Kim Yun Seong menendang tulang kering Han Da Jin yang
langsung mengaduh kesakitan. Namun Han Da Jin kembali berdiri tegak dan menatap
Yun Seong dengan mata penuh tantangan.
Yun Seong berkata pada Da Jin: “Kokpit, tidak membutuhkan
Orang yang mencoba melakukan yang terbaik, karena siapa pun bisa
melakukannya. Nyawa para penumpang hanya bisa dipercayakan pada orang dengan
standar tinggi. Hanya orang yang terbaik, yang memenuhi syarat untuk berada di
Kokpit”
Han Da Jin sama sekali tak menjawab, dia hanya menatap Kim
Yun Seong dengan mata menahan amarah dan penuh percaya diri. Yun Seong
memperhatikan Da Jin yang sama sekali tak bereaksi, lalu berkata: “Kau tidak
memenuhi syarat”. Yun Seong lalu pergi meninggalkan Da Jin yang masih diliputi
amarah bersama Hong Mi Joo dan manejer bagian personalia.
Manajer personalia mendapat telepon dari direktur Wings Air,
yang meminta Kim Yun Seong untuk menemuinya di kantor. Manajer personalia pun
memberitahukan hal itu pada Kim Yun Seong, sebelum Sang Kapten yang dingin itu
pergi.
Kim Yun Seong menemui Direktur di kantornya. Direktur
meminta maaf karena sudah membuat Kim Yun Seong mendapat hukuman di hari
pertama dia di pindahkan ke Wings Air. Direktur bilang dia akan mengambil
tanggung jawab untuk masalah ini. Direktur pun menitipkan Han Da Jin pada Kim
Yun Seong agar Yun Seong mau melatihnya, meskipun dia bukan satu-satunya Pilot
wanita di Wings Air, tapi Direktur merasa Han Da Jin bisa menjadi Pilot yang
sukses. Kim Yun Seong hanya bengong dan berkata: “Ya”. Tak bisa berkata apa-apa
tentang betapa cerobohnya Han Da Jin pada direktur.
Da Jin berjalan pulang ke rumah dengan hati galau,, dia
memikirkan kembali kata-kata Kim Yun Seong yang menyebutnya Pilot Terburuk dari
yang Terburuk. Dia terus berjalan dengan lelah dan terus menghembuskan
nafasnya. Tapi dia kaget, saat melihat seorang gadis kecil menangis di luar
pintu gerbang. Dia adalah Ppo Song, adik kecil Da Jin yang lahir di pesawat 7
tahun lalu.
Da Jin langsung berlari menuju sang adik, yang tengah
menangis sambil memeluk boneka kelincinya.
“Ppo Song-a” panggil Da Jin sambil berlari.
Ppo Song: “Eonni-a”
Da Jin: “Ppo Song-a, mengapa kau menangis? Mana Bibi?”
Ppo Song: “Aku tidak tahu” (masih dengan sambil menangis)
Da Jin: “Kau tidak tahu?”
Ppo Song hanya terus menangis.
Da Jin mendengar suara
barang-barang dilempar dari dalam rumahnya. Da Jin kaget saat mengetahui para
penagih hutang sedang mengobrak-abrik isi rumahnya. Da Jin segera menutup mata Ppo
Song dan membawanya keluar rumah.
Da Jin berkata pada Ppo Song bahwa mereka
adalah teman-teman Bibi Yang Mal Ja, Da Jin akan berbicara dengan mereka dan
meminta Ppo Song untuk menunggu di luar sambil menghitung dari 1 hingga 100. Ppo
Song pun mengangguk tanda dia mengerti apa yang diperintahkan kakaknya.
Da Jin masuk ke halaman rumah dan berbicara dengan para
penagih hutang. Da Jin bertanya pada pemimpin nya apa yang sedang mereka
lakukan. Penagih hutang itu berkata bahwa bibinya meminjam uang 1 Juta Won dari
mereka. Penagih hutang meminta Da Jin segera membayarnya. Da Jin berkata jika
bibinya yang meminjam, mengapa dia yang harus membayar?
Ppo Song sudah menghitung hingga belasan saat penangih
hutang memperlihatkan surat pinjaman hutang bibinya dan di situ ada nama Han Da
Jin sebagai penjaminnya. Da Jin kaget, namun dia berusaha mengelak, bahwa dia
tidak bersedia membayar hutang bibinya itu. Penagih hutang marah dan menyuruh
anak buahnya untuk mulai menghancurkan barang-barang milik Da Jin. Mereka mulai
menghancurkan barang-barang itu, yang pertama mereka hancurkan adalah foto
keluarga Da Jin bersama Ayah dan Ibunya. Da Jin kaget, apalagi saat dia melihat
sang pemimpin menginjak foto keluarga yang figuranya sudah hancur. Da Jin berusaha
menghalangi penagih hutang untuk menghancurkan barang-barangnya, tapi mereka
menahan Da Jin dan mendorongnya hingga tersungkur.
Ppo Song mendengar hal itu, dan berteriak memanggil Da Jin,
dia masuk ke dalam halaman rumah dan menggigit kaki sang penagih hutang yang
langsung berteriak kesakitan. Penagih hutang marah dan mengangkat Ppo Song,
lalu berniat menjatuhkannya dengan keras, namun Da Jin langsung bertingdak dan
menahan Ppo Song untuk langsung terjatuh. Da Jin kesal pada tingkah sang
penagih hutang dia pun mulain menyerang si penagih hutang, sementara Ppo Song
hanya bisa menangis melihat sang kakak berkelahi dengan penagih hutang sambil
menginjak-nginjak foto orang tuanya dan juga boneka kesayangannya.
Direktur Wings Air mengantarkan Kim Yung Seong ke rumah
barunya yang tidak jauh dari bandara. Direktur berkata bahwa banyak pilot yang
tinggal disini dan berkata apakah ini pertama kalinya Yun Seong berada di
daerah ini. Yun Seong bilang saat kecil dia pernah tinggal di daerah tersebut.
Lalu sebuah mobil datang dan berhenti di depan rumah yang ada di sebrang rumah
yang akan ditinggali Yun Seong. Direktur dan Yun Seong pun memperhatikan mobil
tersebut. Wakil Direktur Wings Air, Hong In Tae keluar dari mobilnya.
Direktur memanggilnya dan memperkenalkannya pada Yun Seong. Hong In Tae menatap
Yung Seong dengan tidak senang, Yun Seong pun menatap Hong In Tae dengan kaget
(Hmm,, sepertinya mereka pernah saling mengenal??).
Direktur memperkenalkan Yun Seong sebagai Kapten Pilot baru
di perusahaan mereka yang pernah menyelamatkan nyawa Direktur saat dia terkena
serangan jantung dalam pesawat. Kim Yun Seong memberi salam pada Hong In Tae.
Direktur menitipkan Yun Seong pada Hong In Tae dan memintanya mengirimkan
Kimchi pada Yun Seong karena mereka akan jadi tetangga. Direktur pun pamit
untuk pulang dan meninggalkan Hong In Tae dan Kim Yun Seong berdua saja.
