Kamis, 24 April 2014

[Sinopsis] Witch's Love Episode 2 part 2


Dong Ha sedang menuruni tangga saat Soo Chul menelponnya bertanya kapan dia pergi keluar? Soo Chul tidak melihat Dong Ha pagi in. Dong Ha berkata dia ada pekerjaan sejak fajar. Soo Chul mengeluh Jika Dong Ha terus seperti ini, dia akan cepat mati. Memangnya Dong Ha itu Iron Man?

Dong Ha tertawa, setidaknya Iron Man punya banyak uang *tapi Dong Ha tidak* Soo Chul meminta Dong ha untuk bersantai, sekarang ini Dong Ha sudah punya tempat tinggal karena Soo Chul. Tapi masalah Dong Ha bukan itu saja, “Aku bahkan belum bisa membayar sewa rumah Sa Rang selama 2 bulan”


Soo Chul tak habis pikir, sampai kapan Dong Ha akan hidup seperti ini? Dong Ha juga sudah keluar dari sekola, dan hubungan dengan Ayahnya… Dong Ha langsung memontong perkataan Soo Chul dengan berkata dia harus kerja part-time lagi, kenapa Soo Chul menelpon?

“Kenapa aku menelpon? Ah! Hei Hei! Kau tahu editor majalah yang gila itu, Mereka semua ingin uang dikembalikan, aku sangat kesal!” Soo Chul berkeluh kesah

“Dong Ha, kau dekat dengan wanita penyihir itu kan? Tolong katakan padanya aku minta maaf”

Dong Ha menolak, “Hei! Kau minta maaf sendiri! Hyungmu ini sangat sibuk” lalu dia menutup telepon sambil tersenyum karena kelakukan Soo Chul itu.


Chang Min memberitahu Rin Ji dan Ketua Tim Byun tentang Soo Chul yang tidak ingin mengembalikan uang mereka, Ketua Tim Byun sangat kesal mendengar hal itu. Chang Min berkata, jangan bicara keras-keras nanti penyihir mendengarnya. 

Rin Ji pun sangat kesal  dan berkata apa yang harus mereka lakukan? Ketua Tim Byun berkata mereka harus melakukan apapun supaya uang mereka kembali. Mereka tidak boleh kalah. “Ayo kita balas si Pria bayam itu”

Ketua Tim Byun mendapat ide untuk membuatnya mengembalikan uang mereka. Bagaimana caranya?

“Jika dia tidak mengembalikan uang kita hari ini. Maka kita akan menulis artikel tentangnya!”  (hahaha kekuatan reporter nih ceritanya)

 Ji Yeon mencoba menghubungi Soo Jeong setelah dia kembali ke kantor, namun selalu gagal. Young Shik jadi cemas, haruskah mereka menemui Kim Jeong Do secara pribadi? Lalu? Apa yang akan mereka lakukan setelah menemuinya?

Young Shik berpendapat mereka bertanya secara langsung apakah anak itu benar-benar bukan anaknya? Ji Yeon mencibir, “Apa kau bodoh? Aku yakin dia akan berbicara pada televisi jika kita menemuinya”
Young Shik bingung, lalu bagaimana lagi, “Bagaimana kalau kita coba melakukan tes DNA? Seperti yang ada di drama tadi pagi” Ji Yeon bertanya, apaka Young Shik bersedia mengambil rambut Kim Jeong Do dan sikat gigi anaknya? Ji Yeon kesal dengan ide-ide Young Shik dan menyuruhnya minggir. Ji Yeon memutuskan untuk pergi ke luar.

Ji Yeon turun ke bawah dan menatap tajam trio BRC yang belum juga meminta maaf. Telepon di kantor troble maker kembali berdering, Rin Ji mengangkatnya dan ternyata telepon itu untuk Ji Yeon dari Ibunya.

Ji Yeon langsung menerimanya, “Ya, ini Ban Ji Yeon. Kenapa kau menelponku ketika aku bekerja? Aku sibuk, keadaan sedang darurat”

Ibunya mengomel, “Aku juga sibuk! Dasar Kau!  Kau tidak mau menikah walau aku memintamu, kau kehilangan pikiranmu dan bicaralah dengan formal pada ibumu, aku sedang mencoba menasehati anakku yang terus mengabaikan telponku…”

“Keluarlah. aku ada di kantormu” ucapan terakhir ibunya sangat mengejutkan Ji Yeon, karena si Ibu tahu-tahu sudah ada di kantor Ji Yeon

Trio BRC dan Young Shik langsung menyapa Ibu Ji Yeon yang membawakan makanan untuk mereka. Ji Yeon risih dengan kedatangan ibunya dan menarik ibunya dari sana. “Ayo pergi”

Ji Yeon dan ibunya berbicara berdua, dan trio BRC tidak melewatkan kesempatan ini, mereka menguping pembiraan Ji Yeon dan ibunya, tapi Young Shik pun ikut menguping hehehe.

