Senin, 20 Oktober 2014

Samchongsa Episode 9: Immiadiate Execution



Sejabin meminta Seja melepaskannya sebagai Putri Mahkota dengan alasan dia tidak bisa memberinya keturunan selama 5 tahun ini. Jika Seja melakukan itu tak ada yang menyalahkannya. Sejabin merasa dirinya sudah tidak bisa hidup seperti ini, dia merasa tidak memenuhi syarat sebagai putri mahkota.

 
Seja mengingatkan bukankah Sejabin tahu bagaimana hidup seorang wanita yang di lengserkan dari istana? Sejabin tidak peduli, dia hanya berharap setidaknya bisa hidup dengan pria yang mencintainya walau hanya sehari saja. Seja langsung tertohok mendengar hal itu, dia sadar bahwa istrinya itu selama 5 tahun merasa tidak dicintai olehnya, lalu apa yang yang harus dia lakukan saat sekali lagi Sejabin memintanya untuk melepaskannya?

Setelah berpikir sejenak, dengan wajah sedih Seja berkata, “Permohonanmu… Aku tidak bisa mengabulkannya” Sejabin kaget apalagi mendengar alasan mengapa Seja tidak mau mengabulkan permohonannya. Mengapa dia harus mengabulkannya? Demi keuntungan siapa? Apakah Sejabin bermaksud kawin lari dengan pria lain setelah dilengserkan?

“Aku tahu aku bukan suami terbaik, tapi aku tidak bisa membiarkan pria lain mengambil keuntungan dariku”


Seja meminta Sejabin melupakan bahwa percakapan malam ini pernah terjadi.  Sejabin bingung dan berkata Seja juga tahu maksudnya bukan seperti itu.  Seja tidak ingin membahasnya lagi, Seja mengingatkan jika Sejabin juga harus memikirkan keluarganya. Dia sudah dewasa kan? Tidak mungkin dia mengorbankan keluarganya demi kepentingannya sendiri.

Seja merapihkan pakaiannya dan kembali memakai topinya dia meninggalkan Sejabin di kamarnya, namun saat keluar kamar dia baru sadar, jika dia keluar terlalu cepat mereka pasti akan mengatakan sesuatu, para dayang jadi memasang wajah tak enak. Seja berkata sebaiknya mereka jangan memasang wajah seperti itu, dia akan masuk kembali.

Saat kembali ke kamar istrinya, Seja mendapati Sejabin yang sedang termenung, dia kecewa karena Seja tidak memenuhi permohonannya. Seja merasa kasihan pada dirinya sendiri karena tidak punya tempat tujuan. Dia berkata dia akan tinggal disana untuk beberapa waktu lagi. Namun dia sadar jika Sejabin pasti tidak ingin melihatnya, Sejapun memilih untuk menunggu di luar.

Seja pergi ke balkon, dari luar Seja menatap bayangan Sejabin yang masih terdiam dengan wajah sedih dan penuh penyesalan. Seja tidak ingin melakukan hal yang sejauh ini, tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Akhirnya Seja hanya bisa melihat ke arah lain dan mendapati Kasim Kim masih mengawasinya da berdiri di depan kediaman mereka. 

Seja pun menghabiskan waktunya sambil menatap langit malam. Sementara itu Sejabin yang kesal karena Seja menolak mengabulkan permohonannya meminum lebih banyak alkohol, lagi… lagi… dan lagi..

Seja mendengar suara berisik dari dalam kamar Sejabin, bahkan dia melihat bayangan Sejabin berdiri dan keluar dari kamarnya. Dia membuka pintu balkon dan melihat teko arak yang jatuh ke lantai. Apakah istrinya menghabiskan semua alkohol itu? Sejapun mendengar Sanggung bertanya apa yang terjadi pada Sejabin. Ada apa sebenarnya dengan istrinya?

Sejabin keluar dari kediamannya dengan hanya menggunakan pakaian tidurnya, Kasim Koo dan Kasim Kim yang tadinya sedang berbincang kaget dengan tingkah Sejabin yang tampak sangat mabuk. Sejabin bahkan terjatuh saat menuruni tangga, namun dia bangkit kembali dan meneruskan perjalanannya. Sementara Sanggung berlari di belakang Sejabin sambil membawakan Chima dan memangil-manggilnya dengan cemas.

Melihat Kasim Kim di depan kediamannya, Sejabin langsung memanggilnya. Dalam keadaan mabuk, Sejabin meminta Kasim Kim membawanya pada Raja. Kasim Kim dan Kasim Koo masih syok melihat penampilan Sejabin, namun Sanggung langsung menegur mereka dan akhirnya mereka berbalik sementara Sanggung memakaikan Chima pada Sejabin.

Kasim Kim bertanya ada apa Sejabin ingin menemui Raja, lagi pula ini sudah larut. Sejabin merasa dirinya tidak layak menjadi Putri Mahkota. Raja tidak akan pernah melihat cucunya karena tidak ada harapan. Sejabin akan meminta Raja untuk melengserkannya dari jabatan Putri Mahkota.

Semua orang kaget, Kasim Koo dan Kasim Kim sama-sama berbalik pada Sejabin yang Chimanya terlepas lagi saat dia bicara tadi. Sanggung menegur mereka lagi dan akhirnya keduanya kembali berbalik membelakangi Sejabin. 

Kasim Kim bertanya dengan ragu, mengapa Sejabin tiba-tiba berkata seperti itu? Tidak ada pilihan lagi, Seja tidak memperhatikannya, jadi jalan satu-satunya adalah dia akan memohon agar Raja mengeluarkannya dari istana!

Sejabin berjalan melewati Kasim Koo dan Kasim Kim, Sanggung mengikutinya di belakang dan memanggilnya, “Mama… mama.. Mengapa Anda begini?” Sejabin langsung berkata pada Sanggung, “Jangan memanggilku mama… Aku bukan putri mahkota lagi” Sanggung tidak berani membantah. Sejabin tampak frustasi dan berkata dengan berapi-api.

“Aku juga punya nama. Kau tahu namaku? Namaku adalah Yoon Seo. Kang Yoon Seo. Ada masa-masa dimana aku punya nama dan impian. Sekarang aku akan mendapatkan kembali namaku”

Saat Sejabin akan melangkah pergi lebih jauh, Seja datang dan memegang tangannya. Dengan lembut Seja berkata agar mereka kembali ke kamar. Sejabin menolak sambil menepiskan tangan suaminya.


“Lepaskan aku! Kita bukan pasangan suami isteri. Kita tidak bisa mengatakan kita adalah pasangan”

Seja membujuk Sejabin untuk berbicara di dalam saja. Sejabin menolak, dia tidak mau mendengarkan lagi kata-kata Seja yang selalu bercanda dan tidak tulus.

