Judul: Unwelcome Love
Genre: Romance, Drama
Warning:
Cerita ini hanyalah khayalan absurd-ku semata, semua nama yang digunakan sebagai karakter di Fanfic ini bukan milikku, begitu juga Arirang dan Yusung Group
Part 8: Saranghae
“Tujuan utamaku kembali ke Arirang, adalah untuk
meghancurkan pernikahanmu, Nuna”
Se Jong mengatakan kalimat itu dengan penuh keyakinan.
Sesaat aku sungguh terpana dengan keyakinannya, namun aku kembali menelaah
kalimatnya. Menghancurkan pernikahanku? Dengan siapa? Akh… tentu saja maksudnya
penikahanku dengan Jo Hyun Jae kan?
“Wae?” hanya itu yang terpikir oleh ku, mengapa juga dia
harus menghancurkan pernikahan kami, rasanya itu bukan sesuatu yang
menguntungkan untuk siapapun.
“Tentu saja… tentu saja… itu karena…”
Se Jong tiba-tiba saja seolah kehilangan semua keyakinannya
tadi, ada apa sebenarnya dengan anak ini?
“Nuna! Mengapa kau harus bertanya seperti itu sih?”
“Maksudmu?”
Aku benar-benar bingung dengan sikap Se Jong, tiba-tiba saja
berkata ingin menghancurkan pernikahanku dan dia tampak tak yakin dengan alasan
mengapa dia harus melakukan hal itu.
“Ehm… maksudku... Mengapa Nuna harus bertanya apa alasanku ingin
menghancurkan pernikahanmu?”
“Tentu saja aku harus bertanya, pernikahanku dipertaruhkan disini,
jadi aku harus tahu apa alasanmu”
“Bukan kah itu sudah jelas, Nuna?”
“Apanya?”
“Alasan mengapa kau harus mengakhiri pernikahanmu degan
suami Sok Kayamu itu?”
Suami sok Kaya? Mengapa juga Se Jong harus menjuluki Hyun
Jae dengan julukan menggelikan itu. Hyun Jae memang kaya, tapi dia sama sekali tidak pernah bersikap sok kaya. Akh sudahlah itu sama sekali bukan sesuatu yang harus di klarifikasi.
“Aku tidak mengerti. Hubunganku dengan suamiku baik-baik
saja jadi kurasa…”
“Nuna, tidak usah berbohong seperti itu”
Aku semakin tidak mengerti, ada apa sebenarnya dengan anak
ini?
“Kau tidak bahagia dengan pernikahan ini kan?”
Itukah yang Se Jong pikirkan? Kebahagiaanku?
Aku terdiam,
tak bisa menjawab pertanyaan itu, karena aku pun tidak tahu jawabannya. Apakah
aku benar-benar tidak bahagia dengan pernikahan ini? Tapi Jo Hyun Jae…. Wajah sumringahnya
saat menyantap habis masakanku sangat melekat di pikiranku, wajah itu yang
selalu membuatku bahagia setiap kali aku memasak untuknnya.
“Jae Wook hyung sudah menceritakan alasanmu menikahi pria
itu hanya untuk menyelamatkan Arirang kan? Dan dia menikahimu agar dia bisa
segera diangkat sebagai Presdir Yusung Grup. Penikahan bisnis kalian itu
sungguh tidak masuk akal”
Emosi Se Jong seketika naik, dia tidak berteriak ataupun
membentakku tapi aku sangat merasakan kemarahan dalam setiap perkataannya.
Akh… jadi karena itu Se Jong berpikir aku tidak bahagia
dengan pernikahan ku? Aku pun tersenyum kecil mendengar alasannya, ada
sekelebat rasa bahagia yang menjalar ke hatiku saat mengetahui Se Jong begitu
memikirkan kebahagianku
“Terimakasih Se Jong-a”
Se Jong malah tampak bingung saat aku mengatakan hal itu.
“Terimakasih karena telah memikirkan kebahagiaanku, tapi….
Tentu kau tahu jika pernikahanku dengan Jo Hyun Jae hancur, maka Arirang pun
akan hancur. Dan aku sama sekali tidak menginginkan hal itu.”
“Nuna…. Pernikahan itu seharusnya terjadi karena Cinta,
bukan karena sebuah perjanjian bisnis yang menggelikan”
Aku menghela nafas panjang. Cinta? Mengapa kata itu begitu
di agung-agungkan menjadi alasan sebuah pernikahan yang seharusnya. Aku paham
benar jika Ahn Jae Hyun atau Hye Sun yang mengatakan hal itu, karena mereka
adalah para pecinta.