“Ibu, aku benar benar tidak bisa hidup kalau kau begini”

Ibu Ji Yeon malah mencemaskan Ji Yeon karena peramal bilang, Ji Yeon akan menjalani nasib yang buruk. “Peramal itu bukanlah peramal biasa… Dia tahu semua kepribadianmu yang mengerikan, Dan dia tahu semua orang yang membencimu”

Ji Yeon makin kesal dan meminta ibunya untuk melupakan hal itu, dia tak percaya hal-hal seperti itu. Ibu membentaknya, “Kau hampir 40 tahun. Apa kau berencana untuk mati sendirian?” Ji Yeon meminta ibunya untuk memelankan suara orang-orang akan mendengarnya.

“Harus ada seorang pria disamping wanita. Kau juga harus punya anak. Bahkan jika kau menikah sekarang, akan tetap mengkhawatirkan apakah kau bisa hamil. Kau harus memikirkan usiamu. Bekerja bukanlah segalanya”

Ji Yeon merasa keinginan ibunya itu membuatnya merasa gila. Ibu mengingatkan Ji Yeon pada apa yang telah dikatakan Ji Yeon padanya saat ibunya menderita kanker dan ingin mati. Ji Yeon mengatakan agar ibu tidak boleh menyerah, saat itu dia mempercayai Ji Yeon. Saat itu ibu rela menerima pengobatan yang sulit demi Ji Yeon, lalu mengapa Ji Yeon ingin mati.

Ji Yeon berpikir ibunya sudah salah fokus, Ji Yeon kesal dan meminta ibu untuk diam! Ibu tetap bicara, “Apakah aku melakukan ini untuk kebaikan ku? Aku melakukan ini karena hatiku sakit melihatmu hidup begitu kesepian”

“Aku tidak kesepian sama sekali. Aku Sangaaaat bahagia” Ji Yeon mencoba memberitahu ibunya. “Bukankah kau mengatakan padaku untuk tidak menikah terlalu cepat” Ji Yeon mengingatkan.

Apakah Ibu mengatakan itu untuk membuat Ji Yeon tidak menikah? Bukan itu tujuannya! Ji Yeon merasa lelah. Ibu memohon, satu jam saja, dia meminta waktu Ji Yeon selama satu jam untuk pergi bersama nya ke tempat peramal. Jika Ji Yeon tidak pergi bersamanya sekarang, Ibu akan menemui CEO Kwon dan menangis di depannya dengan mengatakan bawah Ji Yeon akan membiarkan ibunya mati. Ji Yeon kesal namun pada akhirnya setuju. Ji Yeon meminta ibunya pergi lebih dulu, dia akan menyusul.

Trio BRC yang mendengarkan percakapan Ji Yeon dan Ibunya langsung merasa kegirangan dan berkata,  “Ini pertemuan antara penyihir dan si peramal. Apa ada sesuatu yang "horrotic" dengan itu?” (horrotic=antara horror dan erostis)

Dong Ha mengendarai motornya yang bertuliskan “119 Part time, kami akan melakukan semuanya” Dong Ha menuju sebuah rumah diantara gang-gang dan tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah misterius yang tampak kosong.

Dong Ha bertanya apakah ada orang disana? Itu adalah rumah si Peramal. “Permisi.. Aku pekerja part-time 119. Apa ada orang disini?” Dong Ha merasa horror karena lampu di rumah itu kedap kedip.

Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, membuat Dong Ha sangat kaget. Ternyata dia adalah si peramal. Dengan nada lucu si peramal berkata, “Kau disini, aku menunggumu”  Walo masih kaget Dong Ha membalas sapaan itu.

Si Peramal melepaskan pelukannya dan berkata dengan ekspresi so imutnya, bahwa lampunya bertingkah. Mati Hidup, mati hidup, sangat mengganggu.

Tak lama si peramal menunjukkan wajah bengis dan nada suara menyeramkan, “Teknisi terkutuk yang pantas untuk mati itu bahkan tidak bisa dihubungi” Dong Ha jadi ketakutan melihat tingkah si peramal.
Namun  si Peramal kembali mengubah ekspresinya dan bertanya apakah Dong  Ha bisa memperbaiki lampunya? Dengan agak ketakutan dia mengatakan tentu saja dia bisa dan menanyakan kotak sekeringnya. Si peramal pun mengajak Dong Ha untuk ke tempat kotak sekering berada.

Ponsel Dong Ha berbunyi, dengan nada marah si peramal bertanya, “Siapa yang menggunakan ponsel di tempat keramat ini?!” 

Dong Ha semakin ketakutan dan langsung mematikan suara ponselnya. Si peramal pun menunjukkan dimana Dong Ha harus meletakan ponselnya selama berada di tempat itu. Dong Ha pun buru-buru meletakannya.

Dong Ha sedang memperbaiki listrik di rumah si peramal dengan mengotak atik kotak sekeringya, dia hampir selesai memperbaikinya dan akan mencoba menyalakannya. Dong Ha mengatakan hal itu pada si peramal yang ternyata sedang memeluk kaki Dong Ha. (Errrr… kyk ular lagi ngebelit di pohon aja tuh si peramal, hahaha)

Si Peramal mengiyakan saja dan akhirnya melepaskan pelukannya pada Kaki Dong Ha saat lampu nya menyala. Si Peramal kegirangan dan langsung kembali ke tempat prakteknya.

