lalu bertanya dengan
tenang pada Raja, “Apakah anda memikirkan tentang pelengseran Putra Mahkota?”
Choi Myung Gil kaget dengan pertanyaan Kim Ja Jum apalagi saat Raja membenarkan
hal itu, bahwa dia sedang memikirkan rencana itu.
Namun Kim Ja Jum berpikiran lain,
“Bagaimana kalau Anda menjaga mereka... dan memanfaatkan mereka sebagai
gantinya? Putra Mahkota sudah membangun... hubungan yang kuat dengan Dinasti
Qing. Jika Anda mengganti pewaris
sekarang... itu akan membingungkan negara tetangga kita”
Kim Ja Jum memberi saran pada
Raja agar Raja mengawasi mereka dan memanfaankan Seja untuk hubungan Joseon
dengan Dinasti Qing. Raja tampak tidak suka dengan ide itu, dia malah menuduh
Kim Ja Jum sedang perpihak pada Seja.
“Hamba hanya mengakhawatirkan
masa depan Joseon”
Raja meminta pendapat Choi Myung
Gil untuk ide Kim Ja Jum. Demi
menyelamatkan posisi putra mahkota,Choi Myung Gil pun mau tak mau menyetujui
ide itu.
Namun Raja mendesis, “Aku tidak
tahu… apakah aku bisa kembali mepercayai
putraku lagi?” Kim Ja Jum mengingatkan jika Raja tidak bisa mempercayai
Seja lagi, maka Raja bisa mengawasinya. Ini adalah keputusan yang harus di
pikirkan dengan matang. Raja merasa tidak yakin, dia masih ragu apa yang harus
dia lakukan.
Hari demi hari berlalu begitu
saja, selama itu Seja tidak sadarkan diri sejak insiden hukuman gantung yang
membuat lukanya kembali terbuka. Setelah terlelap selama berhari-hari, akhirnya
Seja sadar juga tanpa di ketahui siapapun. Saat membuka matanya dia melihat
Kasim Koo sedang berbincang dengan salah satu kasimnya yang lain. Mereka sedang
mendiskusikan apakah mereka harus memberi tahu Seja tentang masalah kematian
“Yang Mulia”, Kasim Koo berkata Seja bahkan belum bangun, bagaimana mereka
memberitahunya? Tapi masa berkabung akan segera berakhir, apakah tidak masalah
jika Seja tahu kemudian.
Mendengar pembicaraan para Kasim,
Seja langsung was was, dia langsung berpikiran buruk… apakah yang mereka
bicarakan tentang pemakaman Sejabin? Yoon Sanggung datang mendatangi para kasim
dan memberitahu mereka sesuatu. Para Kasim pun mengikuti Yoon Sanggung
kemudian.
Melihat Yoon Sanggung yang juga
mengenakan pakaian berabung, Seja semakin berpikira buruk. Apakah akhirnya dia
benar-benar kehilangan Sejabin? Seja pun memejamkan matanya, mengingat kenangan
manisnya bersama sang istri, ciuman terakhir mereka…. Wajah tersenyum Sejabin
saat melepasnya pergi sebelum Sejabin di panah Mi Ryung. Tanpa sadar, Seja pun
meneteskan air matanya saat dia masih memejamkan mata.
Seseorang mengusap keringat Seja dengan sapu tangan
dan bertanya padanya, “Jooha… apakah Anda menangis?” itu suara Sejabin? Dengan
perlahan Seja membuka matanya dan melongo melihat Sejabin ada di hadapannya.
Sejabin tampak cemas dan kembali bertanya padanya, apa yang membuat Seja
menangis? Apakah dia bermimpi buruk? Sejabin kemudian mengusap air mata Seja.
