Jumat, 21 November 2014

Samchongsa Episode 11: Kiss - part 2



Di dalam tandunya Mi Ryung merasa gugup bercampur bahagia karena impiannya akan segera tercapai. Saat tiba di Istana, Mi Ryung sudah menggunakan kostum Sejabinnya, dia disambut penuh senyuman oleh Kasim Koo dan para dayang memberi hormat padanya. Mi Ryung berjalan menuju ruangan Sejabin dan duduk di tempat yang biasa di gunakan Sejabin di ruangannya. Mi Ryung tersenyum puas dengan posisinya saat ini, dan dia semakin bahagia saat Seja datang dan tersenyum padanya.

Apakah impian Mi Ryung itu benar-benar akan menjadi kenyataan? Tentu saja tidak.  Karena saat Kasim Koo berkata bahwa mereka sudah sampai dan Mi Ryung diminta keluar, Mi Ryung bingung karena mereka malah tiba di penjara. Kasim Koo pun memerintahkan petugas untuk memasukan Mi Ryung ke dalam salah satu Sel. Mi Ryung mencoba berontak bertanya apa yang sedang mereka lakukan? Namun petugas lebih kuat dan berhasil memasukannya ke dalam sel penjara.


Mi Ryung bertanya dengan bingung dan marah pada Kasim Koo, dimana mereka berada? Penjara istana, Mi Ryung akan segera di interogasi. Mi Ryung kaget, bagaimana mungkin ini terjadi? Apakah Kasim Koo kehilangan akalnya? Mi Ryung lalu teringat akan masa lalu, apakah saat ini Kasim Koo ingin membunuhnya lagi? Karena alasan apa? Dengan penuh percaya diri Mi Ryung meminta Kasim Koo memanggil Seja untuk menemuinya.

“Jooha meminta ku untuk ikut bersamanya. Berani sekali kau memperlakukanku seperti ini!” Mi Ryung kesal dan berteriak pada Kasim Koo

“Ini adalah Perintah Seja Jooha!” Kasim Koo menjawab dengan meninggikan suaranya membuat Mi Ryung terpana mendengarnya. Perinta Seja?

Mi Ryung tidak percaya, itu tidak mungkin… Seja sudah menandatangi surat yang menyatakan dia akan menerima Mi Ryung sebagai istrinya. “Beliau tidak melakukannya” sebuah suara datang dari arah lain, Dal Hyang datang menemui Mi Ryung dengan percaya diri dan berkata jika Seja tidak perlu menandatangi surat itu.  Mi Ryung kaget melihatnya karena setahunya Park Dal Hyang telah tewas, tapi… mengapa dia masih hidup?

Dal Hyang berdiri di depan Mi Ryung yang tercengang di balik sel penjara lalu tersenyum pada wanita itu dan bertanya apakah Mi Ryung terkejut melihatnya masih hidup? Dal Hyang juga kaget karena melihat Mi Ryung kembali, dia pikir Mi Ryung sudah pergi, tapi ternyata dia melanggar janji nya pada Seja. Dal Hyang  sempat berpikir Mi Ryung akan menepati janjinya dan menunjukkan loyalitasnya pada Seja. Mendengar perkataan Dal Hyang, Mi Ryung langsung merasa cemas dan takut, apakah ini artinya rencana Kim Ja Jum gagal?

“Maafkan aku, karena aku masih hidup, jadi Jooha tidak menandatangani surat itu” Mi Ryung syok mendengarnya, jadi rencara Kim Ja Jum benar-benar gagal total. Belum hilang rasa syok Mi Ryung, Dal Hyang sudah memberikan berbagai tuduhan padanya dengan suara keras. Membius Yong Gol Dae dan memmerintahkannya untuk membunuh Dal Hyang. Berbohong pada Sejabin dan mencoba membuatnya untuk bunuh diri. Karena kesalahan itu Mi Ryung akan di asingkan, jadi… tidak ada kesempatan lagi bagi Mi Ryung untuk  menjadi Sejabin selamanya.