Dong Ha melihat kabel listrik yang robek dan mengatakan akan memperbaikinya juga. Si peramal berterimakasih pada Dong Ha.

Datang dua orang pelanggan, ternyata itu Ji Yeon dan ibunya, Dong Ha langsung bersembunyi melihat Ji Yeon yang datang.
Ponsel Ji Yeon berbunyi, si peramal marah dan Ibunya langsung mengambil ponsel Ji Yeon dan menyimpannya di tempat Dong Ha menyimpan ponselnya juga, bersamaan dengan ponsel milik ibu juga. (Ups ponsel Ji Yeon dan Dong ha ternyata modelnya sama, dasar drama)

Dong Ha yang sedang bersembunyi tersenyum riang melihat Ji Yeon mendatangi peramal, sepertinya dia merasa akan mendapatkan tontonan menarik hari ini.

Ibu berkata pada si peramal bahwa tahun ini putrinya berusia 39 tahnu dan dia adalah seorang reporter. Saat ibu mengajaknya untuk duduk di depn si peramal, Ji Yeon malah mengeluh bahwa aroma penipuannya sangat terasa.

Si Peramal menjadi marah dan memukul Ji Yeon yang menjadi kaget dan bertanya apa yang sedang dilakukan peramal? Dengan angkuh si peramal berkaya, “Kenapa kau hidup seperti itu selama ini?” Ji Yeon bingung, di peramal malah meludahinya. Ji Yeon kaget dan bertanya, “Aigoo, Apa ini?”

Ji Yeon kaget mendengarkan apa yang dikataka oleh peramal. Apakah mereka (Ibu dan peramal) berpikir itu masuk akal? Ibu meminta Ji Yeon untuk menutup matanya saja... Ji Yeon tidak bisa terima karena si peramal berkata akan memukul punggungnya.

Si peramal berkata dia bukan mau memukul punggung Ji yeon, tapi dia akan mengusir kesialannya. Itulah bagaimana caranya agar kesialan dalam hidup Ji Yeon akan berakhir dan dia bisa memulai hidup yang baru.

Ji Yeon jadi kesal, “Apa ? hidup dengan terkena kesialan?! Apa kau sudah memikirkan semua perkataanmu itu? Tempat apa ini? Apa tempat ini punya izin bisnisnya? Kalau kau mau melakukan bisnis disini. Kau harus membutuhkan izin usaha juga”

Si peramal jadi marah dan berkata pada ibu untuk membawa putrinya pergi dari tempatnya. Apa yang terjadi pada Ji Yeon, entah it akan tertusuk pisau di punggungnya atau mati karena usia tua tidak ada hubungannya dengan si peramal.

Ibu malah memelas pada si peramal dan berkata, “Bukankah kau mengatakan kalau anakku penuh semangat, karena dia mempunyai zodiak naga dan energi dari ular samosa?”

Ibu memohon pada Ji Yeon dengan nada kesal, “Tidak bisakah kau mendengarkan satu permintaan ibu? Ini adalah keingin dari pasien kanker yang tidak tahu kapan dia mati. Kau tidak mau mendengar permintaan itu?”

Ji Yeon benar-benar merasa kesal namun juga sekaligus tidak berdaya. Kapa ibunya akan sempbuh dari kanker jika dia terus mencoba melakukan hal ini, dengan terpaksa, Ji Yeon pun rela melakukannya demi sang ibu.
Ji Yeon berbalik dan memberikan punggungnya pada si peramal. Si peramal pun mulai memukul dengan menghitung, “Satu” Ji Yeon langsung protes, kenapa satu? Kan tadi si peramal sudah memukul satu kali. Si Peramal tidak peduli, jika dia bilang satu yah satu. Jangan protes!

Ji Yeon kesal dan menggerutu menyebut di peramal gila, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Si peramal kembali memukulnya, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9... Ji Yeon diam saja menahan sakitnya. Dong Ha melihat hal itu dia tampak tak tega, namun tidak juga bisa berbuat apa-apa, dia memilih kembali memperbaiki listrik.
Ji Yeon terus dipukul, 10, 11, 12, 13, 14, 15.. 16, 17, 18, 19... 20. Terdengar suara ponsel, si peramal menjadi marah, siapa yang menyalakan ponsel di tempat keramat ini? Ibu Ji Yeon menatap ponselnya dan Ji Yeon di tempat penyimpanan dan berkata itu bukan ponsel mereka.

