Selasa, 05 Mei 2015

Let's Eat 2 Episode 7 part 1



Dae Young keluar rumah sambil berbicara dengan kliennya di telepon, saat melewati pintu rumah Soo Ji dia melihat keanehan. Koran berserakan di depan pintu. Dae Young teringat kata-kata Soo Ji tentang Koran itu seperti jari telunjuknya yang bisa memeriksa dia masih bernapas atau tidak, jika Koran-koran itu berserakan seperti itu apakah terjadi sesuatu yang buruk pada Soo Ji? 


Dae Young segera menggedor-gedor pintu rumah Soo Ji, dia sangat cemas terjadi sesuatu pada gadis itu. “Yak Baek Soo Ji, Baek Soo Ji!! buka pintunya” Dae Young bahkan membunyikan bel berkali-kali namun tidak ada reaksi.

Merasa sangat cemas, Dae Young mencoba menelpon Soo Ji, tapi kemudian pintu rumah Soo Ji terbuka dan memperlihatkan penampilan Soo Ji yang bagai mayat hidup. Dae Young semakin cemas, apakah Soo Ji sangat sakit? Mengapa dia tidak mengatakannya pada Dae Young? Soo Ji tidak menjawab, namun wajahnya pucat dan keadaannya pun sangat kacau. Dae Young meminta Soo Ji untuk naik ke punggungnya, dia akan membawa Soo Ji ke RS.

Saat Dae Young sudah berjongkok, Soo Ji malah menendang Dae Young, Soo Ji langsung kelimpungan merasa tidak bertenaga. Dae Young pun bingung, apalagi Soo Ji malah mengomel Dae Young sangat berisik, dia baru tidur selama satu jam, dan Dae Young sudah membuat kegaduhan. Dae Young cemas karena banyak Koran berserakan di depan pintu. Oh.. itu Soo Ji tidak sempat keluar rumah selama beberapa hari karena sibuk menulis novel nya. Ternyata menulis novel itu sangat sulit, karena Soo Ji sudah lama tidak menulisnya.

Soo Ji ingin tidur dulu sebelum pergi meeting, jadi sebaiknya Dae Young tidak berisik. Soo Ji memasukan Koran-koran yang berserakan dengan kakinya, rasanya lelah sekali. Dae Young hanya bisa melongo melihat tingkah Soo Ji, jadi gadis itu tidak sakit? Ckckck… Dae Young pun pergi setelah Soo Ji menutup pintu.

Malam harinya, saat pulang kerja, Dae Young mengembalikan mobil Sang Woo yang dia pinjam dan berjanji akan mentraktir Sang Woo makan lain kali. Taek Soo datang membawa sepeda baru nya (sepeda Soo Ji yang dijual Dae Young padanya). Taek Soo bertanya siapa Sang Woo? Dae Young memperkenalkan mereka berdua. Taek Soo langsung ingat bahwa Sang Woo adalah PNS yang membuat Dae Young tidak bisa bermain dengannya di akhir pekan karena harus bermain bola dengan Sang Woo yah, tentu saja itu membuat Sang Woo sedikit tidak enak hati.

Dae Young meminta Taek Soo untuk melanjutkan perjalanan pulangnya saja, tentu saja… tapi sebelumnya Taek Soo akan ke rumah Dae Young dulu. Taek Soo mengatakan jika mereka adalah teman baik. Saat Taek Soo akan pergi, Sang Woo melihat sepeda yang dibawa Taek Soo, sepertinya Sang Woo langsung mengenali sepeda itu.

Melihat Sang Woo yang tertarik pada sepedanya, Taek Soo langsung menjelaskan jika dia memakai sepeda untuk pergi bekerja karena alasan kesehatan. Tapi bukan itu yang ingin membuat Sang Woo penasara.  Sang Woo pun bertanya dari dimanaTaek Soo membelinya? Sang Woo merasa sepertinya seseorang menjual sepeda itu padanya? Taek Soo langsung menatap pada Dae Young  yang gugup.

Dae Young berkata pada Sang Woo, bukan kah dia harus segera pergi? Taek Soo mencegahnya dan meminta Sang Woo terus berbicara, dia merasa ada alasan mengapa Dae Young memaksanya membeli sepeda itu.

“Ini sepeda untuk wanita” kata-kata Sang Woo membuat Taek Soo menatap curiga pada Dae Young. Sebisa mungkin Dae Young membela diri dengan berkata Sang Woo mungkin salah lihat. Tidak mungkin dia salah lihat, karena model sepeda itu sama dengan sepeda yang dia sarankan pada Penulis Baek saat dia membeli sepeda. Terbongkar sudah. Sebelum Sang Woo berbicara lebih banyak, Dae Young berkata jika dia harus pulang. Sang Woo pun undur diri.

