Kim Do Han memasuki Ruang operasi
Joon Yeong, dia bersiap untuk melakukan operasi putra dari WaPresdir Kang itu.
Di ruang pemantau Operasi, WaPresdir Kang sedang memperhatikan aksinya. Kim Do
Han merasa yakin operasi ini akan berhasil. Namun Kim Do Han melupakan satu hal,
luka yang dideritanya.
Kim Do Han tumbang karena luka
nya meradang. Yoon Seo dan yang lainnya kaget. Kondisi Kim Do Han semakin
memburuk, Wapresdir Kang yang menonton di atas, jadi cemas dengan kondisi
putranya. Yoon Seo meminta Hong Kil Nam untuk membawa Kim Do Han keluar
ruangan. Tapi Kim Do Han menolak.
Kim Do Han memberikan intruksi,
agar Yoon Seo mengambil alih operasi. Dia menjadikan Jin Wook sebagai asisten
utama dan meminta Shi On untuk melihat letak masalah pada tubuh Joon Yeong. Kim
Do Han meminta para tim pediatric menjadi mata dan tangannya dalam menjalankan
operasi ini. Dia tidak akan keluar dari ruangan operasi.
Operasi pun tetap berlangsung
dengan lancar dengan intruksi Kim Do Han yang meminta Yoon Seo untuk melakukan laparotomi
dengan hati-hati. Meskipun ada Adhesi usus yang terjadi dengan serius, Yoon Seo
dapat mengatasinya dengan bantuan Jin Wook dan Shi On serta dokter lainnya.
Yoon Seo berhasil memasang
kateternya dengan baik, karena berhasil menemukan kantung empedu tanpa merusak
organ lainnya. Dengan saran Park Shi On, mereka pun melakukan jahitan puse string dua kali dan tunneling.
Operasi pun Selesai. Yoon Seo meminta Jin Wook untuk membereskan sisa
jahitannya.
Kim Do Han merasa bangga, karena
Yoon Seo telah melakukannya dengan sangat baik. Menurutnya, Yoon Seo bahkan
melakukannya lebih baik dari darinya.
WaPresdir Kang menemui Kim Do Han
yang sedang menahan kesakitannya di ruang istirahat. Dia berkata pada Kim Do
Han, meskipun operasinya berhasil, tapi itu bukan operasi yang sempurna.
Kim Do Han mengakui itu, jika
WaPresdir Kang melihatnya dari permukaan saja memang akan terlihat seperti itu.
Kim Do Han merasa yakin operasi itu akan berhasil dilakukan.
Kim Do Han mengeluarkan bola yang
pertama kali dipukul Joon Yeong yang diberikan padanya. Kim Do Han melakukan
operasi sambil menyimpan bola itu di kantung bajunya, dan terus memikirkan Joon
Yeong karena bola itu. Itlah sebabnya dia tidak bisa keluar dari ruang operasi.
Dia dan Tim pediatri, masuk ke
ruang operasi demi masa depan sang anak 10 tahun atau 20 tahun ke depan.
Kecuali mereka menyerah pada masa depan anak-anak, tak ada alasa bagi mereka
untuk tidak melakukan operasinya. Mendengar perkataan Kim Do Han, WaPresdir
Kang tertegun.
Yoon Seo mengobati luka Kim Do
Han sambil mengomel, karena Kim Do Han tidak mau diam. Yoon Seo heran mengapa
seorang ahli bedah seperti Profesornya itu membiarkan lukanya meradanh seperti
itu, apakah Kim Do Han tidak malu? Kim Do Han meminta Yoon Seo untuk tidak
bicara dan obati saja lukanya.
Kim Do Han mendapatkan luka itu
karena menyelamatkan pasien lukanya memburuk dan Kim Do Han kolaps, dan,,, dia
adalah seorang ahli bedah. Memangnya dia pikir siapa dirinya itu? Ironman?
Bahkan tubuh seorang Ironman pun adalah daging.
Kim Do Han kesal karena Yoon Seo
benar-benar banyak bicara. Yoon Seo menyarankan agar Ki Do Han pulang dan beristirahat jika tidak
ingin dioperasi. Apakah Kim Do Han ingin kolaps lagi? Jika tetap keras kepala,
dia hanya akan menjadi gangguan saja. Yoon Seo pun menekan luka Kim Do Han agak
keras, membuat profesornya itu agak kesakitan.