Peramal makin kesal dan mencari sumber suara ponsel itu. Dan ternyata itu adalah miliknya? Tanpa rasa bersalah si peramal mengangkat panggilan masuk ke ponselnya dan meminta ibu Ji Yeon meneruskan untuk memukul Ji Yeon. “Pukul dia dua puluh kali lagi, terus pukul dia hingga kesialannya tidak lagi datang”

Si peramal pergi mengangkat teleponnya dan meninggalkan Ji Yeon dan ibunya.  Ji Yeon makin kesal pada si peramal.  Apakah dia benar-benar harus melakukan hal ini? Dengan nada bergetar ibu berkata, “Kau harus melakukannya. Kalau kau tidak bisa menikah, aku bisa melakukan hal yang lebih buruk dari ini. Hanya 20 kali lebih, Ji Yeon. Walaupun ini sakit, tahan saja”

Ibu mulai memukul punggung Ji Yeon dengan suara bergetar, 21, 22, 23, 24… Ji Yeon menahan rasa sakit dari pukulan itu seperti yang dikataan itu. Sementara Dong Ha menatap dari dekat sekrering, dia takjub, Ibu Ji Yeon benar-benar memukulnya hanya karena disuruh si peramal.

Dong Ha kembali meneruskan tugasnya membenarkan kabel listrik, dan Ibu Ji Yeon kembali memukulnya, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31…
Ibu sebenarnya tidak tega harus memukuli punggung Ji Yeon seperti itu, Ibu mulai menangis sambil berkata, “Putriku… Kau tidak pernah dipukul selama ibu membesarkanmu… Ini semua karena bajingan itu!”

Ibu menangis mengingat apa yang terjadi pada Ji Yeon di masa lalu, “Dia melakukan itu tanpa merasa bersalah, Setelah berkata mau menikahimu, dia malah melarikan diri…”

Dong Ha mendengar perkataan ibu, dia jadi tertarik dan meninggalkan pekerjaannya lagi, dia kembali memperhatikan Ji Yeon dan ibunya.

Ji Yeon hanya diam saja saat ibu kembali mengungkit luka lamanya, “Bajingan busuk itu! Beraninya dia mengkhianati putriku!”

Ji Yeon memejamkan mata, dan mengingat masa lalu yang menyakitkan itu. Ji Yeon dengan pakaian pengantinya menanti seseorang yang tidak pernah datang, dia terluka dan mejatuhkan undangan pernikahannya. Kecewa, tentu saja itulah yang dirasakannya.

Ibu menahan kesedihannya dan berkata pada Ji Yeon, walopun sakit, tahanlah sedikit. Ji Yeon berkata pada ibunya, agar ibunya tidak bersedih lagi dan pukul saja dia. Ibu kembali menguatkan Ji Yeon, walau sakit,  tahanlah, karena pukulan itu akan mengeluarkan kesialan Ji Yeon dan dengan cara ini juga Ji Yeon bisa melupakan pengkhianat itu dan hidup dengan baik.

“Apakah aku mengatakan bahwa aku kesakitan?  Ini tidak sakit sedikit pun. Cepat lakukan!” Ji Yeon meminta ibunya meneruskan pukulannya. Ibu pun kembali memukul punggung Ji Yeon, 35, 36..

Dong Ha teringat pada perkataan Ji Yeon tentang pria yang meninggalkan pengantin wanitanya tepat di hari pernikahan mereka. Dong Ha langsung mengambil kesimpulan bahwa itu pasti adalah Ji Yeon,

“Tapi wanita itu terus menunggu. Menurutmu apa yang dia rasakan?”
Saat Ibu masih memukuli Ji Yeon, tidak sengaja Dong Ha melakukan kesalahan pada kabel sekering sehingga membuat lampu di rumah si peramal seketika mati. Ibu dan Ji Yeon langsung kaget. Apa yang terjadi? Ibu langsung menyimpulkan mungkin itu adalah pertanda, bahwa semua kesialan telah di keluarkan itulah mengapa listriknya mati.

Ibu kaget melihat Ji Yeon menangis setelah lampu menyala,  dia pun meratapi nasib Ji Yeon yang habis dipukuli punggungnya.
Ji Yeon berkata pada ibu, mereka sudah melakukan semuanya dengan benar kan? Dan dia pun mengajak ibu untuk pergi dari sama. Ibu berkata pada Ji Yeon, bahwa si peramal bilang, bahwa dia akan memberikan jimat binatang. Ji Yeon pun berinisiatif untuk mengambil sendiri. Ji Yeon mulai memilih, karena dia lahir di tahun naga, apakah dia harus mengambil Naga? Tidak,, bukan begitu.

Ji Yeon merasa ribet, dan asal ambil saja pada akhirnya, dia mengambil jimat kuda berwarna biru. Ibu bertanya kenapa Ji Eon mengambil Jimat kuda? Karena ini tahun Kuda.

Ji Yeon dan ibunya pun pergi dari tempat si peramal setelah mengambil ponsel mereka, tapi…. Ji Yeon mengambil ponsel di tempat yang salah.

Dong Ha selesai membenarkan listrik, dia berkata pada si peramal seharusnya setelah ini akan baik-baik saja. Si Peramal yang baru saja selesai menelpon bingung karena pelanggannya telah pergi, dia mengecek jimat yang diambil Ji Yeon dan berkata, “Kenapa harus berbentuk kuda?” Dong  Ha yang ada disana jadi penasaran memangnya kenapa?