Setelah Sang Woo pergi, Dae Young jadi canggung pada Taek Soo. Tentu saja sepeda itu untuk wanita, warnanya merah. Taek Soo mengkonfirmasi sesuatu, “Penulis Baek itu yang wanita yang tinggal di dekat rumahmu kan?” Dae Young hanya bisa membenarkan. Akh jadi Dae Young menjualkan sepeda itu untuk Soo Ji? Apakah benar begitu? Sekali lagi Dae Young membenarkan dugaan Taek Soo.

“Kenapa? Apakah Kau menyukainya?” Dae Young kaget ditanya begitu. Apa maskud Taek Soo? Jika bukan karena Dae Young menyukainya, mengapa Dae Young menjualkan sepeda itu untuknya? Itu karena Dae Young merasa bersalah, dia melakukan kesalahan saat Soo Ji masih kecil sehingga Soo Ji menghabiskan masa remajanya dengan menjadi pecundang.

Taek Soo merasa lelah, jika Dae Young yang merasa bersalah pada Soo Ji mengapa dia yang harus menanggungnya (membeli sepeda itu). Tapi sebelum Taek Soo sempat protes, Dae Young sudah kabur duluan saat Taek Soo lengah. Taek Soo merasa kesal dan berkata jika dia akan datang terus ke rumah Dae Young selama 40 tahun.

Joo Seung sedang menemani Soo Ji yang melakukan skipping, dia memegangi sebuah senter sambil tersenyum bahagia melihat Soo Ji yang loncat-loncat dengan skippingnya. Dae Young datang dan bertanya apa yang sedang dilakukan Joo Seung? Dengan ketus Joo Seung menjawab bukan urusan Dae Young. Soo Ji berhenti, dan merasa kesal karena kedatangan Dae Young membuatnya lupa sudah berapa kali dia meloncat. Joo Seung berkata Soo Ji sudah melakukan 993 loncatan, dia hanya perlu melakukan 7 loncatan lagi.

Soo Ji berterimakasih pada Joo Seung dan melakukan 7 loncatan lagi dengan sempurna. Dae Young merasa takjub, sekarang Soo Ji dan Joo Seung sudah akrab? Merak bahkan saling berbicara? Joo Seung tidak mempedulikan Dae Young dan memberikan air minum pada Soo Ji sambil tersenyum gembira. Soo Ji berterimakasih untuk apa yang Joo Seung lakukan hari ini untuknya, sekarang dia bisa masuk. Joo Seung bertanya apakah besok Soo Ji juga akan keluar di jam segini? Mungkin saja. Joo Seung tersenyum mendengarnya dan pamit masuk. Dae Young mencoba menyapa Joo Seung, tapi dia mengabaikan Dae Young dan malah menyenggol pundaknya dengan sengaja membuat Dae Young kesal.

Dae Young bertanya apa yang Joo Seung lakukan? Ohh.. dia membantunya memberikan penerangan karena lampu jalan mati. Joo Seung itu orang baik. Dae Young pikir, sepertinya Joo Seung menyukai Soo Ji. Hahaha… Soo Ji tertawa mendengarnya, dia tidak tahu tentang hal itu, tapi satu hal yang dia tahu, Joo Seung tidak menyukai Dae Young, yah… memang tidak sulit sih untuk tidak menyukai Dae Young ;p

Soo Ji berjalan menuju Dae Young, yang tampak ketakutan, Soo Ji tersenyum dan berkata tidak akan memukulnya, dia hanya meminta Dae Young untuk membuangkan botol minuman kosong .

Dari atas balkon rumahnya, Taek Soo sudah memanggil Dae Young dan memintanya segera masuk sambil berlaga seperti seorang istri yang menanti suaminya >.< Taek Soo berkata dia sudah membuatkan ramen untuk Dae Young dengan banyak bawang daun. Dae Young merasa menyesal telah memberikan password rumahnya pada Taek Soo, tapi dia tidak bisa berbuat apapun lagi.

Paginya, Taek Soo sangat bahagia bisa berangkat kerja bersama Dae Young. Dia terus menarik-narik Dae Young dengan penuh semangat membuat Dae Young kesakitan karena perutnya kosong. Dae Young pun mengajak Taek Soo membeli sarapan di minimarket. Sarapan? Tapi Taek Soo tidak pernah sarapan. Dae Young memaksanya untuk pergi membeli sarapan.

Mereka pun memberi dua roti dan dua gelas kopi, semuanya hanya 4 dolar karena diskon di pagi hari. Taek Soo takjub karena hargannya sangat murah. Dae Young dan Taek Soo pun memakan sarapan mereka di kursi yang ada di minimarket. Dae Young berkata jika Taek Soo harus sarapan, pasti saat di Seoul istrinya mempersiapkan sarapan untuknya kan? Tubuhnya pasti kaget karena selama disini Taek Soo tidak pernah sarapan.