Hong In Tae menatap Yun Seong dengan tak senang saat Yun
Seong mengantar kepergian Direktur. Saat Yun Seong pamit padanya Hong In Tae
seolah tak sudi melihat Yun Seong dan langsung mengalihkan pandangannya. Yun
Seong bersiap masuk ke dalam rumahnya setelah pamit pada Hong In Tae, namun
lelaki tua itu berkata padanya, “Apakah mungkin,,,” Yun Seong berhenti dan
menghela nafas, dia kembali menghadap Hong In Tae yang kini bergunam pada
dirinya sendiri, “Lupakanlah,, Itu tidak mungkin,,,”.
Hong In Tae lansung berhenti dan sadar bahwa dugaannya
benar, namun dia masih ingin menyangkalnya. Dia pun bertanya pada Yun Seong:
“Kapan kita pernah bertemu?”. Yun Seong berkata: “Sepertinya anda tidak
mengingatnya. Dulu, kita tinggal bersama hampir 2 tahun lamanya. Apakah Anda
mengingatnya?. Hong In Tae menghela nafas dan berkata: “Siapa yang tahu,, Itu
sudah berlalu sangat lama. Aku bahkan bisa lupa dengan siapa aku sarapan pagi
ini. Bagaimanapun, Senang bertemu denganmu”. Hong In Tae kemudian pamit meninggalkan
Yun Seong yang menatapnya dengan sedih.
(Misteri masa lalu apakah yang terjadi antara Hong In Tae
dan Yun Seong???)
Hong In Tae berdiri di depan pagar rumahnya, sambil melihat
Yun Seong yang naik ke kamar Apartemen yang ada di depan rumahnya. Yun Seong
yang sedang berjalan merasa ada yang memperhatikan kemudia terdiam sejenak dan
berbalik menatap Hong In Tae, namun dia akhirnya meneruskan perjalanannya. Hong
In Tae kemudian terlihat sangat sedih setelah melihat Yun Seong.
Air dingin mengguyur tubuh Yun Seong yang menikmati waktu
mandinya. Sebuah luka bakar besar terpampang jelas di punggung Yun Seong yang
sedang memikirkan masa lalunya. Luka bakar itu sepertinya dia dapatkan dari
masa kecilnya yang kembali ia ingat setelah pertemuannya dengan Hong In Tae
hari ini.
Sementara Hong In Tae sedang menatap foto keluarganya besama
sang istri dan Hong Mi Joo yang masih kecil. Hong Mi Joo datang membawa kantung
belanjaan dan heran dengan sikap ayahnya yang tak menyadari kedatangannya. Hong
Mi Joo pun mendekati sang Ayah dan langsung memeluknya sambil memanggilnya
“Daddy” Hong In Tae kaget, lalu bertanya apaka Mi Joo sudah makan malam. Mi Joo
berkata dia sudah makan diluar, dia balik bertanya apakah ayahnya sudah makan.
Hong In Tae menjawab dia pun sudah makan, inikan sudah sangat larut.
Hong Mi Joo mengagumi sebuah gaun yang baru dibelinya hari
ini. Dia kemudian mencoba gaun tersebut dan terlihat puas saat melihat pantulan
dirinya di cermin. Namun saat dia melihat lengan nya ada sebuah luka bakar yang
sangat besar disana. Luka itu membuatnya mengenang masa kecilnya.
Mi Joo kecil berada dalam sebuah ruangan yang penuh api, dia
memanggil-manggil Ayahnya sambil menangis. Seorang anak laki-laki yang umurnya
tak jauh dengan Mi Joo kecil datang dan
mencoba melindungi Mi Joo dari api yang mulai menyambar kemana-mana diruangan
itu. Anak laki-laki itu menyadari Mi Joo telah mendapatkan luka bakar, dia
mencoba membawa Mi Joo yang terus menangis untuk keluar dari ruangan itu.
Sialnya sebuah lemari kayu yang sanggahannya telah terbakar, menimpa mereka.
Anak laki-laki itu berusaha melindungi Mi Joo dan merelakan punggungnya
tertimpa lemari kayu yang tengah terbakar oleh api yang berkobar.
Mi Joo mencoba melupakan masa lalunya itu dan memegang luka
bakarnya. Sampai saat ini dia sepertinya masih trauma dengan kejadian itu dan
akan selalu mengingatnya setiap kali melihat luka itu dilengannya.
Di rumahnya yang berantakan. Da Jin kini berbaring di
pelukan Ppo Song yang sangat mengkhawatirkannya. “Eonni-a,, baik-baik saja
kan?” Tanya Ppo Song sambil membersihkan luka-luka di wajah Da Jin yang
langsung menjawab, “Aku baik-baik saja. Apakah Ppo Song pun baik-baik saja?” Ppo
Song menangis dan menjawab: “Aku pun baik-baik saja, sedikitpun tidak terluka” Da Jin bersyukur bahwa Ppo Song baik-baik saja dan mengelus
kaki kecil sang adik. Ppo Song bertanya apakah Ajussi jahat akan datang lagi.
Da Jin langsung menatap sang adik.
Da Jin: “Bukankah kau sudah melihatnya? Eonni memberikan
tendangan melayang pada mereka, sepertinya tulang rusuk mereka hancur. Mereka
tidak akan berani datang lagi”
Ppo Song: “Ini semua karena Bibi kan? Aku benci Bibi Yang
Mal Ja”
Da Jin: “Aku juga membencinya, Yang Mal Ja. Saat kita
membenci Yang Mal Ja, mari kita mencuci ‘yang-mal’” (-yang mal dalam bahasa
korea berarti kaos kaki-).
Da Jin dan Ppo Song pun bernyanyi riang sambil
menginjak-nginjak baskom yang berisi cucian kaos kaki mereka. Yang Mal Ja,
melihat mereka dari balik tembok pagar rumah. Dia tidak berani mendekati kedua
keponakannya. Yang Mal Ja menangis dan berkata: “Maafkan aku, Da Jin-na… Ppo
Song-a”
Dalam cuaca dingin, Da Jin membereskan barang-barangnya yang
berantakan karena dirusah penagih hutang, dia menemukan salah satu CD lagu
milik bibinya, dimana Yang Mal Ja berubah nama menjadi penyanyi Yang Ma Ri. Da
Jin mengambil CD itu dan membersihkan covernya yang tertutup tanah. Da Jin
melihat wajah bibinya, dia menghela nafas dan bergunam: “Yang Mal Ja, aku harap
kau hidup dengan baik dan tidak sakit apapun”
Da Jin menemui Choi Dal Ho, teman ayahnya yang bekerja
sebagai aviator di Wings Air. Choi Dal Ho bertanya tentang luka di wajah Da Jin,
Da Jin hanya menghela nafas dan bertanya apakah bibinya menghubunginya? Choi
Ajussi mengangguk. Da Jin menyerankan supaya Choi Ajussi mengganti nomor
ponselnya agar bibinya tidak terus menganggunya. Choi Ajussi berkata, bahwa
bibinya menanyakan kabarmu saat baru-baru ini menghubunginya. Da Jin diam
sejenak dan meminta Choi Ajussi menyampaikan pada bibinya untuk makan tepat
waktu dan hidup yang baik. Choi Ajussi tak yakin bagaimana keadaan Yang Mal Ja,
yang pasti dia pasti menyanyi di suatu tempat.