Dal Hyang tertawa mengejek dan berkata, “Berhentilah bermimpi” 

Mi Ryung tak bisa berkata apapun dia terlalu syok karena menyadari semua kejahatannya sudah terbongkar dan impiannya tidak akan pernah terwujud. Dal Hyang dan Kasim Koo meninggalkan Mi Ryung yang benar-benar kehilangan energinya hingga dia mengeluarkan airmatanya tanpa sadar dan tidak sanggup lagi berdiri dengan benar di dalam sel penjara. Apakah semuanya harus berakhir seperti ini?

Di luar, Dal Hyang dan Kasim Koo bertemu dengan Kim Ja Jum yang sudah di tangkap dan siap di masukan ke dalam penjara. Dal Hyang menyapanya dengan kepuasan luar biasa, sementara Kim Ja Jum kaget melihat Dal Hyang dengan seragam pengawal istananya.

“Kau…”

“Ya… Aku adalah Park Dal Hyang dari Gangwon-do. Maafkan aku karena aku belum mati”

Dal Hyang kemudian memberi hormat pada Kim Ja Jum yang tampak malu menghadapi situasi tersebut. Dal Hyang berkata jika Hyang Sun pun sudah ada di penjara, Kim Ja Jum akan segera di interogasi, lebih baik dia mulai memikirkan apa yang akan dia katakan sehingga dia bisa mendapatkan hukuman yang lebih ringan. Kemudian petugas membawa Kim Ja Jum menuju penjara.

Seorang petugas mendatangi Dal Hyang dan berkata jika Mi Ryung ingin menemuinya. Dal Hyang sedikit bingung namun dia datang juga menemui wanita itu. Mi Ryung meminta Dal Hyang mempertemukannya dengan Seja, Ada yang ingin dibicarakan Mi Ryung dengan Seja.  Dal Hyang kan tahu hubungan diantara mereka berdua. Semua ini salah paham, jika Mi Ryung berbicara padanya, Seja pasti akan memahami Mi Ryung. Sekali lagi Mi Ryung memohon Dal Hyang untuk menginjikan Mi Ryung menemui Seja.

Dal Hyang menatap Mi Ryung, mencoba mencari tahu apa maksud wanita ini, namun pada akhirnya Dal Hyang berkata jika Seja tidak akan menemuinya lagi. Mi Ryung berteriak, “Apa yang kau tahu?!!” Mi Ryung sadar dia tidak berada dalam posisi yang menguntungkan jika dia mengandalkan emosinya.

Mi Ryung pun memelas pada Dal Hyang dan berkata, “Orang itu akan menyesal dengan mengirimkanku ke penjara. Dia tidak bisa mencampakanku seperti ini. Orang-orang mungkin tidak tahu… Kami saling mencintai” Tangis Mi Ryung pun pecah di depan Dal Hyang.

Dal Hyang mendekat pada Mi Ryung, “Cinta? Apa kau barusan mengatakan tentang Cinta? Cinta macam apa itu?” Dal Hyang tertawa kecil pada Mi Ryung yang tampak tertekan dengan keadaan ini.

“Itu bukan Cinta. Kau hanya tergila-gila pada kedudukan Putri Mahkota. Itu adalah obsesimu”

Mi Ryung terdiam menahan marah saat mendengar kalimat terakhir Dal Hyang. Setelah meminta Mi Ryung berpikir dengan benar, Dal Hyang bersiap meninggalkan Mi Ryung.

Namun Mi Ryung berkata pada Dal Hyang, dia tidak tahu bagaimana cara Dal Hyang bertahan hidup, tapi dia memastikan bahwa dia akan membunuh Dal Hyang. Merasa terprovokasi, Dal Hyang kembali dan berkata dengan penuh penekanan pada Mi Ryung, “Silahkan saja. Kita lihat siapa yang mati lebih dulu, aku akan bertahan sampai akhir saat aku di provokasi” Mi Ryung pun semakin menatap Dal Hyang dengan penuh kebencian hingga dia mengeluarkan air matanya saking marah dan merasa frustasi.

