Judul: Unwelcome Love
Genre: Romance, Drama
Warning:
Cerita ini hanyalah khayalan absurd-ku semata, semua nama yang digunakan sebagai karakter di Fanfic ini bukan milikku, begitu juga Arirang dan Yusung Group
Part-3: Partner Bisnis
15 menit kemudian aku sudah berganti pakaian dan
membersihkan make up di wajahku, juga membersihkan pikiranku yang tadi terasa
kacau balau karena kesal dan bingung. Kini aku telah memutuskan untuk berbicara
padanya. Bagaimana pun juga kami telah mengucapkan janji suci di depan hakim
untuk menjadi suami istri. Bahkan jika pernikahan ini tidak didasari dengan
cinta aku tidak akan sudi jika dia memperlakukanku seenak hatinya.
Saat aku keluar dari kamar mandi Jo Hyun Jae telah selesai
menata makanan di meja kecil yang ada di kamar itu. Lagi-lagi dia memamerkan
senyum manis nya padaku. Ya Tuhan, aku sungguh kesal pada pria itu, tapi
mengapa dia senang sekali memamerkan senyum tanpa dosa seperti itu padaku? Aku
jadi merasa canggung dan semua pertanyaan yang sudah aku pikirkan selama di
kamar mandi menguap begitu saja.
“Duduklah, aku rasa kau sangat paham, banyak hal yang harus
kita bicarakan, tapi sebelum itu… sebaiknya kita makan malam dulu”
Tidak! Ini sama sekali tidak baik. Jika aku mengikuti
keinginannya, maka aku akan menjadi satu-satunya yang kalah. Aku akan berbicara
dulu padanya sebelum makan malam, atau akan lebih baik aku sama sekali tidak
menyentuh makanan yang dia pesankan untukku. Bagaimana jika dia menaruh sesuatu
yang tidak bisa aku makan dan akhirnya hidupku berakhir di hari pertama
pernikahanku, aku dengar istri keduanya meninggal karena kecelakaan, dan rumor
yang beredar adalah Jo Hyun Jae sendirilah yang menyebabkan kecelakaan itu
terjadi.
“Jo Hyun Jae-ssi, aku tidak ingin makan, aku ingin kita
langsung bicara saja” Tegasku sambil menatap tajam matanya yang sejak tadi
memohon agar aku duduk di kursi yang ada di hadapannya.
Jo Hyun Jae tertawa kecil, seolah apa yang aku katakan
adalah lelucon konyol yang tidak seharusnya dia dengar. Apakah dia sedang
meremehkanku?
“Apakah kau yakin Seo Hyun Jin-ssi? Kau bahkan tidak
menyentuh makanan apapun selama resepsi berlangsung, seharusnya kau sangat
lapar saat ini”
“Tentu saja aku sangat yakin, aku sama sekali tidak…” belum
sempat aku menyelesaikan kata-kataku, perut ku yang menyebalkan mengeluarkan
bunyi kruyuk yang lumayan nyaring, ayolah… mengapa harus disaat genting seperti
ini!
“Lihatlah… bahkan tubuhmu tidak bisa berbohong” katanya
lembut, namun aku bisa menangkap nada kemenangan dalam suaranya, sigh! Mengapa
situasinya menjadi semakin memalukan seperti ini?
Baiklah, aku akui, aku memang kelaparan, dan aku tidak
menyangka jika dia memperhatikan bahwa aku sama sekali tidak menyentuh makanan
selama resepsi berlangsung. Bukannya apa-apa, aku memiliki alergi terhadap
beberapa bahan makanan, itulah mengapa saat makan di luar aku sebisa mungkin
menghindari makanan yang tidak aku pesan sendiri.
“Kemarilah, meski makanan ini tidak seenak masakan Arirang,
aku memilihkan menu terbaik yang tersedia di hotel ini”
Terlanjur malu, akhirnya aku berjalan menuju tempat Jo Hyun
Jae duduk di depan meja yang sudah terhidang berbagai makanan. Dan aku sangat
terkejut saat menatap makanan yang terhidang di meja tersebut.
