Sebelumnya
aku minta maaf atas keterlambatan Postingan episode 3 part 1 ini, maaf
ya pada para penggemar Take Care of Us Captain yang sudah menantikannya.
Episode 3 dimulai dengan Review episode-episode sebelumnya.
Ingat
Adegan terakhir di episode 2? Yun Seong yang sedang menatap pesawat
Cessna yang sedang ditumpangin Da Jin, Kapten Jang dan Bo Ram. Jadi
Episode 3 berawal dari pagi hari nya Han Da Jin di Australia.
Da Jin lari pagi saat rehat penerbangannya di Australia. Dia
berlari di taman dekat hotel sambil memakai Kacamata hitam kesayangannya. Da Jin merasa cuaca sangat indah dan cocok untuk mencuci pakaian hari ini.
Lalu,
dia melihat Pilot TY Airlines yang sempat dia mintai tolong untuk meminjamkan
pesawat Cessna dan Yun Seong yang sedang duduk berdua di bangku taman sambil
berbagi tawa mereka. Da Jin terheran-heran melihat kebersamaan mereka.
Ingat saat Yun Seong jadi fotografer di sebuah acara
Pernikahan pada episode pertama? Ya,, Pilot tersebut dan istrinya lah yang
dipotret Yun Seong. Kini Yun Seong dan Sang Pilot sedang melihat hasil foto
jepretan Yun Seong hari itu.
Sang Pilot tampak puas dengan hasil foto itu, karena
istrinya terlihat sangat cantik di foto tersebut dan mengucapkan terimakasih
pada Yun Seong yang juga balik berterimakasih atas bantuan sang pilot (pasti
sudah terduga kan bantuan dalam bentuk apa,, yup,, Yun Seonglah yang meminta
Sang Pilot meminjamkan pesawat Cessna TY Airline pada Da Jin).
Saat sedang melihat foto-foto Pernikahannya, Sang Pilot
keheranan karena ada selembar foto yang tidak dikenalnya. Dia memberikannya
pada Yun Seong yang sama juga merasa keheranan. Yun Seong menatap foto yang ternyata foto Da Jin yang sedang
berteriak di atas jembatan yang sempat dia ambil hari itu. Yun Seong pun jadi
teringat saat dia mengambil foto itu karena terkesima pada semangat Da Jin saat
itu.
Yun Seong dan Sang Pilot berpisah setelah melakukan salam
persahabatan mereka. Da Jin langsung menghadang Sang Pilot setelah kepergian
Yun Seong. Da Jin ingin memastikan kecurigaannya terhadap sesuatu pada Sang
Pilot. Pilot sangat kaget akan kehadiran yang tiba-tiba muncul didepannya dan
langsung menyapanya.
Sepertinya Sang Pilot memberitahu Da Jin bahwa Yun Seonglah
yang telah memintanya untuk meminjamkan pesawat Cessna TY Airlines pada Da Jin
dan Kapten Jang. Da Jin mengejar Yun Seong yang sedang menaiki tangga taman.
Dia tampaknya ingin berterimakasih. Da Jin memanggil manggil Yun Seong sambil
berlari-lari: “Kapten… Kapten… Kapten… Kapten.. Kapten.. Kapten!”
Sambil berlari, Yun Seong bertanya ada apa? Da Jin menjawab,
dia berterimakasih pada Yun Seong karena telah membantunya meminjamkan pesawat
Cessna. Yun Seong berhenti berlari dan melepas headset nya. Yun Seong bertanya,
“Apa maksudmu?”. Da Jin tertawa mendengar kepura-puraan Yun Seong, dia
berkata bahwa Yun Seong telah memberikan hadiah yang sangat berarti untuk
Kapten Jang dan Bo Ram. Yun Seong masih berlagak tak tahu apapun, Da Jin lalu
berkata bahwa Kapten Jang tadinya Resign setelah penerbangan terakhirnya hari
ini, tapi demi Bo Ram dia akan tetap melanjutkan segalanya. Da Jin mengucapkan
terima kasih yang sangat besar pada Yun Seong. Da Jin berkata bahwa Yun Seong
harus pergi ke suatu tempat bersama mereka bertiga (Kapten Jang, Bo Ram dan Da
Jin, maksudnya).
Da Jin pun mulai meracau tentang cuaca yang bagus hari ini.
Yun Seong mengabaikannya dan kembali memakai Headsetnya dan melanjutkan lari
paginya serta meninggalkan Da Jin yang berbicara sendirian tentang rasa bersyukurnya
karena bisa menjadi pilot hingga mendapatkan pengalaman yang begitu
menyenangkan.
Da Jin kebingungan saat menyadari Yun Seong telah
meninggalkannya dan berbalik mengejar Yun Seong yang berlari ke belakang. Da Jin memakai Kacamata hitamnya dan kembali
mengejar Yun Seong sambil memanggilnya “Kapten”. Da Jin pun berlari sekuat tenaga hingga dia
berhasil menyusul Yun Seong. Melihat Da Jin yang menyusulnya Yun Seong pun
berlari semakin cepat untuk menyusul Da Jin, walhasil mereka malah susul
menyusul pada akhirnya
Ditengah acara susul meyusul itu Da Jin hampir tertabrak
sekelompok pelari dari arah lain, untungnya Yu Seong sigap dan menyelamatkan
ketepi Jalan, membuat mereka terjatuh ke rumput.
