Selasa, 14 Oktober 2014

Samchongsa Episode 8: Crown Princess's Wish


Sejabin menanti kedatangan Seja dengan cemas. Sanggung baru sejabin melaporkann jika Seung Po, Min Seo dan Dal Hyang ditangkap karena insiden ini. Sejabin semakin cemas, dan kecemasan itu bertambah saat Tandu yang membawa Seja datang.

Para dayang segera berlutut dan mencemaskan Seja. Sejabin ikut masuk ke ruang perawatan, saat dokter memintanya untuk pergi karena mereka harus melakukan sesuatu untuk mengobati Seja, Sejabin menolak, dan meminta dokter untuk tidak mencemaskannya.



Sejabin sangat khawatir pada Seja, apalagi saat dia melihat seberapa banyak darah yang sudah di keluarkan suaminya karena luka kali ini. Tiba-tiba saja darah memercik pada wajah Sejabin, membuatnya syok kemudian pingsan. Semua orang mencemaskannya.

Setelah beberapa lama, Sejabin terbangun di kamarnya dengan kepala pusing. Sejabin segera bertanya bagaimana keadaan Seja? Sanggung melaporkan jika sekarang Seja sedang tidur, Seja sudah melewati masa kritisnya dan dinyatakan aman.

Tanpa memikirkan kesehatannya, Sejabin terburu-buru masuk ke kamar Seja dan dia melihat seorang perawat sedang mengelap keringatnya. Sejabin meminta perawat itu memberikan handuknya dan perawat itu melakukannya, dan ternyata perawat itu adalah Mi Ryung. Untuk apa dia datang lagi ke istana?

Mi Ryung menatap Sejabin yang terlihat sangat khawatir pada keadaan suaminya. Entah apa yang dipikirkannya saat Sejabin bergunam tentang luka Seja yang belum sembuh dan juga ketika dia menyentuh kening suaminya untuk memastikan dia tidak demam. Apakah Mi Ryung merasa iri padanya? Ataukah malah sebaliknya?

Sejabin merasa Mi Ryung memperhatikannya, dia bertanya mengapa gadis itu menatapnya seperti itu? Kasim memperingatkan Mi Ryung untuk bersikap sopan pada Sejabin dan sebaiknya dia pergi. Tanpa banyak bicara Mi Ryung pun menundukan kepalanya, pamit pergi.

Setelah Mi Ryung keluar dari kamar Seja, Sejabin kemudian teringat dimana dia pernah melihat Mi Ryung, dia bertanya pada kasim apakah gadis tadi perawat istana? Kasim membenarkan. Sejabin langsung keluar untuk mengejar Mi Ryung.

Setelah mengejar cukup lama, akhirnya Sejabin menemukan Mi Ryung di tengah hujan. Sejabin langsung bertanya, “Apakah kau Hyang Sun?” Mi Ryung berbalik dan bertanya bagaimana Sejabin tahu tentang dirinya? Sejabin sudah mendengar tentang Hyang Sun, untuk apalagi dia datang ke istana? Berani sekali. Seharusnya Hyang Sun hidup diam-diam setelah melakukan dosa.

Mi Ryung berkata dia khawatir Seja akan meninggal, lucu sekali… setelah dia mencoba membunuhnya, dia malah kembali dan mengkhawatirkannya. Sejabin bingung apa maksdunya itu? Mi Ryung berkata dialah yang menusuk Seja, tapi Seja membiarkan dia menusuknya, bahkan mengatakan bahwa dia merindukan Mi Ryung setalah dia menusuknya. Sejabin syok mendengarnya, dia mengambil sebuah kesimpulan dari apa yang dikatakan Mi Ryung. Suaminya pasti masih sangat mencintai gadis itu.