“Dari siklus 60 tahun, hanya ada 5 kuda. Dari mereka, kuda biru adalah yang paling ganas. Dia mengambil kuda biru ketika dia sudah memiliki nasib yang sial…. Astaga, Dia tidak akan beruntung lagi tahun ini!”

Kantor Troble Maker sangat rusuh, banyak telepon masuk karena penyangkalan yang dilakukan Kim Jeong Do pada artikel yang ditulis Ji Yeon tentang skandalnya. Young Shik mencoba menelpon ponsel Ji Yeon, tapi ternyata malah Dong Ha yang sedang bekerja part-time membawa anjing jalan-jalan yang menerima panggilan Young Shik.

Dong Ha bingung melihat nama Young Shik di ponsel yang dia pikir adalah miliknya itu. Saat Dong Ha mengangkatnya Young Shik langsung nyerocos, “Sunbae, kau dimana? kau bilang kau akan tempat acara  wawancara tapi kau mematikan telponmu! Apa kau bertemu dengan Kim Jeong Do? Haruskah aku pergi kesana sekarang ?”

Merasa bingung, Dong Ha pun berkata pada Young Shik, “Aku pikir kau menelpon nomor yang salah” Giliran Young Shik yang bingung, “Apakah ini bukan nomor Ji Yeon sunbae?” Dong Ha langsung teringat pada Ji Yeon, dan menatap ponselnya. Dong Ha menyadari sepertinya ponsel mereka tertukar.

Dong Ha berkata pada Young Shik, itu memang ponsel Ji Yeon dan saat ini reporter Ban Ji Yeon sedang sibuk. Young Shik mengerti dan menutup panggilannya.

Dong Ha kembali menatap ponsel itu, “Apa ini? Kapan ponsel kami tertukar..”

Salah satu teman sekolah Ji Yeon menelpon Na Rae, dia bergosip tentang Ji Yeon yang menyebarkan gossip palsu tentang Kim Jeong Do. Na Rae membela Ji Yeon, dia memang orang suka berterus terang, tapi Ji Yeon tidak pernah membuat berita bohong, temannya berkata bahwa Kim Jeong Do akan menuntut Ji Yeon.

Na Rae tidak percaya pada kata-kata selebritis. Temannya tidak peduli dan memutuskan bahwa dia dan beberapa teman lainnya kan mengucilkan Ban Ji Yeon. Na Rae jadi kesal dan berteriak, “Apa?! Bukankah kalian berlebihan! ini tidak manusiawi! Apa kau punya bukti kalau Ji Yeon berbohong? Apa kau melihatnya?”

Teman Ji Yeon dan Na Rae jadi kaget dan berkata jika Na Rae merasa ini tidak adil suruhlah Ji Yeon untuk datang ke pertemuan dan memeberikan penjelasan.

Min Go datang dan mencoba meredakan amarah istrinya, tapi Na Rae masih kesal karena ulah temannya itu. Dia yakin, Ketika Ji Yeon menulis artikel seperti itu, pasti ada alasannya. Na Rae mencoba menelpon Ji Yeon namun Ji Yeon tidak mengangkat teleponnya.

Ji Yeon sedang berjalan sendirian dengan wajah bête nya, dia masuk ke dalam sebuah apotik dan membeli koyo yang bisa meredakan nyeri di punggungnya setelah dia merasa dipukuli seperti anjing. 

Bukannya pulang ke rumah, Ji Yeon malah pergi ke kedai So Ju dan memesan sebotol Soju dan ceker Ayam pedas, yang benar-benar pedas, dia sepertinya ingin melepaskan stresnya hari ini.

Dong Ha bingung, mencari cara untuk kembali menukarkan ponsel mereka. Doa merasa jika dia terus berurusan dengan Ji Yeon dia akan terus mendapat masalah. Dong Ha ingin menukarkan ponsel itu secepatnya.

Dong Ha menelpon ponselnya yang ada pada Ji Yeon, sepertinya dia sudah melakukan itu sejak tadi, namun Ji Yeon tidak mengangkatnya. Akhirnya Ji Yeon mengangkatnya juga, namun saat itu Ji Yeon sudah mulai mabuk.

Dong Ha bertanya apakah yang berbicara adalah reporter Ban? Ji Yeon membenarkan dan bertanya siapa Dong Ha? Mendengar suara Dong Ha, Ji Yeon langsung mengenalinya, “Akh,, kau pria tinggi yang kemarin ya? Bagaimana kau tahu nomor telepon ku?”

Ji Yeon jadi mencurigai Dong Ha. Ini sangat aneh, apa sebenarnya tujuan Dong Ha, tidak mungkin jika hanya menemukannya secara kebetulan. Dong Ha berkata yang aneh itu Ji Yeon, “Kenapa kau mengambil ponsel orang lain yang sepedanya dulu kau ambil!”

Ji Yeon tidak mengerti, apa yang sebenarnya Dong Ha katakan. Heuu.. Dong Ha merasa tidak ada untungnya berdebat dengan orang yang sudah setengah mabuk. Dong Ha pun langsung bertanya dimana Ji Yeon sekarang? Memangnya Dong Ha mau apa jika dia tahu dimana Ji Yeon sekarang…  Ji Yeon tak sempat melanjutkan lagi ucapannya karena dia menutup teleponnya begitu saja.