Sayangnya Kacamata hitam Da Jin
terlepas dan jatuh ke jalan kemudian terinjak oleh para pelari yang hampir
menambraknya tadi. Da Jin menatap hal itu dengan pandangan sedih, Jiwanya
mungkin terselamatkan, tapi Kacamata hitamnya hancur tak karuan, dia bergunam
pada dirinya sendiri, “Kacamata hitamku…”
Da Jin sedih karena Kacamata hitamnya jadi benkok dan
tergores disana sini. Dia mencoba membersihkan goresannya saat dirinya dan Yun
Seong duduk di bangku taman. Yun Seong jadi sedikit merasa bersalah kerena
telah membuat Kacamata hitam Da Jin rusak. Yun Seong mengambil Kacamata hitam
tersebut dan melihat seberapa parah kerusakannya. Yun Seong berkata,
kerusakannya ternyata tak terlalu parah mengingat bahwa Kacamata hitam itu
rusak karena telah terinjak-injak, tapi sepertinya Kacamata hitam itu tak bisa
dipakai lagi.
Da Jin mengambil kembali Kacamata hitam itu dengan sedih .
Da Jin: “Jangan berkata seperti itu, kau tidak tahu betapa
berartinya Kacamata hitam ini untuku”.
Yun Seong: “Aku akan menggantinya untukmu”
Da Jin: “Ini adalah bukan sesuatu yang bisa digantikan begitu
saja”
Yun Seong: “Aku katakan, aku akan membeli yang baru untukmu”
Da Jin: “Aku tidak butuh sesuatu yang baru”
Yun Seong jadi kesal melihat sikap Da Jin yang entah mengapa
membuat dirinya semakin merasa bersalah pada gadis itu. Padahal Kacamata hitam
itu rusak karena dia menyelamatkan Da Jin dari hantaman pelari yang menuju ke
arahnya. Da Jin kemudian berkata, “Kacamata hitam ini, hadiah dari ibuku” Yun
Seong jadi makin merasa bersalah dan menatap Da Jin yang masih melihat Kacamata
hitamnya.
Yun Seong pergi ke toko Kacamata hitam untuk mencari Kacamata
hitam yang sama persis dengan Kacamata hitam milik Da Jin, tapi sayangnya tidak
ada.
Maka saat esok harinya Yun Seong dan Da Jin bersama di Kokpit untuk melakukan penerbangan, Yun Seong semakin merasa bersalah saat melihat Da Jin memakai Kacamata hitam rusaknya, namun tentu saja sama sekali tidak menunjukkannya di depan Da Jin, tapi sikap mereka jadi canggung akibat insiden Kacamata hitam ini.
Maka saat esok harinya Yun Seong dan Da Jin bersama di Kokpit untuk melakukan penerbangan, Yun Seong semakin merasa bersalah saat melihat Da Jin memakai Kacamata hitam rusaknya, namun tentu saja sama sekali tidak menunjukkannya di depan Da Jin, tapi sikap mereka jadi canggung akibat insiden Kacamata hitam ini.
Yun Seong memberikan intruksi pada Da Jin untuk minta ijin
lepas landas, Da Jin mematuhinya tanpa banyak bicara. Yun Seong menatap Da Jin
dengan Kacamata hitam bengkoknya,, (huahaa,, lucu nian liat kecanggungan kapten
Kim, dalam hatinya dia pasti sangat merasa bersalah saat melihat Kacamata hitam
rusak itu). Pesawat pun lepas landas dengan lancar dan penerbangan berjalan
dengan aman terkendali. Di Kokpit sekali lagi Yun Seong menatap Da Jin dengan Kacamata
hitam rusaknya dan teringat pada kata-kata Da Jin bahwa Kacamata hitam itu
pemberian Ibunya.
GM Wings Air, Hong Mi Joo-ssi sedang melakukan tes pada
beberapa masakan yang akan disajikan di pesawat oleh manajemen Wings Air. Dia
mencoba berbagai makanan dan mengenali dari mana semua makanan itu berasal
dengan mudah. Entah itu dari penerbangan Kanada, Singapura, Jepang, bahkan
Amerika. Hingga dia tiba di hidangan terakhir dan mencicipi makanan itu, Hong
Mi Joo berkata bahwa makanan itu adalah makanan yang disajikan perusahaan
mereka. Para Koki membenarkan. Hong Mi Joo berkata, bahwa dia menyukai makanan
itu.
Di kantor Wings Air, Yun Seong dan Da Jin yang baru saja
pulang dari penerbangan mereka dari Australia sedang membuat laporan kedatangan
mereka. Da Jin masih cemberut gara-gara Kacamata
hitamnya rusak dan ini membuat Yun Seong tak enak hati saat melihat wajah Da Jin
yang muram.
Saat Da Jin pamitan untuk pergi duluan pun Yun Seong terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa, dan ia menyesalkan hal itu.
Saat Da Jin pamitan untuk pergi duluan pun Yun Seong terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa, dan ia menyesalkan hal itu.
Da Jin membereskan seragamnya dan menyimpannya di loker. Da
Jin mengambil lagi Kacamata hitam rusaknya yang tadinya sudah ia simpan dalam
kotaknya yang adan di dalam loker. Da
Jin pun mengingat saat dia menerima Kacamata hitam tersebut dari ibunya.
Da Jin membuka kotak hadiahnya sambil bertanya: “Apa ini?”.
Ibunya menjawab: “Hadiah untuk putriku”. Da Jin mengambil isi yang ada dalam
kotak itu, ternyata sebuah Sunglasess. Da Jin tertawa bahagia melihat hadiah
tersebut, dan segera mencoba memakainya. Ibunya pun terlihat bahagia melihat Da
Jin memakai Kacamata hitam itu. Ibunya berkata Da Jin terlihat sangat baik
dengan Kacamata hitam itu. Da Jin berkata bahwa dia sangat mencintai Ibunya dan
memeluk sang Ibu dengan penuh kasih sayang. Ibunya membalas pelukan Da Jin dan
berkata bahwa dia pun sangat mencintai Da Jin.
Ibunya berkata, apakah Da Jin akan baik-baik saja saat
menemui kesulitan di Amerika? Da Jin berkata, “Aku adalah Han Da Jin, apapun
yang dikatakan pasti akan aku lakukan”. Ibunya menepuk bahu Da Jin sambil
memeluknya dan berkata, “Tentu saja, karena kau adalah putriku”. Da Jin tertawa
dan melepaskan pelukan ibunya. Dia ingin meminta sesuatu pada sang Ibu.