Malahan tubuh Taek Soo akan kaget saat dia sarapan, karena selama di Seoul istrinya tidak pernah membuatkannya sarapan. Dae Young merasa aneh, tapi bagaimanapun Taek Soo harus sarapan demi kesehatannya, apalagi saat dia hidup sendiri. Taek Soo bisa mati dengan cepat jika dia hanya minum minuman beralkohol di usianya saat ini.

Taek Soo merasa terharu dengan perhatian Dae Young padanya, dia berkata jika istrinya tidak perhatian padanya. “Bisakah kita tinggal bersama? Aku akan bercerai dengan istriku?” tiba-tiba saja Taek Soo mengatakan hal yang membuat Dae Young sangat kaget, apalagi Taek Soo tiba-tiba memegang tangannya.

“Apa yang kau katakan? Jangan berbicara seperti itu saat kita sedang makan” Dae Young jadi merasa ketakutan sendiri. Taek Soo kemudian tertawa melihat reaksi Dae Young, tentu saja dia hanya bercanda.

Sang Woo memimping meeting bersama Hong In Ah dan Soo Ji seperti biasanya, dia kemudian bertanya apakah ada yang ditanyakan? Hong In Ah langsung mengacungkan tangan, dia bertanya bagaimana pendapat Sang Woo tentang kencan butanya bersama adiknya? 

Soo Ji langsung kaget dan panik mendengarnya. Sang Woo jadi tidak enak di tanya seperti itu dan dengan diplomatis berkata sebaiknya mereka tidak membicarakan masalah pribadi saat bekerja. Soo Ji langsung tersenyum lega.

Hong In Ah tampak bĂȘte dengan jawaban Sang Woo, maka saat Sang Woo kembali membicarakan pekerjaan mereka tentang membuat  sesi sejarah di Proyek mereka seperti Surat dari Victor Hugo, Hong In Ah seolah mengabaikannya dan tidak mengerti apa yang dimaksud Sang Woo. Akhirnya Sang Woo bertanya pada Soo Ji, dia tahu kan bagaimana rasanya? Soo Ji sepertinya tidak mengerti juga, tapi dia tersenyum canggung dan berkata “iya” hahaha.

Lalu di bagian masakan Korea nya, bagaimana jika mereka menambahkan pendapat bahwa, “Kehidupan yang berlimpah tidak hanya membutuhkan karya seni yang indah, tetap juga rasa dan aroma makanan yang baik.  Maka hidup akan terasa sangat berlimpah” Soo Ji manggut-manggut saja, seolah paham, padahal sepertinya tidak.

“Itu seperti yang dikatakan oleh seorang penulis yang terkenal dengan kerakusannya (terhadap makanan). Penulis itu namanya, Akh… siapa yah?” Sang Woo berusaha mengingat nama penulis yang dia maksud, Soo Ji tampak pura-pura tahu, tapi Hong In Ah berpikir sepertinya Soo Ji tidak tahu tentang penulis itu. Soo Ji kesal dan berkata, dia tahu tapi dia tidak ingat saja!

“Akh… Alexandre Dumas” akhirnya Sang Woo mengingat juga nama penulis yang dia maksud. Untungnya Soo Ji mengenal siapa itu Alexandre Dumas, “Benar sekali, Dumas, Penulis yang menulis The Three Musketeers” Soo Ji senang sekali, sekaligus merasa lega, apalagi saat Sang Woo membenarkan kata-kata Soo Ji. Hong In Ah tampak tidak senang, karena ternyata Soo Ji memang tahu siapa penulis itu.

Selesai meeting, Soo Ji merutuki dirinya sambil berbicara sendiri seperti biasanya. Sebagai seorang penulis, dia tidak bisa mengatakan tidak tahu tentang Novel yang dimaksud. Sang Woo pasti akan kecewa padanya, jika dia tahu betapa bodohnya Soo Ji.

“Yak! Baek Soo Ji, akh maksudku, Penulis Baek! Tolong lebih banyak membaca buku!” Soo Ji mempertegas hal tersebut pada dirinya sendiri dan berjalan menuju perpustakaan yang ada di area gedung pemerintahan.

Soo Ji sedang mencari beberapa buku yang akan dia baca di salah satu rak buku. Saking fokusnya, Soo Ji tidak menyadari Sang Woo datang ke lorong rak buku yang sama dengannya. Sang Woo yang pertama kali menyadari keberadaan Soo Ji, “Penulis Baek?” Soo Ji sangat terkejut melihat Sang Woo dan menyembunyikan bukunya. Soo Ji beralasan dia membutuhkan referensi untuk novelnya, apa yang sedang Sang Woo lakukan disana?

