Judul: Unwelcome Love
Genre: Romance, Drama
Warning:
Cerita ini hanyalah khayalan absurd-ku semata, semua nama yang digunakan sebagai karakter di Fanfic ini bukan milikku, begitu juga Arirang dan Yusung Group
Part-6: Happiness
Hye Rin masih memasang wajah cemberutnya saat aku tiba
parkiran. Aku segera bergegas ke parkiran setelah Yowon mengirim pesan bahwa mereka sudah menungguku. Yowon memang sengaja tidak membawa mobil, karena aku yang memintanya.
Tadinya sih aku berniat untuk mengajak Yowon dan Hye Rin jalan-jalan setelah
acara pentas seni ini selesai. Tapi melihat suasana hari Hye Rin, aku jadi
sangsi dia bersedia untuk kuajak jalan-jalan.
“Hye Rin bilang dia lelah. Bisakah kau mengantar kami langsung
pulang ke rumah, Hyun Jae-ssi?”
“Tentu saja”
Setelah aku membuka kunci pintu mobilku, Hye Rin langsung
membuka pintu belakang dan duduk disana tanpa berbicara apapun padaku. Aku
benar-benar tak paham dengan sikapnya itu? Hye Rin selama ini selalu menghormatiku,
ini pertama kalinya aku melihatnya bersikap sangat tidak sopan seperti ini.
Yowon menyusul putrinya untuk duduk di kursi belakang,
tampak sangat cemas seolah takut Hye Rin akan bersikap lebih tidak sopan dari
sikapnya tadi. Sepertinya hari ini aku harus berperan sebagai supir mereka.
Tak ingin memperkeruh suasana, aku pun masuk mobil dan
mengemudikan mobil itu untuk mengantar anak dan istri kakak sepupuku itu untuk
pulang ke rumah mereka.
***
Hye Ri tidak berbohong saat mengatakan dia lelah, karena
anak itu langsung tertidur setelah setengah jam kami berkendara. Setelah
memastikan bahwa Hye Rin benar-benar tidur, aku memilih untuk bertanya pada
Yowon mengapa Hye Rin tiba-tiba bersikap tak sopan seperti tadi.
“Yowon-ssi, apa yang sebenarnya terjadi pada Hye Rin?
Mengapa dia tiba-tiba berubah sikap?”
“Akh tentang itu… aku juga kurang tahu pasti Hyun Jae-ssi.
Tapi sepertinya Hye Rin tidak menyukai karena kau kini sudah menikah lagi”
“Wae?”
“Awalnya aku juga tidak tahu pasti, saat kami memberitahu
rencana pernikahan mu pada Hye Rin, dia tampak sangat kecewa, dia bahkan
menolak untuk datang ke pernikahanmu dengan alasan harus belajar untuk ujian.
Tapi ternyata itu bukan alasan yang sebenarnya”
“Lalu?”
“Hye Rin, tidak mau mengatakannya padaku, dia hanya bilang
dia kesal karena kau sudah melanggar janjimu di hari pernikahanku dengan
Appanya. Apa yang sebenarnya kau janjikan padanya, Hyun Jae-ssi?”
“Janji?”
Aku mencoba mengingat-ngingat apa yang sebenarnya aku katakan
pada Hye Rin 3 tahun lalu. Sedikit demi sedikit aku pun mulai membuka ingatanku
tentang apa yang aku dan Hye Rin bicarakan di hari pernikana Lee Yowon dan Go
Soo hyung.
Flash back on
Upacara pernikahan Go Soo dan Lee Yowon 3 tahun yang lalu
“Samchoon, apakah ibu kandungku secantik Eomma saat dia
menikah dengan Appaku?”
Hye Rin tampak sangat mengaggumi Yowon yang baru saja masuk
ke ruangan itu. Yowon terlihat cantik memakai gaun pengantinnya, bahkan
terlihat lebih cantik dibanding ketika dia menjadi pengantin untuk pertama
kalinya.