Da Jin: “Tapi,, Omma, Aku ingin sesuatu yang lain selain
ini”
Ny. Han: “Sesuatu yang lain?”
Da Jin: “Seorang adik kecil yang mirip denganku”
Ny. Han kaget mendengar permintaan Da Jin, “Apa? Di usiaku
saat ini?” Dia pun menepuk Da Jin, menunjukan isyarat bahwa itu tak mungkin,
dia pun beranjak dari hadapan Da Jin, karena malu.
Da Jin merengek dan mengejar
sang Ibu. Ny. Han merapikan jemurannya, Da Jin mengikutinya dan berkata,
“Kenapa? Aku dengar seorang nenek berusia 60 tahun pun bisa memiki anak
sekarang ini. Itu sudah jadi topic diluar negeri, aku bahkan sudah memikirkan
nama panggilannya untuknya Omma,, Hmmm,,, Ppo Song.”
Ny. Han: “Ppo Song?”
(Ppo Song artinya: mengembang, di subs English biasa disebut
fluffy, tapi aku lebih suka Ppo Song).
Ny. Han tertawa mendengar nama panggilan yang diberikan Da
Jin untuk adiknya kelak. Da Jin pun menjelaskan mengapa dia ingin memberikan
nama panggilan itu pada adiknya.
Da Jin: “Seperti selimut yang telah kering oleh matahari,
mengembang,,, dan lembut,,, bukan kan itu terdengar sangat bagus, Omma?”
Ny. Han tersipu mendengarnya, dia meminta Da Jin untuk
meninggalkannya sendirian dan melupakan permintaannya tak masuk akalnya. Tapi
Da Jin terus memohon dan berkata, “hanya satu anak saja” sambil memeluk ibunya
dari belakang. Ny. Han semakin malu melihat kelakuan Da Jin yang merengek minta
adik. Dia meminta Da Jin melepaskannya dan berlari menjauh dari Da Jin yang
kemudian mengejarnya, jadilah terjadi kejar-kejaran yang menggembirakan antara
Ibu dan Anak ini diantara selimut-selimut yang dijemur dihalaman rumah mereka.
Benar-benar pemandangan yang membahagiakan.
flashback end
Da Jin masih menatap Kacamata hitam pemberian ibunya yang
kini telah rusak, lalu kembali memasukannya ke dalam loker.
Da Jin keluar dari ruang ganti dan bertemu dengan Yun Seong
yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi dengan perasaan gugup dan bersalah.
Yun Seong: “Tunggu,, Pilot Han”
Da Jin berhenti dan menoleh pada Yun Seong yang terlihat
sedikit kebingungan harus bicara apa
Yun Seong: “Hmm,, itu,, tentang Kacamata hitam mu ,,, Aku
minta maaf”
Da Jin pun pamit pada Yun Seong, membuatnya jadi kebingungan
bagaimana mengatasi rasa bersalahnya pada Da Jin. Akhirnya Yun Seong malah
berkata:
“Mengapa kau membawanya kemana-mana, jika itu adalah barang
berharga?”
Da Jin jadi kesal mendengar pertanyaan Yun Seong. Dia
menatap Yun Seong dengan tatapan tak percaya, padahal Da Jin sudah berkata taka
pa-apa tapi Yun Seong malah menyalahkan dirinya. Yun Seong jadi salah tingkah
saat Da Jin menatapnya, dia masih berusaha membela diri dengan berkata:
Lalu Yun Seong pun pergi begitu saja meninggalkan Da Jin
setelah mengatakan hal yang bagi Da Jin tak masuk akal. Da Jin hanya bengong
melihat kepergian Yun Seong, dia berbalik melihat Yun Seong yang semakin
menjauh. Da Jin lalu berteriak: “Kapten, mengapa kau membawa otakmu
kemana-mana? Sepertinya itu penuh dengan pemikiran-pemikiran berhargamu. Lain
kali, simpanlah Otakmu di rumah. Tinggalkan itu di rumah!”
(Wkwkwkwk,,, Da Jin pinter banget ngebalikin kata-kata
Kapten Kim? Menyimpan otaknya di rumah?? Gimana caranya?)
Waktunya berenang untuk Kapten Kim (huah,,, Yun Seong hobi
banget deh berenangnya). Selain Yun Seong, Hong Mi Joo pun datang ke kolam
renang tersebut. Mi Joo melihat Yun Seong yang baru saja muncul ke permukaan
dengan gembira. Saat akan menyapanya, Yun Seong terlanjur berbalik lagi,
berniat melanjutkan acara renangnya.
Saat Yun Seong berbalik, Mi Joo kaget melihat luka bakar yang dimiliki Yun Seong di punggung atas sebelah kirinya. Kini Mi Joo menatap Yun Seong dengan tatapan penuh kecurigaan dan tanda Tanya besar di kepalanya.
Saat Yun Seong berbalik, Mi Joo kaget melihat luka bakar yang dimiliki Yun Seong di punggung atas sebelah kirinya. Kini Mi Joo menatap Yun Seong dengan tatapan penuh kecurigaan dan tanda Tanya besar di kepalanya.
Mi Joo langsung mengecek identitas Yun Seong di data
kepegawaian. Jelas dia mencurigai sesuatu setelah melihat luka bakar Yun
Seong. (Mi Joo pasti curiga, apakah Yun
Seong adalah Oppa yang menolongnya saat dia terjebak pada kebakaran saat dia
kecil atau bukan?)