Sang Woo berkata dia ingin lebih banyak membaca novel setelah membaca novel Soo Ji, akh… apakah Soo Ji bisa memberinya referensi? Dia pasti banyak tahu karena dia adalah seorang penulis. Soo Ji bingung, karena pada kenyataannya dia tidak banyak membaca buku. Soo Ji melihat novel yang di pegang Sang Woo dan berkata, novel itu juga menarik untuk dibaca. Soo Ji pun pamit pada Sang Woo karena dia akan meneruskan menulis novelnya.

Setelah mendapatkan buku yang ingin dibacanya, Sang Woo duduk di salah satu kursi di Perpustakaan, Soo Ji duduk di kursi yang berjarak beberapa meja dari tempat Sang Woo duduk. Dia membuka laptopnya berniat meneruskan novelnya, tapi pada akhirnya Soo Ji malah lebih fokus memperhatikan Sang Woo yang begitu serius membaca buku.

Begitu terpesonanya Soo Ji pada Sang Woo, hingga tanpa sadar dia menuliskan betapa menawannya Sang Woo di lanjutan file novelnya, hahaha. Ketika Sang Woo menangkap tatapan Soo Ji padanya, Soo Ji segera mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada laptopnya, dia kaget saat melihat apa yang baru saja dia ketik. Soo Ji segera menghapusnya, hahaha.

Namun ketika sibuk menghapus tulisannya, Soo Ji kehilangan Sang Woo. Dia mencoba lirik kanan kiri mencari Sang Woo yang menghilang di hadapannya. Soo Ji tidak menemukannya dimanapun. Ponsel Soo Ji berdering, dia berlari menuju box telepon untuk mengangkat telepon yang khusus disediakan di perpus tersebut.  Itu telepon dari ibunya yang menanyakan dimana keberadaannya dan apakah Soo Ji kehabisan Kimchi? Soo Ji menjawab dia masih di luar dan masih memiliki beberapa Kimchi. 

Belum sempat menyelesaikan pembicaraan dengan sang ibu, Soo Ji melihat Sang Woo kembali, dia sedang berdiri di depan Laptopnya dan mengintip file novel nya. Soo Ji syok dan mengakhiri pembicaraan dengan ibunya. Dengan panik Soo Ji keluar dari box telepon dan berteriak, “Andewwww-yooo” sambil buru-buru menutup Laptopnya. 

Sang Woo kaget dengan aksi Soo Ji, semua orang di Perpustakaan menoleh ke arahnya. Soo Ji menyadari dia telah melakukan kesalahan dan meminta maaf dengan suara keras. Sang Woo memberi isyarat agar Soo Ji tidak berisik dan meminta maaf pada orang-orang dengan anggukannya, Soo Ji pun memelankan ucapan permintaan maafnya, namun sudah terlanjur malu.

Soo Ji dan Sang Woo akhirnya keluar dari ruangan perpustakaan. Sang Woo meminta maaf karena kesalahannya insiden itu terjadi. Sang Woo berniat membawakan kopi untuk Soo Ji, tapi dia penasaran. Dengan senyumannya Soo Ji bilang tidak apa-apa. Sang Woo melihat sekilas novel yang sedang Soo Ji tulis, dia merasa ceritanya menarik dibandingkan dengan novel yang sedang dia baca saat ini. Sang Woo penasaran dengan akhir ceritanya. Soo Ji tersenyum bahagia mendengarnya,

“Jadi aku berpikir… Penulis… Aku tidak yakin apakah aku bisa meminta bantuan mu atau tidak…” Sang Woo merasa ragu, namun Soo Ji dengan semangat mengatakan dia bisa melakukan apapun yang diminta Sang Woo.

“Ketika kau menyelesaikan bukumu, bisakah aku menjadi orang pertama yang membacanya?” Sang Woo sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, jadi dia ingin membacanya terlebih dahulu. Dia bisa memberikan tanggapan jika Soo Ji menginginkannya. Tentu saja Soo Ji tidak keberatan dengan hal itu, itu sangat menyenangkan baginya.

Sang Woo memberikan kopi pada Soo Ji, kemudian bertanya kapan dia bisa membaca novelnya? Soo Ji berpikir, hmm… Secepatnya. Sang Woo meminum kopinya dan penasaran kapan secepatnya itu akan tiba. Saat Sang Woo sedang meminum kopinya, diam-diam Soo Ji memperhatikannya sambil tersenyum bahagia, tapi saat Sang Woo menoleh, Soo Ji langsung mengalihkan pandangannya hahaha.