Dal Hyang menghela nafas dan berkata, “Kita lihat saja… apa yang bisa kau lakukan dalam sel penjara” kemudian Dal Hyang pergi meninggalkan Mi Ryung, tapi lagi-lagi Mi Ryung menahannya, kali ini dengan tangisannya.

Mi Ryung menarik tangan Dal Hyang dan memohon padanya untuk mempertemukannya sekali saja dengan Seja, jika tidak dia akan mati. Dal Hyang melepaskan tangan Mi Ryung dengan kasar dan tertawa kecil, tadi Mi Ryung bilang akan membunuhnya, sekarang Mi Ryung yang akan mati. Lakukan saja apa yang diinginkannya. Entah itu Mi Ryung mati atau di bunuh, Dal Hyang akan selalu mengawasinya. Kemudian Dal Hyang meninggalkan Mi Ryung di balik sel penjara. Kali ini benar-benar meninggalkannya tanpa berbalik lagi.

Mi Ryung menunjukkan tatapan mengerikan dan akhirnya dia menumpahkan rasa frustasinya dengan terduduk di dalam sel penjara lalu menangis nasibnya.

Sekarang setelah kupikirkan, aku seharusnya tak perlu bersikap sejauh itu terhadapnya. Tapi dulu aku terlalu muda dan angkuh dengan pikiran bahwa sudah melakukan hal yang benar.

Tiba di luar Dal Hyang tersenyum lega karena merasa menang sudah berhasil menjebak Mi Ryung. Kasim Koo berkata mengelabuinya agar bisa membawa Mi Ryung ke penjara adalah ide yang sangat bagus. Kali ini Dal Hyang menggunakan otaknya karena dia tidak ingin terkena jarum beracun untuk kedua kalinya. Sekarang Dal Hyang bisa minum dengan tenang. Kasim Koo mengajak Dal Hyang untuk menemui Seja, namun dia menolak karena dia harus menemui Ayahnya yang datang ke Han Yang. Kasim Koo mengerti dan mereka pun berpisah.

Di kamarnya Seja merasa cemas menunggu laporan dari Kasim Koo. Tak lama Kasim Koo pun datang dan Seja langsung bertanya bagaimana situasinya? Mi Ryung sudah di masukan ke dalam penjara. Apakah dia membuat masalah saat dimasukan kesana? Karena mereka langsung membawanya ke penjara, dia tidak sempat membuat masalah. Seja bertanya apakah Mi Ryung mengatakan sesuatu? Kasim Koo agak ragu dan hanya berkata jika Mi Ryung tampak terkejut. Seja mengerti dan beterimakasih karena telah bekerja dengan baik. Biarlah kini hukum yang mengadili Mi Ryung.

Setelah kasim pergi, Seja menghela nafas lega. Ini adalah keputusan terbaik yang bisa diambilnya saat ini membiarkan Mi Ryung bertanggung jawab atas kejahatannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dal Hyang tiba di rumahnya dengan penuh semangat, dia bertanya pada Panse apakah Ayahnya sudah tiba? Ya, baru saja dia tiba. Dal Hyang pun langsung menemui Ayahnya yang sedang membaca sertifikat kelulusan Dal Hyang sebagai pengawal dengan bangga. Ayah Dal Hyang langsung menyambut putranya dengan penuh rasa haru. Dal Hyang memberikan penghormatan pada Ayahnya dan sempat berbasa basi, namun kemudian dia bertanya tentang perjalanan Ayahnya yang pasti sangat berat. Ayah membenarkan dia memerlukan waktu 2 bulan penuh untuk tiba di Han Yang, ternyata Han Yang lebih jauh dari yang dia pikirkan. Hahaha…
 
Pan Se bertanya apakah dia perlu menyiapkan makanan? Dal Hyang pun mengenalkan Pan Se sebagai pelayanannya, akh iya.. Ayah sudah bertemu dengannya tadi. Ayah sangat bangga karena kini Dal Hyang sudah memiliki seorang pelayanan. Pan Se jadi bingung dan berbisik pada Dal Hyang. bukannya sudah selayaknya seorang dengan status tinggi memilki pelayan.