Setelah mendengar Seja merindukannya, Mi Ryung memutuskan memaafkannya. Hidup Mi Ryung memang menyedihkan, tapi hidup Sejabin juga tak kalah menyedihkannya. Sejabin punya orang yang dicintai, tapi dia terpaksa harus menikah dan menyandang status istri sebagai gelar saja. Tapi… Mi Ryung tetap merasa iri dengan hidup Sejabin. Dunia ini benar-benar sangat lucu. Sejabin hanya terdiam, karena dia masih sangat syok akibat perkataan Mi Ryung sebelumnya.

Mi Ryung meminta Sejabin melepaskannya, karena dia tidak bisa menjamin apa yang bisa dilakukannya. Sejabin kan sudah tahu tentang dirinya, Mi Ryung tidak dibesarkan seperti Sejabin, jadi Sejabin tidak akan bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan Mi Ryung karena dia lahir dari status yang sangat rendah. Mi Ryung pamit sambil menundukan kepalanya, memberi salam. Dia mendoakan agar Sejabin hidup berbahagia dengan Seja.

Sejabin kembali ke kamar Seja dalam keadaan basah kuyup. Dayang menyarankannya untuk mengganti baju dulu, tapi Sejabin mengabaikannya, dia menatap kosong kea rah suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Kasim dan Dayang pun meninggalkan Sejabin berdua dengan Seja. Sejabin menatap  Seja dan bertanya, “Apa yang Hamba tahu tentang Anda?” Sejabin tampak sangat sedih saat mengatakan hal itu, kesedihan seorang istri karena merasa tidak tahu apapun tentang suaminya.

Dal Hyang di bawa ke penjara, dia langsung disambut Seung Po dan Min Seo bersama tiga orang budak termasuk Pan Se yang tampak senang melihat Dal Hyang. Suasana dalam penjara, sama sekali tidak terlihat menyedihkan, Seung Po malah berkata pada Dal Hyang bahwa pria manapun yang tinggal di Han Yang harus merasakan cincin penjara setidaknya sekali seumur hidup, dengan begitu para gadis akan memperhatikan mereka. Seung Po bahkan menyematkan cincin yang dia dibuat dari rotan yang ada penjara pada Dal Hyang, mereka semua malah tampak sangat menikmati kehidupan di penjara, karena bisa bersantai-santai.

Selama Dal Hyang di penjara, tidak banyak yang dia tahu tentang dunia luar. Jadi dalam jurnalnya dia hanya menulis yang dia dengar dari orang lain.

Menteri Choi meminta bantuan pada Sejabin, saat ini Min Seo, Seung Po bahkan Dal Hyang di penjara, jadi hanya Sejabin satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Seja. Bantuan seperti apakah itu?

Ternyata Menteri Choi meminta Sejabin untuk mengeluarkan Yong Gol Dae dari istana. Saat Sejabin keluar istana, Yong Gol Dae menyamar sebagai biksu. Saat petugas akan memeriksanya karena dia tidak menunjukkan identitasnya, Sejabin menyuruh petugas untuk membiarkannya, dan mengatakan dia adalah biksu yang datang untuk mendo’akan Seja.

Sejabin berhasil membantu Seja mengeluarkan Yong Gol Dae dari istana, sementara itu Menteri Choi membujuk raja untuk membatalkan perintahnya memenggal kepala Yong Gol Dae setelah adanya insiden tentang Kim Ja Jum yang sangat mencurigakan. Menteri Choi juga menyerahkan kertas yang berisi orang-orang yang berjanji setia pada Dinasti Qing, dana berpendapat jika masalah Yong Gol Dae terus berlarut-larut akan semakin banyak orang yang menjanjikan kesetiaannya pada musuh. Jadi lebih baik mereka berdamai dulu dengan musuh.

Berdamai? Raja tampak tak senang mendengarnya, tapi…  hanya cara itu yang bisa menghentikan semua konspirasi yang sedang terjadi di dalam Negara. Satu-satunya jalan untuk menjaga keutuhan Joseon adalah berdamai dengan Yong Gol Dae.

