Judul: Unwelcome Love
Genre: Romance, Drama
Warning:
Cerita ini hanyalah khayalan absurd-ku semata, semua nama yang digunakan sebagai karakter di Fanfic ini bukan milikku, begitu juga Arirang dan Yusung Group
Part-7 : Perfect Reason
Arirang adalah salah satu Restoran makanan tradisional Korea
yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu dan mulai di kelola oleh pemerintah
Korea Selatan sejak 30 tahun yang lalu. Namun sekitar 4 tahun lalu, Arirang
harus menghadapi masalah yang cukup serius hingga pemerintah mulai meninjau
ulang apakah mereka masih harus mempertahankan keberadaan Arirang atau tidak.
Sejak Hyun Jin diangkat sebagai Kepala Koki Arirang, sedikit
demi sedikit Arirang melewati krisis dalam managemennya. Mereka pun berhasil meyakinkan pemerintah bahwa mereka masih layak untuk di pertahankan.
Tapi
kondisi keuangan Arirang tidak sebaik sebelumnya, meski mereka tidak pernah
mengalami kerugian, namun keuntungan pertahun yang mereka peroleh ternyata
kurang memuaskan pemerintah Korea Selatan.
Itulah mengapa Seo Hyun Jin menerima
lamaran untuk menjadi menantu keluarga Yusung Grup agar bisa mendapatkan dana
operasional Arirang setelah pemerintah memutuskan menghentikannya setahun yang lalu.
Berinvestasi di Arirang sebenarnya tidak terlalu banyak
menguntungkan Yusung Grup, namun menikahi Seo Hyun Jin lah yang membuatku
mendapatkan banyak keuntungan.
Seandainya kakak perempuanku, Jo Hye Ran tidak
pernah membawa pulang makanan Arirang ke rumahku sekitar 8 bulan yang lalu, aku
tidak yakin saat ini aku sudah diangkat menjadi Presdir Yusung Grup untuk
menggantikan Ayahku.
Semuanya berawal saat ibuku mencicipi masakan dapur Arirang,
hanya dalam waktu singkat dia langsung menyukai makanan itu dan memberikan puja
puji pada siapapun yang memasaknya. Awalnya aku tidak tertarik saat ibu mulai
bertanya pada Hye Ran Noona segala hal tentang Arirang dan mengapa masakannya
bisa menjadi seenak itu sekarang.
Tentu saja ibuku sudah mengetahui Arirang
sejak lama, namun dia sangat kaget dengan perubahan rasa masakan Arirang jika
dibandingkan saat dia terakhir kali dia makan disana.
Hye Ran Noona mulai menyebutkan nama Seo Hyun Jin, wanita
yang resmi diangkat sebagai Kepala Koki Arirang sejak 4 tahun yang lalu. Wanita
itulah yang menjadi alasan kuat mengapa makanan Arirang menjadi sangat enak.
Ibuku pun langsung terkagum-kagum pada sosok Seo Hyun Jin ini. Apalagi setelah
melihat foto dan profil Seo Hyun Jin yang
ditunjukkan Hye Ran Noona.
Kemudian entah disadari atau tidak setelah melihat
profil Seo Hyun Jin ibuku tiba-tiba saja berkata, “Seandainya Eomma memiliki menantu
seperti dia, Eomma rela melakukan apa saja”
Kalimat itulah yang membuatku memutuskan untuk mulai
menyelediki latar belakang Seo Hyun Jin.
Mengetahui bahwa Seo Hyun Jin sangat
mencintai Arirang, aku sangat yakin jika dia tidak akan menolak pernikahan itu.
Dari informasi yang aku dapat, Seo Hyun Jin bukan wanita yang percaya pada
cinta, meskipun dia pernah dua kali bertunangan itu semua dia lakukan demi
Arirang.
Semua informasi itu
aku gunakan untuk membuat sebuah proposal kerja sama bisnis yang saling menguntungkan
antara Arirang dan Yusung Grup. Sehingga baik Ayahku maupun para tetua Arirang
tidak punya alasan untuk menolak rencana kerjasama tersebut.
Tentu saja, ibuku adalah orang yang paling berbahagia saat
aku mengutarakan keinginanku untuk menikahi Seo Hyun Jin. Ayahku menyetujui
rencana itu setelah aku menjelaskan bahwa Yusung Grup menjalin hubungan baik
dengan Arirang, maka rencananya untuk menjadikan Jo Gyu Sung kakakku menjadi
menteri Kebudayaan akan semakin terbuka lebar.