“Apakah kau sengaja memesankan makanan ini untukku?”
Jo Hyun Jae mengangguk dengan pasti, lalu berkata, “Aku juga
menyaksikan proses memasaknya, jadi aku pastikan tidak ada almond ataupun bahan
makanan yang membuat mu alergi dalam makanan ini”
***
Setelah menghabiskan makanan yang dipesan Jo Hyun Jae dengan
tenang, aku menatap pria yang masih berkutat dengan makanannya. Ada yang aneh
dengan pria yang tadi siang baru menikahiku ini, bagaimana bisa dia menunjukkan
sikap yang bertolak belakang di hari yang sama? Apakah dia memiliki kepribadian
ganda? Sesiangan tadi, saat kami hanya berdua dia mengacuhkan ku, tapi sekarang
dia begitu perhatian hingga memesankan makanan khusus untuk ku dan menunggui
proses memasaknya.
Jo Hyun Jae berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulutnya,
sepertinya dia sadar jika sejak tadi aku terus memperhatikannya.
“Apakah aku begitu tampan, hingga kau tidak bisa melepaskan
pandangan mu dariku?” pertanyaan itu membuyarkan semua kecurigaann dan
dugaan-dugaan yang sejak tadi aku susun di kepalaku. Pria ini benar-benar
unpredictable, bagaimana bisa dia mempertanyakan hal yang begitu konyol, disaat
kami seharusnya berdiskusi tentang banyak hal.
“Ye?” Aku menghembuskan napas kesal mendengar pertanyaan
narsisme nya.
Dia kemudian tertawa kecil melihat reaksiku dan berkata,
“Aku hanya bercanda, aku tahu banyak hal yang ingin kau tanyakan, tapi bisakah
kau menunggu hingga aku selesai makan, Hyun Jin-ssi?”
Aku menyetujui keinginannya dengan gunamanku dan mengalihkan
pandanganku ke arah lain. Sepertinya dia merasa tak nyaman karena aku
memperhatikannya sejak tadi. Tanpa banyak bicara Jo Hyun Jae pun kembali
menyantap makanannya yang tinggal beberapa suap lagi.
***
“3 pertanyaan”
Tiba-tiba saja Jo Hyun Jae mengatakan hal itu setelah dia
selesai makan dan segera membuatku bingung. Aku menatapnya dengan mengerutkan
dahi, memberikan kesan bahwa aku tak paham dengan maksud ucapannya.
“Aku memberikanmu kesempatan untuk mengajukan 3 pertanyaan
padaku sebelum kita menyetujui kesepakatan tentang pernikahan ini, Seo Hyun
Jin-ssi”
Kesepakatan? Akhhh tentu saja… penikahan kami hanyalah
pernikahan bisnis, memangnya apa yang aku harapkan selain sebuah kesepakatan.
Dan aku akan memastikan jika kesepakatan itu tidak merugikanku.
“Hanya 3 pertanyaan? Padahal aku ingin bertanya tentang
banyak hal padamu Jo Hyun Jae-ssi”
“Begitukah? Aku tidak
tahu jika seorang Kepala Koki Arirang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
tentang seorang Jo Hyun Jae. Apakah aku begitu menarik di matamu?”
Mwo? Apa yang salah dengan pria ini sebenarnya? Semua hal
yang aku lakukan selalu saja meningkatkan rasa percaya diri nya menjadi sangat
tinggi seperti itu? Sepertinya aku harus menghadapinya dengan cara mengikuti
apapun kemauannya.
“Baiklah, tiga pertanyaan sudah cukup, daripada kau terus
berpikir yang tidak-tidak tentang aku”
“Deal” katanya lalu tersenyum puas
Apa yang harus aku tanyakan lebih dulu? Alasannya tak ingin
menemuiku sebelum hari pernikahan? Ataukah tentang sikap nya yang sangat
bertolak belakang padaku siang tadi dan sekarang? Lalu darimana dia tahu tentang alergiku, dan
mengapa dia mencoba mencari tahu tentang hal itu padahal dia tidak perlu
melakukan hal itu, karena aku tahu sejelas-jelasnya apa tujuan pernikahan ini.