Yoon Seo tertawa kecil, dan Kim
Do Han tahu benar. Hobae itu sangat mencemaskan dirinya. Apakah dia harus
benar-benar istirahat di rumah?
Shin On berlari-lari menuju kamar
Ayahnya di rawat, disana sudah ada Ibu dan Direktur Choi. Shi On sangat cemas
apalagi setelah mendengarkan penjelasan direktur choi bahwa Kondisinya memburuk,
sebentar lagi ayahnya tidak akan bisa bergerak. Dokter menyarankan agar Shi On
sering-sering berkunjung, karena tak banyak lagi waktu yang tersisa.
Di luar kamar Ayahnya, Ibunya
berkata sebaiknya Ibu dan Ayahnya pulang saja ke Tae Bak. Tak ada yang bisa
dilakukan lagi oleh para dokter di RS. Ibu merasa mereka hanya merepotkan Shi
On dan Direktur Choi saja.
Shi On melarang, “Tidak, ibu tak
boleh pergi. Jika hanya ibu dan ayah saja, ayah bisa memukulmu lagi, ibu”
Ayahnya bahkan akan sulit bergerak, jadi dia tak akan bisa memukul ibunya lagi.
Shi On tetap melarang. “Tidak boleh. Tetap saja tidak boleh” Shi On kemudian
pergi meninggalkan ibunya.
Menurut Yoon Seo, yang dilakukan
Shi On sudah benar. Dia ingin Ayahnya di rawat dan dia juga sangat memikirkan
ibunya. Tapi Shi On merasa kedua orang tuanya sangat menyedihkan.
“Ayah yang harus hidup sendirian
setelah Ibu pergi tampak menyedihkan, Dan Ibu yang melarikan diri setelah dipukuli
oleh ayah juga menyedihkan”
Tapi karena Shi On merasa kasihan
pada mereka, dia malah merasa marah. Sangat marah. Kenapa Shi On merasa sangat
marah?
“Jika mereka membuangku dan hidup
tanpaku selama 20 tahun, Bukankah seharusnya mereka bahagia? Jika mereka hidup
tanpa anak cacat sepertiku,... Bukankah seharusnya mereka hidup dengan lebih
nyaman?”
Yoon Seo jadi mencemaskan Shi On
karena pendapatnya itu. Namun sebelum sempat Yoon Seo menyela Shi On, dia
kembali meracau. “Mereka tampak seperti orang idiot yang sebenarnya. Ibu dan
Ayahku”
Yoon Seo merasa senang karena Shi
On sudah bisa mengungkapkan kemarahannya. Karena dengan begitu, Shi On tampak
bisa diandalkan. Sekarang, Shi On sudah memiliki kekuatan untuk menjaga orang
tuanya. Mereka bisa mengandalkannya saat ini.
PresDir Lee dan Chae Kyung sedang
meminta bantuan pada salah seorang Presdir perusahaan yang dulunya menjadi
donatur RS. Presdir itu meminta maaf karena tidak bisa membantu, dia beralasan
tidak ada dana cadangan untuk saat ini. Dia sadar dia harus membayar hutang
budinya pada Almarhum Presdir Yoo (Ayah Chae Kyung) tapi saat ini, dia
benar-benar tidak bisa membantu.
Setelah Presdir itu pergi, Chae
Kyung menjadi sangat kesal. Dia tahu benar keuangan perusahaan itu, tapi dia
bilang tidak punya dana cadangan? Presdir Lee mencoba menengkan Chae Kyung, dan
memintanya melupakan hal ini. Tapi Chae Kyung masih geram, apalagi dia tahu
benar, Ayahnya lah yang membantu Presdir yang tadi saat 20 tahun lalu, dia
berada di ambang kebangkrutan.
Presdir Lee berkata, tidak ada
yang bisa disalahkan. Semuanya adalah salahnya. Presdir menatap Chae Kyung
dengan penuh sayang, lalu berkatam “Chae Kyung-a… Terima kasih sudah berada di
sisiku” Chae Kyung tak berkata apapun. Dia sepertinya cukup terharu karena ibu
tirinya begitu kuat menghadapi masalah ini.
Yoon Seo menyerahkan video salah
satu operasi yang diminta dr. Go. Sepertinya dr. Go sedang berusaha untuk
mendekatkan diri dengan anak buahnya. Dia pun berkata, “Kudengar operasimu
sangat mengesankan” Yoon Seo jadi bingung sendiri.