Dong Ha jadi kesal dia merasa berurusan dengan dengan  Ji Yeon itu sudah buruk dari awal. Saat dia mencoba untuk menelpon lagi, sebuah panggilan masuk ke ponsel Ji Yeon, di layar ponsel tertulis “Pengkhianat”

Dong Ha menatap layar ponsel itu, dan menduga-duga, mungkin kah itu pria yang meninggalkan Ji Yeon di masa lalu? Dong Ha jadi bingung sendiri, apakah dia harus mengangkatnya atau tidak? Kenapa pria itu harus menelpon disaat ponsel Ji Yeon sedang tertukar?

Dong Ha akhirnya memutuskan untuk mengangkat teleponnya, “Hallo, tolong sebentar. Jangan tekejut dan jangan menutup telpon. Aku tahu kau menelpon setelah memikirnya matang matang Pertama tama, Reporter Ban dan aku tidak ada hubungan apapun. aku bukan pacar ataupun kekasihnya. Bahkan aku bukan juniornya. ini hanya kebetulan kalau ponselku tertukar dengannya. Tapi karena kau tidak muncul dipernikahan. Dia mengalami waktu yang sulit, Itu yang Reporter Ban rasakan”

Dong Ha bicara panjang lebar mencoba menjelaskan hubungannya dengan Ji Yeon, tapi si pengkhianat itu malah bertanya, “Mungkin, apa kau orang yang sama yang datang dengan Ji Yeon tadi malam?”

Ternyata Na Rae yang menelpon Ji Yeon, Dong Ha bingung, siapa ini? Bukan kah yang menelpon itu si pengkhianat? Na Rae berkata bahwa dia adalah pemilik toko kue ikan temannnya Ji Yeon, dan memang dengan nama itulah Ji Yeon menyimpan nomornya.

Na Rae malah penasaran bagaimana Dong Ha tahu tentang pria yang meninggalkan Ji Yeon, padahal yang tahu tentang Shi Hoon Sunbae hanya Na Rae. Dong Ha hanya berkata bahwa dia mendengarnya saat berada di tempat peramal.

Na Rae malah berpikir Dong Ha dan Ji Yeon pergi ke tempat peramal untuk mengetahui apakah meraka cocok atau tidak. Dong Ha menjelaskan, Ji Yeon pergi bersama ibunya dan Dong Ha kebetulan ada disana.

Na Rae tidak membahas lagi dan bertanya dimana Ji Yeon? Dong Ha juga tidak tahu, karena Ji Yeon menutup teleponnya, sepertinya Ji Yeon sedang minum sendirian di suatu tempat. Na Rae berkata, Ji Yeon tidak mungkin mabuk dan memberi tahu Dong Ha tempat minum yang mungkin di datangi Ji Yeon.

 Dong Ha mendatangi tempat yang dikatakan Na Rae, dan benar saja Ji Yeon ada disana dalam keadaan mabuk berat. Ji yeon menyebut Dong Ha aneh, dan menuduh mengikutinya.

Dong Ha tidak banyak bicara dan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ji Yeon merengek meminta ponsel itu dikembalikan, tapi Dong Ha menggantikannya dengan ponsel asli Ji Yeon.

“Kau dan aku, ponsel kita tertukar” Dong Ha berkata dengan tenang. Ji Yeon bingung, dimana? Di tempat peramal, Dong Ha menjelaskan dia ada disana untuk memperbaiki listrik. Ji Yeon langsung curiga, “Apa kau mendengarnya?” Dong Ha berkata dia tidak mendengar ramalan untuk Ji Yeon, tapi Ji Yeon tidak langsung percaya. Dong Ha jadi kesal dan pamit pergi.

Ji Yeon kemudian memesan Soju lagi, melihat kelakuan wanita itu Dong Ha jadi cemas dan berkata lebih baik Ji Yeon tidak minum lagi dia sudah kelihatan sangat mabuk sekarang ini. Ji Yeon tidak mendengarkan, mengapa Ji Yeon harus berprilaku baik saat sedang mabuk? Ji Yeon menyambut Sojunya dengan hati riang.

Dong Ha jadi tidak tega meninggalkan Ji Yeon, dia kemudian menatap obat yang di beli Ji Yeon, dia tahu benar alasan Ji Yeon membeli obat itu. “Obat? Apa kau memakai ini?” Ji Yeon tidak menjawab dan sibuk minum, akhirnya Dong Ha pun ikut minum bersama Ji Yeon.

Na Rae merenung  di tokonya, Min Go mendatanginya dan berkata dia tidak bisa tidur jika Na Rae tidak ada disampinya. Na Rae tampak cemas, Min Go bertanya apakah ini karena Ji Yeon? Tebakan Min Go benar.  Na Rae cemas karena Ji Yeon biasanya tidak mabuk-mabukan. Min Go bingung, Ji Yeon itu sudah dewasa, mengapa Na Rae masih mengkhawatirkannya?