“Jangan terlalu banyak berpikir Hyun Jin-ssi, tanyakan lah
apa yang paling ingin kau tanyakan”
Aku mengerjap menatapnya, mengapa dia bisa tahu bahwa aku
masih memilih dan memilah apa yang harus aku tanyakan?
“Hmm… Baiklah… pertama, mengapa kau menolak bertemu denganku
sebelum hari ini?”
Mendengar pertanyaan pertamaku Jo Hyun Jae memberikan
tatapan yang cukup tajam. Aku merasa aura wajahnya langsung berubah seketika,
tidak ada lagi kehangatan dan kelembutan seperti saat dia menggodaku dengan
sikap narsisnya. Apakah aku salah bicara? Apakah dia tidak akan menjawab
pertanyaan itu dan memutuskan untuk langsung membuat kesepakatan denganku?
“Mengapa kau berpikir begitu?” Tanyanya dingin. Mwo? Sekali
lagi dia memberikan reaksi tak terduga lainnya. Apakah selama ini aku salah
mengambil kesimpulan tentang sikapnya yang jelas-jelas selalu menghindar untuk
bertemu denganku.
“Bukankah memang itu yang terjadi? Sejak 3 bulan lalu
keluargamu datang ke Arirang untuk membicarakan masalah perjodohan diantara
kita, kau selalu menghindar untuk bertemu denganku. Aku sampai heran, jika
tidak sudi bertemu denganku, mengapa kau menyetujui pernikahan ini?”
“Itu adalah pertanyaan keduamu. Jadi kau hanya memiliki satu
kesempatan lagi untuk bertanya” jawabnya membuatku melongo. Aku benar-benar tak
habis pikir ada apa dengan pria ini. Bukannya menjawab pertanyaan ku dia malah
sibuk menghitung sudah berapa pertanyaan yang aku berikan padanya. Ayolah….
Bahkan pertanyaan pertamaku belum dijawabnya.
“Terserah padamu, yang penting jawab dulu pertanyaan itu”
ketusku pada akhirnya, aku pikir pria ini benar-benar memiliki kepribadian
ganda.
Jo Hyun Jae malah tersenyum mendengar nada marah dalam
suaraku. Tuh kan! Pria ini benar-benar labil. Dia menatapku lembut dan mulai
menjawab pertanyaan pertamaku, “Aku tak ada maksud menghindarimu, namun aku
benar-benar sibuk menyelesaikan semua pekerjaan yang akan aku tinggalkan karena
aku harus mempersiapkan jabatan baruku di perusahaan setelah pernikahan ini”
Jabatan baru apa yang dia maksud? Tapi aku tidak akan
mempertanyakan hal itu padanya, bisa-bisa dia menghitungnya menjadi pertanyaan
ketiga. Aku menatap tak puas, apakah itu jawaban yang sebenarnya? Sebenarnya
aku masih ingin mendebatnya, tapi aku merasa jawaban itu cukup masuk akal.
“Untuk pertanyaan kedua, hmmm…. Aku rasa kau sudah tahu
alasannya mengapa pernikahan ini harus dilakukan. Karena kita saling
membutuhkan. Aku membutuhkan seorang istri dan keluargaku membutuhkan dukungan
para tetua Arirang agar kakakku bisa terpilih menjadi Menteri Kebudayaan di
kabinet tahun depan. Sementara kau ingin mempertahankan kedudukamu sebagai
Kepala Koki Arirang, juga menjaga keberadaan Arirang walau pemerintah
memberhentikan subsidi dananya untuk Arirang kan?”
Tentu saja aku sangat paham dengan hal itu, lagi pula bukan
itu yang tadinya akan menjadi pertanyaan keduaku. Tapi sudah terlanjur, jadi
biarkan saja lah. Dan untuk pertanyaan terakhir, aku harus benar-benar
mempertanyakan hal ini, sebelum kami membuat kesepakatan tentang pernikahan
ini.