Aku tak bisa menyia-nyiakan kesempatan emas ini dengan
mengajukan sebuah syarat untuk keuntungan pribadiku saat aku memutuskan
menikahi Seo Hyun Jin agar kerja sama itu bisa terjadi. Aku hanya akan menikahi
Seo Hyun Jin, jika mereka mengijinkan aku untuk tinggal di luar rumah kediaman
keluarga Jo setelah kami menikah.
Ibuku langsung protes. Tentu saja, dia yang selalu membuat
semua pernikahan anak-anaknya menjadi begitu rumit dan berakhir dengan tidak
bahagia hanya dengan mengurung kami semua di dalam istana kaca nya. Namun aku
tidak ingin terjebak pada situai yang sama untuk ketiga kalinya.
Aku menegaskan jika ibu tidak mengijinkan aku tinggal di
luar rumah setelah menikah, maka aku tidak akan pernah setuju untuk menikah,
baik dengan Seo Hyun Jin ataupun wanita lain. Ancaman itu ternyata sangat ampuh
untuk membuat ibuku menyetujui syarat yang kuajukan.
***
Saat kami tiba di Arirang, semua orang sedang sibuk untuk
mempersiapkan jamuan makan malam untuk para tamu yang akan datang nanti malam.
Hyun Jin mengajakku untuk beristirahat di kantornya hingga jam makan malam
tiba.
Seorang wanita yang sedang hamil besar, menyambut kami saat
Hyun Jin mengajakku masuk ke kantornya. Dia adalah Seo Hye Sun, adik angkat Seo
Hyun Jin.
“Hyun Jin-a, akhirnya kau datang juga”
Hye Sun tampak sangat
lega melihat kedatangan Hyun Jin, dan agak sedikit kaget saat melihatku yang
masuk tak lama kemudian.
“Annyeonghaseyo Hyun Jae-ssi, aku tidak tahu kau juga datang”
Hye Sun menyapaku kemudian.
Hyun Jin tampak gugup saat Hye Sun terdengar kaget
menyadari keberadaaku disana. Hyun Jin meliriku sebentar kemudian dia berkata pada
Hye Sun.
“Aku tak sempat membuatkannya makan malam, jadi…. Aku
mengajaknya kesini”
Aku tidak tahu mengapa Hyun Jin harus berkata seperti itu,
padahal aku sendiri yang menawarkan diri untuk mengantarnya. Apakah dia tidak
ingin terlihat terlalu akrab denganku di depan Hye Sun?
Tadinya aku ingin
berkomentar untuk menanggapi apa yang dikatakan Hyun Jin pada Hye Sun, namun
Hyun Jin segera mengalihkan pembicaraan itu dan membuatku tak punya kesempatan
untuk berbicara.
“Ngomong-ngomong, mengapa aku tampak cemas Hye Sun-a? Apakah
ada masalah?”
“Akh itu… Nyonya Han menelponku dan meminta agar kita
mengubah menu makanan penutupnya, aku sudah mendiskusikannya dengan para Koki,
tinggal mendapatkan persetujuanmu saja”
Hyun Jin mengambil kertas yang disodorkan Hye Sun padanya,
dan menelitinya dengan seksama.
“Jika memang itu yang diinginkan mereka, aku rasa menu
tersebut cukup baik sebagai makanan penutup”
“Syukurlah, jika kau menyetujuinya. Aku akan segera
memberitahukan hal ini pada Koki Kim”
Hye Sun pun langsung mengetik sesuatu di ponselnya untuk
melakukan apa yang baru saja dia katakan.
“Apakah kau mengatakan pada ibu tentang kedatangan Hyun
Jae-ssi hari ini?”
“Nde?”
“Akh itu…”
“Kunjungan ku hari ini memang tidak direncanakan, jadi
sepertinya Hyun Jin belum memberitahu ibu mertua. Bukan begitu Hyun Jin-ssi”
“Akh… iya… aku akan segera memberitahu ibu, kalau begitu.
Kau bisa duduk di….”
Hyun Jin menatap sekeliling ruangan kantornya, namun pada
akhirnya dia hanya berkata
“Ehm…. dimana pun yang membuatmu nyaman, Hyun Jae-ssi”
Hyun Jin berniat untuk keluar dari ruangan itu,mungkin
karena ingin memberitahu ibunya tentang kedatanganku. Namun Hye Sun segera
mencegahnya.
“Kau mau kemana Hyun Jin-a?”
“Menemui ibu”
“Apakah kau lupa ibu masih menemani Nenek Choi rapat yayasan
dengan para Tetua?”