Raja merasa tidak bisa mencabut perintah yang sudah dia katakan di depan rakyatnya. Menteri Choi berpendapat, Rakyat sudah bisa merasakan perhatian Raja dari perintah itu, namun saat ini yang rakyat butuhkan adalah rasa aman, maka akan lebih baik jika mereka menghindari perang dengan Raja membatalkan perinta untuk membunuh Yong Gol Da.

Raja berpikir, mungkin Menteri Choi ada benarnya, namun dia khawatir, karena sampai saat ini Yong Gol Dae belum juga di tangkap, mungkin dia sudah melewati perbatasan dan kembali ke negaranya. Menteri Choi memastikan hal itu tidak mungkin terjadi karena mereka sudah memblokir semua akses untuk keuar dari Joseon.

Para pejabat masih banyak yang berharap agar Raja memenggal Yong Gol Dae, dan akhirnya mereka berdebat dengan pihak yang ingin berdamai. Keadaan menjadi semakin ricuh, hingga akhirnya Raja memutuskan untuk membatalkan perintahnya memenggal kepala Yong Gol Dae. Setelah perintah baru dari Raja keluar, Yong Gol Dae dengan mudah tertangkap seolah memang sudah menunggu untuk di tangkap.   

Dalam sejarah, masalah inipun dianggap sebagai kesalahan penafsiran perintah Raja, dan akhirnya Yong Gol Dae mengalah untuk menghadap Raja di istana. Raja pun menyingkirkan arogansinya dan membalas surat dari Kaisar Dinasti Qing

Seja dan Yong Gol Dae pun bertemu, mereka memutuskan untuk bekerja sama menghindari perang.

Kim Ja Jum kehilangan kepercayaannya dari Raja, setelah menerima kertas dari Menteri Choi, Raja sangat murka pada Kim Ja Jum dan memberinya hukuman dengan menurunkan jabatannya.

Itulah yang Dal Hyang dengar selama dia berada di dalam penjara, dia tak yakin itu benar atau tidak karena dia tidak menyaksikannya sendiri. Namun satu hal yang bisa dia pastikan, karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sejabin mengunjunginya di penjara.

Dal Hyang kaget melihat kedatangan Sejabin, dia berniat membangunkan yang lain namun Sejabin melarangnya dan meminta petugas meninggalkan mereka. Dal Hyang bertanya mengapa Sejabin datang ke penjara? Belum sempat Sejabin menjawab, Dal Hyang langsung bertanya tentang keadaan Seja, yang dijawab semakin membaik oleh Sejabin. Dal Hyang merasa lega mendengarnya.

Sejabin meminta agar Dal Hyang dan Seja saling menjaga jarak, tapi apa yang terjadi? Dal Hyang malah terlibat lagi masalah karena Seja. Dal Hyang tidak menyesal, dia merasa sudah takdirnya untuk bersama mereka, Dal Hyang menatap Seung Po dan yang lainnya. Sejabin juga sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Dal Hyang memberitahu Sejabin jika dia menemukan suratnya  dan dia sudah membakarnya. Sejabin bertanya memangnya siapa yang mengambilnya. Dal Hyang sempat kebingungan, dia tidak ingin mengatakan tentang Mi Ryung pada Sejabin, dia pun berkata yang mengambilnya adalah mata-mata Kim Ja Jum, seorang pria kejam dengan mata satu. Tapi Sejabin tenang saja, dia sudah pergi dari Joseon untuk saat ini. Sejabin diam saja, karena sebenarnya dia tahu ada kemungkinan Hyang Sun lah yang mengambilnya.

Sejabin melihat luka di pipi Dal Hyang, dia meminta Dal Hyang untuk mendekat dan dia pun membersihkan luka di pipi Dal Hyang dengan sapu tangannya, Dal Hyang tersenyum karena hal itu membuat Sejabin bingung. Apakah Dal Hyang bisa tersenyum dalam keadaan ini?