Dr. Go tahu tidak mudah menjadi
seorang dokter bedah spesialis di awal-awal, tapi itulah masa transisi seorang
ahli bedah. Lalu dr. Go bertanya, “Dr. Cha, apa kau memang selalu secantik ini?”
Yoon Seo semakin bingung dengan tingkah atasannya itu. Apalagi saat dia
mendengar pertanyaa selanjutnya.
“Sejak umur berapa kau sudah
cantik? 3 tahun? 10 tahun? Atau sejak lahir?”
Walhasil, sifat kepede-annya Yoon
Seo pun keluar, “Yah, sulit jika aku sendiri yang mengatakannya, tapi kira-kira
sejak aku lahir...” (Hahahaha,,, Urri Godiva ternyata sudah PD sejak lahir
#eh?)
Dr. Go tahu dirinya benar. Yoon
Seo memang sudah cantik sejak lahir. Dr. Go pun memberi semangat pada Yoon Seo
sebelum dia pergi dari ruangannya. Tingkah dr. Go hari ini benar-benar membuat
Yoon Seo bingung sekaligus geli,, hahaha.
Shi On memeriksa In Hae yang
sudah kembali normal. Mulai saat ini, In Hae harus rutin meminum obatnya. Tapi
Shi On tidak bisa melupakan mimpinya tentang In Hae, dia pun menatap In Hae
dengan aneh, dia sangat cemas dengan kondisi In hae.
Tentu saja In Hae pun curiga,
mengapa dr. Park menatapnya seperti itu? Shin On berkata tidak ada apa-apa. In
Hae kemudian bertanya, apakah dia bisa menjadi wanita cantik seperti kakaknya,
In Hae mengatakan itu sambil menatap In Young yang sedang menemaninya untuk
diperiksa.
Shi On berkata, In Hae sudah
cantik. In Hae jadi iseng ingin bertanya, “Lalu siapa yang lebih cantik, aku
atau Dr. Cha?” Secepak kilat, Shi On langsung menjawab, “Dr. Cha”
In Hae terdengar kecewa karena
Shi On menjawabnya dengan cepat. Shi On pun meminta maaf pada In Hae. Dia sama
sekali tak bermaksud menjawabnya secepat itu. Tapi sepertinya In hae tidak
menganggao itu adalah sebuah masalah.
Shi On curhat pada Yoon Seo, dia
merasa cemas dengan keadaan In hae. Memangnya ada apa? Shi On juga bingung, dan
dia mencoba menjelasakannya pada Yoon Seo, “Sulit ditentukan. Rasanya seperti
keluar rumah tapi lupa mematikan kompor gas. Dan rasanya seperti meninggalkan
warnet tapi lupa logout. Rasanya juga
seperti makan kimbap segitiga tanpa memeriksa tanggal kedaluwarsanya”
Yoon Seo malah menjadi semakin
bingung. Tidak bisakah operasinya ditunda hingga In hae benar-benar pulih. Yoon
Seo pikir In Hae akan pulih saat di hari operasi, karena tidak ada masalah
ketika mereka memeriksanya 2 minggu lalu. Lagipula, mereka tidak boleh membuat
dugaan yang tak jelas.
Shi On kembali bertanya, apakah
tidak mungkin, mereka saja yang mengoperasi In Hae dan biarkan departemen HPB
yang mengoperasi In Young? Yoon Seo juga menginginkan hal itu, tapi itu akan
sangat sulit.
Akhirnya Shi On hanya bisa
meminta bantuan pada Yoon Seo. Permintaan itu harus benar-benar Yoon Seo
penuhi.
Shi On meminta Yoon Seo membantunya
menemui dr. Kim yang akan mengoperasi In Hae. Yoon Seo berkata pada dr. Kim
bahwa dr. Park Shi On yang menangani In Hae selama ini ingin menyampaikan
sesuatu pada dr. Kim.
Dibandingkan dengan pasien
sindrom usus lainnya, In Hae memiliki kecenderungan frekuensi Infeksi yang
tinggi. Itu artinya, kekebalan tubuhnya sangat rendah. Jika terjadi kesalahan,
peluang mendapatkan infeksi selama transplantasi bisa sangat tinggi.
Shi On mencoba memberikan solusi
untuk mempertimbangkan karakteristik tranplanasti anak. dr. Kim jadi geram, dia
merasa Shi On dan Yoon Seo sangat lancang.