Akhirnya Seja mengambil langkah cepat, dia mengangkat Sejabin ala bridal Style membuat Sanggung dan dua kasim pun kaget melihatnya. Sejabin juga kaget, dan kemudian meronta-ronta minta di lepaskan seperti anak kecil yang tidak mau di gendong ibunya (hahahahah)

Seja berkata pada Kasim, bahwa mereka sudah lama tidak bertemu dan akhirnya banyak minum. Jangan sampai orang lain tahu tentang apa yang terjadi malam ini. 

Kasim Kim bertanya pada Kasim Koo, apakah hal seperti itu sering terjadi di kediaman Seja dan Sejabin? Kasim Koo bingung menjawabnya, karena sebenarnya ini baru pertama kali dia melihat Sejabin mabuk seperti itu hingga Seja harus menggendongnya untuk kembali masuk ke dalam kamar.

Dengan mengabaikan permintaan Sejabin yang meminta diturunkan Seja mengendong Sejabin menuju kamar. Sanggung menjelaskan bahwa ini pertama kalinya Sejabin seperti ini. Seja tidak mendengarkan dan membawa Sejabin yang sudah menyerah dan malah tertidur sambil merangkul lehernya  ke dalam kamar.

Di dalam kamar, dengan hati-hati Seja membaringkan Sejabin yang sudah lelap tertidur. Setelah terbaring, Sejabin membuka matanya sejenak dan melihat Seja dan para dayangnya, kemudian dia kembali terlelap.

Malam semakin larut, Sejabin kembali membuka matanya dan dia melihat Seja yang masih ada di kamarnya, Seja menatapnya, namun tak lama Sejabin kembali terlelap sambil tersenyum kecil. Bahagiakah dia melihat suaminya masih ada di kamarnya? Awww… its Cute >.<

Esoknya, Sejabin terbangun dengan senyuman di wajahnya, namun… dia merasa sakit luar biasa. 

Sejabin tersadar ada yang salah dengan tidurnya semalam, dia melihat sekeliling kamarnya hari sudah sangat terang, dia membuka pintu menuju balkon dan sinar matahari menyambutnya dengan kejam. Ini sudah siang?

Sanggung datang dan menyapanya.  Sejabin bingung dan panik, seharusnya memberi salam pada Raja kan? Sanggung berkata dia sudah mengatakan pada Raja jika Sejabin sedang demam tinggi. Sanggung mempertanyakan kondisi Sejabin, Sanggung sudah meminta dayang membawakan obat untuknya.  Sejabin jadi bingung sendiri apa terjadi sesuatu semalam? Seingatnya dia minum sedikit alkohol dan tidak ingat apapun. Sedikit? Sejabin menghabiskan satu teko alkohol, apakah Sejabin tidak ingat apa yang terjadi.

Perlahan… Sejabin mulai mengingatnya, ciumannya pada Seja, racauannya pada Kasim Kim, lalu Seja datang dan menggendongnya paksa untuk kembali ke kamar. Sejabin ingat semuanya dan merasa kaget. Sanggung bertanya apa yang terjadi semalam, semua orang merasa kaget dengan tindakannya. Meskipun Seja sudah meminta kasim untuk menutup mulut mereka, Sanggung yakin akan ada rumor yang tersebar.

Lalu bagaimana dengan Seja? Dimana dia sekarang? Seja meminta ijin pada Raja untuk pergi ke pemandian air panas. Seja berniat memulihkan kondisi tubuhnya disana dan Raja sudah memberinya ijin khusus. Sejabin tampak sedih saat mendengar Seja pergi ke pemandian air panas, yah... pada akhirnya dia ditinggalkan lagi. Sigh..

Sanggung berkata Seja meninggalkan sebuah surat untuk Sejabin dan mengambilkannya di meja. Sanggung memberikan surat itu pada Sejabin dan memintanya untuk tetap menunggu di dalam kamar hingga obatnya datang.

Setelah Sanggung keluar, Sejabin mulai membaca surat dari suaminya.

Jika kita berada di istana yang sama kita akan diawasi oleh Baginda Raja. Aku akan pergi sebentar jadi kau tidak perlu merasa tertekan. 

Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Ini semua adalah kesalahanku. Tapi...aku tidak bisa mengendalikan diri bahkan jika aku mengakuinya. Mi Ryung adalah sebuah cacat dalam hidupku yang bahkan tidak bisa aku pahami.

5 tahun lalu, setelah memergoki Hyang Sun menceburkan Mi Ryung ke sumur, Seja sangat syok. Menteri Yoon meraung-raung menangis kematian putrinya yang terjatuh ke dalam sumur. Ibu Miryung tampak seperti bukan dirinya karena penyesalan yang berlebihan, dia tidak tahu jika rasa malunya akan membuat putrinya menghadapi kematian dengan cara yang mengenaskan.

Sementara Hyang Sun, antara menyesal dan tidak, sudah diikat sebagai tersangka pembunuhan. Kasim Koo berkata pada Seja, jika masalah ini terungkap Keluarga Menteri Yoon tidak akan diampuni, padahal Menteri Yoon tidak salah apa-apa. Yang salah adalah pelayan keluarga mereka yang selama ini berpura-pura sebagai putrinya. Seja menatap Hyang Sun, gadis yang selama ini dia pikir Mi Ryung, calon istri yang dicintainya. Seja bingung dengan apa yang harus di lakukannya.

Seja meminya pendapat kasim Koo, apa yang harus dia lakukan? Hanya ada satu solusinya. Jika kandidat Putri Mahkota meninggal, semuanya akan di batalkan. Maka Kasim Koo menyarankan agar Seja memberikan perintah agar Mi Ryung membunuh dirinya sendiri.

Maka malam itu juga, di sebuah gudang keluarga Menteri Yoon, Seja menyuruh Mi Ryung untuk membunuh dirinya sendiri. Namun… Seja tampaknya menyesali keputusannya itu. Setiap malam dia dihantui rasa bersalah karena perintah itu dan penyesalan itu tidak menghilang dalam waktu singkat. Selama 5 tahun ini Seja menyesali semua itu.

Seja menuliskan semua itu dalam suratnya pada Sejabin.

Aku minta maaf padamu dan aku memahami perasaanmu. Tapi… aku butuh waktu lebih banyak lagi. Mari kita berikan waktu untuk diri kita masing-masing. Kali ini aku menulis surat ini dengan ketulusanku. Aku bersungguh-sungguh, percayalah.

Sejabin menutup surat dari Seja dan dia memutuskan mempercayai ketulusan surat itu. Setelah membacanya, Sejabin pun tersenyum kecil. Setidaknya Seja sudah menunjukkan ketulusannya dan berniat untuk memperbaiki hubungan mereka meski dia membutuhkan lebih banyak waktu lagi.

15 Hari kemudian

Dal Hyang bersama rombongan utusan China tiba di Anju. Seorang gadis Cina yang menggunakan pakaian pria menatapnya Dal Hyang penuh kekaguman. Dal Hyang merasa risih namun tidak bisa berkata apa-apa. Pan Se mendekatinya dan bertanya dimana mereka sekarang? Dal Hyang berkata mereka berada di Anju dan para utusan akan berada di Anju selama 4 hari. Pan Se sangat senang mendengarnya karena dia sudah merasa sangat lelah.