Ketika Ji Yeon mabuk, dia memiliki sedikit kebiasaan, Min Go mencibir, saat sadar Ji Yeon sangat menjengkelkan, dan saat mabuk dia punya kebiasaan buruk?

Na Rae menghela nafas dan perkata, “Aku mengkhawatirkan Dong Ha” Min Go bingung, bukan Ji Yeon yang di cemaskan Na Rae?

“Selama ini, semua kekasih Ji Yeon berawal dari ketika dia mabuk”

Dong Ha melihat Ji Yeon sudah sangat mabuk, Dong Ha mengajaknya untuk pulang, Ji Yeon menolak bahkan saat Dong Ha berkata akan mengantarnya pulang. Ji yeon bilang dia bisa pulang sendiri. Tapi Dong Ha menariknya untuk berdiri dan Ji Yeon merengek untuk mengambil tas nya. Dong Ha mengeluhkan kelakuan Ji Yeon yang menurutnya memiliki biaya hidup yang tinggi.

 Di jalan Ji Yeon jalan sempoyongan dan menganggumi bunga-bunga, tapi dia kesal melihat Dong Ha yang mengikutinya dan berlari menjauhinya. “Aku takut, jangan ikuti aku!”

Dong Ha mengejar Ji Yeon dan cemas melihat kelakuannya yang tidak terkendali apalagi saat dia bersandaran di sebuah reklame yang terpasang di jalan.

Na Rae berkata pada suaminya, “Tahap pertama kebiasaan mabukl Ji Yeon. Kebebasan. Dia membiarkan tubuh dan pikirannya melayang”

Ji Yeon didampingi Dong Ha berdiri di depan sebuah cermin cekung yang ada di tikungan jalan. Ji Yeon mengagumi dirinya sendiri, “Omo, lihat ini, lihat ini, aku tahu ini akan menjadi seperti ini. Bagaimana bisa kau begitu sangat sempurna? Tubuhmu bagus dan selain itu gajimu tahunan besar. Apa yang kurang darimu? Tapi kelihatannya kau buncit hari ini”

Dong Ha tidak habis pikir, ada sebenarnya dengan Ji Yeon??

Akhirnya Ji Yeon yang diiringi Dong Ha tiba juga di depan rumah Ji Yeon. Dong Ha membawakan barang-barang Ji Yeon dan wanita itu meminta Dong Ha mengembalikannya, tapi Dong Ha menolak karena melihat Ji Yeon sudah sangat sempoyongan.
Dong Ha pun mengantar Ji Yeon hingga ke atas. Dong Ha kaget saat melihat tempat tinggal Ji Yeon, sepertinya dia mengenali sebuah tempat yang ada di sebrang dan bertanya, apakah Ji Yeon tinggal disini?

Dong Ha pun pamit pergi karena sudah mengantar Ji Yeon hingga tiba di rumah dengan selamat. Ji Yeon malah mencegahnya, “Pergi? Kau mau pergi kemana?!” Dong Ha bingung apa maksud Ji Yeon.

“Tahap kedua kebiasaaan mabuk Ji Yeon….”

Ji Yeon berkata pada Dong Ha, dia harus melakukan sesuatu sebelum dia pergi. Ji Yeon mengajak Dong Ha untuk minum bir di rumahnya.

Dengan penuh semangat Ji Yeon membawa bir dan menyimpannya di atas meja. Dia langsung membuka satu kaleng dan tampak tidak senang saat melihat Dong Ha hanya diam saja, “Kenapa kau tidak minum?” Dong Ha malah berkata dia harus pulang.

Tapi Ji Yeon memaksa Dong Ha untuk minum, dia bahkan membuka kan satu kaleng bir yang isinya menjadi tercecer, dengan sigap Dong Ha dan Ji Yeon menyeruput isi bir yang berceceran itu dari arah kaleng yang berlawana, hingga wajah mereka menjadi sangat dekat. Dong Ha terpaku, JI Yeon malah memeletkan lidahnya untuk kembali menyesap sisa bir dengan pose menggoda.

Terdengar suara Na Rae yang bercerita pada suaminya, “Cinta pertamanya melakukan ini dan bahkan Sunbae Shi Hoon melakukan ini. Itu dimulai dengan ciuman” 
Dong Ha dan Ji Yeon di butakan nafsu dan akhirnya saling berciuman seperti yang dikatakan Na Rae, dan ciuman itu tidak berakhir hingga di atas tempat tidur.


Namun…. Secara tidak sengaja Ji Yeon melihat ID Card Dong Ha.Yoon Dong Ha, 30 April, 1990.

Ji Yeon memutar otaknya di tengah pergumulannya bersama Dong Ha, “Kalau dia lahir tahun 1990, Maka saat ini umurnya, Dua puluh... dua puluh lima tahun? maka dia dan aku beda 14 tahun?!”

“Jika dia beda 14 tahun denganku, Maka dia lahir ketika aku berusia 15 tahun? Jadi ketika aku masih SMP, Dia masih merangkak di ruang tamu?”