Choi Ajussi menawarkan Da Jin untuk tinggal di rumahnya agar
Da Jin bisa menghemat uang sewa rumah. Meskipun rumahnya tidak besar, tapi
cukup bersih untuk ditempati. Da Jin berkata bahwa dia janji pada Ayahnya untuk
menjaga Ppo Song dengan baik, Choi Ajussi pun menawarkan bahwa mereka bisa
menjaga Ppo Song bersama-sama, karena dia lebih punya waktu. Da Jin tertawa lalu berpikir, dia akan pindah ke
rumah Choi Ajussi saat dia tak lagi memiliki apapun.
Da Jin datang ke kantor Wings Air dengan wajah penuh
senyuman dan memberikan sebuah laporan pada petugas jaga. Da Jin melihat Kim
Yun Seong yang sedang duduk di ruang tunggu. Petugas jaga bilang, Kapten Kim saat
ini berada dalam status standby* karena
masalah yang ditimbulkan Da Jin kemarin, padahal dengan reputasinya saat ini,
dia tidak perlu mendapatkan hal ini. Da Jin melihat Kim Yun Seong dan
mendekatinya. Da Jin mencoba menyapanya, namun Kim Yun Seong mengabaikannya.
(*status standby
adalah keadaan dimana seorang pilot hanya ditugaskan untuk menerbangkan pesawat
charteran. Jika ada yang menyewa pesawatnya maka dia bisa terbang dan jika
tidak maka dia tidak bisa terbang. Simplenya sih,, jika pilot berada dalam
status standby, mereka jadi seperti
supir sewaan, dipakai jika dibutuhkan. Biasanya Pilot yang berada dalam status standby tidak menerbangkan pesawat yang
jadwal keberangkatannya sudah terjadwal disebuah perusahaan penerbangan)
Da Jin berusaha sekali lagi, hingga dia duduk disamping Yun
Seong yang masih saja mengabaikannya, meskipun sempat melihatnya dengan tatapan
tak senang. Petugas penjaga berkata bahwa, tidak ada jadwal untuk penerbangan
hari ini. Kim Yun Seong mengerti dan bersiap pulang. Da Jin minta maaf, karena
Yun Seong berada dalam status standby
karena ulahnya, jadi dia pun akan berada dalam status standby juga.
Kim Yun Seong masih tidak mempedulikan Da Jin dan pergi meninggalkan ruang tunggu. Da Jin mengikutinya dan bertanya Yun Seong akan pergi kemana. Jika hari ini tidak ada penerbangan, mengapa Yun Seong tidak mengajarinya satu atau dua tentang menjadi Pilot yang handal.
Yun Seong tertawa mendengar permintaan Da Jin, dia akhirnya berbalik pada Da Jin dan bertanya: “Apakah kau akan menjadi lebih baik, setelah aku mengajarimu satu hal?” Da Jin menatap Yun Seong dengan penuh semangat: “Kalau begitu ajari aku dua hal” . Yun Seong menatap Da Jin dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia bertanya lagi: “Lalu apa yang aku dapatkan sebagai balasannya?”. Dengan penuh keyakinan Da Jin menjawab: “Aku akan menjadi Kapten Pilot yang menakjubkan” lalu tertawa bahagia. Yun Seong malah tertawa sinis mendengarnya, lalu menatap Da Jin dengan pandangan meremehkan, tanpa berkata apapun dia hanya meninggalkan Da Jin begitu saja.
Kim Yun Seong masih tidak mempedulikan Da Jin dan pergi meninggalkan ruang tunggu. Da Jin mengikutinya dan bertanya Yun Seong akan pergi kemana. Jika hari ini tidak ada penerbangan, mengapa Yun Seong tidak mengajarinya satu atau dua tentang menjadi Pilot yang handal.
Yun Seong tertawa mendengar permintaan Da Jin, dia akhirnya berbalik pada Da Jin dan bertanya: “Apakah kau akan menjadi lebih baik, setelah aku mengajarimu satu hal?” Da Jin menatap Yun Seong dengan penuh semangat: “Kalau begitu ajari aku dua hal” . Yun Seong menatap Da Jin dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia bertanya lagi: “Lalu apa yang aku dapatkan sebagai balasannya?”. Dengan penuh keyakinan Da Jin menjawab: “Aku akan menjadi Kapten Pilot yang menakjubkan” lalu tertawa bahagia. Yun Seong malah tertawa sinis mendengarnya, lalu menatap Da Jin dengan pandangan meremehkan, tanpa berkata apapun dia hanya meninggalkan Da Jin begitu saja.
Kemanakah Yun Seong pergi menghabiskan waktu luangnya?
Ternyata dia pergi ke kantor Mirae Air, tempat dia dan Kapten Han bekera dulu.
Dia menatap sebuah pesawat pajangan yang dulu
sempat dipandanginya dengan penuh senyuman, tapi kini dia menatap
miniatur pesawat itu dengan pandangan sedih.
Yun Seong pergi ke bagian staf perusahaan Mirae Air dan
berkata bahwa dia sedang mencar kapten Ahn Gyu Pil. Seorang pilot yang dia
Tanya sedikit kaget mendengar pertanyaan Yun Seong. Pilot itu berdiri, Yun
Seong bertanya apakah Kapten Han sedang terbang? Pilot tersebut menyela dan
berkata bahwa Kapten Han sudah lama meninggalkan Mirae Air. Yun Seong kaget
mendengar hal ini. Pilot tersebut akhirnya menjelaskan bahwa Kapten Han telah
meninggal dunia.
Yun Seong langsung syok mendengar kabar ini, Dia bertanya
apa maksudnya itu? Pilot tersebut tidak menjawab dan hanya menunduk saja, dia
juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Sekali lagi Yun Seong bertanya,
tapi kini dengan emosional: “Aku Tanya padamu! Apa maksudnya?” Tapi pilot
tersebut tak juga menjawab.
Yun Seong akhirnya mendatangi makan Kapten Han yang
disemayamkan disamping istrinya. Sepertinya Yun Seong mendengar lokasi
pemakaman ini dari Pilot Mirae Air yang ditemuinya tadi. Yun Seong berkata
sambil menangis di hadapan nisan kapten Han dan Istrinya: “Aku telah kembali,
Akhirnya… Maafkan aku terlambat untuk kembali, Maafkan aku,, maafkan aku,,” Yun
Seong terus menerus meminta maaf sambil menangis.
Ppo Song menendang selimut dalam tidurnya hingga kakinya
keluar dari selimut. Da Jin terbangun karena hal itu. Dia memegang kaki kecil
Da Jin dan menciumnya dengan gemas. Da Jin memasukan kaki Ppo Song ke dalam
selimut dan memeluk adiknya yang masih tertidur dengan penuh kasih sayang. Da
Jin mencium pipi Ppo Song dengan penuh senyum diwajahnya.