Dal Hyang merasa senang berada di penjara, dia pasti akan menuliskan hari ini dalam jurnalnya, bahwa Sejabin mengunjunginya dan membersikan luka di pipinya. Sejabin berterima kasih karena perkataan Dal Hyang itu. Tadinya dia datang untuk menghibur Dal Hyang, tapi sepertinya malah dia yang merasa terhibur, selama ini tidak pernah ada merasa berterimakasih padanya.

Melihat kesedihan Sejabin, Dal Hyang berkata, “Hamba ingin Anda hidup bahagia” Dal Hyang bersungguh-sungguh dengan perkataannya, dan Sejabin tahu Dal Hyang tulus mendoakan kebahagiannya, yang artinya dia harus bisa hidup bahagia dengan suaminya.

Min Seo terbangun dan menyadari kehadiran Sejabin, dia segera membangunkan yang lain untuk memberi hormat pada Sejabin. Seung Po bertanya mengapa Sejabin sampai datang ke penjara? Sejabin berkata dia datang atas nama Seja dan meminta mereka semua untuk bertahan sebentar lagi.

Sebulan Kemudian

Dal Hyang dan yang lainnya di bawa keluar dari penjara oleh petugas. Awalnya mereka bingung akan di bawa kemana, namun Seung Po mengenali tempat itu, waktu nya mereka menerima hukuman. Seung Po tidak mau masuk dan otomatis ini membuat semuanya bertahan juga untuk tidak masuk, padahal pejabat kepolisian yang sudah menunggu di dalam memerintahkan mereka untuk segera masuk. Dengan sedikit paksaan akhirnya mereka di bawa masuk juga.

Waktunya menerima vonis hukuman. Seung Po dan Min Seo melalaikan tugasnya sebagai pengawal Seja dan menerobos masuk ke kediaman Kim Ja Jum, bahkan tanpa bukti yang kuat mereka membuat kekacauan. Keduanya di beri hukuman, 60 pukulan. Dal Hyang tidak memiliki posisi, namun karena dia menyerahkan diri dia hanya di hukum 20 pukulan.

Dal Hyang merasa lega akan hal itu, tapi dia tidak enak terhadap Seung Po dan Min Seo. Sementara para budak tidak diberi hukuman pukulan karena hanya mengikuti perintah tuannya saja. Seung Po mengeluh, mereka memberi Seung Po dan Min Seo 60 pukulan, apakah mereka ingin membunuh keduanya. Min Seo tidak bisa protes.

Proses hukuman pukul pun segera dilaksanakan, saat ketiganya sudah terikat di tempat hukuman, Dal Hyang bertanya, apakah hukuman pukul itu akan sakit? Min Seo juga tidak tahu, dia tidak pernah mengalaminya, tapi katanya bisa membuat mereka tidak bisa berjalan sementara waktu, Dal Hyang jadi meringis. Seung Po kesal dan memaki Seja, saat ini dia pasti malah sedang tidur

Seung Po mendapatkan giliran pertama, lagi-lagi Seung Po protes tapi tidak di dengarkan. Pukulan pertama, Seung Po menjerit kencang, Min Seo malah sempat-sempat nya bertanya, apakah itu sakit? Hahaha… dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh…. Seung Po terus berteriak kesakitan setiap mendaoat pukulan, Min Seo dan Dal Hyang ikut meringis juga.

Saat akan dilakukan pukulan ke -8, Seja datang dan meminta hukuman untuk di hentikan. Mereka semua melakukan semua itu atas perintah Seja. Dia akan bicara dengan Raja, jadi Seja meminta petugas menunda hukuman mereka. Petugas mengerti dan akhirnya menghentikan hukuman mereka.

Seung Po protes, mengapa hanya dia yang dipukul? Ini sama sekali tidak adil karena Min Seo dan Dal Hyang belum sempat dipukul.  Seja mendengar protes Seung Po dan berkata dia sudah berusaha datang secepatnya setelah terlambat mendengar mereka semua akan dijatuhi hukuman, namun sepertinya Seung Po memang tidak beruntung. Seung Po kesal mendengarnya, Seja malah mengejek agar Seung Po beristirahat, dia akan mengunjunginya nanti, hahaha.