“Akh benar juga mengapa aku tidak ingat”
“Biar aku saja yang nanti memberitahu ibu. Lelbih baik
sekarang kau segera bertukar pakaian untuk mempersiapkan jamuan nanti malam”
***
Hye Sun menemaniku duduk di salah satu sofa panjang di
ruangan itu, saat Hyun Jin sedang bertukar pakaian di kamar ganti yang
sepertinya memang khusus di sediakan di ruangan itu.
“Sudah berapa bulan?”
Aku mencoba membuka percakapan dengan Hye Sun yang tampaknya
masih sibuk mengecek beberapa dokumen di tangannya.
Hye Sun menatapku seolah mencoba mencerna maksud dari
pertanyaanku
“Akh ini…” Hye Sun menyentuh perut besarnya dengan lembut.
“8 bulan. Sebentar lagi aku tak bisa lagi membantu Hyun Jin
di Arirang. Syukurlah kau bersedia meluangkan waktumu untuk menjadi konsultan
Pra Menu kami, Hyun Jae-ssi”
“Tidak masalah. Aku senang bisa membantu. Kudengar menu
minggu lalu masih menjadi favorit di Arirang hingga sekarang”
“Itu memang benar, aku tidak menyangka menu sederhana
seperti itu rasanya bisa sangat lezat, pantas saja pelanggan kami sangat
menyukainya. Sepertinya aku tidak perlu mencemaskan Hyun Jin mulai sekarang,
karena dia telah mendapatkan partner yang tepat dalam hidupnya”
“Nde?”
“Akh lupakan lah. Oh iya Hyun Jae-ssi, tidak apa-apa kan
jika aku meninggalkanmu sendiri disini? Aku harus memberitahu pada pelayan
perubahan susunan penyajian menu untuk malam ini”
“Tentu saja, Hye Sun-ssi”
Hye Sun pun pamit untuk menemui para pelayan dan
meninggalkan ku sendirian.
Aku menatap sekeliling ruangan yang cukup besar itu.
Sentuhan tradisonal yang masih terasa disetiap sudut ruangan itu sangat sesuai
dengan konsep Arirang sebagai restoran makanan tradisional Korea. Arirang
memang layak untuk disebut sebagai salah satu kebudayaan Korea yang harus
dijaga.
“Hye Sun-ssi bisakah kau membantuku mengingatkan tali
apronku?”
Hyun Jin keluar dari kamar ganti dengan memakai hanbok
modern yang dipadukan dengan apron putih yang belum terpasang sempurna. Kepalanya tertunduk dan tangannya sibuk
mencoba mengikat tali apron dibalik punggungnya.
Antara sadar dan tidak, aku
perlahan berdiri dari dudukku dan pandanganku seketika terpaku melihat
penampilan Hyun Jin yang baru kali ini kulihat. Dia terlihat…. Sangat Cantik. Dengan
hanbook perpaduan warna kuning dan merah muda serta rambut yang terikat rapi di
belakang.
Ini bukan pertama kalinya aku melihat wanita memakai hanbok, tapi
aura Hyun Jin sangat berbeda dengan mereka.
“Hye Sun-a? Cepatlah, aku kesulitan….”
Kata-kata Hyun Jin langsung terputus ketika dia
mengangkat kepalanya dan baru menyadari hanya aku yang ada di ruagan ini.
“Dimana Hye Sun?”
“Nde?”
Pikiranku masih melayang karena terpesona pada penampilan
Hyun Jin dengan hanbok cantiknya. Akh benar, Hyun Jin bertanya dimana Hye Sun.
“Hye Sun? Ehm... dia keluar untuk menemui para pelayan”
“Akh…”
Hyun Jin terlihat bingung dan gugup, sementara aku masih
sibuk terpesona melihat pemandangan di hadapanku.
“Hyun Jae-ssi, bisakah kau membantuku?”
Hyun Jin mengatakannya dengan ragu, masih dengan tangan di belakang
punggungnya, sepertinya Hyun Jin masih berusaha mengikat apron putih yang
dipakainya.
Pikiranku belum fokus sepenuhya, aku pun jadi bingung bagaimana aku harus membantunya.
Tunggu, Apron itu! Tentu saja Hyun Jin meminta bantuan padaku untuk mengikatkan
apronnya, mengapa aku jadi mendadak bodoh seperti ini.
“Tentu saja”
Jawabku tergesa setelah memahami situasi ini, dan bergegas
berjalan ke belakang Hyun Jin untuk membantunya mengikat Apron tersebut.