“Tapi sayangnya aku tidak bisa melakukan hal itu Se Jong-a”
“Wae?”
“Karena aku tidak bisa menikahi Arirang”
Aku tersenyum setelah mengatakannya, sementara Se Jong
tampak kaget mendengar alasanku tersebut. Apakah dia masih meragukan cintaku
pada Arirang?
Setelah segala yang aku lakukan untuk Arirang, sebuah
pernikahan yang dapat menyelamatkan Arirang, hanyalah sebuah pengorbanan kecil
yang harus aku lakukan.
Lagi pula menikahi Jo Hyun Jae tidak seburuk yang aku
pikirkan. Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, menikah dengan Jo Hyun Jae
adalah sesuatu yang menyenangkan.
“Aku tahu kau sangat mencintai Arirang, tapi Nuna…. Tidak
kah kau ingin hidup bahagia dengan pria yang kau cintai?”
Aku tertawa mendengar pertanyaannya. Tentu saja aku
menginginkan itu, tapi masalahnya… Pria yang kucintai? Aku sama sekali tidak
memilikinya.
“Suatu saat nanti mungkin aku menginginkannya, tapi tidak
sekarang. Arirang lebih membutuhkanku saat ini. Lagi pula belum ada pria yang
berhasil membuatku jatuh cinta melebihi rasa cintaku pada Arirang”
Se Jong terdiam cukup lama, aku tahu dia menatapku saat mataku
menerawang menatap langit cerah siang ini.
“Bagaimana jika aku saja yang menjadi pria itu?” Tanya Se
Jong tiba-tiba.
Aku menoleh ke arahnya, antara kaget dan bingung mendengar
pertanyaan itu.
“Nde?”
“10 tahun lalu, aku berjanji padamu bahwa aku akan kembali
setelah menjadi pria yang layak untukmu, Nuna. Dan kini aku kembali, aku siap
untuk membuatmu jatuh cinta padaku, hingga kau tak bisa berpaling pada pria
lain selain aku”
Aku semakin bingung apa yang sebenarnya Se Jong bicarakan.
Dia ingin membuatku jatuh cinta padanya? Yang benar saja, selama ini aku selalu
menganggapnya sebagai adikku, bagaimana bisa aku jatuh cinta pada adikku
sendiri?
“Aku tahu selama ini kau hanya menganggapmu sebagai adik.
Tapi Nuna, kau harus tahu satu hal, selama ini sekalipun aku tak pernah menganggapmu
sebagai kakak perempuanku, itulah mengapa aku tak lagi menghubungimu saat aku
tahu kau memutuskan untuk bertunangan dengan Jae Wook hyung”
Aku terpana mendengar alasannya memutuskan komunikasi
diantara kami. Apa maksud dari semua ini, jika aku tidak salah tangkap, mungkin
kah… mungkin kah… Tidak mungkin. Dia pasti sedang mengerjaiku seperti di masa
lalu. Tapi sekarang dia bukan lagi anak-anak, aku tak akan mengijinkan Se Jong
untuk mempermainkanku seperti ini.
“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Se Jong-a?”
“Baiklah, aku tidak akan berputar-putar lagi, Aku akan
mengatakannya seacara jelas hari ini. Di mulai dari hari pertama kita bertemu
setelah terpisah selama 7 tahun”
Se Jong menatapku tajam. Ini pertama kalinya aku melihatnya
seperti itu.
“Saranghae, Nuna”
Sebuah kalimat ajaib yang aku pikir tidak akan pernah ku
dengar dari pria manapun dalam hidupku. Kalimat itu tiba-tiba saja terlontar
dari pria yang sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Aku sama sekali tidak ingin
mempercayai hal ini. Dia pasti sedang bermain-main denganku, dia marah karena
aku mengabaikannya selama 7 tahun ini.
“Kau tahu Se Jong-a, leluconmu kali ini sungguh keterlaluan”
“Ini sama sekali bukan lelucon, Nuna. Semua yang kukatakan
padamu hari ini adalah kenyataan, dan seperti aku yang sudah memenuhi janjiku
untuk terus belajar tentang masakan Korea, kali ini pun aku akan menepati
janjiku untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Jadi mulai sekarang, lihatlah aku
sebagai pria yang sedang berusaha membuatmu Jatuh Cinta”
Aku hanya terpaku mendengar semua celotehan Se Jong yang
kusadari memang bukan lelucon. Dia serius dengan semua kata-katanya.