Tandu Seja di bawa mendekati Min Seo dan Dal Hyang. Min Seo bertanya tentang keadaan Seja dan di bala dengan senyuman menandakan Seja sudah baik-baik saja. Seja berterima kasih pada mereka dan menatap mereka dengan bangga. Sebelum pergi, Seja bahkan memberikan kedipan matanya pada Dal Hyang, dan membuat Dal Hyang bangga meski gagal membalsa kedipan mata Seja, haha.

Saat akan keluar dari tempat hukuman, Seja berbalik menatap Dal Hyang dan memikirkan sesuatu. Dia memanggil Kasim Koo dan membisikan sesuatu yang membuat Kasim menatap Dal Hyang. Menyadari dirinya sedang dibicarakan, Dal Hyang pun jadi bingung sendiri, apa yang akan dilakukan Seja pada Dal Hyang?

Saat menghadap Raja, Seja hanya bisa tertunduk mendengar omelan Ayahnya. Raja berusaha tidak marah karena dia tahu Seja sedang dalam masa pemulihan, tapi dia tetap merasa kesal mengapa Seja malah sibuk berjudi saat keadaan Negara sedang kacau. Apa Seja tidak takut pada opini masyarakat? Seja hanya bisa minta maaf. Raja merasa tidak mengenal putranya, padahal selama ini dia bergantung padanya.

Apakah Seja tahu Raja mengalami masa yang sulit karena harus berdamai dengan musuh. Seja berpendapat Ayahnya telah melakukan tindakan benar terhadap Yong Gol Dae. Raja berteriak agar Seja tutup mulut, dia tidak berhak mengatakan hal itu. Raja menganggap Seja hanya pura-pura mengkhawatirkan Negara dengan kata-katanya. Seja hanya bisa menunduk dan melirik menteri Choi (apakah Seja sedang meminta pembelaan? Hahaha)

Menteri Choi kemudian berkata bahwa semua itu salahnya sebagai guru Seja. Kejadian ini sudah membuatnya menyesal dan Seja berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Seja membenarkan kata-kata Menteri Choi bahwa dia sudah menyesal. Seja berjanji dia akan lebih perhatian lagi terhadap masalah politik dan akan belajar lebih giat lagi.

Raja kemudian berpikir, jadi inilah penyebabnya Seja belum juga mendapatkan pewaris? Tadinya dia berpikir ada masalah para Sejabin, tapi ternyata…  ini semua salah Seja karena dia berkeliaran tiap malam untuk berjudi! Seja ingin menyangkal, tapi Raja terus bicara.

Apakah Seja tidak merasa bersalah terhadap Sejabin? Dia masih perhatian padanya dan pergi ke kuil untuk berdo’a. Raja menyuruh Seja mengurusi keluarganya, bagaimana bisa Seja mengurus Negara jika dia tidak bisa mengurus keluarganya sendiri.


 “Jangan datang menghadap padaku hingga ada kabar tentang pewaris” itu adalah perintah Raja. Seja kaget mendengarnya.

Seja ingin protes, karena dia itu tidak bisa dilakukan dengan hanya usaha… tapi… Seja tahu percuma saja protes dengan terpaksa Seja akhirnya berkata, “Ya… Hamba akan melakukan yang terbaik”

“Lakukan yang terbaik! Aku akan mengawasimu” Ancam Raja pada putranya. Seja mengulangi jawabannya meyakinkan Ayahnya bahwa dia akan melakukan yang terbaik, tapi nadanya sama sekali tidak meyakinkan, apakah Seja akan benar-benar melakukan yang terbaik? Wkwkwk

Menteri Choi bertanya tentang para tahanan yang terlibat dalam masalah Seja. Tenang saja, Raja sudah membebaskan mereka semua. Mendengar semua nya telah di bebaskan, Seja sempat-sempat nya tersenyum kecil, padahal tadi wajahnya sangat masa ketika Raja menyinggung masalah pewaris.  Tapi… Raja akan menjauhkan mereka dari Seja supaya Seja tidak lagi melakukan hal yang bodoh.