“Ketika aku mendapatkan pekerjaan pertamaku diperusahaan majalah dan mendapatkan gaji pertamaku, Dia berusia 10 tahun?”

“Jadi ketika aku berusia 30 tahun....”
Ji Yeon langsung membayangkan dirinya sedang menjadi tergugat yang diadilli dan CEO Kwon menjadi hakimnya,

“Tergugat Ban Ji Yeon, Berikan aku pernyataan penutupmu”

Ji Yeon tampang kebingungan dan ketakutan,

“Tergugat Ban Ji Yeon! Apa kau tidak punya pernyataan terakhir?”

Ji Yeon akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Kami…. saling mencintai. Bahkan walaupun itu cuma cinta satu malam, Itu bukanlah tanpa perasaan. Itu benar! Tanya saja dia!”

Ji Yeon menatap Dong Ha yang duduk di kursi korban, Hakim Kwon berkata, “Pikirlah dengan masuk akal, tergugat! Korban masih 16 tahun!”

Dong Ha dengan pakaian SMA dan rambut culunya meratap pada Ji Yeon, “Noona” lalu terdengar suara bayi sebagai background (wkwkwkwkwk, Epik banget ekspresinya Dong Ha)

Ji Yeon langsung ketakutan apalagi saat Hakim Kwon berkata, “Aku memberimu peringatan. Pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur, Menurut Bab ke 7, tentang "UU Perlindungan Anak." Aku menjatuhkan hukuman penjara 2 tahun padamu.”

“Menurut pengadilan ini... Untuk mendakwa Ban Ji Yeon, Aku menjatuhkan hukuman 2 tahun dan 6 bulan!”
Ji Yeon mengakhir khayalannya dengan kesadaran penuh bahwa perbedaan umurnya dengan Dong Ha sangat jauh. Mengingat hal itu…. dengan tangkas, Ji Yeon langsung menendang tubuh Dong Ha hingga terjengkang dari tempat tidur.


Bersambung ke episode 3

***
Maaf yah lama, untungnya minggu ini Witch’s Love tidak tayang, jadi tidak ketinggalan untuk me-recap episode 3 dan 4 nya. Semoga minggu depan aku bisa lebih cepat merecapsnya^^

Bagaimana sebenarnya masa lalu Ji Yeon? Pernikahan yang tidak terlaksana itu sepertinya menorehkan luka yang mendalam pada Ji Yeon, yang bikin penasaran tentu saja apa alasan Shi Hoon meninggalkan Ji Yeon di masa lalu, pasti ada alasannya kan? Tidak mungkin tidak~~~

Dong Ha juga misterius nih, kok aku feelingnya sebenernay Dong Ha itu anak orang berada yang kabur dari rumah,sampe berhenti sekolah karena berselisih paham sama Ayahnya, mungkin ada hubungannya juga sama kekasihnya yang telah meninggal.

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*

14 komentar:

  1. yah adegan ranjangnya gk ada :'(
    padahal itu loh noona ya aku tunggu2 salama ini
    fighting noona bikin sinopsisnya
    @ndrafir

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf ya^^ memang sengaja aku samarkan kok, aku mencari pic yang aman untuk semua umur^^

      Hapus
  2. Drama ini lucu deh, gak kebayang beda umurnya sampe 14 tahun hahaa
    Ini sih cocoknya jadi ibu sama anak nih.
    Ini drama kira" tayang stiap hari apa ka?

    BalasHapus
  3. dong ha tuh cowo di mv bang yong guk ' i remember' kan??
    omg, hot banget
    hahahahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... yang jadi Dong Ha itu Park Seo Joon yang ada di MV I remember

      Hapus
  4. Ahahahaaa....jd keinget artis indo yg umurx beda jauh dr cwekx(tp udh end)...penasaran ni drama....gomawo mbak irfa...

    BalasHapus
  5. lannjuut mbaa :D :p
    -Ndyana

    BalasHapus
  6. penasaran banget mbak sama ceritanya ..


    -any ..

    BalasHapus
  7. mirip sm drama
    I do I do,percintaan antara noona dongsaeng jg, ada bad scannya jg,tp drama ini lbh HoT n p'bedaan usianya jg sngt jauh...
    anak d bawh umur gk usah nNton deh d 20menit t'akhir ep.2 nya ha.ha..=D

    BalasHapus
  8. xixixixixiii,,, jadi inget drama taiwan the pursuit of happines,, ibunya ampe bawa anaknya yg cewek ke tukang ramal,,,, :D

    BalasHapus
  9. dongha pasti anak org berada....
    wa...jd penasaranni.....
    nuna jd gk sama su dongha atau balikan si nuna sm mantannya....
    wa..penasaran..penasaran..penasaran
    lanjutbak...kumawo

    BalasHapus
  10. kakak, ini drama tayang di stasiun tv mn?
    bsa tlong lbh cpt nggak sinopsisnya, soalnya lc bgetz n film..
    gumawo..

    BalasHapus
  11. good sinopsis juga tetep harus ada yg di filter

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^