Ternyata
tali Apron yang dikenakan Hyun Jin terlalu pendek jika dibandingkan dengan
Apron biasanya, sehingga aku pun agak kesulitan mengikatnya meski aku
mengikatnya dari belakang. Pantas saja Hyun Jin kesulitan.
Setelah berjuang sekitar lima menit yang terasa sangat
panjang, akhirnya aku berhasil mengikatkan Apron tersebut. Hyun Jin
menghembuskan nafas lega setelah menyadari bahwa Apronnya telah terikat dengan
sempurna.
“Lain kali, mungkin akan lebih baik kau memilih Apron dengan
tali yang lebih panjang”
“Nde?”
Hyun Jin tiba-tiba saja berbalik dan membuat kami berdua
kaget, jarak kami sungguh terlalu dekat, saat Hyun Jin berusaha mundur untuk
menjauh, kakinya malah tersandung pada rok hanbok nya membuatnya hampir saja
terjatuh ke lantai.
Ya. Hampir saja, jika aku tidak segera menangkap pinggangnya
dengan tanganku, sekali lagi di hari ini, mata kami bertatapan untuk
sepersekian detik.
Perlahan aku menarik tubuh Hyun Jin untuk kembali ke posisi
yang seharusnya. Namun baik aku dan Hyun Jin tak juga melepaskan pandangan kami yang
tertaut sejak Hyun Jin hampir jatuh. Aku
bahkan enggan untuk melepaskan tanganku dari pinggangnya, karena terasa sangat
pas.
“Hyun Jin-a, semua
sudah….”
Hye Sun masuk tanpa mengetuk pintu, dan menghancurkan momen
kami berdua. Ya Tuhan, apa yang barus saja aku pikirkan?
“Apakah aku menganggu…. Entah apapun yang sedang kalian
lakukan?”
Hye Sun bertanya penuh curiga setelah dia pulih dari rasa
kagetnya, aku tidak tahu apa alasan Hye Sun tampak kaget saat melihat bagaimana
posisi Aku dan Hyun Jin saat dia masuk tadi.
“Kami…. Kami tidak melakukan apa-apa. Ehm… Hyun Jae-ssi
hanya membantuku untuk mengikatkan Apron”
Kegugupan Hyun Jin, sepertinya malah membuat Hye Sun semakin
curiga.
“Tentu saja, dan sepertinya mengikatkan Apron dari depan
akan menjadi posisi favorit kalian, bukan begitu Hyun Jae-ssi?”
Aku bingung harus menjawab apa, dan hanya bisa mengusap
belakang leherku dengan gerakan ragu lalu tersenyum bingung pada Hye Sun.
“Akh sudahlah, aku tidak ada waktu untuk menggoda kalian.
Hyun Jin-a, para Koki sudah menunggu mu di dapur untuk mempersiapkan
makanan yang akan menjadi menu utama malam ini”
Hye Sung langsung menghampiri Hyun Jin, dan merapikan
penampilan Hyun Jin, yang sebenarnya sudah rapi menurutku. Hyun Jin menghela
napas panjang dan aku pun merasa lega karena Hye Sun memilih untuk tidak
memperpanjang obrolan tentang apa yang sebenarnya baru saja terjadi.
“Kau siap, Hyun Jin-a?”
“Tentu saja”
Hyun Jin dan Hye Sun bersiap untuk keluar dari kantor Kepala
Koki, seolah aku tak ada, hingga tampaknya tak ada niat dari mereka berdua
untuk berpamitan padaku. Namun Hyun Jin tiba-tiba menghentikan langkahnya dan
berbalik ke arah ku. Akh… ternyata dia masih mengingat bahwa aku juga ada di
ruangan ini.
“Ehm… Hyun Jae-ssi, hingga waktu makan malam tiba, apa kau
mau menunggu disini saja atau….?”
“Jika kau mengijinkan, aku ingin melihatmu berada di dapur Arirang, Hyun
Jin-ssi”
“Nde?”
Hyun Jin menatapku bingung dan aku membalas tatapannya
dengan penuh keyakinan. Aku tidak tahu apa yang membuat Hyun Jin bingung dengan
permintaanku, namun tanpa sempat aku mempertanyakan hal itu, suara Hye Sun
memecah keheningan diantara kami.
“Sampai kapan kalian akan terus saling menatap seperti itu?
Ayolah Hyun Jin-a kita bisa terlambat, dan kau Hyun Jae-ssi. Jika kau memang
mau ikut ke dapur, ikuti saja kami”
Hye Sun pun menarik Hyun Jin dengan paksa untuk segera pergi
ke dapur Arirang dan aku mengikuti mereka di belakang.