“Ketika pimpinanmu tak berkata
apa-apa, kalian berani berbicara padaku?”
Yoon Seo mencoba menjelaskan
maksud dan tujuannya. Tapi dr. Kim terlanjur kesal dan akhirnya sengaja
mengatakan hal yang menyakitkan hati Yoon Seo. Agar Yoon Seo mengurus saja
urusannya dan berpikir supaya tidak terjadi lagi kematian di meja operasinya.
Yoon Seo punlangsung tertegun mendengar hal itu.
Shi On yang tak terima, dia
meminta dr. Kim meminta maaf pada Yoon Seo. Tentu saja dr. Kim tak
mendengarkan. Yoon Seo yang sangat mengerti keadaan ini memutuskan untuk
membawa Shi On keluar dari ruangan dr. Kim.
Shi On masih kesal, dia mau masuk
lagi ke ruangan dr. Kim tapi Yoon Seo melarangnya. Shi On berkata, dia tahan
jika dirinya dihina, tapi dia tidak tahan jika Yoon Seo yang dihina. Yoon Seo
mencoba menenangkan Shi On dari amarahnya dengan memintanya untuk mengendorkan
otot matanya. Shi On pun mulai sedikit tenang.
Ketua Lee kaget saat Presdir Jung
menawarinya untuk menjadi Presdir di Yayasan Sung Won. Tidak ada orang yang
lebih mengenal Sun Won dibanding dia, dan dia telah mengabdikan dirinya untuk
yayasan seumur hidupnya. Presdir Jung mengompori, apakah Presdir Lee dan
Manajer Yoo yang mengkhianatinya yang lebih pantas? Presdir Jung merasa yakin
bahwa Ketua Lee akan melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tapi tidak begitu menurut
WaPresdir Kang, dia menolak ide itu saat Presdir Jung memberitahunya lewat
telepon. Dia merasa Ketua Lee sama sekali tidak pantas menjadi Presdir Yayasan
Sung Won. Presdir Jung berkata itu hanya untuk sementara. Jika restrukturisasi
personil RS telah selesai, dia akan segera diturunkan. WaPresdir Kang pun
bertanya, apakah Presdir Jung tak bisa menjamin pergantian jabatan bagi
karyawan lama. Apapun bisa terjadi… karena situasi selalu berubah.
Yoon Seo kembali mengomel saat
melihat Kim Do Han sedang bekerja di ruangannya. Bukahkan Yoon Seo sudah
memintanya untuk istirahat di rumah? Kim Do Han akan pulang setelah memeriksa
berkasnya. Tapi Yoon Seo tidak menyerah, dia langsung mengambil jas Kim Do Han
dan berdiri di dekat meja kerjanya sambil tersenyum. Ceritanya sih,, membujuk
Kim Do Han untuk segera pulang. Kalau sudah begini, Kim Do Han bisa apa lagi?
Kepala perawat mengeluh pada
perawat Jo karena banyak keluhan tentang seprai yang lupa dig anti. Perawat Jo
beralasan, bahwa akhir-akhir ini bangsal sangat penuh, jadi mereka kekurangan
staf. Kepala perawat mulai mengancam,
“Jika ada satu lagi keluhan…” belum
sempat Kepala perawat menyelesaikan ancamannya, tiba-tiba datang beberapa pria
berwajah gangster dan memanggil Perawat Jo dengan sebutan “Bos!”
Kepala perawat dan perawat
lainnya kaget. Apalagi saat para pria berwajah gangster itu berkata bahwa
mereka sudah lama mencari ‘Hyeom-mi’ nya itu. Perawat Jo jadi agak gugup dan
bertanya bagaimana mereka bisa menemukannya.
Mereka menunjukan artikel tentang
Tiga Pahlawan menangkap pelaku penusukan. Di sana terpampang foto Kim Do Han,
Shi On dan Perawat Jo. Pria itu berkata, ternyata keterampilan Perawat JO masih
belum pudar. Dia masih saja hebat.
Kepala perawat jadi was-was dan
bertanya siapa mereka? dengan memanggilnya ‘Senior’ (dalam bahawa Korea Senior
terdengar seperti pembantu) Pria itu marah karena Kepala Perawat berani
memanggil Bos nya dengan sebutan pembantu. Perawat Jo menengkan pria itu dan
mengajak para pria berwajah gangster itu untuk berbicara dengannya.