Dal Hyang kemudian bertanya pada Pan Se, siapa anak yang sedang memperhatikannya itu. Pan Se menatap anak itu, Akh.. gadis itu? Dal Hyang tidak tahu apakah dia anak lelaki atau anak perempuan? Pan Se menebak sepertinya gadis itu anak salah satu pedagang Manchu. Sejak awal dia sudah memperhatikan Dal Hyang sepertinya dia menyukainya. Dal Hyang jadi GR dan berkata itu tidak mungkin.

Gadis itu berbicara dalam bahasa Manchu, Dal Hyang tidak mengerti dan Pan Se berkata bahwa gadis itu berkata bahwa Dal Hyang tampan. Dal Hyang tidak percaya, bagaimana Pan Se bisa tahu? Eits… jangan salah, Pan Se ini memiliki kemampuan memahami beberapa kata dengan mudah. Pan Se menujukan kemampuannya dengan bertanya tentang Nama dan Umur gadis itu.

Namanya Tani dan usianya adalah 15 tahun. Dal Hyang takjub pada kemampuan Pan Se, tidak sangka jika pelayannya itu bisa berkomunikasi dengan orang Manchu. Pan Se berbangga diri, dia memang pintar, mengapa Dal Hyang meremehkannya. 

Dal Hyang melirik Tani lagi, gadis itu masih menatap kagum padanya. Dal Hyang jadi malu-malu dibuatnya, hahaha.

Kim Ja Jum mendengar kabar bahwa Para utusan Dinasti Qing sudah tiba di Anju. Dia memegang sebuah tusuk rambut giok dan membaca daftar petugas yang mengawal utusan. Apakah itu adalah Park Dal Hyang yang ikut menjebaknya yang ikut menjadi pengawal utusan? Kim Ja Jum merasa beruntung, karena semua orang datang sendiri padanya. Hyang Sun dan kini, Yong Gol Dae dan Park Dal Hyang juga.

Apa sebenarnya rencana Kim Ja Jum? Dia hanya akan menciptakan pertikaian internal. Tidak perlu memprovokasi siapapun, hanya perlu duduk sambil menonton mereka saling membunuh. Di mulai dari Park Dal Hyang, ini akan menjadi umpan yang bagus.

Dal Hyang mendatangi ruangan Yong Gol Dae untuk meminta tanda tangan, untuk berkomunikasi dengan penjaga nya, Dal Hyang menunjukkan surat yang perlu di tanda tangani. Dal Hyang pun di persilahkan masuk dan segera menyampaikan maksudnya. Melihat Dal Hyang, Yong Gol Dae tampak senang dan menawarkan arak padanya. Dal Hyang menolak karena sedang bertugas, kemudian  Yong Gol Dae melihat pedang yang di bawa Dal Hyang, Yong Gol Dae mengenali Pedang itu.

Dalam bahasa Manchu dia bertanya bukan kah itu pedang Seja? Dal Hyang tidak mengerti, akhirnya Yong Gol Dae menuliskan pertanyaannya dalam tulisan Hanja, Dal Hyang mengerti maksudnya dan berkata bahwa itu hadiah dari kerajaan. Yong Gol Dae menatap Dal Hyang dengan tatapan meremehkan. Dal Hyang tidak terima dan membela diri bahwa pedang itu benar-benar hadiah, dia tidak mencurinya.

Yong Gol Dae berbicara Dal Hyang tidak butuh pedang bagus dengan kemampuan berpedangnya saat ini, Dal Hyang yang tidak mengerti jadi bingung apa yang sedang dibicarakan Yong Gol Dae. Kemudian Yong Gol Dae menulis kembali di bukunya, “Apa kau mau belajar dariku?” Dal Hyang mencibir kenapa dia harus belajar dari Yong Gol Dae? Melihat gelagat Dal Hyang sang jendral tahu jika dia tampak enggan. Yong Gol Dae pun bertanya bukan kah Dal Hyang ingin mengalahkan Seja? saat itu Seja menang karena trik yang dia berikan.

Dal Hyang terdiam, berpikir sejenak dan Yong Gol Dae menulis, ya sudah jika Dal Hyang tidak mau. Dal Hyang segera mengambil kuas dan menulis di buku Yong Gol Dae, “Kapan?” hahahah. Yong Gol Dae tersenyum dan menyuruh Dal Hyang untuk datang kembali ke ruangannya setelah pesta berakhir (tentu saja dengan tulisan) Sebelum meninggalkan ruangan Yong Gol Dae, Dal Hyang tersenyum kecil. Hwaaah.. kapan lagi dia mendapat kesempatan belajar pedang dari seorang Jenderal  >.<

Pesta penyambutan utusan pun di mulai. Kim Ja Jum datang dan melihat Dal Hyang. Dia menyapanya dan berkata artinya Dal Hyang sudah menyelesaikan masa tahannya yah? Dal Hyang tampak lelah, Kim Ja Jum berkata agar Dal Hyang bekerja dengan baik.

Kim Ja Jum masuk dan dikenalkan pada Yong Gol Dae oleh gubernur Anju. Mendengar bahwa yang datang adalah Kim Ja Jum, Yong Gol Dae langsung waspada dan berkata pada wakil Jenderalnya bahwa mereka sebaiknya tidak terlibat dengannya karena dia adalah orang yang pandai membuat rencana.

Seorang prajurit Cina datang memberi tahu Yong Gol Dae jika ada orang yang mencarinya. Siapa? Si Prajurit membisikannya dan Yong Gol Dae tampak kaget. Dia menatap Kim Ja Jum, sementara Kim Ja Jum tampak tenang karena rencana nya sudah mulai di laksanakan.

Siapa kah yang datang? Dia adalah Mi Ryung. Sebelum kedatangannya Yong Gol Dae sudah berwaspada, dia bahkan sempat meminum arak untuk menghilangkan kegelisahannya. Mi Ryung menyapa Yong Gol Dae, sudah lama mereka tidak bertemu. Tentu saja, setelah Mi Ryung kabur mereka tak bertemu lagi, apakah Mi Ryung masih bekerja untuk Kim Ja Jum? Begitulah, dia sebenarnya sudah mencoba untuk lari, tapi tertangkap lagi. Mi Ryung datang untuk melaksanakan perintahnya.

Memang nya apa Perinta Kim Ja Jum? Dengan tenang Mi Ryung berkata, Kim Ja Jum memintanya untuk memberinya obat. Yong Gol Dae bingung, namun dia menatap arak yang baru saja di minumnya dan dia merasa pusing, pandangannya mulai mengabur, apa yang sebenarnya di berikan Mi Ryung padanya? Mi Ryung meminta Yong Gol Dae duduk karena dia ingin memberitahu identitas Park Dal Hyang yang sebenarnya.