Yun Seong masih berlutut di depan nisan Kapten Han dan
Istrinya. Dia terlihat sangat terpukul atas kematian Kapten Han, hingga tak
berani beranjak dari makam tersebut, bahkan saat hari telah larut malam. Yun
Seong hanya bisa menatap makam itu dengan wajah sedih.
Pagi hari yang cerah di bandara Incheon. Da Jin berjalan
sambil membawa Ppo Song untuk pergi bekerja. Da Jin membawa barangnya dalam
koper Dinas, sementara Ppo Song membawa barangnya dalam koper kecil berwarna
pink. Sepertinya Da Jin akan menitipkan Ppo Song dirumah Choi Ajussi saat dia
melakukan sebuah penerbangan.
Da Jin berjalan dibelakang Ppo Song dengan wajah bahagianya.
Saat sampai dikursi dekat mesin penjual minuman,
Ppo Song duduk dikursi tersebut. Da Jin memberikan susu botol pada Ppo
Song kemudian pamit untuk pergi Ke Toilet dan meminta Ppo Song untuk menunggunya
ditempat itu. Ppo Song mengengguk kemudian mulai meminum susu yang diberika Da
Ji yan segera pergi ke toilet. (cute banget liat gayamya Ppo Song,, manis
banget deh Ppo Song,, jadi pengen nyulik,, )
Ppo Song duduk dengan manis sambil meminum susunya. Tiga
orang pramugari datang dan berhenti didepan mesin penjual minuman untuk membeli
minuman dari mesin itu. Ppo Song yang kebetulan ada dsitu memperhatika para
pramugari tersebut, juga saat Dong Soo datang dengan lollipop di mulutnya dan
tiba-tiba meminta uang 300 Won pada Lee Joo Ri, salah seorang pramugari
tercantik dari mereka bertiga. Joo Ri langsung menatap tak senang pada Dong Soo
dan mencibir tingkah Dong Soo pada dua orang temannya sambil berkata: “Dia
melakukannya lagi”
Joo Ri lalu menghadap ke arah Dong Soo dan berbicara padanya
dengan nada manis. “Hallo, Petugas Kang Dong Soo, kau harus membawa sendiri
uang recehanmu. Lama-lama tingkahmu membuat frustasi” Joo Ri akhirnya mengubah
nada bicaranya menjadi setengah kesal. Dong Soo tak senang dengan komentar Joo Ri, dia pun berkata: “Ah,, benar-benar,,, Kenapa pelit sekali, Kelak,,, aku
akan memberikan, daddadada double untukmu” Dong Soo mengatakan ‘dadadada
double’ dengan penuh semangat, Joo Ri tetap tak tertarik dan langsung berkata:
“Pergilah mencari orang lain” Joo Ri segera mengajak teman-temannya pergi dan
tak lagi mepedulikan Dong Soo. Teman Joo Ri berkata tentang Dong Soo, “Dia
seperti hantu, mengapa dia selalu menganggu saat kita membeli kopi”. Ketiga
pramugari itupun pergu meninggalkan Dong Soo yang berguna: “Akh,, para Eonni
itu, aku serius saat akan mengganti double uang mereka”
Dong Soo berniat membeli minuman, tapi dia melihat Ppo Song
yang memperhatikannya sejak tadi. Mereka
saling berpandangan.
Dong Soo mendekati Ppo Song dan jongkok dihadapan gadis cilik yang duduk di kursi itu, hingga posisi mereka kini sepadan. Dong Soo mengulum lolipopnya sambil memperhatikan Ppo Song yang terus menatapnya. Dong Soo bertanya: “Mengapa ka uterus melihatku, Nona Kecil?” Ppo Song tak menjawab dan hanya terus menatap Dong Soo, membuat Dong Soo semakin penasaran dan bertanya lagi: “Kenapa? Apakah aku sangat tampan?”. Dengan polos Ppo Song langsung berkata: “Aku tidak punya uang 300 won”. Dong So kaget mendengar jawaban Ppo Song, apalagi saat Ppo Song melanjutkan: “Jadi jangan berbicara denganku” Dong Soo tertawa, dia pun mendekati Ppo Song mencoba menjelaskan tingkahnya pada Min Ah tadi. Sayangnya belum sempat Dong Soo menjelaskan apapun, Da Jin datang dengan terburu-buru menghampiri Ppo Song sambil berlari. Saat sampai dihadapan Ppo Song, Da Jin berhenti. Ppo Song tersenyum menyambut kakaknya.
Dong Soo melihat Da Jin yang melihat bingung ke arahnya, seolah bertanya sedang apa kau dengan Urri Ppo Song. Tanpa berbicara apa-apa pada Dong Soo, Da Jin segera menggendong Ppo Song dan memberdirikannya di atas kursi. Lalu dia menggendong Ppong Soo dengan gaya tak biasa (kayak bawa karung beras aja). Da Jin segera pergi meninggalkan Dong Soo sambil sekalian membawa Kopernya da Koper Ppo Song. Baru beberapa langkah, Da Jin berbalik ke arah Dong Soo dan menatapnya dengan padangan meremehkan.
Dong Soo mendekati Ppo Song dan jongkok dihadapan gadis cilik yang duduk di kursi itu, hingga posisi mereka kini sepadan. Dong Soo mengulum lolipopnya sambil memperhatikan Ppo Song yang terus menatapnya. Dong Soo bertanya: “Mengapa ka uterus melihatku, Nona Kecil?” Ppo Song tak menjawab dan hanya terus menatap Dong Soo, membuat Dong Soo semakin penasaran dan bertanya lagi: “Kenapa? Apakah aku sangat tampan?”. Dengan polos Ppo Song langsung berkata: “Aku tidak punya uang 300 won”. Dong So kaget mendengar jawaban Ppo Song, apalagi saat Ppo Song melanjutkan: “Jadi jangan berbicara denganku” Dong Soo tertawa, dia pun mendekati Ppo Song mencoba menjelaskan tingkahnya pada Min Ah tadi. Sayangnya belum sempat Dong Soo menjelaskan apapun, Da Jin datang dengan terburu-buru menghampiri Ppo Song sambil berlari. Saat sampai dihadapan Ppo Song, Da Jin berhenti. Ppo Song tersenyum menyambut kakaknya.
Dong Soo melihat Da Jin yang melihat bingung ke arahnya, seolah bertanya sedang apa kau dengan Urri Ppo Song. Tanpa berbicara apa-apa pada Dong Soo, Da Jin segera menggendong Ppo Song dan memberdirikannya di atas kursi. Lalu dia menggendong Ppong Soo dengan gaya tak biasa (kayak bawa karung beras aja). Da Jin segera pergi meninggalkan Dong Soo sambil sekalian membawa Kopernya da Koper Ppo Song. Baru beberapa langkah, Da Jin berbalik ke arah Dong Soo dan menatapnya dengan padangan meremehkan.