Soo Ji dan Sang Woo berjalan bersama keluar dari gedung Perpustakaan, Soo Ji berpikir apakah ini saatnya dia meminta Sang Woo mengantarnya pulang? Apakah dia harus bertanya pada Dae Young tentang hal ini, tidak Soo Ji harus berjuang sendiri. Soo Ji memberikan semangat pada dirinya sendiri agar berani melakukannya. 

Tapi ketika akhirnya dia membuka mulutnya, dia malah pamit pada Sang Woo dan berbalik untul pulang sendiri. Ternyata Soo Ji belum seberani itu. Soo Ji merasa dirinya begitu bodoh.

Baru saja Soo Ji berjalan beberapa langkah meninggalkan Sang Woo, pria itu memanggilnya. Soo Ji berbalik dengan lesu, namun dia kaget mendengar apa yang dikatakan Sang Woo, “Penulis… aku akan mengantarmu pulang” Keingan Soo Ji langsung terwujud >.<

Saat berada di dalam mobil, mereka berdua saling berdiam diri saja. Soo Ji gemas pada dirinya sendiri setidaknya dia mengatakan sesuatu atau apapun. Soo Ji berusaha mengatakan sesuaru, tapi Sang Woo bertanya apakah dia harus berbelok? Soo Ji membenarkan dan mengurungkan niatnya untuk memulai pembicaraan.

Setelah beberapa saat Sang Woo kemudian bertanya, “Apakah Kau sudah makan?” Soo Ji menjawab dengan ragu-ragu, “Belum”

“Suaramu terdengar tidak bertenaga, kau harus menjaga waktu makanmu” Soo Ji langsug tersipu mendengar Sang Woo mengatakan hal itu, perhatian sekali >.< apalagi saat Sang Woo mengatakan, “Bagaimana dengan makan malam di hari jum’at? Ayo kita makan malam bersama” Soo Ji senang luar biasa, dan berkata “Ya..”

“Lalu aku akan menjemputmu, jadi bersiaplah” Sang Woo melanjutkan rencananya. Semakin saja Soo Ji merasa ke awing-awang.

Tapi kemudian Sang Woo berkata, “Kalau begitu aku tutup yah?” Soo Ji bingung dan menoleh ke arah Sang Woo yang melepas handsfree nya, hahaha… jadi Sang Woo sedang menelpon? Soo Ji merasa sangat malu dengan ke GR-annya.

Sang Woo berkata dia tadi menelpon ibunya, apakah Soo Ji ingin mengatakan sesuatu padanya? Tidak ada.. hanya saja, dia merasa mobil Sang Woo sangat bersih. Padahal kan biasanya pria tidak serapi itu, kamar Dae Young saja berantakan.

Akh… jadi Soo Ji bahkan pernah masuk ke kamar Dae Young yah? Soo Ji panik dan berkata, tidak begitu, dia kesana karena ada yang harus dia katakan tentang pemilik Villa nya pada Dae Young. Hubungannya dengan Dae Young tidak sedekat itu sehingga harus saling mengunjungi rumah masing-masing. Dengan panik Soo Ji berkata agar Sang Woo jangan salah paham. Akh tentu saja tidak.  Tidak ada yang aneh jika tetangga saling mengunjungi kok.

Sang Woo jadi sedikit merasa canggung dan bertanya apakah Dae Young memang pandai mendekati orang sejak dia kecil? Soo Ji tertawa dan membenarkan, kemudian Soo Ji bercerita jika saat SD Dae Young mengajak teman-temannya untuk datang ke warung Tteokbokki ibunya. Karena hal itu dia mendapat si Lidah licin, selicin ular. Sang Woo merasa julukan Dae Young sangat tepat.

Saat Sang Woo dan Dae Young bermain bola bersama pun, dia berhasil menarik teman-teman se tim mereka untuk mengikuti asuransinya. “Dia memang terlahir untuk hal itu, Dasar Saekki*!” (Saekki=b*j*ngan) Ups Sang Woo tidak sengaja mengeluarkan kata makiannya di depan Soo Ji. Tentu saja ini membuat Soo Ji kaget, “Saekki?” Sang Woo jadi panik, namun Soo Ji menyelamatkan keadaan dengan ikut-ikutan memaki Dae Young juga, hahaha.

Bahkan setelah bertahun-tahun Dae Young tidak berubah sama sekali. Sang Woo merasa gugup namun lega karena Soo Ji sepertinya tidak terganggu dengan makiannya pada Dae Young. Sang Woo kemudian bertanya sepertinya Soo Ji dan Dae Young dekat sejak kecil? Dekat? “Heu… Dae Young itu horangmabi” Soo Ji berkomentar.

“Apa maksudmu dengan horangmabi?” Sang Woo bingung. Soo Ji takjub, apakah Sang Woo tidak tahu? Itu adalah istilah yang sering digunakan orang tua. Itu artinya dia melakukan segalanya untuk memuluskan jalannya. Ahhh… Karena Soo Ji seorang penulis dia memiliki kosataka yang cukup kaya. Soo Ji jadi tersanjung mendengar pujian itu.