“Tentu saja Hye Rin-a. Aku yakin kau akan lebih cantik dari
Eomma-mu saat kau menikah nanti”
“Tapi Samchoon, aku sama sekali tidak menyukai semua anak
lelaki di kelasku, rasanya aku tidak yakin bisa menikah”
“Tenang saja Hye Rin-a, aku berjanji padamu, akulah yang
akan menjadikanmu pengantin, setelah kau dewasa nanti”
Flash back off
“Kau benar-benar mengatakan hal itu pada gadis berusia 10
tahun? Apakah kau tidak sadar secara tidak langsung kau berjanji untuk
menikahinya, Hyun Jae-ssi”
“Apa? Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu Yowon-ssi.
Maksudku, aku akan membantunya mendapatkan pria yang tepat agar dia bisa
menikah”
Aku langsung menyangkal apa yang dituduhkan Yowon padaku.
“Tapi ternyata Hye Rin berpikiran lain kan? Huh! Aku tak
bisa membayangkan apa yang akan Go Soo sunbae lakukan jika dia tahu hal ini”
“Apa menurutmu Hye Rin mengharapkan aku menikahinya?”
“Melihat sikapnya hari ini yang tampak sangat kesal saat
mendengar tentang Hyun Jin-ssi sebagai istrimu, kurasa Hye Rin diam-diam telah
memilihmu sebagai cinta pertamanya”
“Yowon-ssi! Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Hye Rin
itu adalah keponakanku, mana mungkin dia melihatku sebagai lelaki yang
dicintainya. Itu sangat tidak masuk akal”
“Aku rasa kau harus mempertemukan Hye Rin dengan Seo Hyun Jin,
Hyun Jae-ssi. Mungkin saja dengan begitu akhirnya dia bisa menerima
pernikahanmu. Lagipula… bukan kah sudah waktunya kau mengenalkan istrimu pada kami”
Yowon memang tidak salah, setelah 5 bulan pernikahan kami.
Sampai saat ini aku memang belum pernah memperkenalkan Hyun Jin dengan Yowon
dan Go Soo-hyung secara langsung. Mereka memang sudah bertemu dengan Hyun Jin
di acara resepsi pernikahan ku, tapi aku memang sama sekali tidak berniat untuk
memperkenalkan mereka.
“Aku pikir itu bukan ide yang baik, Yowon-ssi. Aku takut
jika aku mengenalkan Hyun Jin pada kalian, maka aku akan kesulitan
melepaskannya saat dia memutuskan untuk pergi dari sampingku”
“Apa melepaskan wanita yang menjadi istrimu sudah menjadi
hobimu Hyun Jae-ssi?”
Aku tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Yowon.
“Pertama aku, lalu mendiang Ji Hyun, dan sekarang kau juga
berniat melepaskan Seo Hyun Jin?”
“Itu sudah menjadi kesepakatan bisnis kami. Aku berjanji akan
melepaskan Seo Hyun Jin saat dia bertemu dengan pria yang membuatnya jatuh
cinta”
“Lalu kenapa bukan kau saja yang menjadi pria itu, Hyun
Jae-ssi?”
“Nde?”
Tentu saja aku mendengar dengan jelas apa yang baru saja
Yowon pertanyakan padaku. Menjadi pria yang membuat Hyun Jin jatuh cinta sama
sekali tidak ada dalam tujuan hidupku, tapi….
“Akh lupakan saja. Aku sebenarnya lebih penasaran dengan
kecanduanmu”
Yowon ternyata memilih untuk mengalihkan pembicaraan, yah
sebagai mantan pasangan mengapa juga kami harus membahas hal seperti itu.
“Kecanduanku?”
“Eoh, kecanduanmu pada masakan Seo Hyun Jin-ssi. Seingatku
kau bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan, tapi setelah menikah dengan Seo
Hyun Jin, sepertinya kau jadi tidak berselera pada makanan lain selain
masakannya”
“Hmmm kau benar sekali Yowon-ssi. Selain karena rasanya
sangat enak, entah mengapa aku selalu merasakan perasaan tenang dan bahagia
saat memakannya”
Yowon tersenyum lalu berkata, “Aku pikir itu terjadi karena
Seo Hyun Jin pun merasa bahagia saat membuat masakan itu untukmu, Hyun Jae-ssi”
“Begitukah?”
“Eoh, jadi sepertinya kau harus mempertimbangkan sekali lagi
untuk melepaskannya di masa depan”
“Aku tidak yakin dengan hal itu, jika dengan melepaskannya
adalah yang terbaik untuknya, pada akhirnya aku pasti akan melakukan hal itu”
“Seperti kau melepaskanku 6 tahun yang lalu?”