Dong Soo kesal melihat tingkah Da Jin, dia bergunam pada
dirinya: “Orang itu,, mengapa dia memandangku seperti itu?”
Da Jin membawa Ppo Song sambil menahan rasa kesalnya karena
bertemu lagi dengan Dong Soo hari ini. Ppo Song berkata: “Eonni, Oppa itu
seperti pecundang, dia terus berkata 300 won, 300 won terus menerus” Da Jin
berkomentar: “Maka, pelajaran hari ini adalah, Jika kau hidup seperti itu, itu
sama saja dengan seorang pengemis. Apakah kau mengerti?”. Ppo Song menjawab
dengan gunamannya mendakan dia mengerti apa yang dikatakan Eonni nya itu. Da
Jin pun terus berjalan pergi sambil menggendog Ppo Song.
Dong Soo memperhatikan Da Jin dari kejauhan, lalu baru
menyadari sesuatu: “Tapi,, apa itu,, Dia seorang Ibu?” katanya sambil tertawa.
Yun Seong datang ke kantor Wings Air dan mengisi Absen
kehadirannya hari ini. Yun Seong melihat Da Jin dan adiknya. Petugas jaga
memberitahu Yun Seong bahwa Co-Pilot Han Da Jin pun berada dalam status
standby. Yun Seong tak memberi tanggapan dan terus menatap Da Jin yang sedang
bersama Ppo Song. Tanpa diminya Petugas jaga berkata, bahwa sejak kematian
orang tuanya, Da Jin mengurus adiknya sendirian, itulah mengapa dia selalu
terlihat bercahaya dan penuh semangat. Yun Seong mulai tertarik dengan
kata-kata petugas jaga dan menatapnya, lalu dia kembali menatap Da Jin dan Ppo
Song.
Da Jin menyadari kehadiran Yun Seong, dia langsung
membimbing Ppo Song berdiri untuk memberi salam pada Yun Seong, yang langsung
dibalas oleh Yun Seong yang sepertinya mulai sedikit Iba pada Da Jin.
Yun Seong, Da Jin dan Ppo Song duduk bersama di ruang tunggu
untuk mendapatkan panggilan terbang mereka Da Jin dan Yun Seong yang bisa
terjadi kapan saja. Da Jin dan Yun Seong asyik membaca, sementara Ppo Song
asyik memperhatikan Yun Seong, sepertinya Ppo Song sangat tertarik pada sosok
Yun Seong. Da Jin menyadari adiknya sejak tadi terus memandangi Yun Seong, dia
jadi bingung. Yun Seong pun sadar Ppo Song terus memandanginya, dia menatap Ppo
Song yang masih saja terus menatapnya dengan padangan polosnya namun mencoba
mengabaikannya. Ppo Song malah semakin tertarik dan semakin Intens memandangi
wajah Yun Seong, hingga mengubah posisinya jadi menopang dagu dengan lucunya
(Aigo,, Ppo Song ini bener-bener lucu,, kawai,,). Da Jin jadi tertawa kecil melihat tingkah adiknya yang
sepertinya membuat Yun Seong tak nyaman.
Ppo Song berhenti memandangi Yun Seong, dia bertanya sesuatu pada Da Jin.
Ppo Song berhenti memandangi Yun Seong, dia bertanya sesuatu pada Da Jin.
Ppo Song: “Eonni-a, Guru-ku di TK menyuruhku untuk
menghapalkan 5 jenis Binatang yang hidup di Kutub Utara”
Da Jin: “5 Binatang dari Kutub Utara?”
Ppo Song mengangguk tanpa suara sementara Da Jin berpikir
binatang apa saja yang hidup di kutub utara. Da Jin langsung mengacungkan ke
lima tangannya dan Ppo Song mengikutinya. Da Jin mulai mengabsen kelima
binatang yang dia tahu hidup di kutub utara. “Beruang kutub, Pinguin, dan,,,
dan,,,” Da Jin berpikir, Ppo Song yang tadi ikut mengabsenpun ikut berpikir. Da
Jin menatap Yun Seong dan berpikir keras binatang apa lagi ya?
Nampaknya pikiran Da Jin sudah buntu, dia tidak tahu binatang apalagi yang mungkin tinggal di kutub, hingga akhirnya dia berkata: “3 beruang kutub dan 2 Pinguin, mereka bersama jadi 5 binatang” Da Jin tampak bahagia menemukan jawaban itu. Yun Seong yang mendengar jawaban Da Jin jadi ikut berpikir, bagaimana bisa Da Jin begitu bodoh memberikan jawaban seperti itu pada pertanyaan adiknya. Tapi Ppo Song tak peduli, dia tetap bahagia mendengar jawaban sang kakak dan berkata: “Kapten,, kau benar-benar hebat!” sambil memberikan dua jempol pada Da Jin.
Yun Seong masih tak habis pikir, mengapa kedua kakak beradik ini sangat aneh, Da Jin menatap Yun Seong yang menghela nafas karena pasti dia menganggap Da Jin bodoh dengan memberikan jawaban itu, dan Ppo Song lebih bodoh karena menganggap itu hal yang luar biasa. Tapi Da Jin tak peduli, dia tetap tertawa bahagia bersama Ppo Song yang memperlihatkan dirinya semakin bodoh di mata Yun Seong.
Nampaknya pikiran Da Jin sudah buntu, dia tidak tahu binatang apalagi yang mungkin tinggal di kutub, hingga akhirnya dia berkata: “3 beruang kutub dan 2 Pinguin, mereka bersama jadi 5 binatang” Da Jin tampak bahagia menemukan jawaban itu. Yun Seong yang mendengar jawaban Da Jin jadi ikut berpikir, bagaimana bisa Da Jin begitu bodoh memberikan jawaban seperti itu pada pertanyaan adiknya. Tapi Ppo Song tak peduli, dia tetap bahagia mendengar jawaban sang kakak dan berkata: “Kapten,, kau benar-benar hebat!” sambil memberikan dua jempol pada Da Jin.
Yun Seong masih tak habis pikir, mengapa kedua kakak beradik ini sangat aneh, Da Jin menatap Yun Seong yang menghela nafas karena pasti dia menganggap Da Jin bodoh dengan memberikan jawaban itu, dan Ppo Song lebih bodoh karena menganggap itu hal yang luar biasa. Tapi Da Jin tak peduli, dia tetap tertawa bahagia bersama Ppo Song yang memperlihatkan dirinya semakin bodoh di mata Yun Seong.
Kedua orang teman seangkatan Da Jin memanggilnya tanpa
suara. Da Jin melihat gelagat temannya dan menghampiri mereka berdua. Salah seorang teman Da Jin yang laki-laki mengeluhkan
tentang Tes SIM yang akan mereka jalani. Teman Da jin yang perempuan berkata
dia begitu gugup menghadapi hal ini. Da Jin tertawa tenang.