Dal Hyang dan Min Seo ikut Seung Po pulang ke rumahnya, Seung Po masih meringus kesakitan karena mendapat tujuh pukulan itu. Min Seo berkata seharusnya Seung Po bersyukur karena dia hanya mendapat tujuh pukulan saat Seja datang, bagaimana jika dia sudah mendapatkan 50 pukulan? Seung Po sepertinya tidak bisa membayangkannya, 7 saja sudah sangat sakit.

Istri Seung Po masuk ke dalam ruangan, Dal Hyang langsung memberinya hormat membuat Seung Po dam istrinya juga kaget. Seung Po berkata Dal Hyang tidak perlu melakukan hal itu, tapi kemudian dia berkata, dia harus memberi salam karena itu pertama kalinya Dal Hyang bertemu dengan Ibu Seung Po, Ups! Istri Seung Po terlihat tidak senang sementara Seung Po malah tertawa terbahak-bahak.

Min Seo berkata itu bukan ibunya, tapi istrinya. Dal Hyang kaget dan merasa bersalah, Istri Seung Po sudah keluar karena kesal. Dal Hyang berkata dia melakukan kesalahan besar. Seung Po berkata tidak apa-apa, Dal Hyang hanya bersikap jujur, itulah yang sukai dari Dal Hyang. Min Seo berpikir, sebaiknya Dal Hyang tidak lagi datang ke rumah Seung Po, hihihi..

Pintu kembali terbuka, empat orang anak kecil datang dan memanggil Seung Po dengan sebutan “Aboji” Dal Hyang kaget, dia tidak tahu jika Seung Po punya anak, apakah Seung Po belum sempat cerita. Bagaimanapun dia adalah anak pertama di keluarga Heo, jadi dia tetap menjalankan tugasnya sebagai suami hingga dia memiliki seorang anak lelaki, apakah Dal Hyang tahu betapa bersabarnya Seung Po. Dal Hyang mencoba memahaminya, ckckck

Seorang anak perempuan Seung Po berkata dia ingin memijat sang Ayah, Seung Po bangga dengan anaknya itu dan memanggilnya Bo Hee, anak itu langsung protes karena dia adalah Sung Hee. Seung Po kaget sendiri karena tidak ingat nama anaknya. Dia tidak sangka jika Sung Hee sudah tumbuh besar, Min Seo mengejeknya, agar Seung Po lebih sering pulang ke rumah.

Pan Se datang memberitahu agar Tuannya keluar, Seung Po tidak mau, namun terdengar suara petugas kerajaan yang akan membacakan titah Raja untuk mereka.

Tiba di luar Seung Po, Min Seo, Dal Hyang dan para budak siap mendengarkan titah Raja. Seung Po dan Min Seo di skors dari pekerjaan selama 30 hari. Seung Po merasa dia memang membutuhkan istirahat, dia pun berterimakasih untuk hal itu. Min Seo juga melakukan hal yang sama. Dal Hyang dikembalikan ke tugasnya semual menjadi petugas penjaga utusan Dinasti Qing, dan harus bekerja hari ini juga. Dal Hyang kaget, sekarang juga? Ya! Jika Dal Hyang tidak bergegas, dia akan kehilangan mereka. Dal Hyang mengeluh dia baru saja keluar dari penjara, Min Seo menyarankan Dal Hyang segera pergi, jika tidak dia bisa masuk penjara lagi.