Mi Ryung keluar dari ruangan Yong Gol Dae, memberikan pandangan menggodanya pada dua prajurit Cina yang menjaga ruangan Yong Gol Dae. Dia melenggang pergi dan tersenyum puas. Rencanannya telah berhasil di jalankan.

Prajurit curiga dan mengecek kondisi Yong Gol Dae. Jenderal mereka sedang duduk di kursinya, tampak cemas dan gelisah, saat mereka bertanya keadananya, Yong Gol Dae malah memberi perintah untuk memanggil Park Dal Hyang dan meninggalkan mereka berdua setelahnya.

Dal Hyang di panggil ke ruangan Yong Gol Dae, dia bingung karena sebelumnya mereka janji bertemu setelah pesta berakhir. Tapi Dal Hyang tidak punya pilihan, dia pergi ke ruangan Yong Gol Dae dan merasa heran karena tidak ada penjaga di depan ruangan itu.

Saat masuk Dal Hyang dan mendapati Yong Gol Dae sedang berdiri di dekat rak penyimpanan pedang. Dengan PD dia berkata, jika Yong Gol Dae memaksa dia akan belajar padanya, sebenarnya dia tidak punya kesempatan untuk belajar dari seorang jenderal, jadi dia tidak bisa melewatkan kesempatan itu.

Yong Gol Dae berbalik dan segera  menghunuskan pedangnya. Dal Hyang bingung, apakah mereka langsung latihan? Dia bahkan belum sempat pemanasan. Yong Gol Dae tidak menjawab dang malah langsung menyerang Dal Hyang.

Tentu saja ini membuat Dal Hyang sangat kaget dan bingung karena dia langsung di serang. Bukan kah ini terlalu keras untuk sebuah latihan? Tapi bagi Yong Gol Dae ini bukan latihan, entah apa Mi Ryung katakan pada Yong Gol Dae tentang Dal Hyang, yang jelas yang ada di otaknya saat ini adalah menyerang dan menghabisi Dal Hyang secepatnya.

Dal Hyang panik, apakah Yong Gol Dae mabuk? Karena kemampuannya yang terbatas, Dal Hyang tersungkur setelah pedangnya disingkirkan Yong Gol Dae, dan akhirnya Yong Gol Dae memberikan serangan terakhirnya hingga membuat wajahnya berlumuran darah.

Seung Po dan Min Seo tiba di Anju, Pan Se kaget melihat mereka berdua yang tampak panik dan cemas. Seung Po bertanya dimana Yong Gol Dae pada Pan Se, dia ada di pesta memangnya ada apa? Seung Po tidak menjawab dan mereka  langsung menerobos masuk saat penjaga tidak mengijinkannya.

Terjadi keributan di dalam, apa yang terjadi? Gubenur Anju dan Wakil Jenderal pun panik dan pergi menuju ruangan Yong Gol Dae. Min Seo dan Seung Po langsung pergi ke sana dan dicegat oleh perugas. Mereka berkata itu adalah kasus pembunuhan, Min Seo tidak menggubris dan menerobos masuk, diikuti oleh Seung Po.

Tiba disana, mereka melihat Wakil Jenderal sedang mencoba membangunkan Yong Gol Dae dan Seung Po melihat sesosok mayat tanpa kepala. Apa yang sebenarnya terjadi? Seung Po bertanya pada petugas, siapa mayat tanpa kepala itu. Petugas berkata, dia adalah Park Dal Hyang. Min Seo dan Seung Po langsung kaget mendengarnya.

5 Hari Sebelum Insiden

Seja sedang berlatih memanah di pemandian air panas tempat dia menyembuhkan diri.

Tiga orang pejabat datang dan berkata bahwa mereka di suruh Raja untuk menjemputnya. Raja ingin segera bertemu dengan Seja, ada hal penting yang harus Raja katakan pada Seja. Hal penting apakah itu? Apakah terjadi sesuatu yang besar? Mereka juga tidak tahu, Raja ingin langsung mengatakannya pada Seja.

Seja kembali ke Istana, sebelum menemui Ayahnya, Seja bertanya pada Kasim Kim, ada urusan penting apa, sehingga Raja memanggilnya segera kembali. Kasim Kim gugup, dia bingung mau menjawab apa, akhirnya dia malah mengumumkan kedatangan Seja pada Raja tanpa menjawab pertanyaan Seja.

Raja bertanya apakah kesehatan Seja sudah pulih? Sudah lebih baik sekarang ini. Raja sedikit curiga jangan-jangan kepergian Seja ke pemandian air panas itu bukan untuk memulihkan kesehatannya. Apakah bukan karena hubungannya dengan Sejabin? Seja bingung apa maksudnya itu? Kasim Kim mengatakan pada Raja jika Seja dan Sejabin bertengkar malam itu. Seja tersenyum , mereka tidak bertengkar, hanya bicara saja. Seja tidak tahu mengarap semua orang menganggap mereka bertengkar.

Benarkah begitu? Raja berpikir Seja juga sudah mendengar rumor yang meresahkan itu. Tentang Sejabin dan Yong Gol Dae. Rumor yang meresahkan? Seja sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan Ayahnya.

Raja bercerita, bahwa Putri Jung Myung memberi tahunya jika dia terganggu dengan rumor yang beredar tentang Putri Mahkota dan Yong Gol Dae. Saat Yong Gol Dae menghilang  kabarnya dia tinggal di kuil dan saat itu Putri Mahkota pergi ke kuil untuk mendoakan kesembuhan Seja, tapi itu hanya alasan. Sebenarnya dia datang kesana untuk menemui Yong Gol Dae dan mereka menghabiskan waktu bersama selama di kuil.

Jika di pikir-pikir, rumor itu bukan sesuatu yang tidak berdasar karena Yong Gol Dae tertangkap di dekat kuil. Seja langsung teringat saat Sejabin pergi ke kuil, saat itu dia membantunya mengeluarkan Yong Gol Dae dari istana. Seja tidak menyangka jika masalahnya akan menimbulkan rumor seperti itu. Siapa yang menyebarkan rumor itu?

Apakah karena masalah itu Seja bertengkar dengan Sejabin? Seja sama sekali tidak pernah mendengar hal itu. Mengapa Raja mendengarkan Rumor tak masuk akal itu? Seja berpendapat sepertinya itu hanya ulah orang-orang yang ingin menghina keluarga kerajaan.

Masalahnya rumor itu terlalu spesifik. Apakah Seja tahu apa yang dia dengar? Sejabin memberikan Tusuk Rambut Giok pemberian Ratu pada Yong Gol Dae. Jadi Raja meminta Sejabin untuk memperlihatkan tusuk rambut itu. Raja merasa cemas dan ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri.