Lalu apa yang harus aku lakukan?
Berteriak padanya dan memakinya karena dengan seenaknya
membuat janji yang bahkan tidak aku inginkah? Ataukah tertawa keras dan tetap
menganggap semua ini lelucon karena kejahilannya?
Tak sempat aku memutuskan apa yang harus aku lakukan, Se
Jong kembali berkata:
“Ingatlah hari ini sebagai hari pertamaku untuk berusaha
menaklukan hatimu, Nuna”
“Se Jong-a…”
Se Jong lagi-lagi memotong perkataanku dengan
kalimat-kalimat super tegas dan terus saja membuatku bingung dan terkejut.
“Kepala Koki Arirang, Seo Hyun Jin. Mohon bimbingannya agar
aku bisa menjadi Koki terhebat di Arirang dan menjadi pria yang membuatmu tak
bisa berpaling dariku”
Se Jong mengatakan hal itu sambil membungkukan badannya
dengan cepat, dan kembali mengangkatnya.
Kali ini aku hanya
bisa terpana, entah mengapa tak sepatah kata pun keluar dari mulut ku. Aku
kesal, marah namun bingung dan juga terkejut.
Aku masih tak mengatakan apapun, saat akhirnya Se Jong pamit dari
hadapanku.
“Aku pergi duluan untuk menemui para Koki Arirang”
Tanpa menunggu reaksiku, Se Jong pun pergi begitu saja
meninggalkanku yang masih bingung bagaimana harus menghadapinya saat ini.
Benarkah dia bukan lagi adik lelakiku yang manis, Yang Se
Jong?
Aku sama sekali tidak pernah menduga jika Se Jong selama ini
selalu menganggapku sebagai wanita yang dicintainya, tapi kurasa bukan kah dia
masih terlalu muda untuk meyakini bahwa perasaannya padaku itu benar-benar
cinta yang selalu diagungkan oleh Hye Sun dan Jae Hyun. Bisa saja Se Jong salah
mentafsirkan perasaan sayangnya padaku sebagai cinta.
***
Kehadiran Se Jong di dapur Arirang membawa keceriaan yang
tak biasa. Kemampuan memasak Se Jong sangat luar biasa, bahkan lebih hebat dari
yang aku duga. Para Koki lain pun tampak sangat nyaman bekerja sama dengannya.
Bahkan Koki Kim sangat mengandalkan Se Jong untuk membuat beberapa masakan yang
biasanya tak pernah dia percayakan pada orang lain. Baru sehari Se Jong berada
di Arirang para Koki menjadi sangat bersemangat saat memasak.
Aku tidak tahu apakah ini salah satu cara Se Jong membuatku
terkesan, tapi yang jelas dia berhasil membuatku kagum dengan kemampuan
memasaknya dan semangat positif nya yang lebih menghidupkan dapur Arirang.
Setelah mengatakan tujuan utamanya kembali ke Arirang, Se
Jong bersikap sangat professional ketika berada di dapur Arirang. Tak pernah
sekalipun dia terlihat canggung atau berusaha untuk mengungkit pembicaraan kami
di depan gudang tadi siang. Seolah-oleh pembicaraan itu tak pernah terjadi
diantara kami. Se Jong bersikap sewajarnya, memanggilku dengan sebutan Kepala
Koki seperti yang dilakukan Koki Arirang yang lainnya.
Sebenarnya aku lega melihatnya, karena jujur saja aku merasa
sedikit cemas bagaimana aku harus mengadapi Se Jong setelah pembicaraan itu.
Tapi melihat sikapnya yang tampak biasa saja, aku rasa aku bisa bersikap seolah
pembicaraan itu tak pernah terjadi. Bahkan jika tujuan Se Jong kembali ke
Arirang itu memang benar seperti yang dia katakan tadi siang, aku hanya akan
menunggu apa yang akan dia lakukan untuk membuatku jatuh cinta padanya.
***
Ternyata sikap profesionalnya itu benar-benar hanya di
lakukan Se Jong saat berada di dapur saja.