Dal Hyang pun memberikan tanda masuk ke istananya pada Ayah dan memintanya untuk membaca tulisan yang ada disana. Pengawal Kerajaan Utama Tingkat 6. Ayah kaget, sementara Dal Hyang dengan bangga mengatakan posisinya saat ini, itu adalah jabatan yang cukup tinggi bukan? Ayah Dal Hyang tidak bisa berkata-kata karena saking kagetnya, dia tidak sangka jika putranya bisa sesukses ini di Han Yang.

Ayah memeluk Dal Hyang dengan bangga dan bertanya siapa dirinya. Dal Hyang pun menjawab “Aku adalah Pak Dal Hyang dari Gangwon-do, Putra dari Park Oh Soo” Ayah pun menangis haru sambil memeluk Dal Hyang saking bahagiannya karena melihat kesuksesan putranya itu.

Ayah kemudian memberikan penghormatan pada Dal Hyang karena ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Pengawal Kerajaan Utama Tingkat 6 dalam hidupnya. Dal Hyang jadi tidak enak dan akhirnya ikut memberi hormat pada sang Ayah. Mereka saling memberi hormat beberapa kali.

Di penjara Mi Ryung meratapi nasibnya, dia mulai menangis dan menjadi frustasi, lama-lama dia bergunam sendiri  dengan wajah yang putus asa dan gugup, “Kami saling mencintai. Aku harus menemuinya. Aku harus menemui Putra Mahkota. Dimana dia? Dia sedang menungguku. Aku harus keluar”

Saat seorang pelayan mengantarkan makanan untuk Mi Ryung di dalam sel, si pelayan tiba-tiba menjerit karena kaget. Petugas penjara masuk dan menemukan Mi Ryung tergantung tali di dalam penjara. Apakah Mi Ryung benar-benar berniat bunuh diri?

Ayah tertawa saat mendengar cerita Dal Hyang tentang pertarungannya dengan Yong Gol Dae yang sedikit dia bumbui untuk membuat Ayahnya semakin senang dan bangga padanya. Saat ceritanya agak sedikit terdesak, seseorang mencari Dal Hyang. Pria itu menyampaikan jika Hyang Sun bunuh diri di penjara. Dal Hyang sangat kaget mendengarnya.

Dal Hyang segera kembali ke penjara dan mendengar cerita tentang aksi bunuh diri Mi Ryung yang sebelumnya terus berkata sendiri bahwa dia harus bertemu dengan Putra Mahkota. Dal Hyang jadi sedikit merasa bersalah karena tidak mengabulkan permintaan Mi Ryung, namun dia lega saat mendengar Mi Ryung tidak meninggal dan saat ini sedang di tangani oleh perawat.

Ketika Dal Hyang akan melihat keadaan Mi Ryung, seorang petugas keluar dari ruangan tempat Mi Ryung di rawat dengan panik dan berkata bahwa telah terjadi pembunuhan. Seorang tahanan membunuh perawat, dia adalah wanita yang baru saja melakukan gantung diri. Dal Hyang syok karena dia tahu wanita itu adalah Mi Ryung.

Bagaimana bisa Mi Ryung membunuh perawat? Saat petugas membawa Mi Ryung ke ruangan itu perawat meminta mereka untuk keluar karena dia harus melepaskan pakaian Mi Ryung untuk mengobatinya. Setelah petugas keluar, perawat bersiap memberikan perawatan dengan jarum akupuntur, tapi…. Tiba-tiba saja mata Mi Ryung terbuka. Ups! Perawat kaget, dan Mi Ryung mengambil jarum di tangan perawat kemudian terbangun dari posisinya. Dia duduk dan menatap perawat sambil melempar senyum mengerikan.