Dong Soo kembali beraksi dengan jurus 300 wonnya pada para
pramugari yang sedang ada di depan mesin minuman. Seperti biasa, dia meminta
para pramugari itu memberikan uang 300 won padanya, dan kelak dia akan
mengembalikannya dengan double. Para pramugari sedikit kaget dengan kedatangan
Dong Soo yang tiba-tiba. Lee Joo Ri jengah melihat tingkah konyol Dong Soo, dia
langsung mengajak temannya untuk pergi dari sana dan menatap Dong Soo dengan
meremehkan. Dong Soo hanya menunduk, dan saat
para pramugari itu pergi Dong Soo hanya tertawa dan memanggil mereka
sekali lagi, “Eonnie..”
Dong Soo kemudian melihat Da Jin yang sedang membaca sambil
berjalan, dia jadi sedikit salah tingkah. (Setelah Insiden di restoran ini
pertama kalinya Da Jin dan Dong Soo bertemu kembali). Da Jin berjalan melewati
Dong Soo yang segera menyapanya. Dong Soo berkata, “Mengapa kau tidak memberi
salam padaku?”. Da Jin berhenti dan
menoleh pada Dong Soo.
Da Jin menatap Dong Soo dengan kesal, masih ingat insiden di
kedai tampaknya. Da Jin tertawa mengerikan dan berkata. “Siapa lagi ini?”. Dong
Soo berkata pada Da Jin untuk tidak terlalu lama menyimpan dendam. Dong Soo
melihat Da Jin baru pulang dari penerbangannya, itu berarti Da Jin lulus tes
pada tes simulasi kedua. Dong Soo memberi selamat dengan gembira.
Da Jin menghela nafas lalu berkata: “Dalam hidup, Kau harus
jujur seperti mesin penjual minuman” Dong Soo kebingungan dan bertanya: “Apa?”
Da Jin melanjutkan maksud perkataannya: “Jadi, Jika kau
menekan untuk Cola, sekaleng Cola akan keluar. Jika kau menekan untuk Kopi,
maka Kopi-lah yang akan keluar. Jika kau melakukan sesuatu yang membuatmu
pantas mendapatkan pukulan maka kau akan mendapatkannya. Seperti ini!” Da Jin
mengatakan hal tersebut sambil berakhir dengan berlagak ingin memukul Dong Soo
tapi sengaja di pelesetkan. Ini membuat Dong Soo sedikit kaget. “Kau pasti akan
mendapatkan pukulan itu” kata Da Jin kemudian. Dong Soo hanya mencibir sambil
memainkan lollipop di mulutnya.
Da Jin: “Aku hanya orang yang dermawan seperti mesin penjual
minuman. Jadi untuk kali ini aku memaafkanmu. Dengan memanfaatkan kebaikan
hatiku yang memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari sini”
Dong Soo: “Maaf untuk apa?”
Da Jin: “Saat itu di kedai, apa kau lupa? Setelah apa yang
kau lakukan?”
Dong Soo: “Ah itu… Itu hanya sebuah kesalahan, Maaf,,
Maaf,,”
Da Jin kemudian tertawa mengerikan lagi dan memperingatkan
Dong Soo bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan pertemanan yang hangat tapi
selalu berakhir dengan pertengkaran. Jadi lebih baik mereka tak usah bertemu
lagi. Da Jin kemudian menepuk tangan Dong Soo, kemudian pergi meninggalkan Dong
Soo.
Seorang lelaki setengah baya, sepertinya tertarik pada
kejadian ini. terutama saat Dong Soo dan Da Jin berbincang. Maka setelah Da Jin
pergi Lelaki itu memanggil Dong Soo. “Yak, Dong Soo-ya!” Dong Soo menoleh dan
kaget melihat kehadiran lelaki itu. Lelaki tua itu mendekatinya, DonG Soo
nampak tidak nyaman dan langsung berniat melarikan diri. Lelaki itupun mengejarnya.
Dong Soo berlari, selain menghindari Lelaki itu, dia juga
pergi mengejar Da Jin dan bertanya, “Apakah kau punya uang 300 won?”. Da Jin
kesal dan malah berkata: “Apa kau ingin mati?”. Dong Soo berkata, "Sudahlah lupakan saja" lalu membiarkan Da Jin pergi.
Da Jin pun pergi lagi meninggalkan Dong Soo, sementara sang lelaki tua itu mendekatinya. Dia bertanya pada Dong Soo, siapa wanita itu? Kini Dong Soo tidak terlalu ketakutan. Dia malah bertanya, “Tunggu,, mengapa Ayahku ada disini? Ayo pergi” Ajak Dong Soo pada lelaki tua yang ternyata Ayahnya itu.
Da Jin pun pergi lagi meninggalkan Dong Soo, sementara sang lelaki tua itu mendekatinya. Dia bertanya pada Dong Soo, siapa wanita itu? Kini Dong Soo tidak terlalu ketakutan. Dia malah bertanya, “Tunggu,, mengapa Ayahku ada disini? Ayo pergi” Ajak Dong Soo pada lelaki tua yang ternyata Ayahnya itu.
Tuan Kang, Ayah Dong Soo dengan memalukan menyapa para pramugari yang dia temui di bandara. Dong Soo jadi malu melihat kelakuan ayahnya dan mengajaknya segera pergi dan tidak melakukan hal tersebut. Tuan Kang bingung dengan Dong Soo. Saat banyak wanita cantik di tempat kerjanya, mengapa dia tidak bisa mendapatkan pasangan yang cocok. Dong Soo mendorong sang ayah untuk duduk di bangku dekat mesin penjual minuman.
Belum sempat Dong Soo berbicara dengan Ayahnya, dua orang
pramugari datang untuk mebeli minuman. Tuan Kang langsung berdiri dan bertanya
apakah mereka punya uang 300 won? (gubrak,, ternyata kebiasaan Dong Soo
diajarin ayahnya toh,,,).
Dong Soo malu dengan kelakuan ayahnya dan segera bersembunyi di balik mesin penjual minuman, sementara Tuan Kang masih meminta uang 300 won pada para pramugari cantik itu. Dua pramugari itu mengabaikan permintaannya dan pergi meninggalkan Tuan Kang begitu saja.