“Mengapa kau melakukan ini?” tanyaku sambil menatap
piring-piring kosong yang ada di hadapan kami. Jo Hyun Jae mengerutkan
keningnya, menandakan dia tak paham dengan pertanyaan terakhirku.
“Melakukan apa?”
“Sengaja memesankan makanan untukku dan memastikan tidak ada
bahan makanan yang membuat alergiku kambuh. Aku pikir itu bukan hal yang
seharusnya dilakukan oleh seorang pria yang melakukan pernikahan bisnis. Kau
bisa saja membuatku salah paham”
Dia mengerling lalu kembali memamerkan senyum tanpa dosanya,
“Lalu apakah kau salah paham?” tanyanya penasaran.
“Tentu saja tidak!” Aku menyangkal dengan tegas, mengapa dia
malah balik bertanya sih?
“Syukurlah, jika kau tidak salah paham. Karena aku tidak
punya maksud lain memberikan mu perhatian seperti ini. Kau adalah istriku,
tanggung jawabku selama kita menjalani pernikahan ini. Jadi tentu saja aku
harus memastikan keselamatanmu. Aku tidak ingin menghabiskan malam pertama
pernikahan kita di Rumah Sakit hanya karena alergi mu kambuh”
Lagi-lagi dia memberikan jawaban masuk akal. Jo Hyun Jae
adalah pria yang pandai berkata-kata.
“Bagaimana kau tahu aku punya alergi?” aku kembali bertanya,
karena merasa tidak puas
“Seo Hyun Jin-ssi, kesempatan 3 pertanyaanmu sudah habis.
Jadi aku tidak akan menjawab pertanyaan itu” jawabnya mengingatkan ku. Sigh,
dia benar-benar pintar memahami situasi. Aku menghembuskan napas kasar
menandakan aku tidak senang karena pertanyaan ku tidak dijawab.
“Baiklah, giliranmu untuk bertanya” Ucapku akhirnya, aku
yakin dia tak mau rugi. Aku sudah mengajukan 3 pertanyaan dan dia pastinya akan
melakukan hal yang sama denganku kan?
“Aku tidak bermaksud untuk bertanya apapun. Sebaiknya kita
segera membicarakan kesepakatan kita, Partner Bisnis-ku”
Aku menoleh padanya dengan tatapan bingung mendengar kalimat
terakhir yang dia katakan. Dia memanggilku apa? Pernikahan kami memang tanpa
cinta tapi haruskan dia memanggilku dengan sebutan itu?
“Partner Bisnis?”
***
Aku menatap Jo Hyun Jae dengan bingung sejak dia memanggilku
Partner Bisnis. Apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang pernikahan ini? Bukan
kah dia bilang dia membutuhkan seorang istri? Tapi mengapa dia malah
memanggilku dengan sebutan Partner Bisnis?
“Iya Partner Bisnis. Apakah aku salah jika ingin memanggilku
dengan sebutan itu, Seo Hyun Jin-ssi?” tanya nya tanpa beban.
“Hmm… memang tidak salah sih hanya saja aku merasa itu tidak
etis”
“Lalu kau ingin aku memanggilmu dengan sebutan istriku
sayang?” tanyanya lagi-lagi menggodaku. Ya Tuhan, mengapa pria ini begitu
menyebalkan
“Hhh… sudahlah aku tidak peduli dengan sebutan apapun kau
ingin memanggilku. Cepat katakan kesepakatan apa yang kau tawarkan atas
pernikahan ini? Haruskah kita membuatnya dalam sebuah perjanjian tertulis atau
semacamnya?” tanyaku penasaran.
“Tidak perlu membuat perjanjian tertulis, pernikahan kita
dilakukan untuk memenuhi tujuan masing-masing. Jadi kita hanya perlu saling
percaya saja. Aku hanya ingin mengajukan 2 syarat padamu selama kita menjalani
pernikaan ini, setelah itu aku akan menyetujui semua syarat yang ingin kau
ajukan”
“Apa syaratmu?”