Perawat Jo mengatakan pada mantan
anak buahnya itu untuk menganggap dia mati di In Cheon dan melarang mereka
untuk datang mencarinya lagi. Dia sudah tidak ingin menjadi gangster, dia akan
tinggal di RS itu bersama anak-anak. Jika mereka berani datang maka mereka
semua akan hancur.
Perawat Jo memberi nasihat agar
para mantan anak buahnya itu berhenti menjadi gangster dan hiduplah seperti
manusia normal lainnya. Mereka jadi sedih mendengar hal itu, “Bos!”
Kepala perawat yang menguping
pembicaraan itu menjadi ketakutan. Dia tak pernah menyangka jika perawat Senior
dulunya seorang gangster.
Saat Perawat Jo kembali ke meja informasi, Kepala Perawat menatapnya
dengan ketakutan. Perawat Jo berbohong dengan mengatak bahwa yang datang adalah
teman-temannya dari kampong saat dia masih kecil. Mereka tiba-tiba
mengunjunginya. Tentu saja Kepala
Perawat tidak percaya dan pura-pura sedang sibuk untuk menghindar dari Perawat
Jo
Yoon Seo menjenguk Joon Yeong
yang baru saja sadar. Dia mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, tapi,,,
ada sesuatu yang tidak dikatakan dokter padanya. Yoon Seo mengatakan akan sulit
bagi Joon Yeong untuk menjadi pemain bisbol lagi, karena dia tidak bisa terlalu
banyak bergerak. WaPresdir Kang yang ada di kamar Joon Yeong jadi sedih melihat
putranya itu.
Tapi reaksi Joon Yeong
mengejutkan Yoon Seo dan WaPresdir Kang, “Aku sudah tahu” Bagaimana Joon Yeong
bisa tahu?
Tenyata Kim Do Han yang
memberitahunya. Sebelum Joon Yeong dioperasi, Kim Do Han mendatangi Joon Yeong
dan mengatakan sesuatu padanya.
“Joon Yeong… Fakta bahwa kau
merasa sedih karena tak bisa mewujudkan impianmu, Aku tahu dengan baik. Tapi
apa kau tahu apa hebatnya mimpi? Kau bisa memiliki mimpi yang lain. Sama
seperti saat kau bermimpi setiap malam dalam tidurmu,... Kau bisa memimpikan
mimpi yang lain. Kau bukannya membuang impianmu, tapi memiliki mimpi yang lain”
Kim Do Han memperlihatkan bola
pertama yang dipukul Joon Yeong, itu adalah nola pertamanya. Setelah sembuh
nanti, Joon Yeong hanya perlu membuat hal pertama yang lain. Kim Do Han tidak
tahu apa itu, tapi dia sangat berharap Joon Yeong akan memberikan nya pada Kim
Do Han sebagai hadiah, seperti bola pertamanya. Joon Yeong terharu mendengar
kata-kata Ki Do Han.
Oleh karena itu Joon Yeong sudah
memutuskan untuk memiliki impian lain. Dia akan belajar dengan sangat giat,
agar bisa menjadi seorang reporter bisbol. Joon Yeong meminta maaf pada Ayahnya
karena tidak memberitahunya. Dia tidak ingin membuat Ayahnya merasa cemas.
WaPresdir Kang berkata, tidak apa-apa. Dia sangat terharu karena kini putranya
memiliki impian lain.
Shi On menemui pasien barunya.
Dia memperkenalkan dirinya seperti biasa. Namun ibu dan anak nya yang sedang
sakit merasa heran dengan cara bicara Shi On. Tapi Shi On tidak tahu bagaimana
menanggapi hal itu. Jadi Shi On pun bertanya apakah Seung Hyun (pasien batu Shi
On) sudah buang air kecil? Saat ibunya menjawab belum, Shi On menyarankan agar
Seung Hyun segera buang air kecil karena akan berbahaya jika urine nya terlalu
lama berada dalam tubuh. Ibu dan Anak itu semakin heran medengar nada bicara
dan melihat gaya bicara Shi On.
Yoon Seo sedang menerima telepon
dari teman kencan butanya. Dia meminta maaf karena tidak bisa menemuinya lagi.
Yoon Seo beralasan jadwal operasinya sedang padat, sehingga sulit membagi
waktu. Dia bahkan sulit untuk membaca SMS.