Saat semua Koki telah pulang, Se Jong tiba-tiba saja masuk
ke kantorku, bahkan tanpa mengetuk pintu.
“Nuna, apakah kau selalu melakukan itu setiap hari?”
aku yang masih memeriksa beberapa dokumen pembukuan Arirang
yang diserahkan manajer keuangan Arirang tadi sore, langsung menatap tak suka
padanya. Aku paling benci jika seseorang mengangguku saat sedang bekerja.
“Yang Se Jong! Apa yang kau lakukan? Tidak bisakah kau
mengetuk pintu terlebih dahulu”
“Maaf. Tapi aku benar-benar penasaran, apakah kau selalu
pulang hanya untuk menyiapkan makan malam untuk suamimu, setiap hari?”
“Apa yang membuatmu penasaran sebenarnya sih?”
“Jawab saja Nuna, apakah kau melakukannya setiap hari selama
5 bulan pernikahan kalian?”
Aku menatapnya bingung, apa sih sebenarnya yang sedang di
lakukan bocah ini?
“Nde, aku melakukannya setiap hari, aku tak paham mengapa
kau harus meributkan semua itu”
“Mengapa kau melakukan itu? Bukan kah pernikahan kalian
hanya sebuah pernikahan bisnis?”
Aku menghela nafas menghadapi sika Se Jong kali ini. Tidak.
dia sama sekali belum tumbuh menjadi pria dewasa. Dia masih bocah cengeng yang
hobi merajuk.
“Karena dia adalah suamiku”
“Nuna!”
“Se Jong, apa masalahmu sebenarnya? Bukan kah tujuan mu
kemari untuk membuatku terpesona padamu? Kau pikir aku akan menyukai sikapmu
yang sok mengatur ini?”
Ujarku dingin menegur kelancangannya
“Maafkan aku, tapi Nuna…”
“Se Jong-a sudahlah. Bukan kah hari ini hari pertama kita
bertemu setelah 7 tahun? Mengapa kau harus merusaknya dengan protesmu yang
tidak perlu itu?”
Aku kembali memeriksa laporan keuangan yang masih ada
ditanganku. Se Jong masih berdiri di depan mejaku. Aku heran mengapa dia tidak
pergi juga.
“Mengapa kau belum pulang?”
“Aku menunggumu, aku akan mengantarkan mu pulang”
“Tidak perlu Se Jong-a, aku sudah terbiasa pulang sendiri”
“Tidak lagi, setelah aku ada disini”
Aku menatapnya tidak suka, ini benar-benar menyebalkan.
Apakah dia harus menjadi pemaksa seperti ini untuk membuatku terkesan?
Baru saja aku hendak menolak tawarannya, ponsel ku
berdering. Aku mengambilnya dan menatap layarnya dengan perasaan yang bingung.
Ada apa kakak ipar menelpon? Khawatir terjadi sesuatu yang gawat di rumah
keluarga Jo, aku segera mengangangkat panggilan itu
“Nde, Hyungsonim”
“Tungso, apakah kau sudah pulang?”
“Belum, aku masih di Arirang”
“Ehm… bisakah kau kemari sekarang juga?”
“Apa yang terjadi Hyungsonim?”
“Hyun Jae…. Seseorang mengantarnya ke rumah dalam keadaan
mabuk berat.”
Aku sangat kaget mendengar apa yang dikatakan kakak iparku
itu. Jo Hyun Jae mabuk berat? Apa yang terjadi apakah ada masalah di kantornya?
“Tungso? Apakah kau masih disana?”
“Nde, Hyungsonim”
“Jika Ayah dan Ibu melihatnya dalam keadaan seperti ini,
mereka pasti marah besar. Jadi… apakah kau bisa kesini untuk segera menjemput
suamimu ini?”
“Tentu saja Hyungsonim”
Aku segera membereskan berkas laporan keuangan itu dan memasukannya
kedalam tasku. Tanpa berpikir lebih lama lagi aku segera bersiap untuk pergi
dari kantor ku hingga melupakan keberadaan Se Jong yang masih menungguku.
“Apa yang terjadi Nuna? Kau tampak sangat panik”
“Aku harus pergi”
Aku meninggalkan Se Jong begitu saja di dalam kantorku dan
bergegas ke tempat parkir.