Lagi-lagi pertanyaan Yowon selalu membuatku tak berkutik.
Bagaimana bisa aku menjawab pertanyaan seperti itu? Apakah dia tak pernah tahu,
melepaskannya 6 tahun lalu adalah keputusan terberat yang harus aku ambil
seumur hidupku.
“Kadang aku bertanya-tanya
apa yang akan terjadi, seandainya kau mencoba mempertahankan pernikahan
kita 6 tahun lalu”
Yowon mengatakan hal itu sambil melihat pemandangan di luar
jendela.
“Apakah akhirnya kau menemukan jawabannya?”
“Hmm… hanya satu hal yang terlintas di kepalaku. Jika saat
ini aku masih menjadi istrimu, aku tidak akan pernah bisa menjadi Ibu Hye Rin”
“Dan kau bahagia bisa menjadi Ibu Hye Rin kan?”
“Eoh” Yowon tersenyum lembut, seolah tak ragu untuk
menunjukkan perasaan bahagianya.
“Maka ingatlah selalu hal itu Yowon-ssi. Aku melepaskanmu 6 tahun lalu untuk membuatmu
mendapatkan kebahagiaan yang kau rasakan hari ini”
“Nde. Gomawo, Hyun Jae-ssi”
***
Setelah mengantar Yowon dan Hye Rin, aku memutuskan untuk
pulang karena terlanjur sudah mengosongkan semua jadwalku di kantor hari ini.
Apartemen yang kutempati bersama Hyun Jin ini, rasanya
terasa kosong dan sepi di sore hari seperti ini. Selama aku menempati apartemen
ini, jarang sekali aku bisa menikmati suasa sore hari di tempat ini. Hariku selalu
sangat sibuk di kantor bahkan di saat weekend.
Jika kupikir-pikir, tempat ini adalah simbol dari kebebasan
yang aku dapatkan sebagai imbalan menikahi Seo Hyun Jin. Kebebasan yang akhirnya
kembali aku dapatkan setelah aku memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku
7 tahun lalu.
Memikirkan tentang masa lalu, membuatku teringat pada rasa
bersalahku terhadap Lee Yowon, wanita pertama yang membuatku jatuh cinta dan
membuatku berjuang keras untuk mendapatkan hatinya. Demi bisa menikahinya aku
memilih melepaskan kebebasan yang aku miliki saat aku hidup di luar rumah
karena menolak tanggung jawab sebagai Pewaris Yusung Grup.
Seandainya aku tidak begitu egois 7 tahun yang lalu, aku
tidak akan pernah melihat Yowon menderita karena merasa terkurung di istana
kaca tak kasat mata yang diciptakan ibuku dirumah keluarga kami.
Demi menikahiku, Yowon melepaskan impiannya
untuk menjadi pembaca berita. Demi menikahiku, tanpa aku sadari Yowon bahkan memilih
melupakan cinta pertamanya karena pria itu malah menyuruhnya untuk menerimaku. Demi
menikahiku, keluarga Yowon harus merasa terhina karena perlakukan dan ucapan
semena-mena ibuku.
Rasanya sangat ironis, ketika aku mengucapkan janji untuk
membahagiakannya saat kami menikah, tapi kenyataannya aku hanya memberikan
begitu banyak penderitaan padanya. Saat aku menyadari hal itu, semuanya sudah
terlambat.
Yowon sudah terlalu lama berjuang kerasa sendirian untuk
bertahan hidup sebagai menantu Yusung Grup. Sementara aku malah sibuk membangun
Yusung Grup untuk menjadi lebih besar hanya untuk membuktikan pada Ayahku,
bahwa aku bisa membuat Yusung Grup lebih maju meksi tidak menikah dengan salah
satu anak gadis relasi bisnisnya.
Itulah mengapa aku merasa tak berhak untuk mempertahankan
Yowon disisiku saat dia memintaku untuk melepaskannya karena dia sudah tidak
sanggup menanggung beban sebagai menantu keluarga Yusung Grup. Ayah dan Ibuku
menentang keras saat aku berniat menceraikan Yowon, karena itu akan menjadi skandal
keluarga.