Seja masih bungkam, dia tak bisa
berkata apa-apa saking terkejut nya, air matanya malah semakin banyak. Sejabin
jadi semakin bingung, “Jooha?” Setelah menenangkan dirinya, Seja kemudian
bertanya, “Apakah aku sedang bermimpi?” Sejabin semakin bingung, “Ye?” Masih
dengan air mata yang berurai Seja bertanya lagi, “Apakah kau… benar-benar masih
hidup?” Sejabin tidak mengerti apa maksud Seja,
Hingga Sejabin menyadari sesuatu. Kostum berkabung. Sejabin kemudian menjelaskan pada Seja, “Yang Mulia Jung Bin meninggal tadi malam. Kami mengkhawatirnya karena beliau sudah tua, tapi tiba-tiba... Kami tidak bisa memberitahu anda karena anda belum sadar”
Hingga Sejabin menyadari sesuatu. Kostum berkabung. Sejabin kemudian menjelaskan pada Seja, “Yang Mulia Jung Bin meninggal tadi malam. Kami mengkhawatirnya karena beliau sudah tua, tapi tiba-tiba... Kami tidak bisa memberitahu anda karena anda belum sadar”
Seja masih belum mengatakan
apa-apa, dia hanya menatap Sejabin dengan air mata yang masih berjatuhan di
pipinya saking terharunya. Istrinya… benar-benar masih hidup? Melihat air mata Seja, Sejabin menyadari sesuatu,
“Apakah Anda menangis karena berpikir hamba yang meninggal?” Seja diam saja,
dan hanya menatap Sejabin, sementara Sejabin merasa takjub dan berkata bahwa
dirinya masih hidup, Seja lah yang tidak sadarkan diri dalam jangka waktu yang
lama. Sejabin kembali menghapus air mata Seja.
Mengingat Seja yang tadi tampak
sangat bersedih, sekali lagi Sejabin bertanya,
“Benarkah Anda menangis karena Hamba? Benarkah?” Seja belum mengatakan
apapun namun dari tatapannya, Sejabin tahu jika Seja memang menangis karenanya.
“Oh... ya ampun... Hamba senang
karena Hamba masih hidup. Siapa yang akan menyangka Anda menangis karena
Hamba?”
Sejabin benar-benar merasa sangat
terharu sekaligus takjub melihat kesedihan Seja yang berpikir bahwa dirinya
yang meninggal, tentu saja selama 5 tahun ini, Seja begitu dingin padanya, tak
pernah terpikirkan olehnya jika Seja akan menangisi kematiannya.
Melihat rasa takjub Sejabin, Seja
langsung mengubah ekspresi wajahnya, “Lupakan itu!” Sejabin bingung, "Ye??"
“Hapus ini dalam ingatanmu
selamanya. Jika kau mengungkit-ungkit hal ini lagi… aku tidak akan memaafkanmu”
Sejabin mengerti, Seja sedang
menjaga harga dirinya, dia jadi geli sendiri melihat ekspresi suaminya yang sok
berwibawa. Sejabin malah mengerjai Seja, “Hamba akan memikirkannya… semua itu…
tergantung pada sikap Anda?”
Seja tak habis pikir, “Apakah kau barus saja mengatakan akan memikirkannya?” tampaknya Seja tak senang dengan perlawanan istrinya itu. Sejabin malah menantang, “Hamba tidak takut apapun setelah merasakan berada di ujung kematian. Sekarang, Hamba sama sekali tidak takut pada Anda”
Seja hanya bengong melihat keberanian istrinya, sementara Sejabin
mengulum senyum melihat reaksi terkejut Seja atas keberanin Sejabin melawan perkataannya.
“Jangan tesenyum, kita sedang
berkabung” Seja memberi peringatan. Sejabin langsung memingkemkan bibirnya untuk menahan senyum. ^ cute ^
Tapi... tak lama dia malah melihat senyum di wajah Seja, Sejabin pun membalas memberi peringatan, “Jangan tersenyum, kita sedang berkabung” kini giliran Seja yang menahan senyumnya.
Lama-lama keduanya tidak bisa membendung rasa bahagia luar biasa dan kemudian tersenyum bersama. Owww So Sweet >.<
Tapi... tak lama dia malah melihat senyum di wajah Seja, Sejabin pun membalas memberi peringatan, “Jangan tersenyum, kita sedang berkabung” kini giliran Seja yang menahan senyumnya.