Setelah menutup teleponnya, Yoon
Seo kaget karena Shi On sudah ada di dekatnya. Shi On mendengarkan semua
percakapannya dengan teman kencan butanya itu ditelepon. Shi On bertanya, “Apa
kau sedang berbicara dengan Jaksa Voldemort?”
Yoon Seo membenarkan, si Jaksa ingin
mereka bertemu lagi. Apakah Yoon Seo akan menemuinya? Tidak! Untuk apa dia
menemuinya lagi. Shi On menjadi heran, kenapa
Yoon Seo tak mengatakannya langsung saat di telepon tadi? JIka Yoon Seo
tak menyukainya, dia bisa mengatakannya dengan langsung kan?
Yoon Seo tahu dia bisa. Dia akan
mengatakannya langsung saat Jaksa Voldemort menelponnya lagi. Tapi… Kenapa Shi
On memnguping pembicaraannya ditelepon? Shi On langsung ngeles, dia tidak
menguping, dia hanya mendengar pembicaraan Yoon Seo dari jarak 3 meter.
Seharusnya Shi On menutup kupingnya.
Shi On tidak ingin memperpanjang
masalah, dia bertanya apakah Profesor Kim Do Han sudah pulang? Yoon Seo
mengiyakan, lalu bertanya apakah Shi On sudah tahu apa yang dikatakan Kim Do
Han pada Joon Yeong tentang impian? Shi On jadi tertarik untuk mendengarnya.
Di rumahnya, Kim Do Han sedang beristirahat sambil menyelesaikan rubik-nya. Setelah sekian lama, akhirnya Kim Do Han bisa menyelesaikan rubuk itu juga. Dia pun tersenyum puas karenanya. Lalu dia mendengar seseorang memencet bel di rumahnya. Siapakah yang datang?
Ternyata Shi On yang datang sambil membawakan makanan untuk Kim Do Han. Dengan cekatan Shi On membuka kan tutup makanan
yang dibawanya.
Dia membawa bubur kerang, dia
memaksa Kim Do Han memakannya karena opat penghilang rasa sakit dan antiradang
sangat keras. Kim Do Han yang merasa aneh dengan kehadiran Shi On yang mendadak
di rumahnya pun bertanya, “Kenapa kau datang kesini? bukannya seharusnya kau
jaga malam?”
Shi On hanya berpikir, jika Kim
Do Han sendirian, maka dia tidak akan memakannya, karena dirinya juga seperti
itu. Shi On juga tinggal sendirian. Jika sedang malas, maka dia tidak bisa
makan dengan baik. Kim Do Han jadi geram. Apakah karena dia memberi kelonggaran
pada Shi On, dia menjadi semakin berani?
Shi On jadi gugup, dia berkata
dia akan segera kembali ke RS. Tapi.. sebelumnya dia berkata pada Kim Do Han,
bahwa dia sudah mendengar apa yang dikatakan Kim Do Han pada Joon Yeong tentang
impian. Itu benar-benar kata-kata yang bagus.
“Profesor, sebagai Dokter, Anda
benar-benar…”
Shi On bersiap untuk memberikan
jempolnya. Tapi Kim Do Han segara mencegahnya, “Jangan beri jempolmu!” Shi On
pun mengurungkan niatnya dan minta maaf. Kim Do Han pun menyuruhnya segera
pergi.
Tapi, masih saja ada yang ingin
disampaikan Shi On pada Kim Do Han,
“Profesor, kau seperti seorang
kakak. Aku merasa seperti itu sejak kau menyelamatkanku dari para preman itu. Kakakku
juga melakukan hal yang sama untukku. Aku akan selalu berterima kasih atas itu”
Shi On pun akhirnya pamit pergi.
Setelah Shi On pergi, Kim Do Han
tersenyum kecil. Dia juga sepertinya sudah menganggap Shi On seperti adiknya
sendiri^^
Jin Wook baru saja selesai
memeriksa kondisi In Hae. Jin Wook mengatakan, karena demam In Hae sudah turun,
mereka tidak akan mengubah jadwal operasinya. Wajah In Hae langsung berubah
murung. Jin Wook bertanya apakah In Hae tetap tak mau di operasi? Bukan karena
itu. Lalu, apakah In Hae masih marah? In Hae menggeleng.