Soo Ji berkata dia memiliki istilah lain, dan mengatakan sebuah kalimat yang terdengar seperti makian. Sang Woo bahkan kaget mendengarnya, dia berpikir Soo Ji sedang memaki. Soo Ji pun tertawa mendengarnya. Begitulah, itu bukan makian, tetapi rasanya menyegarkan mengatakan hal seperti itu. Sang Woo pun ingin mencobanya, bahkan meniru gaya bicara Soo Ji, tapi ternyata itu cukup sulit dilakukan, dan merekapun tertawa bersama.

Dae Young sedang dalam perjalanan menuju Villa, dan merasa telinganya gatal. Siapa yang sedang membicarakannya? Dae Young kemudian meihat mobil Sang Woo dan kaget saat melihat Soo Ji keluar dari mobil itu. Dengan penuh penasaran Dae Young mendekati mereka.
 
Sang Woo berterimakasih karena berkat Soo Ji dia jadi punya kosakata baru. Soo Ji merasa itu bukan apa-apa, malah dia yang harus berterimakasih. Dae Young datang dan langsung bertanya mengapa Soo Ji keluar dari mobil Sang Woo?

Soo Ji memberi kode suka cita pada Dae Young, sementara Sang Woo menjelaskan jika mereka menyelesaikan pekerjaan bersama dan Sang Woo mengantar Soo Ji pulang. Oh begitukah? Mumpung Sang Woo sudah ada disana, Dae Young mengajak Sang Woo makan bersama, dia akan mentraktir.

Akh.. itu karena Dae Young berjanji akan mentraktirnya makan setelah Sang Woo meminjamkan mobil yah? Apakah Dae Young berniat untuk memberi makan Sang Woo di rumahnya? Akh inilah yang disebut ‘horangmabi’ kan? Sang Woo bertanya pada Soo Ji, mendengar hal itu Soo Ji langsung terawa sementara Dae Young bingung apa maksud ‘horangmabi’ Sang  Woo tampak puas saat Dae Young tidak mengerti. ;p

Sang Woo pun pamit pulang, dan meminta Dae Young mentraktirnya makan besok saja. Setelah berpamitan pada Soo Ji, dia pun masuk kedalam mobil dan sempat memanggil lagi Dae Young dengan sebutan ‘horangmabi’ membuat Soo Ji tertawa melepas kepergiannya. Saat Mobil Sang Woo semakin menjauh pergi pun Soo Ji terus melambaikan tangannya dan berkata, “Sampai jumpa lagi”

Dae Young merasa Soo Ji sudah ada kemajuan. Soo Ji juga senang luar biasa dengan hal itu. Dia bahkan tidak melakukan banyak hal, namun semuanya berjalan begitu lancar sesuai harapannya. Bahkan mereka tidak berhenti tertawa saat berada di dalam mobil. Benarkah? Memangnya apa yang Sang Woo dan Soo Ji bicarakan? Ups.. Soo Ji bingung dan akhirnya dia hanya berkata, mereka memaki seseorang? Wah… siapakah orangnya? Apakah Dae Young mengenalnya, Dae Young jadi penasaran. Soo Ji yang makin bingung dia tidak mengatakan jika Sang Woo dan Soo Ji membicarakan Dae Young saat berada didalam mobil tadi, hahahaha…

Tiba di depan Villa, Soo Ji dan Dae Young bertemu dengan Joo Seung yang sedang menerima delivery service ayam gorengnya. Joo Seung menyapa Soo Ji dan mengajaknya makan bersama, dia sengaja memesan itu untuk Soo Ji karena melihat Soo Ji sangat menyukai makan ayam sebelumnya. Malah Dae Young yang bersemangat ingin makan Ayah, tapi Joo Seung menepis tangan Dae Young yang ingin mengambil bungkusan Ayam goreng itu. Kemudian berkata dengan judes jika dia hanya memesan untuk dua orang, jadi tidak ada jatah untuk Dae Young.

Soo Ji jadi menahan tawa melihat penolakan Joo Seung pada Dae Young. Soo Ji berkata pada Joo Seung agar dia ke atas duluan, dia akan mengganti baju dan mencuci tangannya dulu. Joo Seung mengiyakan dan pamit ke atas duluan sambil tersenyum bahagia.

Dae Young merasa kesal pada Joo Seung yang bergitu diskriminatif, mengapa dia overacting begitu hanya karena Ayam goreng? Soo Ji senyum-senyum saja mendengar keluhan Dae Young. Kemudian Dae Young mengambil kesimpulan jika dunia akan segera berakhir karena Soo Ji tiba-tiba jadi populer. Apa maksudnya?