Lama-lama keduanya tidak bisa membendung rasa bahagia luar biasa dan kemudian tersenyum bersama. Owww So Sweet >.<
Sambil saling melempar senyum,
Seja memegang tangan Sejabin dan menggamnya erat. Memastikan bahwa Sejabin
benar-benar ada di hadapannya. Seja merasa sangat bersyukur karena ternyata
Sejabin masih hidup, dan kini ada di hadapannya.
[Shimyang, Dinasti Qing –
beberapa bulan kemudian]
Yong Gol Dae melapor pada
kaisarnya yang langsung mengeluhkan tentang permintaan Yong Gol Dae untuk
menunda menyerang Joseon. Salju pertama telah turun di tahun itu, selama ini
dia hanya memperhatikan Joseon, tapi menurut Kaisar, Raja Joseon tidak memiliki
masa depan, jadi Yong Gol Dae sebaiknya bersiap. Setelah sungai membeku, mereka
akan menyerang Joseon.
Dal Hyang kemudian bernarasi,
“Setelah beberapa bulan kemudian, perang akhirnya meletus juga”
Kasim Kim melaporkan hal itu pada Raja yang sedang tertidur. Menerima laporan terjadinya perang, Raja langsung panik.
Selama masa perang berlangsung, Raja Injo merasa panik dan was was, dia
bahkan merasa tidak nyaman dengan baju kebesarannya, seolah dia sedang menyesal
karena kedudukannya sebagai raja. Merasa sangat putus asa, Raja akhirnya
memutuskan untuk melarikan diri istana.
“Aku tidak ingin membicarakan
soal kesengsaraan perang yang diketahui semua orang. Aku tidak ingin mengingat
wajah ketakutan Baginda, juga pemandangan beliau melarikan diri dan meninggalkan rakyatnya”
Raja Injo begitu ketakutan saat
melarikan diri dari istana, dan Dal Hyang hanya bisa menatapnya dari kejauhan,
itu adalah pemandangan yang sangat mengerikan untuknya. Bagaimana seorang raja
dengan tega meninggalkan Rakyatnya yang sedang berjuang di medan perang hanya
demi menyelamatkan diri sendiri.
“Juga tidak ingin membicarakan
kesedihan di hari putra mahkota dan putri mahkota di tangkap sebagai tawanan
serta istana putra mahkota yang kini tak bertuan yang membuatku merasa terluka”
Dal Hyang berjalan menyusuri
istana kosong itu, rasanya benar-benar sedih karena istana itu ditinggalkan oleh pemiliknya.
[Dua tahun Kemudian]
Dal Hyang memacu kudanya dengan
cepat menuju suatu tempat.
“Jadi aku akan melompati
waktunya. Dua tahun setelah Putra Mahkota dan Putri Mahkota ditahan Dinasti
Qing, kisahku dimulai lagi saat aku tiba di Shimyang melaksanakan Perintah Raja”
Dal Hyang dan seorang petugas
lainnya tiba di Shimyang. Mereka akan pergi ke Shimyangguan besok pagi, karena
saat mereka tiba itu sudah terlalu malam. Petugas kemudian bertanya, bukan kah
Dal Hyang bilang bahwa dia kenal dekat denga Seja dan para pengawalnya? Kalau
begitu, Dal Hyang bisa mengunjungi mereka lebih dulu, tidak perlu melewati
prosedur. Dal Hyang tersenyum lebar dan berkata dia sudah mengirimkan pesan ke
Shimyangguan.
Seorang pelayan suruhan Dal Hyang
datang sendirian. Dal Hyang bingung dan bertanya apakah si pelayan itu sudah
memberi tahu Seung Po tentang kedatangannya? Tidak, karena dia tidak ada
disana. Lalu Ahn Min Seo? Tidak ada juga. Seja? Sama saja, beliau pun tidak
ada. Mereka bilang Seja keluar untuk melakukan sesuatu yang penting. Karena tidak ada siapa-siapa disana, pelayan itu pun kembali. Dal Hyang tampak kecewa karena teman-temannya
tidak ada yang menyambut kedatangannya di Cina. Pelayan pun berkata jika mereka
semua keluar untuk mengurusi beberapa hal penting. Jadi Dal Hyang tidak ada
urusan lainkan? Petugas pun mengajak Dal Hyang untuk minum bersamanya.