Setelah aku berjanji untuk menuruti semua keinginan mereka,
akhirnya Ayah menyetujui keinginanku untuk melepaskan Yowon. Namun ibu sampai
sekarang masih membenci Yowon karena dia yang lebih dulu mengajukan gugatan
cerai padaku.
Kadang aku tak mengerti pada sikap ibuku. Saat aku
mengutarakan niatku untuk menikahi Yowon, dia yang paling menentang keras,
hingga selalu mengungkit latar belakang keluarga Yowon yang tidak sepadan
dengan keluarga kami dan kerap kali menyinggung perasaan Yowon dan keluarganya.
Namun saat Yowon akhirnya memutuskan untuk meninggalkanku, ibuku juga yang
paling tidak menyukai keputusan itu.
Aku tak pernah menyesal melepaskan Yowon, karena itu adalah
hal terbaik yang aku lakukan untuknnya. Aku pun merasa lega karena pada
akhirnya aku bahkan bisa mempersatukan Yowon dengan cinta pertamanya, yang tak
lain adalah kakak sepupuku.
***
Aku sedang memeriksa beberapa berkas yang harus aku periksa
karena ketidak hadiranku di kantor hari
ini, saat terdengar seseorang mencoba membuka kode apartemen ini dari luar. Aku
memeriksa jam tanganku yang kini telah menunjukkan pukul 16.15.Mungkin kah itu
Hyun Jin? Pintu apartemen pun terbuka, dan dugaanku sama sekali tidak salah.
“Hyun Jae-ssi? Kau sudah pulang?”
“Akh… hari ini aku meliburkan diri dari kantor, ada acara
pribadi yang harus aku hadiri”
“Aaahh… Jadi itu alasannya kau minta dibuatkan bekal makan
siang tadi pagi yah?”
Hyun Jin tak bertanya lebih lanjut dan segera ke dapur dengan
membawa belanjaan yang dia bawa dan bersiap untuk memasak.
Apakah dia selalu seperti ini setiap harinya? Langsung masuk
ke dapur tepat saat dia tiba di apartemen, tanpa jeda istirahat dan langsung
memasakkan makan malam untukku.
“Hyun Jin-ssi, mengapa kau tidak beristirahat dulu?”
“Nde?”
Hyun Jin tampak bingung dengan pertanyaanku, namun tak lama
kemudian dia memahami maksud dari pertanyaanku.
“Akh, Arirang sangat sibuk hari ini, aku jadi baru bisa
pulang untuk membuatkan makan malam untukmu, dan aku harus sudah kembali ke Arirang
sebelum jam 6 sore ini”
Aku menghela nafas panjang, kemudian tiba-tiba saja merasa
bersalah.
“Jika Arirang sedang sibuk, tidak seharusnya kau memaksakan
diri untuk pulang hanya untuk membuatkanku makan malam, Hyun Jin-ssi”
Hyun Jin menoleh ke arahku yang berdiri tak jauh dari dapur,
“Aku tidak merasa terpaksa kok, Aku selalu merasa senang
saat memasak untukmu, apalagi jika aku mengingat ekspresi wajahmu yang tampak
sangat menikmati masakanku. Aku merasa bahagia melihatnya”
Hyun Jin mengakhiri kata-katanya dengan sebuah senyuman sebelum
akhirnya kembali menyibukan diri untuk
mempersiapkan makan malam ku.
Aku jadi teringat pada kata-kata Yowon tadi siang. Apakah
itu alasannya mengapa aku selalu merasa bahagia saat memakan masakan
Hyun Jin? Karena wanita ini pun merasa bahagia saat membuatkan makanan untukku.
Sungguh, aku sangat senang mendengar Hyun Jin merasa bahagia
saat memasak untukku. Tapi tidak untuk hari ini. Sesekali tidak memakan masakan
Hyun Jin saat makan malam, kurasa tidak akan membuatku harus masuk Rumah sakit
kan? Mungkin aku hanya kehilangan selera makan ku saja untuk malam ini.
Tanpa pikir panjang, aku pun masuk ke dapur dan menghentikan
Hyun Jin yang sedang mengambil sayuran dari tas belajaan yang dibawanya tadi. Hyun Jin tampak sangat kaget karena aku memegang tangannya saat berusaha menghentikannya. Saat Hyun Jin menoleh kearahku, wajah kami entah bagaimana menjadi sangat dekat dan mata kami saling menatap untuk beberapa detik. Hyun Jin
tampak kikuk dan segara menjauhkan dirinya setelah melepaskan tangannya dariku.