“Pertama, sebagai partner bisnis, aku berharap kita tidak
saling mencampuri urusan pribadi masing-masing. Kita hanya harus saling
mendukung untuk mengembangkan bisnis kita. Kau dengan Arirang dan Aku dengan
Yusung Grup. Kau harus memastikan untuk tetap menjaga nama baik Arirang hingga
Kakakku berhasil menjadi Menteri Kebudayaan dan Yusung Grup akan tetap
mendukung Arirang secara finansial selama pernikahan ini berlangsung”
Syarat yang aneh, namun itu sama sekali tidak merugikan ku
sih malah menguntungkan sebenarnya, aku tetap memiliki kebebasan dan Arirang
tidak akan kesulitan untuk mendapatkan biaya operasional per bulan sesuai
dengan perjanjian bisnis yang telah disepakati sebelumnya.
Melihatku tidak protes dan mengangguk-angguk saat
mendengarkan syarat pertamanya, Jo Hyun Jae melanjutkan mengatakan syarat
keduanya.
“Kedua, selama menjadi istriku tugas utama mu adalah membuat
ibuku menyukaimu dan tidak mempermalukan nama baik keluarga. Aku rasa tidak
sulit bagimu membuat ibuku menyukaimu, ibu sangat memuja masakanmu. Dan tentang
menjaga nama baik keluarga…”
Jo Hyun Jae menghela nafas sejenak dan menatapku intens.
“Apakah kau memiliki kekasih sebelum memutuskan menikah
denganku?”
“Tentu saja tidak, jika aku memang memilikinya aku tidak
akan setuju menikah denganmu” jawab ku apa adanya.
“Baguslah jika begitu, karena aku tidak ingin kau menjalin
hubungan dengan pria lain selama kita menikah. Apalagi jika kau melakukannya di
belakangku”
Aku berpikir sejenak, rasanya itu bukan hal yang sulit. Aku
tidak banyak memiliki teman pria. Sejauh ini hanya Jae Wook Oppa dan Ahn Jae Hyun
yang paling sering berinteraksi denganku. Hmmm juga beberapa koki pria di
Arirang sih, tapi tentu saja aku tidak memiliki perasaan apapun pada mereka
semua.
“Apa kau setuju dengan kedua syarat itu? Jika kau
menyetujuinya maka aku akan memenuhi semua syarat yang aku ajukan”
“Kau yakin? Untuk memenuhi semua syaratku?” Aku meragukan
tawarannya, apakah dia benar-benar hanya ingin aku memenui kedua syarat itu dan
aku bisa mengendalikan semuanya.
“Tentu saja, selama kau memenuhi semua syaratku”
“Baiklah, Aku setuju”
***
Perjanjian kami pun dimulai, tidak secara tertulis, namun
atas dasar rasa saling percaya. Tak banyak syarat yang aku ajukan karena aku
merasa sudah mendapatkan keuntungan dari syarat yang diajukan untukku. Aku
hanya meminta hal yang sama untuk saling menjaga privasi dan berujung pada
permintaanku agar kami tidak tidur seranjang. Dengan santai dia berkata bawa
Aku tidak perlu khawatir akan hal itu, kami bahkan akan tidur di kamar yang
terpisah.
Bagaimana bisa? Ibu mertuaku pasti tidak akan
mengijinkannya, itulah yang aku pikirkan. Jo Hyun Jae lalu berkata, “Apakah aku
belum mengatakan jika setelah menikah kita akan tinggal di Apartemen?” Itu
sangat mengejutkan bagiku. Setahuku Keluarga Yusung Grup sangat ketat dalam masalah
ini, Jo Gyu Sung putra pertama mereka sampai detik ini masih tinggal satu atap
dengan Tuan Dan Nyonya Jo. Bagaimana bisa keluaga Jo membiarkan putra bungsunya
tinggal di luar rumah setelah menikah?