“Jadi kalian gugup karena menghadapi test itu? Makanya
kalian harus belajar lebih rajin. Ayo kita belajar bersama” kata Da Jin sambil
merangkul kedua temannya ke dalam pelukannya di kanan dan kiri sambil tertawa
bahagia. Da Jin sama sekali tak terlihat khawatir menghadapi test ini.
Sepeninggal Da Jin, Ppo Song hanya berdua saja dengan Yun Seong. Ppo Song menawarkan permen pada Yun Seong. Tapi Yun Seong menolaknya dan berkata bahwa dia tidak suka makanan manis.
Lalu Yun Seong pun memberitahu Ppo Song bahwa Pinguin tidak hidup di Kutub Utara, tapi hidup di kutub Selatan. Ppo Song bertanya apa itu kutub selatan? Yun Seong menjawab kutub selatan adalah kebalikan dari kutub utara. Ppo Song mengerti.
Petugas jaga memberitahu Yun Seong bahwa ada pesawat Kargo
yang harus segera diterbangkan dan bertanya apakah Yun Seong siap melakukannya.
Yun Seong berkata dia siap. Da Jin datang dan berkata bahwa dia pun siap untuk
melakukannya.
Da Jin menitipkan Ppo Sang pada Choi Dal Ho. Da Jin minta
maaf karena selalu merepotkannya. Choi Ajussi berkata bahwa anak dari ayah Da
Jin adalah anaknya juga, jadi jangan merasa telalu sungkan. Da Jin mengerti dan
mengucapkan banyak terimakasih pada Choi Ajussi. Da Jin menaseati Ppo Song
untuk tidak nakal dan selalu menuruti apa yang dikatakan Choi Ajussi.
Ppo Song mengangguk dan berkata: “Baik Kapten, Terbanglah dengan selamat” sambil memberi hormat dengan lucu pada Da Jin (Aih,, gemes banget liat Ppo Song, dia lucu banget,, kecil-kecil pinter banget aktingnya).
Da Jin menjawab: “Roger”
Ppo Song mengangguk dan berkata: “Baik Kapten, Terbanglah dengan selamat” sambil memberi hormat dengan lucu pada Da Jin (Aih,, gemes banget liat Ppo Song, dia lucu banget,, kecil-kecil pinter banget aktingnya).
Da Jin menjawab: “Roger”
Da Jin mensejajarkan badannya
dengan Ppo Song dan bersiap menerima ciuman dari sang adik. Ppo Song langsung
memberikan ciuman sayang di bibir Da Jin. Tak lama Da Jin pun pamit karena akan
melakukan penerbangannya. Ppo Song melambaikan tangannya, dan berteriak,
“Eonni, kembalilah segera. Aku menyanyangimu”. Da Jin berbalik dan berkata
bahwa diapun menyayangi Ppo Song sambil melakukan gerakan “Love” dengan
tangannya.
Pesawat kargo pun terbang dengan tenang di atas langit. Da
Jin bertindak sebagai Co-pilotnya, namun bukan Yun Seong Kaptennya. Tapi Kapten
lain. Da Jin berusaha bersikap hormat dnegan berkata bahwa dia selalu berharap
bisa terbang bersama sang kapten. Kapten tersebut bertanya apakah Da Jin tahu
tentang dirinya. Da Jin tertawa dan berkata bahwa Kapten tersebut adalah salah
satu TOP Pilot yang menjadi intrukstur terbang untuk Presiden dan orang-orang penting
di Korea. Kapten tertawa dan berkata bahwa dia tidak sehebat itu.
Da Jin menatap Radar dan menyadari ada gumpalan awan di
hadapan mereka. Dia bertanya apakah mereka harus kembali untuk menghindari
tubulensi? Kapten berkata, tetap terbang seperti biasa saja jangan lakukan
perubahan apapun. Da Jin heran dnegan keputusan sang kapten. Sang Kapten
berkata bahwa menembus awan itu lebih mudah, dari pada kembali dan menghabiskan
banyak biaya, pecalah padanya. Da Jin tak membantah, tapi dia masih tak
mengerti dengan keputusan Sang Kapten.
Di kabin pesawat kargo, seorang Pilot tertidur pulas. Saat
dia bergerak dalam tidurnya, dompetnya terjatuh dari tempatnya tidur. Yun Seong
masuk ke kabin tempat tidur, dia memungut dompet tersebut dan melihat foto
keluarga sang Pilot. Pilot tersebut bangun, Yun Seong mengembalikan dompetnya
dan berkata bahwa foto keluarganya sangat harmonis, diapun bertanya berapa umur
putranya? Sang Pilot menjawab 7 tahun. Yun Seong berkata bahwa putranya sangat
lucu, dia iri pada pilot tersebut. Tapi Pilot tadi berkata itu bukan hal yang
harus di-irikan, karena Istrinya sudah meninggal setahun lalu, dan sejak itu
putranya selalu sendirian. Yun Seong jadi merasa bersalah karena telang
mengingatkan sang pilot pada kenangan sedihnya. Sang Pilot bergunam pada
dirinya sendiri bahwa dia akan kembali tidur.
Tiba-tiba pesawat terguncang hebat. Dugaan Da Jin benar,
pesawat mengalami Turbulensi. Yun Seong langsung masuk ke kokpit. Kapten bertanya
apakah ini sudah saatnya untuk bertukar Shift? Yun Seong mengabaikan kata-kata
Sang Kapten dan bertanya apa yang mereka bawa di Cargo pada Da Jin.
Da Jin menjawab mereka membawa peralatan medis dan beberapa obat-obatan. Yun Seong langsung menyuruh Da Jin mengeceknya. Tapi Kapten berkata Da Jin tidak perlu melakukan itu, karena pesawat hanya terguncang sedikit. Yun Seong berkata, apanya yang sedikit, lalu bagaimana jika pesawat telah membuang-buang bahan bakar karena menghindar dari turbulensi. Yun Seong membentak Da Jin dan menyuruhnya segera pergi memeriksa.
Da Jin pun memenuhi intruksi Yun Seong. Lalu Yun Seong duduk di kursi Da Jin dalam kokpit. Kapten tidak senang karena Yun Seong berani memerintah Da Jin, dia berkata: “Kapten disini adalah aku”. Dengan dinginnya Yun Seong berkata: “Aku tidak percaya padamu. Tanggal 23 Mei 2008 di Hamburg, Jerman. Pesawat kargo yang mengangkut alat-alat medis mengalami turbulensi dan mengalami kehancuran akibat kebocoran gas hingga menimbulkan ledakan besar. Apakah kau tahu?” Kapten makin tak senang dan bertanya: “Apakah kau sedang mengajari aku sekarang?”
Da Jin menjawab mereka membawa peralatan medis dan beberapa obat-obatan. Yun Seong langsung menyuruh Da Jin mengeceknya. Tapi Kapten berkata Da Jin tidak perlu melakukan itu, karena pesawat hanya terguncang sedikit. Yun Seong berkata, apanya yang sedikit, lalu bagaimana jika pesawat telah membuang-buang bahan bakar karena menghindar dari turbulensi. Yun Seong membentak Da Jin dan menyuruhnya segera pergi memeriksa.