Dong Soo malu dengan kelakuan ayahnya dan segera bersembunyi di balik mesin penjual minuman, sementara Tuan Kang masih meminta uang 300 won pada para pramugari cantik itu. Dua pramugari itu mengabaikan permintaannya dan pergi meninggalkan Tuan Kang begitu saja.
Tuang Kang lalu berkata, “Para Nona ini harus ditandai tanda
X” setelah melihat kepergian mereka begitu saja. “ Mulut mereka seperti ini,
dan berani melotot seperti ini dengan matanya. Bagaiman bisa mereka berlaku
seperti itu pada orang yang lebih tua? Ini tidak baik,,” kata tuan Kang pada Dong Soo, yang tiba-tiba
menghilang dari hadapannya. Tuan Kang kebingungan kemana perginya anak
lelakinya itu. Dia pun memanggil manggil Dong Soo, “Dong Soo-ya… Dong Soo-ya?”
Dari balik mesin penjual minuman, Dong Soo mengeluarkan
ponselnya dan melakukan panggilan pada Tuan Kang yang sedang kebingungan
mencari Dong Soo. Tuan Kang mengangkat ponselnya dan berteriak, “Yak,, Dong
Soo-ya!” (artinya, Dong Soo kemana kau pergi!- terjemahanku sendiri). Teriakan
sang Ayah memekakan telinga Dong Soo yang kemudian berkata dengan sopan,
“Aboji,, Aku akan mendapatkan istriku sendiri, mengerti? Seorang wanita yang
mau memberiku uang 300 won. Sekarang aku sedang sibuk. Baiklah,, itu saja.”
Dong Soo langsung menutup panggilannya tanpa mendengarkan tanggapa Tuan Kang.
Tuan Kang berteriak sekali lagi memanggilnya, tapi dia kaget
saat sadar, Dong Soo telah menutup panggilannya. Dong Soo melihat kepanikan
ayahnya dibalik mesin penjual minuman sambil tertawa penuh kemenangan.
Di menara pengawas, atasan Dong Soo baru pulang dari rapat
perusahaan dan merasa mumet karenanya, dia bertanya pad Dong Soo apakah dirinya
tidak Kompeten? Dong Soo berkata tentu saja tidak, atasannya itu telah
mengendalikan lebih dari 30 buah pesawat. Atasannya merendah dan berkata, tidak
sebanyak itu,, paling hanya 29 pesawat, (wek,, cuman ngurangin dikit dong). Atasannya
terlihat tidak sehat dan memakan obat, Dong Soo mengingatkan sang atasan untuk
tetap menjaga kesehatannya. Atasannya menasehati Dong Soo selain sehat, dia
juga harus jadi orang yang baik.
Di kantin perusahaan Wings Air, Choi Ajussi sedang mengantri
untuk makan siang. Atasan Dong Soo datang dan menyapanya. Choi Ajussi bertanya
apa Dong Soo tak ikut bersamanya? Atasan Dong Soo berkata bahwa orang muda
harus bergabung dengan orang muda lagi. Jika dia selalu ikut dengan mereka, dia
akan jadi lebih cepat tua. Choi Ajussi bertanya tentang anak-anak dan istri
temannya itu. Atasan Dong Soo sedikit tak senang, karena keluarganya jarang
menelpon karena biaya panggilan luar negeri. Choi Ajussi mengingatkan Atasan
Dong Soo untuk makan baik-baik, dan berkata bahwa Atasan Dong Soo sudah berbaru
seorang duda saja.
Atasan Dong Soo kebingungan karena kehilangan karcis makannya, Choi Ajussi memberikan satu miliknya. Bukannya Atasan Dong Soo yang mengambilnya, tapi malah Tuan Kang, ayah Dong Soo yang mengambilnya tanpa tahu malu. Saat Atasan Dong Soo meminta karcis makan pada Choi Ajussi, dia sedikit kebingungan karena merasa sudah memberikannya dan berkata bukankah, barusan dia memberikannya? Atasan Dong Soo ikut kebingungan.
Kedua lelaki tua ini saling
memandang dan menatap Tuan Kang yang memasang wajah tak berdosa dan menyuruh
mereka untuk maju di antrian dengan isyaratnya.
Choi Ji Won, Manajer
Kabin yang baru, datang dengan seragam pramugari Wings Air. Saat dia menaiki
escalator. Han Da Jin berada di escalator turun. Da Jin yang pertama melihat
Choi Ji Won, dia kaget tapi hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Choi Ji Won
pun tak sengaja melihat Da Jin yang sedang menatapnya. Mereka saling menatap
dari kejauhan. Da Jin mulai panik dengan kehadiran Choi Ji Won, mereka semakin
menjauh, Choi Ji Won sudah tiba di atas, sebaliknya Da Jin sudah ada
dibawah. Choi Ji Won berusaha mengabaikan keberadaan Da Jin, namun wajahnya
terlihat sangat tegang.
Sementara Da Jin menatap Choi Ji Won yang semakin jauh
dengan penuh kepanikan, bertanya-tanya dalan hati mengapa Choi Ji Won ada
disini.
Lalu seorang Pilot Wanita senior memanggilnya, “Pilot Han Da Jin?” Da Jin menoleh dan memberi hormat pada seniornya itu. “Apakah kau baru kembali atau akan pergi?” Tanya seniornya tersebut. Bukannya menjawab Da Jin malah memberi salam pada Pilot senir tersebut, “Apa kabar, Kapten Choi Min Suk.” Da Jin kemudian menjawb petanyaan Kapen Choi ” Aku baru saja kembali dari penerbangan dari Sydney”, tapi sambil kembali menatap Choi Ji Won yang sudah berjalan semakin jauh dari pandangannya.