Saat aku mempertanyakan kebingunganku, Jo Hyun Jae
mengatakan padaku jika salah satu syarat nya setuju kembali untuk menikah
adalah kebebasannya. “Itulah mengapa aku memilihmu, orang yang pasti akan
disukai ibuku sehingga aku tidak kesulitan untuk mendapatkan kebebasanku”
Kemudian aku menyadari, Jo Hyun Jae tak lebih dari sekedar
memanfaatkan ku untuk mendapatkan kebebasannya. Pria ini benar-benar orang yang
selalu memikirkan untung rugi untuk kepetingan pribadinya. Aku jadi berpikir
jika aku bukan lagi orang yang bisa dia manfaatkan, apayang akan terjadi dengan
hidupku? Apakah akhirnya dia akan membuangku? Aku rasa aku harus memperjelas
kapan kami harus mengakhiri kesepakatan ini sebelum dia membuangku saat aku tak
lagi Kepala Koki Arirang.
“Jika kita adalah Partner Bisnis, maka kesepakatan kita
adalah sebuah kontrak kerja, kapan kontrak ini akan berakhir?” tanyaku tanpa
basa basi.
“Berakhir?” Jo Hyun Jae terlihat bingung dengan
pertanyaanku, apakah dia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya?
“Sampai kapan kita harus terikat dalam pernikahan bisnis ini?
Sampai aku tak lagi menjadi Koki Arirang? Ataukah sampai kau tak bisa
memanfaatkanku lagi untuk kepentingan mu?”
Jo Hyun Jae hanya terdiam saat mendengarkan petanyaanku.
Apakah aku menyinggungnya? Bukankah aku mengatakan yang sebenarnya? Penikahan ini
hanya sebuah perjanjian bisnis, jadi aku memutuskan untuk tidak
mempertimbangkan perasaannya disaat aku harus memperjelas segalanya.
“Memanfaatkanmu? Apakah itu yang kau pikirkan tentang
alasanku menikahmu?”
“Memangnya bukan? Kau sendiri yang mengatakan jika
pernikahan ini hanya pernikahan bisnis demi keuntungan bersama, bahkan kau
menjadikanku tameng demi mendapatkan kebebasanmu” dengan merenggut kebebasanku,
namun kalimat terakhir itu tidak aku katakan kepadanya, aku tak mungkin
membuatnya mengetahui tentang alter egoku sebagai gadis bayangan.
Jo Hyun Jae hanya menghela nafas setelah mendengarkan
perkataanku, tidak membenarkan ataupun menyangkalnya.
“Jika memang kesepakatan ini harus berakhir…. Maka itu akan
terjadi ketika kau menemukan cinta sejatimu”
“Cinta Sejati?”
Cinta adalah sebuah kata yang asing bagiku, seumur hidupku
aku hanya mencintai Arirang dan rela melakukan apapun demi mempertahankan
keberadaanya. Meski pernah dua kali bertunangan aku melakukan semuanya demi
kepentingan Arirang, aku tak pernah merasakan benar-benar jatuh cinta baik itu
pada Jae Wook Oppa ataupun pada Lee Han Wi. Aku tak yakin, apakah suatu hari
nanti aku benar-benar bisa mencintai orang lain melebihi rasa cintaku pada
Arirang.
“Bagaimana jika aku tak pernah menemukannya?” pertanyaan itu
keluar begitu saja dari mulutku saat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa
terjadi.
Jo Hyun Jae menatapku tajam dan dingin, aku tak tahu apa
yang sedang dipikirkannya, cukup lama pria itu terdiam hingga akhirnya dia
berkata,
“Maka kau harus terjebak bersamaku seumur hidupmu”
Terjebak bersamanya seumur hidupku sama sekali bukan tujuan
hidupku, tapi entah mengapa aku tidak bisa mendebat tentang kapan kontrak kami
harus berakhir. Mungkin ini yang terbaik, aku sama sekali tak pernah memiliki
keinginan untuk menemukan cinta sejati atau apapunlah namanya, aku hanya ingin
menghabiskan hidupku di Arirang, dan jika itu bisa terpenuhi dengan terjebak
menjadi menantu Yusung Group seumur hidupku, aku hanya akan menerima takdirku.
bersambung ke part 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^