Aku tidak bisa memikirkan mengapa Jo Hyun Jae bisa mabuk
berat, tapi yang jelas aku harus segara tiba di rumah keluarga Jo, sebelum Ayah
dan Ibu mertuaku melihat kelakuan putra bungsunya itu. Jika mereka sampai marah
besar, bisa-bisa mereka memaksa kami untuk tinggal bersama mereka seperti yang
seharusnya.
Aku ingat dengan jelas apa yang dikatakan ibu mertuaku saat
dia menjelaskan mengapa dia mengijinkan kami tinggal di luar. Beliau bahkan
mengajukan syarat agar sebulan sekali kami rutin makan malam bersama mereka dan
mengultimatum Hyun Jae agar tidak lagi menegak alkohol melebihi ambang batas
nya.
Ibu mertuaku mengatakan dengan tegas, jika sampai dia
mendengar Hyun Jae pulang dalam keadaan mabuk dia akan segera mencabut ijin
tinggal di luar untuk kami berdua. Dan Hyun Jae pastinya tidak akan senang
dengan hal itu.
***
15 menit kemudian aku sudah tiba di rumah keluarga Jo,
Hyungsonim langsung membukakan pintu untukku dan membawaku ke tempat Hyun Jae
berada.
“Dia mabuk berat, aku hanya sanggup membawanya hingga kemari”
Aku menatap Hyun Jae yang tertidur di atas sofa ruang
keluarga keluarga Jo, dia tampak menggunamkan beberapa kata yang tidak jelas.
Bau alkohol yang kuat menyeruak dari baju yang dipakainya, apa yang terjadi
hingga dia harus minum begitu banyak alcohol?
“Bisakah kau membantuku membawanya ke mobil Hyungsonim?”
“Tentu saja Tungso”
Di bantu kakak iparku aku pun membopong Hyun Jae yang hampir
tak sadarkan diri menuju mobilku. Dengan susah payah aku memasukan tubuh
suamiku ke kursi penumpang.
“Siapa yang mengantarnya kemari Hyungsonim?”
“Sepertinya seorang supir pengganti, karena dia memberikan
kunci mobil Hyun Jae padaku”
“Aku akan membawanya pulang, dan untuk mobil Hyun Jae,
bisakah kau membuatkan alasan pada Ayah dan Ibu mengapa mobil itu ada disini?”
Hyungsonim tampak berpikir lalu berkata,
“Aku akan mengatakan kalian datang kemari malam ini dengan
memakai mobil yang berbeda dan memutuskan untuk pulang memakai mobilmu, jadi Ayah
dan Ibu tidak akan curiga mengapa mobil Hyun Jae ada disini”
Sesungguhnya aku benar-benar Salut pada kakak iparku ini,
dia sebenarnya sangat cerdas namun dia meninggalkan karirnya sebagai jaksa demi
mengabdikan dirinya sebagai menantu pertama Yusung Grup
“Itu ide yang sangat bagus, aku benar-benar berterimakasih
padamu karena segera menelponku”
“Itulah gunanya keluarga, Tungso. Aku tahu jika ibu akan
memaksa kalian untuk tinggal di rumah ini jika melihat Hyun Jae mabuk seperti
ini. Jika hal itu sampai terjadi, kebebasan yang Hyun Jae perjuangkan selama
ini akan kembali terenggut”
“Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu”
“Tungso…”
Aku menoleh karena panggilan kakak iparku
“Terima kasih, karena bersedia menjadi istrinya”
Sebenarnya aku tidak begitu mengerti mengapa Hyungsonim
harus berterimakasih padaku. Tapi kurasasekarang bukan waktu yang tepat untuk
penasaran. Akhirnya aku hanya tersenyum dan langsung pamit untuk pergi dari
rumah itu sambil membawa suamiku yang mabuk berat.
***
Setelah menempuh
perjalanan sekitar 20 menit, aku memutuskan menepikan mobilku di sekitar tepi
sungai Han.
Jo Hyun Jae
masih tertidur dengan tenang di sebelahku, aku sengaja tidak langsung membawa
nya pulang karena aku tahu salah seorang sekuriti apartemen kami adalah orang
suruhan ibuku untuk memastikan agar Hyun Jae tidak pernah pulang dalam keadaan
mabuk.
Wajah HyunJae begitu damai dalam tidurnya, ini pertama
kalinya aku melihat wajahnya dari jarak sedekat ini.
Sejak pertama kali bertemu aku sudah mengetahui ketampanan
pria disampingku ini, namun baru kali ini aku menyadari betapa panjangnya bulu
matanya yang berpadu sempurna dengan alis tebalnya.