Lalu seorang Pilot Wanita senior memanggilnya, “Pilot Han Da Jin?” Da Jin menoleh dan memberi hormat pada seniornya itu. “Apakah kau baru kembali atau akan pergi?” Tanya seniornya tersebut. Bukannya menjawab Da Jin malah memberi salam pada Pilot senir tersebut, “Apa kabar, Kapten Choi Min Suk.” Da Jin kemudian menjawb petanyaan Kapen Choi ” Aku baru saja kembali dari penerbangan dari Sydney”, tapi sambil kembali menatap Choi Ji Won yang sudah berjalan semakin jauh dari pandangannya.
Da Jin terus memandangi Choi Ji Won, bahkan saat Kapten Choi
bertanya padanya, “Bagaimana pernerbanganmu?” Da Jin tak mendengarkan Kapten Choi
dan terus menatap Choi Ji Won. “Pilot Han Da Ji!” panggil Kapten Choi.
Da Jin terperanjat kaget dengan panggilan kapten Choi. “Apa sesuatu terjadi padamu?” Tanya Kapten Choi, Da Jin menoleh pada Kapten Choi, belum sempat Da Jin menjawab, kapten Choi berkata, “Kau terlihat tidak baik” Da Jin masih bengong untuk sesaat, namun kemudian berkata bahwa dia tidak apa-apa. Da Jin berpamitan pada sang Kapten, namun sejenak kembali melihat ke arah Choi Ji Won pergi.
Da Jin terperanjat kaget dengan panggilan kapten Choi. “Apa sesuatu terjadi padamu?” Tanya Kapten Choi, Da Jin menoleh pada Kapten Choi, belum sempat Da Jin menjawab, kapten Choi berkata, “Kau terlihat tidak baik” Da Jin masih bengong untuk sesaat, namun kemudian berkata bahwa dia tidak apa-apa. Da Jin berpamitan pada sang Kapten, namun sejenak kembali melihat ke arah Choi Ji Won pergi.
Choi Ji Won tiba di kantor Wings Air. Dia bersikap ramah pada setiap orang yang
ditemuinya. Choi Ji Won pergi ke toilet dan berdiri di depan cermin toilet.
Pertemuannya dengan Da Jin hari ini membuatnya kembali teringat pada kenangan
saat dia gagal menyelamatkan Ny. Han dari kematian saat melahirkan 7 tahun lalu
dan bagaimana marahnya Da Jin, saat dia datang ke pemakaman Ny. Han. Choi Ji
Won berusaha untuk tegar namun pada akhirnya menetes juga air matanya mengingat
semua itu.
Da Jin berlari berusaha
mencari Choi Ji Won, saat ada pramugari yang sosoknya dari belakang
mirip Choi Ji Won yang tadi dilihatnya, Da Jin langsung menghadangnya, tapi dia
minta maaf saat tahu pramugari itu bukan Choi Ji Won. Da Jin kembali mencari,
namun dia salah lagi. Akhirnya dia berjongkok dan berkata pada dirinya sendiri,
bahwa dia salah melihat, namun kemudian menyangkalnya, dia tidak mungkin salah
lihat. Tapi kembali berkata, ini semua hanya sebuah kesalahan, Da Jin jadi
meragukan penglihatannya, apakah aku salah melihat?
Di Ruang Tunggu Pramugari, para Pramugari cantik ini sedang
bersantai menunggu giliran terbang mereka. Seorang pramugari junior sedang
gugup karena hari ini adalah penerbangan pertamanya. Senior laki-lakinya (aku
sebut aja pramugara ya? Bener kan?) memberinya nasehat untuk tidak gugup. Lee Joo Ri berkomentar, tentu saja dia sangat nervous karena dia harus
melakukan banyak pekerjaan di penerbangan pertamanya. Salah satu teman Joo Ri
kemudian menjelaskan apa saja yang harus dilakukan sang Junior. Dan
menakut-nakuti apa yang akan dialaminya saat para penumang masuk, dicolek
pantatlah, di tubruk penumpang hingga kepala kejedotlah,, dan hal-hal menakutkan
lainnya. Belum lagi komplain-komplain dari para penumpang saat keinginan mereka
tidak terpenuhi. Sebagai pramugari, mereka juga harus bisa menenangkan
anak-anak kecil yang menangis dan membantu membersihkan jika ada penumpang yang
muntah.
Pramugari Junior jadi mual mendengar kata-kata terakhir
seniornya. Dia jadi ingin muntah sendiri dan ketakutan. Pramugara menenangkan
dan bertanya mengapa para pramugari senior mengatakan hal-hal menakutkan
seperti itu, seharusnya mereka menyembunyikan hal itu dari Juniornya. Pramugara menatap Juniornya
dan berkata: “Junior yang cantik, jangan khawatir. Percayalah padaku”. Para
pramugari senior jengah mendengar kata-kata Pramugara itu.
Seorang pramugari teringat sesuatu tentang akan datangnya
Manajer Kabin yang baru yang kabarnya sangat ketat dan teliti pada semua aturan
yang ada. Bahkan menurut gossip, dia seperti hantu karena selalu tahu setiap
kesalahan yang dilakukan bawahannya. Lee Joo Ri, tidak peduli Manajer Kabin
baru seketat apa pun karena dirinya berbeda dari orang lain.
Choi Ji Won memasuki ruangan Pramugari, semua pramugari
menghentikan obrolannya dan langdung berdiri dan memberi salam pada Manajer
Kabin baru tersebut.
Choi Ji Won segera melakukan inpeksi penampilan. Semua pramugaru merasa tegang. Salah seorang pramugari ada yang diberi kertas minyak oleh Choi Ji Won untuk membersihkan wajahnya yang berminyak. Lee Joo Ri tersenyum meremehkan melihat hal ini.