Dal Hyang masuk ke dalam ruangan perawatan dan menemukan perawat yang telah tewas karena di tusuk di bagian yang mematikan. Dal Hyang merasa kesal karena dia kehilangan Mi Ryung. Semua orang pun menjadi rusuh mencari Mi Ryung dan petugas baru menyadari jika ikatan tali bunuh diri Mi Ryung tidak terikat dengan benar, sejak awal dia tidak berniat untuk mati. Dal Hyang semakin kesal dan menyalahkan si petugas, bagaimana dia bisa kehilangan seorang wanita, dia itu adalah saksi yang sangat penting! Petugas malah bertanya pada Dal Hyang, apakah mungkin dia tahu kemana Mi Ryung pergi. Bagaimana mungkin dia tahu… Tapi tunggu… sepertinya ada satu tempat yang terpikirkan oleh Dal Hyang.

Malam sudah sangat larut, Seja tidak bisa juga tidur. Dia gelisah dan mengubah posisi tidurnya beberapa kali hingga akhirnya memutuskan untuk bangkit dan terduduk. Dia memikirkan sesuatu, dia tidak bisa seperti ini terus.

Seja berjalan menuju  ruangan Sejabin sambil mebawa lilin. Namun tentu saja si pemilik ruangan tak ada disana karena dia sedang berada di kuil. Seja terus berjalan dan menatap bantalan kursi tempat Sejabin duduk untuk membaca bukunya dan berbicara dengan orang-orang yang menemuinya. Seja menyimpan lilin yang dia bawa di meja yang di depan tempat itu dan menatap nya semakin intens seolah sedang membayangkan Sejabin yang biasa duduk disana.

Kasim Koo melihat Seja dan merasa heran mengapa Seja ada disana. Kasim Koo mengatakan jika Sejabin akan kembali besok. Tentu saja Seja tahu itu dan dia malah berkata,  “Kenapa besok rasanya lama sekali?”

Kasim Koo merasa bingung dan hanya bisa bertanya, “Apa?”

Seja tidak menjawab dan kembali berkata, “Apa saja yang kulakukan selama ini?” Seja tidak mengalihkan pandangannya dari tempat duduk Sejabin. Semantara Kasim Koo semakin bingung dan terus merasa bingung dengan semua perkataan Seja yang sesungguhnya menunjukkan penyesalan mendalam .

“Aku membuang-buang begitu banyak waktu. Bagaimana aku bisa melakukannya?” Seja kemudian tersenyum kecil dengan masih menatap tempat Sejabin biasa duduk. Kini Seja menyadari semua kebodohannya karena telah menyia-nyiakan waktu dengan tidak memperhatikan Sejabin selama 5 tahun ini.

Kemudian Seja mendapatkan sebuah ide. Seja akhirnya menoleh pada Kasim Koo dan berkata, “Aku harus keluar. Apa yang bisa aku jadikan alasan?” Kasim Koo makin bingung apa maksudnya itu?

Ayah Dal Hyang sudah setengah mabuk, Pan Se menyarankan agar dia tidur karena udara semakin dingin. Seorang wanita datang untuk memberikan botol minuman dan berkata itu adalah dari Tuan Heo Seung Po. Pan Se menerimanya dengan senang. Ayah bertanya siapa itu Heo Seung Po? Akh… dia seorang bangsawa pecinta alkohol. Dia adalah teman Tuan Dal Hyang.

Ayah langsung bersikap protektif, Dal Hyang punya teman? Seperti apa keluarganya? Pan Se berkata, Heo Seung Po adalah putra dari Tuan Heo, Jendral Utama tingkat dua. Ayah Dal Hyang langsung syok mendengarnya, “Putra dari Jenderal Utama Tingkat 2 adalah teman putraku?” Pan Se makin membanggakan Dal Hyang bukan itu saja, Tuannya juga berteman dengan Seja Jooha. Ayah Dal Hyang langsung menangis saking bahagianya. Ternyata Putranya itu benar-benar sukses.