Melihat Seja tampak bingung, Raja mengambil kesimpulan jika putranya itu memang tidak tahu menahu tentang rumor itu. Bukan hanya tidak tahu, Seja memastikan itu tidak mungkin terjadi. Siapa yang berani membicarakan tentang perselingkuhan putri mahkota? Seharusnya Raja tidak terpengaruh dengan rumor dari orang-orang yang ingin menghina keluarga kerajaan. Bukannya terpengaruh, Raja hanya ingin memastikan saja. Raja meminta Seja untuk tidak memberitahu Sejabin tentang hal itu, dia tidak ingin harga dirinya hilang di depan sang menantu.

Sejabin sibuk mencari tusuk rambut yang diminta Raja, dia heran mengapa tusuk rambut itu tidak ada. Sanggung juga bingung, padahal mereka sudah menguncinya mengapa bisa hilang. Dayang datang dan mengatakan bahwa Seja telah kembali dari pemandian air panas. Sejabin langsung panik, mengapa sangat tiba-tiba?

Mendengar kabar suaminya telah pulang, Sejabin langsung menyambutnya di luar. Dia menyapa Seja dengan gugup dan bertanya mengapa dia tiba-tiba pulang? Bukannya menjawab, Seja malah langsung bertanya apakah Sejabin kehilangan tusuk rambut itu? Tusuk rambut pemberian Ratu? Sejabin kaget, bagaimana Seja bisa tahu, padahal Seja baru saja datang.

Ini bencana. Seja lansung menarik Sejabin yang bingung dan kaget dengan tingkah suaminya ada apa sebenarnya? Sebelum membawa Sejabin ke kediaman mereka, Seja berkata pada Kasim Koo untuk mencari Seung Po dan Min Seo, Ada misi penting untuk mereka. Kasim Koo bingung dimana dia harus menemukan mereka. Seja juga tidak tahu, karena itulah dia menyuruh kasim Koo untuk mencarinya.

Setibanya di kamar Sejabin merasa bingung bagaimana Seja tahu jika dia kehilangang tusuk rambut itu. Dia sudah merasa aneh karena Raja ingin melihatnya, dan sekarang tusuk rambut itu hilang. Seja berkata pada Sejabin,


“Jangan pernah mengatakan jika kau kehilangan tusuk rambut itu. Begitu kau mengatakannya, maka kau akan dilengserkan”  

Sejabin kaget mendengarnya, apa maksudnya itu?

Seja meminta Sejabin mendengarkannya baik-baik. Seja tahu betapa buruknya kemampuan berbohong Sejabin, tapi kali ini harus berhasil. Jangan berbicara gagap ataupun ragu-ragu. Jika Sejabin melakukannya maka itu akan menjadi akhir dari semuanya. Sejabin langsung ketakutan mendengarnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Min Seo sedang berdoa di kuil dan membuat para nenek dan Ahjuma tidak fokus, hahaha. Kasim Koo datang dan berkata dia membawa pesan penting dari Seja. Setelah mereka di luar, Kasim Koo memberikan surat dari Seja dan bertanya dimana Seung Po berada, dia mencari ke rumahnya, katanya sudah 4 hari tidak pulang.

Seung Po sedang sibuk berjudi di tempat rahasia. Seorang pelayan mengantarkan arak dan berkata ada yang mencarinya. Seung Po langsung sembunyi di bawah meja, menggerutu pada pelayan kenapa dia bilang Seung Po ada di tempat itu? Pintu terbuka, Min Seo yang datang. Seung Po merasa lega dan bertanya mengapa Min Seo mencarinya, dia pikir Min Seo sedang berdoa di kuil. Mereka mendapat masalah.

Min Seo memberikan surat dari Seja dan kaget dibuatnya, dia merasa itu semua tidak masuk akal.

“Kalian harus segera pergi ke Anju. Seseorang menyebarkan rumor tentang Binnie dan Yong Gol Dae. Itu pasti Kim Ja Jum, karena dia tahu... Binnie menyembunyikan Yong Gol Dae di kuil”

Seja berkata pada Sejabin, ini bukan hanya tentang Sejabin, tapi semua hal di pertaruhkan. Jika masalah menjadi lepas kendali, Sejabin yang menyembunyikan Yong Gol Dae untuk dibawa keluar istana pun akan terbongkar maka mereka semua akan mati. Apakah Sejabin mengerti? Masih diliputi rasa kaget dan ketakutannya Sejabin mengangguk.

Sesuai petunjuk Seja, akhirnya Sejabin berbohong di depan Raja tentang Tusuk Rambut itu. Sejabin berkata dia sedang mengirimnya untuk dicuci karena akan dia gunaka pada acara ulang tahun Putri Jun Myung. Sejabin lupa sebelumnya, tapi Tusuk rambut itu akan siap saat acara itu, apakah boleh dia menunjukkannya hari itu saja? Raja tampak tak percaya, tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak ingin menuduh Sejabin secara terang-terangan.

Dengan kebohongan yang dibuat Sejabin di depan Raja mereka jadi punya waktu 15 hari untuk mencari tusuk rambut itu. Tapi masalahnya apakah Raja benar-benar percaya pada perkataan Sejabin?

Ternyata tidak, Raja tetap curiga dan berpikir Seja terlalu naïf dan percaya saja pada kata-kata istrinya. Sejabin pasti hanya sedang mengulur waktu untuk mendapatkan Tusuk Rambut itu kembali dari Yong Gol Dae. Sebagai antisipasi Raja pasti akan mengirim Kasim Kim untuk pergi ke Anju. Seja sudah memprediksi ini, maka dia memberi perintah bahwa Seung Po dan Min Seo harus tiba sebelum Kasim Kim datang ke Anju.

Tusuk rambut itu mungkin sekarang ada ditangan Kim Ja Jum dan dia akan memasukkannya ke dalam barang bawaan Jenderal. Mereka akan melaksanakan rencana ini setelah tim utusan tiba di Anju. Jadi kalian harus menyusul mereka sebelum mereka sampai disana.

Sayangnya Min Seo dan Seung Po terlambat. Utusan sudah tiba di Anju dan rencana Kim Ja Jum sudah di mulai dengan plot pembunuhan Park Dal Hyang oleh Yong Gol Dae.

Yong Gol Dae belum bisa dibangunkan. Seung Po dan Min Seo mengecek apakah benar orang itu Park Dal Hyang? Name tag dan pedang Seja mengkonfirmasi hal itu. Keduanya langsung lemas melihat hal itu. Pan Se datang dan langsung menangis melihat kondisi mayat itu.

Gubernur Anju memerintahkan petugas membawa Seung Po dan Min Seo keluar, tidak! Mereka harus memeriksa identitas mayat itu, tapi Petugas memaksa mereka untuk segera keluar.

Akhirnya Yong Gol Dae bangun dengan muka penuh darah di wajahnya. Apa yang terjadi? Seharusnya Yong Gol Dae yang menjelaskan, apa yang terjadi Park Dal Hyang tewas di ruangannya. Yong Gol Da menatap mayat itu dengan kaget. Apakah benar dia telah membunuh Park Dal Hyang?