Da Jin pun memenuhi intruksi Yun Seong. Lalu Yun Seong duduk di kursi Da Jin dalam kokpit. Kapten tidak senang karena Yun Seong berani memerintah Da Jin, dia berkata: “Kapten disini adalah aku”. Dengan dinginnya Yun Seong berkata: “Aku tidak percaya padamu. Tanggal 23 Mei 2008 di Hamburg, Jerman. Pesawat kargo yang mengangkut alat-alat medis mengalami turbulensi dan mengalami kehancuran akibat kebocoran gas hingga menimbulkan ledakan besar. Apakah kau tahu?” Kapten makin tak senang dan bertanya: “Apakah kau sedang mengajari aku sekarang?”
Belum sempat Yun Seong menjawab, Da Jin datang dan
melaporkan bahwa sabuk pengaman untuk barang-barang telah lepas. Kapten sedikit
kaget mendengarnya. Yun Seong langsung bertanya, jadi bagaimana? Da Jin
melaporkan bahwa kini sabuk pengamannya telah dikunci kembali. YUn Seong
langsung menatap Kapten dan bertanya: “Apakah kau masih ingin aku
mempercayaimu?” Kapten langsung tak bisa berkata apapun.
Yun Seong lansung memakai sabuk pengaman di kursi Da Jin dan berkata: “I have”. Da Jin kaget mendengarnya, karena itu artinya Yun Seong akan menggantikan dirinya mendampingin Kapten mengemudikan pesawat. Kapten kesal: “Kapten Kim Yun Seong!”. Yun Seong menatap Kapten dan berkata: “Mulai saat ini, akulah yang akan mengendalikan pesawat ini”. Kapten makin kesal: “Kim Yun Seong!!”. Yun Seong tak peduli dan mengambil kendali pada kemudi. Kapten mencegahnya, meeka pun bertatapan penuh amarah. Sementara Da Jin kaget melihat perseteruan dua kapten ini.
Yun Seong lansung memakai sabuk pengaman di kursi Da Jin dan berkata: “I have”. Da Jin kaget mendengarnya, karena itu artinya Yun Seong akan menggantikan dirinya mendampingin Kapten mengemudikan pesawat. Kapten kesal: “Kapten Kim Yun Seong!”. Yun Seong menatap Kapten dan berkata: “Mulai saat ini, akulah yang akan mengendalikan pesawat ini”. Kapten makin kesal: “Kim Yun Seong!!”. Yun Seong tak peduli dan mengambil kendali pada kemudi. Kapten mencegahnya, meeka pun bertatapan penuh amarah. Sementara Da Jin kaget melihat perseteruan dua kapten ini.
Yun Seong kembali berkata: “I have” . Kapten menatap Da Jin, ia sebenarnya ingin mempertahankan hagra dirinya. Namun ia tahu itu tak mungkin karena ia telah salah. Setelah berpikir akhirnya ia berkata: “You have”, dan melepaskan tangannya dari Kim Yun Seong. Dia membiarkan Yun Seong mengendalikan kemudi pesawat dan mundur teratur dari kursi Kapten.
Choi Ajussi sedang bermain dengan Ppo Song saat Dong Soo
masuk dan berkata dia sudah pulang. Choi Ajussi bertanya, mengapa Dong Soo
berkata seperti itu, seolah ini adalah rumahnya. Dong Soo mendekati Choi Ajussi
dan berkata, dia sangat merindukan Ajussi, dia memainkan pesawat mainan yang
ada dimeja, sementara Ppo Song menatapnya dengan polos.
Ppo Song sepertinya mengenali Dong Soo sebagai Oppa 300 Won. Dong Soo menyadari Ppo Song menatapnya sejak tadi dan mengenali Ppo Song pada akhirnya.
Ppo Song sepertinya mengenali Dong Soo sebagai Oppa 300 Won. Dong Soo menyadari Ppo Song menatapnya sejak tadi dan mengenali Ppo Song pada akhirnya.
Dong Soo: “Oh,, Kau!”
Ppo Song: “Oh,, Oppa 300 won!”
Ajussi kaget mendengar komentar Ppo Son, dan menatap penuh
Tanya pada Dong Soo yang merasa tidak nyaman. Dong Soo akhirnya bertanya pada
Ppo Song: “Tapi,,, kemana ibumu pergi?”. Ppo Song menjawab: “Dia bukan ibuku,
dia adalah Eonni-ku”. Dong Soo kaget: “Eonni?”. Ajussi berkomentar, “Mengapa
kau bisa salah mengenali seorang gadis sebagai Ibu? Dasar tidak sopan!” Dong
Soo berdehem mendengar komentar Choi Ajussi. Dong Soo menatap Ppo Song sekali
lagi, “Eonni-mu,,”
Pesawat Kargo 987, mendarat dengan selamat. Yun Seong,
Kapten dan Da Jin sedang melapor di kantor Wings Air. Da Jin memberi hormat
pada kedua kapten. Namun Kapten menatap tak senang pada Kim Yun Seong yang
berdiri dengan wajah dingin, tak berkata apapun. Kapten menatap Yun Seong yang
memberi horman padanya. Saat Yun Seong pamit, Kapten berkata: “Kim Yun Seong” Yun
Seong menatap Kapten, yang melanjutkan perkataannya, “Lari 100 kali”. Da Jin
kaget mendengar perintah Kapten, namu tidak dengan Yun Seong yang langsung
mengangguk dan berkata: “Aku mengerti” tanpa membantah sedikit pun, dan pergi
meninggalkan Da Jin da Kapten.
Yun Seong pun berlari di area pendaratan sebanyak 100 kali
tanpa mengeluh, dia berlari dan terus berlari.
Da Jin dan Ppo Song kembali ke rumah dengan hati riang.
Namun mereka kaget saat melihat barang-barang mereka dikeluarkan dari rumah
sewaan dan sudah di pak untuk dipindahkan. Da Jin dan Ppo Song saling
bertatapan.
Da Jin segera menelpon induk semangnya, tapi malah mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan. Induk semangnya berkata bahwa penyewa baru akan segera datang dan dia sudahtidak bisa lagi membantu Da Jin dan menyuruhnya segera meninggalkan rumah sewaannya. Da Jin mencoba memohon, tapi Induk semangnya langsung memutuskan panggilan. Ppo Song melihat Da Jin yang berusaha membujuk Induk semang, dia sedih melihat kakakyna. Dia sada mereka telah diusir, Ppo Song hampir menangis melihat hal itu. Da Jin menatap Ppo Song, dia tidak tahu harus melakukan apa.
Da Jin segera menelpon induk semangnya, tapi malah mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan. Induk semangnya berkata bahwa penyewa baru akan segera datang dan dia sudahtidak bisa lagi membantu Da Jin dan menyuruhnya segera meninggalkan rumah sewaannya. Da Jin mencoba memohon, tapi Induk semangnya langsung memutuskan panggilan. Ppo Song melihat Da Jin yang berusaha membujuk Induk semang, dia sedih melihat kakakyna. Dia sada mereka telah diusir, Ppo Song hampir menangis melihat hal itu. Da Jin menatap Ppo Song, dia tidak tahu harus melakukan apa.