Dal Hyang pergi ke istana tempat tinggal Seja, dia bertemu dengan Kasim Koo  yang bertanya mengapa Dal Hyang datang kesana padahal malam sudah sangat larut? Terjadi sesuatu, Dal Hyang memberitahukan kaburnya Mi Ryung dari penjara. Kasim Koo kaget, bagaimana bisa itu terjadi? Dal Hyang tidak sempat menjelaskannya, Mi Ryung terus berkata ingin menemui Seja, jadi Dal Hyang yakin dia pergi ke Istana, apakah semuanya baik-baik saja?

Kasim Koo masih bingung dan berkata bahwa Seja pergi keluar. Kemana? Seja tidak mengatakannya. Dal Hyang memikirkan sebuah kemungkinan, apakah Seja menerima pesan Mi Ryung? Kasim Koo tidak yakin tentang hal itu. Yang terpenting sekarang adalah menemukan dimana Seja berada, karena bisa jadi Seja dalam bahaya. Mi Ryung itu wanita tidak waras, dia bisa melakukan apa saja.

Setelah Dal Hyang pergi, Kasim Koo langsung berlari masuk ke dalam dan berbicara dengan Kasim satunya. Mereka harus menemukan Seja, ada pengawal yang menyertai kepergiannya kan? Kasim Koo meminta untuk mencari tahu kemana mereka pergi dengan segara.

Seorang petugas melaporkan pada Kim Ja Jum yang berada di penjara tentang kaburnya Mi Ryung. Awalnya Kim Ja Jum kaget, namun kemudian dia merasa takjub akan hal ini. “Wanita itu sudah menjadi gila karena kehilangan kesempatan untuk menjadi Sejabin. Dia sedang berada di atas angin. Siapa yang akan menang melawan wanita gila?”  Kim Ja Jum kemudian tertawa, merasa miris.

Dal Hyang keluar dari istana dia bingung harus mencari Mi Ryung kemana, namun dia teringat dia memerlukan sesuatu dan dia pun kembali ke rumah. Dal Hyang meminta Panse untuk membawakan Pedang dan Senjatanya, tak lupa dia bertanya tentang Ayahnya, apakah dia sudah tidur? Panse menjawab jika Ayah Dal Hyang masih minum setelah mendapatkan minuman dari Seung Po.

Dal Hyang awalnya tidak curiga, namun Seung Po dan Min Seo datang ke rumahnya dalam keadaan mabuk, mereka menyapa Dal Hyang yang tidak datang untuk mentraktirnya minum. Lalu melihat botol minuman Seung Po, Dal Hyang jadi khawatir dan mengecek keadaan Ayahnya.

Dan… Sungguh menyedihkan karena Ayah Dal Hyang terduduk dalam posisi tubuh menelungkup di atas meja. Saat Dal Hyang membalikannya, Mulut Ayahnya sudah bersimbah darah dengan mata yang terbuka. Beliau telah tewas karena racun yang ada dalam minuman. Jadi… minuman itu bukan dari Seung Po melainkan dari Mi Ryung.

Seung Po dan Min Seo yang menguikuti Dal Hyang untuk melihat Ayahnya kaget melihat kenyataan Ayah Dal Hyang telah tiada. Pan Se juga tak kalah kagetnya, sementara Dal Hyang hanya bisa menangis meratapi kematian sang Ayah karena ulah Mi Ryung.

Di Kuil tempat peringatan kematian Ratu, Sejabin yang tidur bersama seorang lady tua belum juga bisa tidur. Dia mengingat saat Seja menciumnya tadi siang, perasaannya begitu melambung meskipun masih terngiang kata-kata Seja bahwa dia tidak mengerti perasaannya. Otomatis Sejabin tersenyum begitu saja sambil mengganti posisi tidurnya menghadap pintu.

Sejabin melihat seorang wanita mengendap-ngendap masuk ke dalam kamarnya. Sejabin langsung waspada namun saat melihat wanita itu dengan jelas, ternyata dia adalah Yoon Sanggung. Sejabin menghela nafas lega saat mendengar Yoon Sanggung bertanya padanya apakah Sejabin sudah tidur?

Sejabing langsung duduk dan bertanya ada apa? Yoon Sanggung kemudian membisikan sesuatu yang membuat Sejabin kaget mendengarnya.