Di tempat minum, Dal Hyang
melihat para bandit sedang memperjual belikan Budak yanga berasal dari Joseon.
Dal Hyang merasa kesal dan ingin bertindak, namun petugas mencegahnya karena
mereka sedang berada di negeri orang.
Dal Hyang menahan dirinya, namun
dia menjadi kesal. Seorang pelayan menyajikan minuman pembuka di meja mereka
dan bertanya apa yang mereka pesan dalam bahasa Manchu. Dal Hyang menjawab dia
pesan minuman dalam bahasa Joseon, dan pelayan itu mengiyakan seolah dia
mengerti bahasa Joseon, Dal Hyang jadi bingung, bagaimana bisa si pelayan itu
bisa mengerti bahasa Joseon, namun saat dia mencoba memanggil kembali si
pelayan, dia sudah pergi.
Pelayan yang sedang membawa
minuman untuk meja lain melewati meja Dal Hyang, dengan spontan Dal Hyang
menarik pelayan itu, ternyata… Pelayan itu adala Seung Po. Dal Hyang senang
bukan kepalang, Seung Po juga tak kalah senangnya hingga dia memeluk Dal Hyang
dan berkata merindukannya^^ Seung Po melihat wajah Dal Hyang
yang kini sudah tampak sangat baik, sekali lagi Seung Po memeluknya dan
bertanya bagaimana kabar Dal Hyang.
Setelah tahu Dal Hyang baik-baik saja dan juga merindukannya, Seung Po bertanya apakah Dal Hyang menerima surat-suratnya? Dal Hyang bingung, surat apa? Seung Po selalu mengirimkan surat-surat yang di tulis Tani ke Joseon, tapi tak pernah ada balasannya. Dal Hyang berpikir sejenak, Ooo mungkin karena dia sudah pindah rumah jadi suratnya tak sampai.
Dal Hyang kemudian menyadari
sesuatu, “Siapa Tani?” Seung Po mengingatkan Dal Hyang tentang gadis yang di
janjikan untuk dinikahi Dal Hyang. Hmm… Dal Hyang pun teringat pada putra
pedagang Cina yang menyelamatkannya di Anju, Pan Se berkata jika Dal Hyang
berjanji menikahi gadis bernama Tani itu karena sudah menyelamatkannya meskipun
dia tidak ingat kapan dia menjanjikan hal itu.
“Ahh…” Dal Hyang bergunam
menandakan bahwa dia sudah mengingat Tani. Sekarang Dal Hyang sudah
mengingatkannya? Seung Po berkata Tani pasti akan sangat senang karena Dal
Hyang ada di Shimyang, sekalian saja Dal Hyang menikah dengan Tani selama dia
ada disana. Dal Hyang tertawa dan berkata, Omong kosong apa yang sedang Seung
Po bicarakan itu? hahaha… Seung Po bukannya menjawab, dia malah sibuk ngupil
*Ups*
“Samchongsa” terdengar sebuah
teriakan orang-orang disana yang saling menyahut dan berkata Samchongsa ada di
tempat minum itu. Seung Po langsung menoleh ke arah sumber suara itu dengan
pandangan serius, Dal Hyang pun tampak penasaran.
Tiba-tiba banyak tubuh
berjatuhan, dan seorang yang berpakaian ala wanita cina plus sebuah cadar
sedang melawan para bandit yang menjual para budak tadi. Orang itu menunjukkan
aksi luar biasa dalam melawan para bandit tersebut hingga cadarnya terlepas dan
Dal Hyang mengenalinya, “Bukan kah itu Ahn Min Seo?” Dia tampak senang
sekaligus kaget melihat penyamaran Min Seo yang menjadi wanita Cina malam ini.
Seung Po tak sempat menjawab
karena dia melihat ada sekumpulan bandit lain yang akan menyerang Min Seo, dia
pamit pada Dal Hyang dan pergi membantu Min Seo untuk menghadang bandit-bandit
itu.