Gubernur Anju melapor pada Kim Ja Jum tentang insiden ini, dengan tenang Kim Ja Jum hanya berkata bagaimana bisa ini terjadi. Aha! Padahal di dalam hatinya dia pasti bersorak karena rencananya berjalan lancar.

Pan Se menangisi mayat yang di identifikasi sebagai Park Dal Hyang, Seung Po bertanya pada petugas dimana sisana mayatnya. Mereka kehilangan kepalanya, dan sedang mencarinya di sekitar hutan. Seung Po memaksa Pan Se memastikan apakah itu benar-benar Dal Hyang? Pan Se kan yang paling mengenali dia. Pan Se tidak tahu, apakah itu dia atau bukan. Tapi petugas memastikan itu adalah Park Dal Hyang karena semua orang melihat Park Dal Hyang masuk ke dalam ruangan Yong Gol Dae.

Min Seo menemukan surat pada pakaian mayat itu. Itu adalah surat dari Seja? Seung Po dan Min Seo saling bertatapan, mereka solah paham kemana kasus ini akan dibawa.

Kim Ja Jum datang dan meminta mereka di bawa keluar, Seung Po meronta berkata bahwa semua ini adalah jebakan dia bahkan terang-terangan bertanya apa yang sedang di rencanakan Kim Ja Jum? Petugas membawa paksa mereka keluar, tapi Kim Ja Jum melihat surat yang ada di tangan Min Seo dan menyuruh petugas mengambilnya. Gubernur Anju bertanya siapa sebenarnya mereka? Katanya mereka teman Park Dal Hyang dari Hanyang.

Kim Ja Jum dan Gubernur Anju membaca surat yang ada diambil dari tangan Min Seo. Surat itu ditemukan di tubuh si mayat. Keduanya kaget saat membaca surat tersebut. Itu adalah surat Rahasia dari Seja? Apakah mungkin rumor itu benar?

Perwakilan utusan bertanya apakah Yong Gol Dae benar-benar membunuh Park Dal Hyang? Yong Gol Dae bingung, sementara wakil jenderal membelanya, kenapa dia harus melakukan hal itu? Yong Gol Dae menyentuh wajahnya dan menemukan banyak darah di wajahnya, dia mulai mengingat dan Yong Gol Dae merasa tidak yakin bahwa dia tidak membunuh Park Dal Hyang.

Gubernur Anju datang ke ruangan Yong Gol Dae untuk mencari barang bukti. Wakil Jenderal langsung menghunuskan pedang diikuti prajurit lain, dan berkata agar mereka tidak menyentuh apapun di ruangan itu. Namun Yong Gol Dae menyuruhnya menurunkan pedangnya, jangan membuat masalah ini semakin besar. Penggeledahan pun di mulai, dan tentu saja, karena semuanya sudah di plot, tusuk rambut itu di temukan. Yong Gol Dae saja bingung mengapa ada tusuk rambut diruangannya?

Seja menanti kabar dengan cemas dikamarnya, dan Kasim Koo datang ada seseorang yang membawa pesan dari Anju. Seja menemui orang itu di perpustakaan pribadinya. Yang datang adalah Pan Se, dia memangis sambil berlutut di depan Seja. Dia berkata bahwa Park Dal Hyang tewas. Seja syok mendengarnya, apa yang baru saja Pan Se katakan? Bagaimana bisa?

Sambil menangis Pan Se berkata jika Park Dal Hyang tewas dibunuh musuh, dia di penggal. Seja tak mampu berkata-kata saking syoknya. Kemudian pintu perpustakaan terbuka. Sejabin datang, dan bertanya katanya Seja mendapatkan pesan dari Anju? 

Tanpa bicara, Seja langsung menghalangi Sejabin masuk dan cepat-cepat menutup pintunya. Seja tidak ingin membuat Sejabin khawatir tentang kabar kematian Park Dal Hyang. Dia harus memastikan segalanya dulu. Sejabin kaget dengan sikap Seja, apakah ada sesuatu yang salah?

Seja langsung bertanya tentang surat Seung Po pada Pan Se, dan dia memberikannya. Seja membaca surat itu dengan seksama.

“Masalahnya tidak berjalan lancar disini. Cerita singkatnya Yong Gol Dae dibius dan memenggal kepala Park Dal Hyang. Jadi ini yang terjadi”

Seung Po bercerita dalam suratnya, bahwa Kim Ja Jum lah yang menggagas cerita bahwa Seja menulis surat rahasia pada Dal Hyang tentang Sejabin yang berselingkuh dengan Yong Gol Dae. Raja mendengar rumor itu dan meminta Sejabin menunjukkan tusuk rambut, itulah mengapa Seja mengirim Park Dal Hyang untuk mencari tusuk rambut itu di kamar Yong Gol Dae.

Saat Dal Hyang sedang mencari tusuk rambutnya, Yong Gol Dae datang dan mereka terlibat perkelahian karena Dal Hyang berhasil menemukan tusuk rambut itu. Dalam perkelahian itu, Yong Gol Dae pun membunuh Park Dal Hyang.

Mereka sudah memiliki semua buktinya. Tusuk rambut di ruangan Yong Gol Dae, dan pedang milik Seja yang ada Park Dal Hyang. Itu membuktikan bahwa Park Dal Hyang adalah orang suruhan Seja. Bahkan Kim Ja Jum pun bisa membuktikan bahwa Park Dal Hyang adalah pengikut Putra Mahkota.

Tentus saja, Kim Ja Jum juga mengusulkan untuk tidak melaporkan kasus ini secara resmi. Yang akan mereka katakan adalah Yong Gol Dae membunuh Park Dal Hyang saat dia mabuk, karena masalah ini akan mempermalukan keluarga kerajaan.

Ini adalah skenario terburuk. Park Dal Hyang tewas dan tusuk rambutnya hilang. Jenderal ditangkap. Hal lebih buruk yang bisa terjadi adalah sekarang Yong Gol Dae dan Puteri Mahkota juga tidak akan selamat.

Apa rencana selanjutnya Kim Ja Jum? Dia membujuk Gubernur Anju untuk mengambil keputusan. Mereka harus memberi hukuman mati secara langsung pada Yong Gol Dae. Gubernur cemas ini akan mempengaruhi hubungan Dinasti Qing dan Joseon.

Tidak akan, ini adalah masalah personal Yong Gol Dae, saat dinasti Qing tahu masalah sebenarnya mereka tidak akan berkata apapun meski mereka memberikan hukuman mati pada Yong Gol Dae. Mereka tidak mungkin membawa kasus ini ke Hanyang. Raja dan Seja tidak akan senang mendengarnya. Masalah skandal seperti ini harus diselesaikan dengan diam-diam.