Tiba giliran Lee Joo Ri yang diperikasa, penampulan atasnya memang tak bermasalah, namun dilintingan bawah rok nya ada bekas stepler , dan Choi Ji Won menemukannya. Lee Joo Ri sangat kaget dengan hal itu, dan merasa sedikit malu. Lee Joo Ri beralasan dia mendapatkannya saat penerbangannya kemarin, tapi kata Choi Jin Wo stepler itu stepler bekas stoking, jadi pastinya bukan karena penerbangan Joo Ri mendapatkan stepler itu di rok nya. Choi Ji Won memperingatkan agar hal seperti itu tak terjadi lagi.
Choi Ji Won segera melakukan inpeksi penampilan. Semua pramugaru merasa tegang. Salah seorang pramugari ada yang diberi kertas minyak oleh Choi Ji Won untuk membersihkan wajahnya yang berminyak. Lee Joo Ri tersenyum meremehkan melihat hal ini.
Tiba giliran Lee Joo Ri yang diperikasa, penampulan atasnya memang tak bermasalah, namun dilintingan bawah rok nya ada bekas stepler , dan Choi Ji Won menemukannya. Lee Joo Ri sangat kaget dengan hal itu, dan merasa sedikit malu. Lee Joo Ri beralasan dia mendapatkannya saat penerbangannya kemarin, tapi kata Choi Jin Wo stepler itu stepler bekas stoking, jadi pastinya bukan karena penerbangan Joo Ri mendapatkan stepler itu di rok nya. Choi Ji Won memperingatkan agar hal seperti itu tak terjadi lagi.
Choi Ji Won mulai menceramahi para pramugari untuk
memperhatikan kondisi dan penampilannya fisiknya mulai hari ini.
Choi Ji Won menatap Pramugari baru dan memuji Performance nya yang paling baik dibanding pramugari lain. Choi Ji Won berharap pramugari tersebut bisa memiliki kinerja sebaik penampilannya di penerbangan pertamanya.
Choi Ji Won menatap Pramugari baru dan memuji Performance nya yang paling baik dibanding pramugari lain. Choi Ji Won berharap pramugari tersebut bisa memiliki kinerja sebaik penampilannya di penerbangan pertamanya.
Da Jin pergi ke tempat para Pramugari untuk mencari Ji Won,
namun tak jua menemukannya. Hingga dia berpapasan dengan Ji Won dan para
pramugari laiinya yang siap untuk terbang. Da Jin langsung tegang melihat Choi
Ji Won.
Lee Joo Ri bertanya pada Da Jin apakah ada yang salah? Da Jin berkata ia ingin mengklarifikasikan sesuatu sambil menatap Ji Won tajam. Choi Ji Won mengajak anak buahnya untuk segera pergi ke pesawat, karena mereka sebentar lagi harus melakukan penerbangan. Choi Ji Won pamit pada Da Jin dan pergi begitu saja meninggalkan Da Jin tanpa menjelaskan apapun. Para pramugaripun mengikutinya dengan patuh.
Da Jin langsung stress karena pertemuannya dengan Choi Ji
Won hari ini. Luka lamanya akibat kehilangan orang tua terkuak lagi. Da Jin
merenung di pinggir jembatan.
Da Jin mengingat kunjungan Ji Won yang meminta maaf ke rumahnya tak lama setelah kematian sang Ibu. Saat itu Ji Won berkata bahwa kematian Ny. Han akibat ulahnya. Choi Ji Won meminta maaf sambil berlutut dan berurai air mata, dia berkali-kali meminta maaf. Kapten Han sudah menyuruhnya untuk berdiri, namun Ji Won tetap dalam posisinya san terus meminta maaf sambil menagis. Da Jin dengan dingin berkata, bahwa dia khawatir dia tidak bisa memaafkan Ji Won dan menyuruh Ji Won segera pergi dari hadapannya.
Da Jin mengingat kunjungan Ji Won yang meminta maaf ke rumahnya tak lama setelah kematian sang Ibu. Saat itu Ji Won berkata bahwa kematian Ny. Han akibat ulahnya. Choi Ji Won meminta maaf sambil berlutut dan berurai air mata, dia berkali-kali meminta maaf. Kapten Han sudah menyuruhnya untuk berdiri, namun Ji Won tetap dalam posisinya san terus meminta maaf sambil menagis. Da Jin dengan dingin berkata, bahwa dia khawatir dia tidak bisa memaafkan Ji Won dan menyuruh Ji Won segera pergi dari hadapannya.
Choi Ji Won dan rombongan pramugari bersiap melewati jalur
masuk pesawat. Sementara Yun Seong berada di jalur keluar pesawat. Keduanya
saling bertemu dengan arah yang berlawanan lagi. Choi Ji Won yang pertama kali
menyadari kehadiran Yun Seong dan merasa kaget karena hal ini. Yun Seong tak
kalah kagetnya saat melihta Choi Ji Won, mereka bertatapan cukup lama, namun
Yun Seong segera mengalihkan pandangannya. Sementara Choi Ji Won terus menatap
Yun Seong, bahkan saat dia hanya bisa melihat sosok belakang Yun Seong yang
semakin menjauh dari jarak pandangnya. Keduanya dilanda rasa tak nyaman karena
pertemuan tak terduga hari ini.
Saat kembali ke rumah, Yun Seong membuka sebuah buku lamanya
dan menemukan foto dirinya bersama Choi Ji Won. Yun Seong menatap foto itu agak
lama, namun kemudian mengembalikannya ke dalam buku yang berjudul “Learning To Fly An Airplane”.
Sementara Choi Ji Won dilanda galau yang sama saat ada dalam
pesawat. Dia bahkan sedikit melamun dalam melaksanakan tugas pertamannya
sebagai Manajer Kabin hari ini, apalagi saat ia melihat seorang wanita hamil
tua yang menjadi salah satu penumpang di pesawat itu. Lee Joo Ri memperhatikannya dan merasa aneh dengan tingkah manajer barunya.