Petugas yang bersama Dal Hyang terlihat panik karena keributan itu, dia berkata mereka bertinga tampaknya orang Joseon, siapa mereka itu? Dal Hyang tersenyum dengan bangga dan berkata, “Mereka adalah temanku, Samchongsa” Petugas itu bingung, tapi Dal Hyang hanya tersenyum.
Satu persatu para bandit di lumpuhkan, bahkan sebuah tali mengikat leher salah satu bandit itu yang tubuhnya terangkat ke atas bersamaan dengan turunnya anggota Samchongsa lainnya. Yups… itu adalah Seja >.< dengan gaya yang menawan Seja melepaskan tali yang membantunya turun, sehingga tubuh bandit tadi terhempas ke lantai, Seja pun mulai beraksi seperti Seung Po dan Min Seo untuk melawan para bandit tersebut.
Petugas yang bersama Dal Hyang terlihat panik karena keributan itu, dia berkata mereka bertinga tampaknya orang Joseon, siapa mereka itu? Dal Hyang tersenyum dengan bangga dan berkata, “Mereka adalah temanku, Samchongsa” Petugas itu bingung, tapi Dal Hyang hanya tersenyum.
Satu persatu para bandit di lumpuhkan, bahkan sebuah tali mengikat leher salah satu bandit itu yang tubuhnya terangkat ke atas bersamaan dengan turunnya anggota Samchongsa lainnya. Yups… itu adalah Seja >.< dengan gaya yang menawan Seja melepaskan tali yang membantunya turun, sehingga tubuh bandit tadi terhempas ke lantai, Seja pun mulai beraksi seperti Seung Po dan Min Seo untuk melawan para bandit tersebut.
Seung Po menunjukkan keberadaannya pada Seja,
saat para Samchonga berdiri di atas meja setelah melumpuhkan para bandit yang
ada di tempat itu. “Lihatlah ke sebelah sana” ujar
Seung Po pada Seja, dan Seja pun langsung menyadari keberadaan Dal Hyang yang
langsung mengangguk hormat padanya. Seja tersenyum pada Dal Hyang.
“Jika kau tidak sibuk, kemarilah… kami kekurangan orang” mendengar
penawaran Seja, Dal Hyang langsung semangat setelah sebelumnya betanya apa yang
sebenarnya sedang mereka lakukan? Seung Po berkata Dal Hyang kan tahu jika
mereka tidak pernah melakukan hal yang buruk.
Petugas yang bersama Dal Hyang makin
panik melihat Dal Hyang yang sudah membuka sarung pedangnya. Dal Hyang meminta
agar petugas itu menunggunya, karena dia ingin membantu Samchongsa.
Dal Hyang pun naik ke atas meja,
mengambil posisi di samping Seja yang bertanya padanya bagaimana kabar Dal
Hyang. Dia baik-baik saja dan mengkhawatirkan keberadaan Seja di Shimyangm tapi
tampaknya mereka tampak bersenang-senang di tempat ini? Seja tersenyum lebar
mendengar kata-kata Dal Hyang, mereka tidak akan kemana-mana kok.
Ketua para bandit muncul dan
mempertanyakan tentang Samchongsa, apakah mereka adalah Samchongsa? Dal Hyang
kaget karena ternyata pada bandit mengenali wajah Samchongsa, Seja tampak tak
peduli, lagi pula mereka tidak mengenali wajah Putra Mahkota, karena itulah
mereka lebih muda beraksi dan kabur setelahnya. Para bandit itu menyiksa
orang-orang Joseon, dan Samchongsa harus menunjukkan bagaimana mereka membalas
perbuatan para bandit itu.
Saat ketua bandit itu
memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Samchongsa, mereka berempatpun mulai
beraksi untuk melawan para bandit.
“Samchongsa lebih terkenal di
Daratan (Cina), kelihatannya ada banyak hal yang mereka lakukan, sama seperti
aku juga”
[Joseon]
[Joseon]
Kim Ja Jum dalam perjalanan
pulang menuju rumahnya saat dia melihat seorang wanita misterius
memperhatikannya sejak tadi, dia bertanya siapa wanita itu? Saat melihat wajah
wanita itu, Kim Ja Jum tampak sangat terkejut, seperti baru saja melihat hantu.