Hubungan Soo Ji dan Sang Woo semakin dekat, lalu ada Joo Seung yang menyukainya. Benarkah? Bukannya senang, Soo Ji malah cemas, jika benar Joo Seung menyukainya, dia akan berakhir dengan menyakitinya. Dae Young malah beran mengapa Soo Ji malah mencemaskan hal itu sekarang? Tentu saja dia cemas, Soo Ji juga menyukai Sang Woo dengan sepihak untuk waktu yang lama, jadi dia tahu bagaimana rasanya.

Lalu apa yang akan Soo Ji lakukan? Dengan penuh semangat Soo Ji berkata akan menghentikannya sebelum Joo Seung semakin menyukainya. Dae Young merasa itu tidak benar,  Soo Ji terlalu berlebihan, Joo Seung bahkan belum mengatakan perasaannya pada Soo Ji. Lebih baik jangan melakukan hal itu. Soo Ji tampak tak peduli dengan pendapat Dae Young dan naik ke atas saja tanpa mendengarkan Dae Young sama sekali.

Soo Ji mencium aroma ayam goreng dengan kegembiraan luar biasa. Joo Seung tersenyum bahagia melihat ekspresi Soo Ji.

Joo Seung menyodorkan sepotong paha ayam padanya. Soo Ji berpikir, makan dulu, setelah itu baru berbicara pada Joo Seung. Tapi Soo Ji menolak tawaran paha Ayam itu karena dia sedang diet, jadi dia hanya akan memakan bagian dada nya saja.

Dae Young datang tiba-tiba dan mengambil paha Ayam yang ditawarkan Joo Seung pada Soo Ji. Kedatangan Dae Young mengacaukan suasana, terutama suasana hati Joo Seung, apalagi Dae Young langsung melahap ayamnya tanpa permisi. Dae Young mengagumi selera Joo Seung memesan ayam goreng, Rasa pedas dan Keju, perpaduan yang tepat. Joo Seung kesal dan berkata dia tidak membeli ayam itu untuk Dae Young. Jika Dae Young mau makan ya pesan sendiri saja. Kemudian dia merebut kembali ayam goreng dari tangan Dae Young.

Dae Young langsung mengeluarkan senjatanya, bungkusan lobak yang biasanya satu paket dengan Ayam Gorengnya. Memakan Ayam Goreng tanpa Lobak seperti makan sushi tanpa Wasabi. Soo Ji kaget dan mencari lobak untuk Ayam Gorengnya, bagaimana itu bisa ada pada Dae Young? Pengantarnya tadi lupa dan dia mengantarkannya kembali.

Soo Ji dan Joo Seung terlihat kesal, kemudian Dae Young mengeluarkan dua bungkusan lobak lagi, Dia adalah Go Dae Young, dia meminta ekstra lobak gratis, jadi mereka bisa mendapatkan masing-masing satu bungkus lobak. Apakah dengan ini Dae Young bisa ikut berbagi makan Ayam Goreng? Dae Young mengambil kembali Ayamnya dari tangan  Joo Seung dan lanjut makan. Soo Ji dan Joo Seung sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi dan mereka pun mulai ikutan makan.

Semua orang menikmati Ayam Gorengnya, sesekali Joo Seung menatap Soo Ji yang sangat menikmati makanannya dan dia tersenyum malu. Dae Young merasa aneh dengan sikap Joo Seung, tapi saat melihat Dae Young, dia langsung memasang wajah kesal seperti biasanya.
 
Dae Young kemudian bertanya pada Soo Ji, bukan kah ada yang ingin Soo Ji katakan pada Joo Seung? Akh Soo Ji belum sempat mengatakannya ya? Dae Young hampir saja mengatakannya, tapi Soo Ji langsung membekap mulut Dae Young dengan tangannya yang penuh remah tepung Ayam goreng. Dae Young kesal karena Soo Ji jorok, untuk mengalihkan Joo Seung, Soo Ji pun mengajak Joo Seung untuk membeli bir.

Joo Seung jadi anak penurut yang mengikuti Soo Ji saat mereka membeli bird an berkata dia yang akan membayar, tapi saat di kasir dia melihat Hye Rim dengan dadanya yang agak terekspos *ups* Joo Seung tampak terpesona dan lupa untuk membayar. Saat Soo Ji akan membayar, dia baru tersadar dan langsung ke luar dari minimarket.

Hye Rim bertanya, siapa dia? Sepertinya dia tidak pernah meliat Joo Seung sebelumnya di daerah itu? Soo Ji berkata Joo Seung tinggal di Villa mereka.