Napas Choi Ji Won semakin tak beraturan, nampaknya dia
semakin panik mengingat apa yang terjadi 7 tahun silam. Dia mulai menghapalkan
beberapa peraturan emergency untuk menghilangkan cemasnya agar apa yang terjadi
7 tahun lalu tak terulang kembali.
Di kamarnya, Da Jin tak bisa berkonsentrasi melakukan apapun
karena teringat pertemuannya dnegan Choi Ji Won tadi siang.
bersambung ke part-2
Komentar:
Episode kali ini adalah episode galau, Da Jin galau, Yun Seong galau, Ji Won galau bahkan Mi Joo pun galau,,, hanya Dong Soo yang masih bisa menikmati hidupnya dengan nyaman. Da Jin pasti stress berat nih, gara-gara ketemu sama Choi Ji Won, itu sama saja kembali mengingatkannya pada tragedi kematian orang tuanya tujuh tahun silam.
Ngakak banget liat kelakuan bapaknya Dong Soo, jadi ternyata Dong Soo merengek-rengek minta 300 won pada setiap wanita, atas ajaran ayahnya. Kata Ayahnya, wanita yang pantas jadi Istri Dong Soo adalah wanita yang rela memberikannya uang 300 won padanya. Itu berarti, wanita itu nggak matre,, wkwkwkwk,, dasar yah,,, ada-ada aja tuan Kang itu.
Insiden kacamata juga bikin aku tersenyum liat tingkahnya Yun Seong. Sebenernya sih sangat merasa bersalah karena sudah merusak kacamata Da Jin, tapi,,, karena gengsinya selangit, pad akhirnya dia malah menyalahkan Da Jin karena mambawa barang berharganya kemana saja. Tapi puas banget waktu Da Jin bilang, kenapa Yun Seong tidak menyimpan otaknya di rumah? Bukankah otaknya sangat berharga,, gakgakgak,, Yun Seong kalah telah nggak bisa balikin kata-katanya Da Jin.
Ppo Song belum keluar di part ini, kayaknya di part 2,,
bersambung ke part-2
Komentar:
Episode kali ini adalah episode galau, Da Jin galau, Yun Seong galau, Ji Won galau bahkan Mi Joo pun galau,,, hanya Dong Soo yang masih bisa menikmati hidupnya dengan nyaman. Da Jin pasti stress berat nih, gara-gara ketemu sama Choi Ji Won, itu sama saja kembali mengingatkannya pada tragedi kematian orang tuanya tujuh tahun silam.
Ngakak banget liat kelakuan bapaknya Dong Soo, jadi ternyata Dong Soo merengek-rengek minta 300 won pada setiap wanita, atas ajaran ayahnya. Kata Ayahnya, wanita yang pantas jadi Istri Dong Soo adalah wanita yang rela memberikannya uang 300 won padanya. Itu berarti, wanita itu nggak matre,, wkwkwkwk,, dasar yah,,, ada-ada aja tuan Kang itu.
Insiden kacamata juga bikin aku tersenyum liat tingkahnya Yun Seong. Sebenernya sih sangat merasa bersalah karena sudah merusak kacamata Da Jin, tapi,,, karena gengsinya selangit, pad akhirnya dia malah menyalahkan Da Jin karena mambawa barang berharganya kemana saja. Tapi puas banget waktu Da Jin bilang, kenapa Yun Seong tidak menyimpan otaknya di rumah? Bukankah otaknya sangat berharga,, gakgakgak,, Yun Seong kalah telah nggak bisa balikin kata-katanya Da Jin.
Ppo Song belum keluar di part ini, kayaknya di part 2,,
akhirnya ada juga kelanjutannya....
BalasHapusir boleh kasih saran nggak???
gimana kalo gambarnya dicap^^
kasihan irfa kalau udah buat capek2 ada yg main copas....
setidaknya dengan dicap meminimalisir aksi copas mengcopas (walaupun sampe skrg aksi copas tetap terjadi^^),....
dulu waktu pertama buat sinop apni juga nyaranin kayak gitu...
hwaiting irfa^^
Thanks Dewi atas sarannya,, aku juga ingin ngecap gambarnya,, tapi masalahnya aku nggak ada waktu,, hehehe,, kadang buat bikin sinopsis dan nge-capture gambarnya pun aku butuh waktu yang sangat panjang,,, nanti deh,, kalo aku punya waktu luang,, sesekali aku cap gambarnya,,,
Hapussekali lagi makasih ya untuk sarannya,,
ya, mbk irfa di cap aja biar g banyak yg copas n ambil. Btw, sebenarnya copas mengopas sangat dibenci ma google. Bisa-bisa orang yg suka copas mengopas blognya dapet amukan google panda.. Oia, alhamdulillah blogq dah kembali...
Hapusiya ir, g usah semua juga g apa2....
Hapusaq sering nemuin sinopq dicopas beberapa blog dan untungnya gambar aq cap jadi orang2 jadi tw mana asli dan mana palsu...
hwaiting^_'
akhirnya..semangat ya mbak..sinopsisnya di nanti..hwaiting..^^
BalasHapusahirnya muncul jug,, ditunggu kelanjutanya ^^
BalasHapusKIRA
kerennn
BalasHapussalam kenal.....
btw mo ngasih saran dlm dunia penerbangan untuk pelayan udara istilah yg dipakai untuk pemimpin pramugari(yd di sinopsis di sebut manager) adl Chief Cabin / sedangkan pemimpin pramugari dlm playanan pswat adl Cabin 1 (one ), Pilot in command (PIC) menggunakan bar 4 (garis pita warna kuning di pundak), untuk FO / co pilot bysanya 2untuk pemula atw 3.
mantap. -- semoga saja saya bisa cepat bergabung dalam dunia penerbangan.,,,
BalasHapusflm ini membuat khayalan saya akan semakin nyata --- many thaks for your best make film