Hukuman mati, itulah yang akhirnya diputuskan Gubernur Anju. Kim Ja Jum mencoba untuk membunuh Yong Gol Dae dengan tuduhan pembunuhan dan perselingkuhan. Dia membuat pembenaran tentang hukuman itu dengan alasan melindungi nama baik Seja.

Seung Po dan Min Seo mencoba menemui Gubernur Anju dan meminta dia melakukan penyelidikan ulang, mereka merasa kasus pembunuhan Park Dal Hyang itu sangat janggal.

Namun Kim Ja Jum datang dan berkata bukan kah seharusnya mereka mengurus mayat teman mereka yang mulai membusuk itu? Seung Po merasa Kim Ja Jum sudah melanggar otoritas pemberian hukuman. Apa? Bukan kah Seung Po dan Min Seo yang melakukan itu? Mereka kini tidak punya jabatan, hanya karena mereka adalah teman Seja, lalu mereka tidak takut apapun? Ini adalah Anju bukan Hanyang!

Hanya ada satu jalan sekarang. Kita harus membuktikan bahwa Park Dal Hyang tidak tewas... dan kasus ini adalah jebakan. Mayatnya mulai membusuk... jadi kami harus menguburnya tanpa pilihan. Tapi kami masih tidak percaya itu adalah mayat Park Dal Hyang. Jika dia mati, tidak perlu menyembunyikan kepalanya. Dia pasti masih hidup di suatu tempat. Hanya saja kita belum menemukannya. 

Aku sedang mencari wanita... yang membius Jenderal. Kita harus menemukannya untuk menyelesaikan kasus ini. Kami tidak memiliki petunjuk mengenainya. Kecuali bahwa namanya adalah "Hyang Sun."

Membaca nama Hyang Sun, Seja langsung tampak sangat marah namun dia menahannya. Siapa lahi Hyang Sun yang bekerja sama dengan Kim Ja Jum, tentu saja Hyang Sun yang dia kenal. Amarah Seja hanya dia lampiaskan pada surat itu, sehingga dia meremasnya dengan kuat sekal. Bagaimanapun Seja tidak bisa menimbulkan keributan dan harus tetap berpikiran tenang untuk mencari solusi dari masalah ini.

Pan Se berpikir, Seja harus ke Anju untuk mencari solusimya. Keadaan disana sangat kacau. Seja pun berpikir demikian. Dia meminta Kasim menyiapkan kuda untuknya, namun Kasim harus kembali ke pemandian Air panas, sehingga Kerajaan akan berpikir bahwa Seja kembali lagi kesana.

Seja keluar menemui Sejabin yang masih tampak kebingungan, apa yang terjadi? Dia mendengar ada orang yang meninggal, siapa dia? Seja merasa prihatin, dia tidak tega mengatakan pada Sejabin tentang berita kematian Park Dal Hyang. Seja akhirnya hanya berkata bahwa dia harus pergi sendiri untuk mencari tusuk rambut itu ke Anju. Dan sebaiknya Sejabin pulang dulu ke rumah orang tuanya agar Raja tidak terus bertanya padanya tentang tusuk rambut itu. Seja tidak yakin Sejabin bisa berbohong untuk kedua kalinya di depan Raja. Seja meminta sanggung untuk mempersiapkan kepergian Sejabin dari istana.

Sejabin menatap kamarnya sebelum pergi. Sanggung memanggilnya sudah waktunya mereka pergi. Sejabin kembali menoleh sekali lagi. Ada yang satu yang tak ingin dia tinggalkan di istana. Sebuah kenangan.

Saat akan menaiki tandu, Sejabin pun menatap kediamannya seolah tak rela untuk pergi, seperti mencari sesuatu yang dia yakini tidak bisa dia lihat sebelum pergi dari istana. Suaminya.

Tapi setelah Sejabin menaiki tandunya, Seja datang dan itu cukup mengagetkan baginya. Seja bertanya padanya, “Apakah kau khawatir?” Sejabin tertunduk dan berkata, “Hamba merasa, ini akan menjadi saat terakhir hamba berada disini” Seja terdiam, dia memahami kecemasan istrinya. Dia juga tidak yakin bagaimana masalah ini akan berakhir.

Namun Seja tersenyum kecil dan berkata, “Bukan kah itu adalah keinginanmu? Untuk keluar dari Istana? Saat kau mabuk, kau terus memintaku untuk membiarkanmu pergi” Sejabin tersenyum pahit mendengar gurauan suaminya, “Anda benar” Namun akhirnya Sejabin tertunduk sedih. Mungkin dia tidak menyangka jika permohonannya akan terkabul dengan cara seperti ini.

Seja kemudian menatap Sejabin dengan serius dan berkata, “Jangan khawatir, keinginanmu tidak akan terkabul” Sejabin menatap Seja yang melanjutkan janjinya pada sang istri, “Kau pasti kembali ke istana, bahkan disaat kau tidak akan ingin kembali” Sejabin terpana mendengar ucapan suaminya, namun belum sempat dia berkata apapun, Seja memerintahkan agar mereka segera berangkat. 

Di dalam tandu, Sejabin berbalik ke belakang, melihat Seja yang tetap berdiri mengantar kepergiannya dengan wajah sedihnya. Sejabin akhirnya memahami Seja, menerima ketulusannya, dia tertawa sambil menangis terharu menyadari hal itu. Bukan dirinya saja yang takut kehilangan Seja, tapi juga sebaliknya. Seja pun sudah memutuskan untuk membuat Sejabin tetap menjadi istrinya, sehingga dia menjanjikan hal itu.

Setelah Sejabin tidak terlihat lagi, Seja pun mempersiapkan diri untuk pergi ke Anju bersama Pan Se. Kasim Koo melepas kepergian Seja dan berkata agar Seja berhati-hati selama di perjalanan. Menteri Choi datang tepat setelah Seja menghilang di tikungan. Dia baru mendengar apa yang sedang terjadi. Dimana Seja sekarang? Kasim Koo memberitahu, bahwa Seja baru saja pergi ke Anju. (Akh… Menteri Choi datengnya telat nih >.<)

Yong Gol Dae digiring untuk dieksekusi, dia mendapatkan lemparan batu dari penduduk Anju karena kejahatannya telah membunuh prajurit Joseon. Setelah di bacakan hukuman yang akan di terimanya, Yong Gol Dae pun dipersiapkan untuk di penggal.

Sementara itu, Dal Hyang terbangun di bawah lantai ruangan Yong Gol Dae, dia bingung mengapa dirinya ada disana, dan dia kaget saat sebuah pedang mengincarnya. Itu adalah No Soo yang datang seolah memastikan apakah Dal Hyang masih hidup atau tidak. Tusukan Pedang pertama No Soo ke bawah lantai ruangan itu bisa dihindari Dal Hyang, namun kemudian No Soo kembali menusukan pedangnya, akan kah Dal Hyang berhasil menghindarinya?