Soo Ji keluar dan melihat Joo Seung berdiri mematung di luat minimarket sambil menatap Hye Rim yang ada di dalam. Joo Seung bertanya pada Soo Ji, “Apakah Kau mengenal gadis itu? Kau terlihat seperti mengenalnya. Apa mungkin… dia sudah memiliki seorang kekasih?” Joo seung bertanya seperti itu, tanpa melepaskan pandangannya dari Hye Rim yang sedang mengecek penampilannya di cermin. Soo Ji bingung sendiri dengan pertanyaan Joo Seung.

Esok harinya, Nenek membawakan makan siang untuk Joo Seung, tapi dia tidak ada di kamarnya. Nenek kaget saat melihat gentong saus kacangnya terbuka. Dia kesal dan bertanya-tanya siapa yang mengambilnya? Namun saat mengeceknya itu sisa dari terakhir kali dia mengambil saus kacang. Nenek pun menutup gentongnya dan kembali ke bawah.

Setelah Nenek pergi, Ahjuma Kim keluar dari persembunyiannya, Aha… ternyata dia yang berniat mengambil saus kacang itu. Ahjuma Kim mendapat telepon dari suaminya dan berkata dia sedang membeli saus kacang, sambil memasukan saus kacang milik nenek ke dalam wadah. Suaminya minta di belikan cabe juga. Ahjuma Kim tadinya ingin mengomel, tapi dia melihat tumbuhan cabe milik Nenek dan berkata pada suaminya, disana juga menjual cabe.  Setelah menutup telepon, Ahjuma Kim mengambil bebepa buah cabe.

Soo Ji akan membeli air minum, tapi stok di lemari pendingin habis. Soo Ji memiberitahu Hye Rim dan dengan gaya sok bossy nya Hye Rim memanggil asisten barunya untuk mengambilkan stok air minum dan memasukannya ke dalam pendingin. Soo Ji kaget saat melihat pria baru Hye Rim adalah Joo Seung, bahkan lebih kagey karena Joo Seung membiarkan Hye Rim memanggilnya “Hey!” Tapi saat Soo Ji mengajaknya berbicara, Joo Seung 100 % mengabaikannya.

Saat Soo Ji membayar air minumnya,  Hye Rim masih memerintah Joo Seung, dan Soo Ji merasa tidak enak dengan hal itu, apalagi Hye Rim terus memanggil Joo Seung dengan sebutan ‘Hey’ Soo Ji mengatakan pada Hye Rim bahwa Joo Seung seumur dengannya. 

Hye Rim jadi merasa bersalah dan minta maaf.  Hye Rim mengatakan Joo Seung tidak perlu membantunya, tapi Joo Seung malah terlihat tidak senang. Soo Ji pun mengajak Joo Seung pergi bersamanya, tapi Joo Seung menolak dengan dingin dan mengatakan agar Soo Ji pergi saja sendiri. Soo Ji bingung  dan merasa kesal, baiklah dia akan pergi.

Joo Seung kemudian bertanya pada Hye Rim dimana dia harus membuang kardus nya? Hye Rim menunjukkan tempatnya dan  memanggil Joo Seung dengan sebutan “Oppa” membuat Joo Seung tersipu mendengarnya. Joo Seung tampaknya senang dengan panggilan itu dan pergi untuk membuang kardus dengan hati riang, sementara Soo Ji melihat tingkahnya dengan sebal. Lucu sekali, hah?

Ternyata Joo Seung sama sekali tidak jatuh cinta pada Soo Ji kok ;p

Bersambung ke part 2

***

OMG, Joo Seung pervert sekali yah? perhatiannya langsung beralih dari Hye Rim ke Soo Ji karena pakaian seksi nya Hye Rim, ckckck.

Suka liat interaksi Soo Ji dan Sang Woo pas di perpus dan di mobil, lucu aja sih liatnya >.< apalagi pas mereka kompak ngomongin Dae Young, dan ternyata mereka sepaham tentang Dae Young ;p

Dan ternyata aku belum bisa move on, karena adegan favorite ku di episode 7 adalah saat Soo Ji mengatakan "Samchongsa" yang artinya The Three Musketeers, langsung seneng aja dengernya >.< yah sih sebenernya bukan maksud Samchongsa yang itu, tapi kan tapi... Akh... langsung ke inget sama Crown Couple deh, itu penulisnya sengaja apa kebetulan aja sih yah~~~

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*

1 komentar:

  1. Huhu. Blm smpt download krn kuota abis.. Makasih mbak sinopsisnya.. Btw di bagian komentar kayanya ada yg janggal... Gatau knp...biarpun ga nonton season1, aku kepengen sooji sm sangwoo... Trs daeyoung berubah pikirannya ttg pernikahan yg "merepotkan". Mbak irfa, kl aku berpikir daeyoung sm sookyung(?) putus krn sookyung minta nikah bener ga ya? Hahaha._.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^