Sesungguhnya aku juga merasa canggung dengan keadaan ini.
Kami belum pernah sedekat itu, bahkan saat kami menghabiskan weekend bersama
untuk kegiatan Konsultasi membuat menu baru untuk Arirang, kami berdua selalu
menjaga jarak dengan baik.
“Apa yang kau lakukan Hyun Jae-ssi?” tanyanya dengan nada
kesal
“Hari ini… bisakah kau tidak perlu memasak makan malam
untukku?”
Hyun Jin menatapku dengan bingung dan tampak kecewa. Kecewa?
Apakah dia harus merasa kecewa hanya karena aku memintanya untuk tidak memasak
makan malam untukku?
“Waeyo? Apakah kau mulai bosan dengan masakanku, Hyun Jae-ssi?”
Itukah yang dia pikirkan?
“Bukan begitu Hyun Jin-ssi, hmmm bagaimana yah…. Aku hanya
berpikir kau akan sangat lelah jika harus memasak untukku, kemudian harus
buru-buru kembali ke Arirang untuk melakukan persiapan jam makan malam”
“Kau mengkhawatirkan ku?”
“Tentu saja, bagaimanapun juga kau itu istriku”
Hyun Jin kembali terlihat kikuk dan canggung. Dia berdehem
kecil, lalu bertanya
“Lalu bagaimana dengan makan malammu? Apakah kau akan
melewatkannya hingga besok pagi?”
Aku pura-pura berpikir mencari solusi, padahal apa yang akan
aku katakan padanya sudah terpikir olehku sejak pertama kali mendengar bahwa
dia menyempatkan diri untuk pulang saat Arirang sedang sibuk.
“Bagaimana jika aku mengantarkan mu kembali ke Arirang, dan
makan malam disana?”
“Kau yakin?”
“Apakah tidak boleh? Kau bilang aku boleh mampir kapan saja
ke Arirang, karena aku adalah salah satu invertor di Arirang”
“Iya sih…. Tapi kan…”
“Sudahlah, jangan terlalu banyak berpikir. Sekarang lebih
baik kau menyegarkan diri sebelum aku mengantarmu kembali ke Arirang”
Aku mendorong pelan punggung Hyun Jin dan membimbingnya
untuk masuk ke kamarnya. Sebelum masuk kamar, Hyun Jin menoleh padaku lalu
berkata,
“Gomawo, Hyun Jae-ssi”
Aku hanya tersenyum pada Hyun Jin dan mempersilahkannya
untuk segera bersiap-siap.
***
Selama perjalanan menuju Arirang, Hyun Jin begitu sibuk
menerima telpon entah dari siapa. Yang jelas sih, telepon itu pasti berasal
dari pegawai Arirang, karena yang dibahas Hyun Jin sejak tadi adalah letak
bahan makanan dan perubahan letak penyajian menu dan jumlah tamu yang akan
mereka jamu pada acara malam nanti.
“Apakah kau selalu sesibuk itu?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja saat kulihat Hyun Jin
menghela nafas lega, pertanda segala semua masalah yang sedang terjadi di
Arirang sedikit banyak telah teratasi dengan baik
“Biasanya sih tidak, tapi malam ini Pemilik perusahaan
Haemil mengadakan acara ulang tahun pernikahan ke-30 mereka di Arirang”
“Maksudmu Perusahaan Farmasi Haemil?”
“Nde. Apakah kau mengenal mereka?”
“Sedikit” jawabku seadanya
“Hmm… sebagai
perusahaan kosmetik, Yusung Grup pasti sering bekerjasama dengan Perusahaan
Farmasi yah?”
“Yah begitulah”
Mendengar nama perusahaan Haemil membuatku jadi tidak
bersemangat untuk bertanya lebih lanjut tentang para tamu yang akan di jamu di
Arirang nanti malam. Hubungan Yusung Grup dengan Haemil bukanlah sebuah
hubungan yang baik, apalagi…. Akh sudahlah, aku hanya bisa berharap semoga aku
tidak bertemu dengan wanita itu malam ini. Meski aku yakin dia pasti datang di
acara ulang tahun pernikahan orang tuanya.
bersambung ke part 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^