Yun Seong masih berlari, dia berlari dengan begitu kencang,
hingga dia tak kuat lagi dan hampir terjatuh, Yung Seong berhenti dengan
kelelahan, namun dia kembali melanjutkan larinya. Sementara Da Jin dan Ppo Song
tidur di luar rumah sewaan mereka dengan barang-barang mereka. Da Jin berusaha
menghangatkan tubuh Ppo Song dengan memeluk tubuh kecil sang adik yang telah
tertidur pulas serta menggosok-gosokan tangannya.
Da Jin melepaskan syal yang dipakainya dan memakaikannya pada Ppo Song. Da Jin memeluk Ppo Song lebih erat dan berkata: “Ppo Songa-a maaf, maaf ya? “ Mendengar Da Jin terus mengatakan maaf padanya, Ppo Song lansung menutup mulut Da Jin dengan tangan mungilnya dan mata masih terpejam. Da Jin melepaskan tangan Ppo Song dari mulutnya dan tersenyum sambil memeluk Ppo Song lebih erat lagi.
Da Jin melepaskan syal yang dipakainya dan memakaikannya pada Ppo Song. Da Jin memeluk Ppo Song lebih erat dan berkata: “Ppo Songa-a maaf, maaf ya? “ Mendengar Da Jin terus mengatakan maaf padanya, Ppo Song lansung menutup mulut Da Jin dengan tangan mungilnya dan mata masih terpejam. Da Jin melepaskan tangan Ppo Song dari mulutnya dan tersenyum sambil memeluk Ppo Song lebih erat lagi.
Ppo Song mulai batuk-batuk kecil. Da Jin khawatir, dia semakin
erat memeluk Ppo Song sambil berkata: “PPo Song-a, Ppo Song-a,,,” dan terus
memeluk Ppo Song mencoba menghindarkan Ppo Song dari cauaca dingin. Sedangakan
Yun Seong masih berlari di lapangan bandara. Saat Lap terakhirnya selesai, dia
menjatuhkan dirinya di lapangan dan berbaring di Lapangan bandara sambil
menatap langit, dia membuka resleting jaketnya, kemudian berteriak keras
memecah kelamnya langit malam itu.
bersambung ke part-2
Komentar:
Huah,,, Urri Ppo Song neomu kyopta,, Aku jatuh cinta banget nih sama akting adiknya Da Jin,, dia lucu banget,, Oh iya,, saat kecil Ppo Song kena penyakit kan? Ternyata penyakit itu menyerang sistem imunnya (kayak Han Byul di Thorn Birds?). Tapi Ppo Song selalu bersikap tegar di depan kakaknya, dia tahu hidup Da Jin jadi sulit karena mengurusnya.
Aku suka saat Ppo Song sedang bersama Yun Seong dan Dong Soo, meskipun pertemuan pertama Ppo Song dan Dong Soo sedikit tidak menyenangkan, tapi kelak Dong Soo dan Ppo Song akan jadi sahabat baik. Ppo Song, Penguin Ahjussi dan 300 Won Oppa akan menjadikan hidup Da Jin semakin berwarna dan dipenuhi lika-liku,,,
Oh iya,, sebelumnya aku ingin minta maaf jika ada istilah penerbangan yang salah aku terjemahkan, aku mendapatkan arti istilah itu dari sebuah artikel penerbangan semoga saja benar artinya. Kalau ada tahu arti sebenarnya tolong kasih tahu ya?
bersambung ke part-2
Komentar:
Huah,,, Urri Ppo Song neomu kyopta,, Aku jatuh cinta banget nih sama akting adiknya Da Jin,, dia lucu banget,, Oh iya,, saat kecil Ppo Song kena penyakit kan? Ternyata penyakit itu menyerang sistem imunnya (kayak Han Byul di Thorn Birds?). Tapi Ppo Song selalu bersikap tegar di depan kakaknya, dia tahu hidup Da Jin jadi sulit karena mengurusnya.
Aku suka saat Ppo Song sedang bersama Yun Seong dan Dong Soo, meskipun pertemuan pertama Ppo Song dan Dong Soo sedikit tidak menyenangkan, tapi kelak Dong Soo dan Ppo Song akan jadi sahabat baik. Ppo Song, Penguin Ahjussi dan 300 Won Oppa akan menjadikan hidup Da Jin semakin berwarna dan dipenuhi lika-liku,,,
Oh iya,, sebelumnya aku ingin minta maaf jika ada istilah penerbangan yang salah aku terjemahkan, aku mendapatkan arti istilah itu dari sebuah artikel penerbangan semoga saja benar artinya. Kalau ada tahu arti sebenarnya tolong kasih tahu ya?
Sekian dulu komentar dariku, sampai jumpa di part-2. Kemungkinan besar aku baru bisa mempostingkan lanjutannya minggu depan, karena sebulan ke depan aku hanya punya waktu luang di hari minggu saja.
laaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt ^^
BalasHapuslanjut mba. tp makasih ya sebelumnya untuk sinopsis2 nya ^_^
BalasHapusseru.......
BalasHapussinopsisnya lengkap banget.. like this...
BalasHapushahaha.. sebenarnya lucu juga saat Captain pertama ketemu flutfy.. Gara2 captain menceritakan tentang pinguin captain dibilang pinguin ajussi.. Dong soo di bilang 300 won oppa.. wkwkkwkwk... tapi anehnya nanti saat sakit fluffy kangen ma pinguin ajussi dan itu membuat cemburu 300 won oppa. 300 won oppa bilang ma pinguin adjussi bahwa kenapa orang seperti captain kok dikangenin fluffy padahal dia yg menyebabkan fluffy sakit. Enaknya fluffy belum tahu bahwa yg ngebunuh ibunya adalah captain.. disisi lain captain dibisa disebut juga dengan dewa penolong fluffy.. yeah.. maaf,cerita episode2 akhirr.. btw, mbk irfa boleh minta tolong. Tolong bantu aku tuk memperbaiki blogq.. aku ingin membuat label seperti punya mbak yang bisa diklasifikasikan.. aku sudah mencobanya dan mencari di google tapi msih belum bisa.. apa ada javascript khusus.. Thaks :) ini alamat blogq http://jaenabkeren.blogspot.com/. Isinya tentang segala hal yang berhubungan dengan K_drama dan lain2.. tapi now mungkin kebanyakan update tentang Rooftop Prince.. hehhe... Thanks :D
BalasHapusHubungan Da Jin sama Ppo Song lucu yaa..
BalasHapusanis juga suka nyium kaki adik klo lagi tidur.
nge-gemesiin..
Oppa 300 won, Kangen liat aktingnya stlh di Smile You..
Ppo Song itu kalo diliat sekilas mirip Afika ya?? Wkwkwkwkk....
BalasHapusgaji pilot kan gede ya. knp dajn miskin bgt. mgkn ada alasannya nanti
BalasHapus