“Dokter… Aku tiba-tiba takut mati”
Jin Wook bingung, mengapa In Hae
perpikir seperti itu. Tentu saja ada alasannya, saat In Hae pingsan di rumah
dr. Cha tempo hari, walau singkat… dia merasakannya, Ketakutan. Tiba-tiba In
Hae merasa seolah segalanya di dunia ini meninggalkannya.
Jin Wook menenangkan In Hae, agar
dia tidak mencemaskan hal-hal seperti itu. In Hae masih terlihat cemas, dia
kembali bertanya, “Dokter... Aku bisa
bahagia kan? Kakakku dan Aku” Tentu saja, In Hae dan In Young bisa bahagia.
Jin Wook menemui In Young yang menunggunya di luar, In Young
mengatakan jika In Hae sepertinya menjadi sangat putus asa. Anak-anak yang
dioperasi biasanya sangat cemas. In Young bersyukur jika itu sering biasa
terjadi. Tapi In Hae tiba-tiba berubah dalam beberapa hari terakhir ini. Jin
Wook berkata, dia akan berusaha menghibur In Hae, jangan terlalu cemas.
In Young teringat pada kata-kata
Shi On tentang Jin Wook yang tidak dapat tidur tenang karena In Young, dia jadi
penasaran, “Dokter… Apa tidurmu sudah nyenyak?” Jin Wook bingung ditanya
seperti itu. Tapi dia menjawab, bahwa dia tidur dengan nyenyak. In Young pun
mengerti, apakah artinya Jin Wook sudah tidak memikirkan In Young lagi?
Yoon Seo sedang memikirkan
kata-kata Shi On yang marah karena dia menggantungkan Jaksa Voldemort. Dia
bingung kenapa Shi On menjadi marah tanpa sebab
In Hae memperhatikan wajah Shi
On, dan berkata, “Sekarang sedikit sulit untuk memikulnya, 'kan? Aku bisa membacanya di
dahimu. Tertulis ‘aku sedang mengalami kesulitan’. “ Shi On menyangkal, tapi In
Hae sangat mengerti jika cintanya tak terbalas, Shi On akan segera menderita.
Shi On akhirnya jujur. In Hae benar. Rasanya sangat berat. Benar-benar berat.
bersambung ke part-2
Hmm,,, sepertinya Yoon Seo mulai memikirkan Shi On ya? Apakah dia akan segera menyadari perasaannya? Udah jelas sih, Yoon Seo emang udah suka kok sama Shi On, hanya belum menyedarinya saja^^
Cemas sama In Hae ya, dia sampai takut mati seperti itu. Apakah mimpi Shi On benar-benar sebuah firasat? Ottoke?
*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Image by Deekutudrama
suka bangettttttttt..
BalasHapuseonni part 2 nya ..
semanagttttttttttttttttttttt....
Ditunggu part 2 nyaaa..
BalasHapusSemangaatt (งˆ▽ˆ)ง
wah,kasian in hae ya,,,
BalasHapusdi tunggu lanjutan nya yah,,
:)
Ditunggu part 2 nya mbaa...
BalasHapusGomawo
~love joo won~
Ditunggu part 2 nya mbak...semangat..
BalasHapusGeregetan liat shi on sama Yoon seo,, kapan mereka mau jujur n terbuka sama perasaan masing2..
BalasHapusGomawo noona,, selalu ditunggu postingan sinopsis selanjutnya ^^
lanjut mba' part 2 nya! :D, semangatttt!!!, fighting! :P
BalasHapusGak... sbar bca part 2x...>●<
BalasHapuswalau dah nonton.kalo ngga baca sinopsisnya ibarat makan bakso ngga pake saos ada aja yaanng kurang......hehehe. ditunggu ya mba part 2 dan episode 19 & 20
BalasHapustdk sabar nunggu episode selanjjutnya
BalasHapusAyo dong part 2 nya,,
BalasHapustengkyu mbakkk, tak tggu crita slanjutny mbak
BalasHapusMba... part 2nya donk....
BalasHapusTiap hri aku slalu mnunggu nich ...T_T (*lebay*)
nggak nyangka kalu perawat joo itu mantan gangster!!!
BalasHapuspart 2 nya ya mbak
ditunggu
mana nih part 2 nya??????????????
BalasHapusNext Part 2 :) please ^_^
BalasHapusFighthing
in hae ga boleh mati....
BalasHapuskok takut sendiri rasanya....
hi....
Mbak.... ayohhh semangatttttt!!!! Ditunggu part2nya loh... heheheheh
BalasHapus