Sebenarnya aku juga tidak yakin apa yang aku inginkan. Aku
hanya belum rela kehilangan sosok Hyun Jin dengan hanbok dan apronnya dari
pandanganku, hingga permintaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Setelah
membuatku kecanduan dengan masakannya, apakah sekarang pun dia mulai membuatku
ketagihan dengan sosok ber-hanbok nya?
***
Dapur Arirang terasa sangat panas. Membangkitkan kenangan
masa muda sebelum aku menyerahkan diri pada tanggung jawabku sebagai pewaris
Yusung Grup.
Aku berdiri di salah satu
sudut yang tidak terlalu jauh dari para Koki yang sibuk mengikuti apapun instruksi
Hyun Jin untuk menyajikan semua hidangan utama di pesta ulang tahun pernikana
Tuan dan Nyonya Han, pemilik Perusahaan Farmasi Haemil.
Hyun Jin terlihat sangat menganggumkan berdiri di dapur itu,
seperti seorang Ratu yang berkuasa di kerajaan, Hyun Jin mengendalikan dapur
Arirang dengan luar biasa.
Biasanya aku hanya melihat Hyun Jin memasak dengan
wajah penuh senyum atau terkadang sambil bersenandung riang. Kini aku melihat
ketegasan dan wibawa luar biasa dari seorang Master Chef Arirang. Dan sebuah
perasaan bangga, entah sejak kapan menyelusup begitu saja ke dalam hatiku.
Bangga karena wanita yang tampak seperti Ratu itu adalah istriku.
Tanpa terasa, waktu berlalu begitu saja. Hyun Jin dan para
Koki sudah selesai memasak menu utama acara malam itu. Hyun Jin mempersilahkan
para Koki untuk beristirahat sejenak, sebelum mereka mulai memasak menu makanan
penutup. Hyun Jin mengambil ponsel dari saku apronnya. Setelah menatap ponsel
itu agak lama, Hyun Jin melhat ke arahku, seolah memastikan aku masih ada di
ruangan ini.
Hyun Jin tersenyum padaku dan berjalan dengan tergesa menuju
tempatku berdiri.
“Hyun Jae-ssi, Ibu mengundang kita makan malam di rumah. Apakah
kau ingin menungguku di luar?”
“Mengapa?”
“Ehmmm, aku harus memberikan pengarahan pada para Koki untuk
memasak makanan penutup, kemudian menyerahkan tanggung jawab pada Koki Kim,
jadi kita bisa makan malam bersama”
Sebenarnya aku enggan untuk menunggu Hyun Jin di luar, namun
sepertinya dia butuh privasi dengan para Kokinya.
“Baiklah, aku akan menunggumu di luar, Hyun Jin-ssi”
***
Posisi dapur Arirang ternyata tidak jauh dari tempat
parkirnya. Dari kejauhan aku melihat satu persatu tamu acara malam ini
berdatangan. Aku mengenal beberapa tamu yang datang, namun aku memutuskan untuk
menghampiri mereka untuk sekedar bertukar sapa.
Bagaimanapun juga kebanyakan dari mereka adalah relasi
perusahaan Haemil dan keluarga dekat Tuan dan Nyonya Han. Jika salah satu dari
mereka menyadari kehadiranku disini, maka tidak akan menutup kemungkinan,
wanita itupun akan tahu jika aku ada disini.
Bukan bermaksud untuk
menghindarinya, hanya saja…. Jika kami bertemu, dia pasti akan selalu
membicarakan masalah itu. Masalah yang sama sekali tidak pernah ingin aku
bicarakan dengan siapapun. Itulah mengapa, aku menghindar dari acara yang
memungkinkan aku untuk bertemu dengannya.
“Hyun Jae-ssi?”
Tanpa menoleh kea rah sumber suara tersebut aku langsung
mengenali siapa pemilik suara itu. Aku tersenyum miris. Sayangnya, kadang takdir tak berpihak pada
kehendak kita. Sekeras apapun aku berusaha untuk tidak bertemu dengannya, jika
dia yang menemukanku lebih dulu, aku bisa apa?
Aku menoleh pada wanita yang berdiri tak jauh dari tempatku
menunggu Hyun Jin.
“Lama tidak bertemu, Han Ga Young-ssi”
Akhirnya mau tak mau aku harus menyapa wanita yang paling
tidak ingin aku temui itu.
bersambung ke part 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^