Wanita itu ternyata adalah Mi
Ryung. Kim Ja Jum bertanya bagaimana bisa Mi Ryung selamat dari kematian? Mi
Ryung hanya berkata jika kehidupan terkutuknya ternyata masih panjang. Lalu
mengapa Mi Ryung menampakan dirinya lagi? Kim Ja Jum telah membuat Janji yang
tidak ditepati, dia datang untuk menagih hal itu. Kim Ja Jum tak habis pikir,
apakah Mi Ryung masih tertarik untuk menjadi Sejabin? Itu semua adalah masa
lalu…
Mi Ryung memotong perkataan Kim
Ja Jum dan berkata dia tidak butuh kedudukan bodoh menjadi Sejabin itu tak
berarti lagi baginya, yang Mi Ryung inginkan adalah…
“Aku ingin menjadi wanita Raja”
***
Penasaran dengan kelanjutan
ceritanya??? Silahkan menonton Drama Saeguk Cruel Palace yang menceritakan
tentang pejuangan Sohyun Seja dan Sejabin di Cina, serta betapa mengerikannya
trik-trik Jo Gwi In yang sangat berambisi untuk menjadi ratu dengan
merencanakan pembunuhan pada Sohyun Seja saat Seja kembali ke Joseon.
Seandainya Samchongsa season 2
dan 3 jadi dibuat, aku percaya kalo Mi Ryung itu bakal di jadiin Jo Gwi In sama
Kim Ja Jum, karena Jo Gwi In itu musuh bebuyutannya Sohyun Seja dan Sejabin
banget. Di Cruel Palace malah yang ditonjolkan adalah adu pintarnya Sejabin dan
Jo Gwi In, tapi sayangnya… Sejabin tidak selicik Jo Gwi In, hingga akhirnya
Sejabin tidak berhasil melindungi nyawa suaminya dari rencana jahat Jo Gwi In
yang penuh konpirasi, hiks hiks hiks…
Tapi yah… sayang sekali sih ini…
tvN akhirnya memutuskan untuk tidak membuat season 2 dan 3 nya, jadi mari
ucapkan Say Goodbye para para Cast Samchongsa…. Pasti bakal kangen berat yah…
apalagi sama Crown Couple yang baru saja bersatu kembali sebagai suami istri
yang saling memahami, belum sempet ada sweet scene yang bikin doki-doki
diantara mereka, akhirnya di kasih Zonk lagi… Duh… padahal pengen liat Pangeran
Suk Chul versi Samchongsa, tapi semua itu tinggal mimpi belaka, hehehe…
Petualangan Dal Hyang dan para
Samchongsa di Cina yang barus saja di mulai itu pun tidak akan bisa kita
saksikan, cerita Jenderal Park Dal Hyang menggantung gini yah jadinya, duh…
sayang banget deh ini…
Samchongsa mungkin bukan drama
Saeguk terbaik yang pernah aku tonton, tapi mungkin akan jadi yang paling aku rindukan^^
Terimakasih pada semua pembaca
yang masih menanti dengan setia Rekap Samchongsa ku yang terakhir ini, pengalaman
selama tiga bulan menonton Drama ini adalah sesuatu yang menakjubkan,
terimakasih pada semua yang sudah menemani kegalauan ku selama ini.
Sampai jumpa di drama
selanjutnya^^
Spesial Pic
*Jooha.... aku rasa kita tidak bisa bertemu lagi*
-Apa maksudmu, Binnie?-
*tvN... tvN... memutuskan untuk tidak mempertemukan kita di Season 2, hiks hiks*
-Akh... Kau benar... Maafkan atas semua perlakuanku selama ini-
(Say Goodbye untuk Crown Couple -___-)
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Hiks padahal pengen liat seja-sejabin lagi... sayang tvN ngejodohin sejabin sama goo daeyoung di masa depan, coba klo sama seja terus ceritanya sejanya yg ngejar2, sejabinnya yg sok cool. Hohohoooo
BalasHapusoke aku jatuh cinta sama crown couple ini ^^
BalasHapus