Setelah berganti pakaian Sejabin diikuti Yoon Sanggung yang membawakan lampion untuk menerangi jalannya bergegas pergi ke belakang kuil. Seseorang datang dan Sejabin tampak tak sabar untuk menemuinya.

Tentu saja… yang datang adalah Seja yang menanti kedatangan sang istri dengan harap-harap cemas dan tidak sabar, dia terus menoleh kea rah dimana Sejabin akan muncul. Seja tampak gugup namun semua kegugupan itu menghilang saat dia melihat sosok Sejabin  yang langsung menyapannya dengan nada gembira, “Jooha…”

Seja segera mendekati Sejabin dengan langkah tidak sabar dan wajah penuh senyuman. Mereka berhadapan, Seja menatap Sejabin dengan penuh takjub sementara Sejabin terlihat kaget dan bahagia melihat sang suami di hadapannya.
 Sejabin kemudian bertanya, “Apakah kau mampir dalam perjalanan berburu mu? Selarut ini?”

“Itu hanya alasan” jawab Seja masih dengan penuh keyakinan.

“Lalu kenapa…” belum sempat Sejabin menuntaskan pertanyaannya Seja dengan tidak sabar meraihwajah Sejabin dan menciumnya. Sejabin kaget dengan aksi suaminya, namun… lama-lama Sejabin pun memasrahkan dirinya dalam ciuman tersebut dan memejamkan matanya secara perlahan setelah rasa kagetnya menghilang.

Ciuman itu adalah puncak kerinduan Seja terhadap istrinya. Penebusan dosa karena perilaku dinginnya selama 5 tahun ini, dan buah dari penyesalannya karena telah begitu bodoh menyia-menyiakan istri cantiknya selama pernikahan mereka.

Setelah beberepa lama, akhirnya Seja mengakhiri ciuman itu, sejenak mereka masih saling memejamkan mata menikmati sisa sensasi pelepasan kerinduan dari dua hati yang akhirnya di persatukan oleh takdir.

Seja kemudian menatap Sejabin dengan penuh cinta sambil memegang tengkuk sang istri dan bertanya dengan lembut, “Apakah kau ingin tahu mengapa aku melakukan ini?” Sejabin mengangguk meski wajahnya masih tampak blank karena ciuman tiba-tiba Seja.

“Kemarin aku tidak mengerti, namun sekarang aku sudah tahu. Meski begitu aku tidak akan memberitahumu”

“Mengapa tidak?”

Seja menegakan kepala dan memasang wajah sok angkuhnya, “Itu terlalu bodoh. Aku harus tetap menjaga harga diriku sebagai pria” Sejabin tidak berkata apapun, dia hanya menatap Seja dengan mata berbinar.

Seja mengubah ekspresi wajahnya dan memindahkan tangannya dari leher Sejabin menjadi memegang pundaknya dengan lembut “Segera kembalilah Besok. Jangan membuatku menunggu. Aku tidak suka tinggal sendirian di kamarku”

Mendengar perkataan suaminya Sejabin tertawa kecil, “Sekarang Anda membicarakan Kamar Anda? Siapa sekarang yang mengatakannya?”

Seja tersenyum pada istrinya dan berkata, "Maafkan aku… Aku juga menyesalinya. Aku merasa gila karena hal itu” Seja tampak menyesal karena apa yang terjadi tempo hari saat dirinya menolak sang istri.
Sebagai rasa penyesalannya Seja memberikan sebuah kecupan singkat yang spontan pada Sejabin, seolah dia tak rela berpisah dengan Sejabin dan tersenyum menatap sang istri setelahnya

“Sampai bertemu lagi esok hari. Selamat tidur”

Bagaimanapun mereka harus mengakhir  pertemuan malam ini. Dengan tak rela akhirnya Seja melangkan menjauh dari Sejabin, namun baru saja beberapa langkah Seja kembali berbalik dan tersenyum dengan riang pada Sejabin. Sejabin membalas senyum Seja dengan malu-malu. Melihat Seja tidak pergi juga, dengan canggung Sejabin menggunakan gerakan tanganya dengan lembut dan berkata Seja bisa pergi sekarang. Seja mengangguk dan kembali tersenyum pada Sejabin. Ommo… Seja benar-benar terlihat seperti pria jatuh cinta. Aku rasa Sejabin bisa merasakan cinta itu meskipun Seja tidak mengatakannya sekalipun.