Satu persatu bagian wajahnya aku perhatikan dengan seksama,
tak ada satupun yang tidak sempurnadisana. Terutama bibir tipis yang berwarna
kehitaman itu, seandainya tak tercium bau alkohol dari bibir itu, rasanya aku
akan dengan senang hati untuk menciumnya.
Ya ampun! Apa yang baru saja kupikirkan? Wajahku seketika
memanas dan debaran jantungku tiba-tiba saja menjadi lebih cepat dari biasanya.
Aku memutuskan untuk menjauhkan diri dari HyunJae dan mencari udara segar untuk
meredakan debaran jantung yang tak terkendali ini.
Segera ku buka pintu mobil di sebelah kursi kemudi dan tanpa
pikir panjang aku pun segera keluar dari mobil itu.
Ini sangat tidak
masuk akal, mengapa aku tiba-tiba saja tergoda untuk mencium suamiku?
Sebelumnya aku tak pernah berkeinginan untuk mencium bibir seorang pria, bahkan
Kim JaeWookoppa sekalipun.
Tentu saja kami pernah berciuman tp selalu Oppa yang
berinisiatif, aku sebenarnya sering kali tidak nyaman dengan kedekatan fisik
diantara kami karena memabg aku tak memiliki perasaan apapun pada JaeWook Oppa
meski hubungan kami cukup dekat sejak remaja.
Lagipula aku tahu alasan JaeWookoppa menaruh hati padaku
karena dia berpikir aku adalah cinta pertamanya, itulah mengapa aku selalu
tidak menanggapi keinginan JaeWookOppa untuk menjalin hubungan lebih denganku.
Namun saat Nenek Choi memintaku untuk bertunangan dengannya aku tidak bisa menolak
karena itu berhubungan dengan keberlangsungan manajemen Arirang.
Lalu mengapa aku tertarik untuk mencium HyunJae? Apakah aku
mulai menyukainya seperti yang dituduhkan Hye Sun?
Udara dingin semakin terasa di permukaan kulitku, kemudian
aku baru sadar jika aku tidak memakai mantelku untuk keluar dari mobil karena
terlalu panik.
Aku menatap Jo Hyun Jae yang masih tidur di dalam mobil, dia
mulai bergerak resah, tampak tak nyaman dengan posisi nya. Aku memutuskan untuk
masuk kembali ke dalam mobil dan membenarkan posisi kepala Hyun Jae dengan hati
yang berdebar-debar.
Aku memakai mantelku dan berniat untuk keluar lagi dari
mobil, namun belum sempat aku membuka pintu mobil, tiba-tiba Hyun Jae menyentuh
tanganku. Aku terkejut mendapatkan sentuhan itu, apalagi saat kudengar dia
menggunamkan namaku
“Hyun Jin-ssi.... Kajima... “
Apakah Hyun Jae sudah terbangun dari tidurnya? Aku kembali
menatap Hyun Jae dan yang kutemukan hanyalah wajah damai yang masih terlelap,
apakah dia baru saja mengigau?
Aku mencoba melepaskan tanganku yang entah sejak kapan
berada dalam genggaman Hyun Jae, namun Hyun Jae malah semakin erat menggenggam
tanganku. Wajahnya mulai terlihat resah
dengan kening yang berkerut ketakutan.
“Andew... Kumohon... Jangan pergi”
Apakah HyunJae bermimpi buruk?
Nafas HyunJae kembali terdengar tenang setelah aku
mengusap-usap tangannya yang menggenggam tanganku. Sebenarnya aku ingin
membangunkan Hyun Jae agar dia terjaga dari mimpi buruknya, namun sepertinya
saat ini Hyun Jae lebih butuh tidur, karena itulah aku memutuskan untuk
menenangkannya. Syukurlah sepertinya caraku untuk menenangkannya berhasil.
Lama-lama rasa kantuk menyerangku juga, aku menguap beberapa
kali dan semakin lama kantuk itu tak
lagi tertahankan. Dalam keadaan setengah sadar aku mengunci pintu mobil dan
membuka sedikit kaca jendelanya, akhirnya aku pun jatuh tertidur di kursi
kemudi.
bersambung ke part 10
Sukak mba. Still waiting for the next part
BalasHapusThis story is amazing! I would be happy with the next part, good job
BalasHapus