***

Waduh…. Yong Gol Dae dan Dal Hyang sedang dalam kondisi kritis… tapi sih mereka bakal selamat pastinya. Dal Hyang muncul di preview episode 10 dengan sehat walafiat dan Yong Gol Dae ini, di sejarahnya kan bakal jadi temen Seja selama di Cina, berarti dia bakal tetap hidup sampa season 2 kan hehehe^^

Aku suka cara SWnim Song mengemas cerita Samchongsa ini. Karena sejak awal memang berniat mengadaptasi cerita Novel Three Muskteers, aku rasa SWnim Song berhasil melakukannya. Kisah Mi Ryung yang ternyata serakah sejak remaja, sesuai dengan masa lalu Athos dan Milady, dan sekarang kisah kalung berlian dan skandal perselingkuhan Queen Anne  pun di kemas dengan menakjubkan dengan membuat plot perselingkuhan Sejabin dengan Yong Gol Dae dan hilangnya tusuk rambut giok pemberian Ratu.

Jika melihat cerita Three Musketeers, pastinya para Musketeers akan berhasi menyelamatkan Sejabin dari masalah ini, tapi sih tapi…. Itu Mi Ryung ganggu banget di preview episode 10, sok sok bilang dia yang akan jadi Sejabin jika Kang-bin berhasil di lengserkan dari Tahtanya. Ugh… Seja… Pokoknya kau wajib menyelamatkan istrimu! Dia di plot oleh rencana jahat Kim Ja Jum juga karena menolongmu kan >.<

Tapi aku yakin sih, Seja pasti berjuang mati-matian untuk menyelesaikan masalah ini bahkan saat dia harus mendekam di penjara dulu. Mantap kali lah ini, apa kesalahan Seja sampai dia harus di kurung seperti itu. Dia itu Putra Mahkota, kok pada berani sih masukin dia ke penjara, apa mungkin keterlibatan Seja untuk menyelamatkan Yong Gol Dae saat Raja memerintakan membunuhnya ketahuan Raja yah?  Ugh.. gak sabar dengan apa yang akan terjadi di episode 10 >.<

Berharap di episode 10, Seja dan Sejabin akhirnya bertemu kembali yah? Mereka so sweet banget pas pisahan di episode 9. Jadi penasarana bakal seperti apa sikap mereka setelah bertemu lagi. Sekarang ini baik Seja mau pun Sejabin sudah sama-sama saling menyadari bahwa mereka tidak ingin saling kehilangan. Mungkin Seja belum sepenuhnya mencintai Sejabin, namun lambat laun perasaan itu akan berkembang dengan seiiringnya waktu, apalagi saat ini mereka sudah saling menerima satu sama lain^^

Tentang kematian Dal Hyang, itu petugas kepolisian di butakan sama cerita karangan Kim Ja Jum yah? Cuman Seung Po dan Min Seo yang berpikir waras. Satu jika memang itu Park Dal Hyang, mengapa kepalanya harus disembunyikan. Dan saat itu Yong Gol Dae sedang mabuk, lalu kapan dia sempat membuang kepalanya? Yong Gol Dae tidak bisa membantah, karena dia bingung dengan apa yang terjadi.

Yang terakhir, jika cerita karangan Kim Ja Jum itu benar, mengapa tusuk rambutnya masih tersimpan rapi di laci Yong Gol Dae? Akan lebih masuk akal jika tusuk rambut itu ada di tangan Yong Gol Dae secara langsung, atau malah dia sembunyikan di tempat yang tidak terjangkau. Heeuuu…. Kim Ja Jum keterlaluan pinternya menggiring opini publik nih.

Tentang Putri Jun Myung, agak bingung nih aku,,, katanya dia kakak Seja, tapi di sejarahnya Sohyun Seja itu tidak punya kakak. Lalu pas aku nonton pake sub indo Putri Jun Myung disebut sebagai Kakak perempuannya Raja, tapi kok… wajahnya tampak lebih muda dari Raja yah? Hehehe… trus aku sempet baca di Naver, dia itu masih keturunan Gwanghee-gun yang tetap mendapatkan gelar putri dan diijinkan tinggal di Istana. Bingung nih mana yang bener, moga aja ntar dia muncul lagi, soalnya kan Sejabin bilang dia akan menunjukkan tusuk rambutnya pada Raja di hari ulang tahun Putri Jun Myung^^

Yang jadi Tani, imut yah? Keknya dia 100 % terpesona pada Dal Hyang hahaha. Dan melihat Preview episode 10, aku rasa Tani ini bukan sekedar gadis yang naksir Dal Hyang, dia tampaknya tahu sesuatu tentang kasus pembunuhan Dal Hyang. Khas SWnim banget sih, dia tidak pernah menyia-nyiakan tiap karakter yang ada di dramanya.

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*


11 komentar:

  1. Tq, Mbak Irfa. Gak bosan2 mengulang scena Sejabin mabuk n perpisahan mereka di Istana.

    BalasHapus
  2. Asli ngakak waktu Sejabin mabuk dan marah2 ke Seja, kalau gak mabuk kan Sejabin pasti gak brani marah2 tuch, kocak abis

    BalasHapus
  3. Wuah....gumapshimnida jeongmal bak irfa....daebak...sw nim song,gak sia2 budget gede drama ini.udah tinggal 2 episode aja nih USai ep 10 tadi malem,humneyo bak irfa!

    BalasHapus
  4. Dalam episode ini tuh jd lihat sisi laen jendral Yong Gol Dae,, Ternyata dia baek jg yaa... Apalagi pas senyum gitu....hehehe
    Btw Fa, kalo mw tw info soal jendral manchu ini dimana ya???
    Soal Tani,ternyata benar tebakan q... Dy pasti punya peran di episode lanjutnya... Stelah lihat spoilernya smalam...
    Kalo scene royal couple sich gak bs dijelaskan dg kata2...
    Langsung download scene perpisahan itu....
    Aihhh.... Makin pnasaran..... Tinggal 2 episode neh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai sory mau tanya. di mana mbak download dramanya? sy dari kemarin2 download gagal mulu

      Hapus
    2. Maaf kalo download full per episode aq gak tw coz q cuma download bagian scene pas pisah itu doank dari youtube. Soalnya pas bagian itu kan ada backsound lgu yg aq suka...
      Baiknya tanya irfa aja...

      Hapus
    3. dramashow.net download disini full, dikorea udah selesai disini langsung ada tapi ga ada subnya, sunya bisa download di subscene.com

      Hapus
    4. tq yach atas infonya

      Hapus
  5. mbak irfa mnta spilor ep 10 donk mbal soal diri qu penasaran bingitz hehehe...gumawo mbak

    BalasHapus
  6. Gomawo mbak irfa...trharu banget liat seja-sejabin...hyyyaaa PDh nemu cewek imut manis lg,jd malu² hahahaa...q nanti eps 10 e mbak,,keep healthy n fight gomawo

    BalasHapus
  7. aku suka sama Tani.. hahaha.. lucu imuuutt dan ngegemesiiiin.. XDDD

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^