Seja kembali berada di samping kudanya. Namun dia menyadari sesuatu. Dimana busur dan anak panahnya yang tadi dia bawa sebagai perlengkapan berburu? Seja bingung dan mencarinya, namun tiba-tiba sebuah anak panah melesat melewati samping kepalannya. Dan jleb! Bunyinya terdengar jelas.

Seja menoleh ke belakang, dada kiri Sejabin telah tertembak oleh anak panah yang baru saja melesat didampingnya. Seja kaget, tentu saja, dia terlihat sangat syok melihat Sejabin yang tampak syok dan kesakitan saat anak panah itu menancap di dadaya.

***

Sigh… Mi Ryung bener-bener delulu yah? Dan ya ampun… dia siluman beneran kek nya… Kok bisa sih dia memalsukan acara bunuh dirinya itu biar bisa kabur? Bener-bener siluman deh… dan lagi… dia kok bisa ada di kuil tempat Seja dan Sejabin ketemu yah? Berarti dia ngintilin Seja pas dia pergi menuju kuil gitu yah? Gilingan… ni cewek psyco abis… setelah semua yang di lakukannya kok dia masih percaya diri kalo Seja itu masih cinta sama dia, ckckck…

Akhirnya… akhirnya… akhirnya Seja menyadari juga kebodohannya karena telah menyia-nyiakan Sejabin selama 5 tahun ini. Suka banget liat Scene pas Seja di kamar Sejabin… Ughh… berasa banget so sweet nya gitu deh >.<

Aku Cuma mikir, seandainya Hyang Sun gak pernah nyamar jadi Mi Ryung mungkin memang Yoon Seo yang akan terpilih jadi Sejabin kali yah, karena setelah Mi Ryung di nyatakan meninggal Yoon Seo yang dipilih untuk menggantikannya tanpa di lakukan pemilihan ulang.

Seja saking gak sabarnya sampe bela-belain nyusulin Sejabin ke Kuil padahal kek nya jarak kuil ke istana lumayan jauh tuh, cieee yang kangen… padahal baru di tinggal bentar aja *belom nyampe sehari kan? Kalo gak salah* Datang-datang langsung maen sosor aja tuh. Tapi tetep deh, Seja jaga gengsi. Harga diri adalah nomor satu, tapi ngakak juga tuh pas langsung ngajakin ngamar hahaha… pake bilang dia gak mau ditinggal lagi sendirian di kamarnya, hellooo... siapa yah yang selama 5 tahun ini ninggalin Sejabin sendirian di kamarnya setiap malam?

Endingnya tapi memang bikin syok tuh! Cape deh itu Mi Ryung… udah bunuh Ayahnya Dal Hyang eeehhh… Sejabin juga jadi Korban… Tapi… itu artinya dia nonton Kiss nya Seja dan Sejabin donk? Ha! Pasti di bakar cemburu berat tuh Mi Ryung, makanya amarahnya meluap dan gak rela Seja bahagia sama istrinya, ckckck… dasar siluman…

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*

4 komentar:

  1. Daebak... Couple banget nih seja dan sejabin. Sejak awal episode, aq sangat suka dengan hubungan mereka.
    Makasih ya, nulis sinopsisnya rinci banget.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Setuju dengan pendapat Mbak Irfa, kalau Hyang Sun gak pernah nyamar juga tetap Yoon Seo.yang terpilih kog, dengan kata lain jodohnya. Sohyun Seja ya emang Yoon Seo. Hahaha. Chemistrynya dapat banget yach

    BalasHapus
  4. sejabin lembut baanget....^^

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^