Dengan terpaksa, Dal Hyang pun bergegas pergi, Pan Se berkata Dal Hyang pria yang malang. Seung Po bertanya mengapa Pan Se masih disana? Dal Hyang itu kan tuannya. Pan Se merengek, tapi Seung Po mengusir Pan Se untuk mengikuti Dal Hyang, hahaha…

Untungnya Dal Hyang tiba tepat waktu, rombongan utusan belum pergi. Yong Gol Dae menyapa Dal Hyang dalam bahasa Manchu dan bertanya, apakah Dal Hyang akan melindunginya? Ataukah malah dia yang akan melindungi Dal Hyang? Haha… Yong Gol Dae memberikan kedipan mata pada Dal Hyang, tapi tentu saja Dal Hyang memberikan reaksi berbeda pada kedipan mata Yong Gol Dae, yang malah menggosipkan Dal Hyang dengan wakil jenderalnya.

Apa yang sebenarnya Yong Gol Dae katakan? Dal Hyang tampak kesal dan bergunam, seharusnya Yong Gol Dae berterimakasih padanya, jika bukan karena Dal Hyang dia pasti sudah mati. Hahaha..

Kasim Koo datang menemui Dal Hyang, dia datang untuk menyampaikan sesuatu dari Seja. Kasim Koo memberikan sebuah bungkusan, ternyata isinya pedang. Pedag Seja. Dal Hyang kaget menerimanya, Kasim Koo kemudian memberikan surat Seja untuk Dal Hyang.

“Dasar bocah nakal.  Kau sendiri yang menjanjikan  kesetiaanmu padaku. Kurasa aku tidak punya pilihan selain menerimamu. Gunakan pedang ini hanya untuk kebaikan. Kau tersentuh, 'kan? Aku tahu, aku terlalu luar biasa”

Dal Hyang merasa takjub membaca surat itu, karena sekarang Seja telah mengakuinya. Dia semakin takjub saat membuka pedang yang diberikan Seja dari sarungnya. Benar-benar merasa kagum pada pedang itu.

Kim Ja Jum sedang menerima laporan tentang biaya yang harus di keluarkan untuk menyambut utusan Dinasti Qing yang akan tiba 15 hari lagi, dia sama sekali tidak membaca laporan itu dan memberikan stempelnya. Kim Ja Jum tidak peduli tentang berapa biaya dan acara apapun yang akan digunakan untuk menyambut utusan, dia yakin para bawahannya akan melakukan yang terbaik.

Yang di pikirkan Kim Ja Jum saat ini adalah apa yang harus dia lakukan pada Yong Gol Dae? Kini Yong Gol Dae sudah bekerja sama dengan Seja. Lebih baik jika dia mati saja, seharusnya Kim Ja Jum membunuh Yong Gol Dae saat ada kesempatan.  Seorang pengawal datang menemuinya, berkata jika Kim Ja Jum harus melihat siapa yang ada di luar.

Dia adalah No Soo yang memberanikan diri untuk datang pada Kim Ja Jum memberikannya hadiah. Kim Ja Jum kadung kesal, bagaimana bisa No Soo berani datang padanya setelah apa yang dia dan Hyang Sun lalukan? No Soo bersumpah apa yang terjadi hari itu semuanya adalah ide Hyang Sun dan No Soo bersumpah setelah hari ini, dia tidak akan lagi bekerja sama dengan wanita. Semua wanita sama saja! Kim Ja Jum bingung, dimana sebenarnya Hyang Sun? No Soo datang pada Kim Ja Jum untuk menyerahkan hidup Hyang Sun, dia yang harus memutuskan apakah Hyang Sun layak mati atau tidak.

Seja hendak pergi keluar istana bersama Kasim Koo saat Kasim Kim (Kasim Raja) mencegatnya, bertanya kemana Seja akan pergi? Seja ingin mengunjungi Seung Po dan Min Seo. Kasim Kim kemudian mengingatkan jika Seja sedang di hukum, dan dia datang untuk memastikan apakah Seja bersama Sejabin atau tidak.

Seja tertawa kecil, dia merasa terlalu tua untuk melaporkan kehidupan cintanya pada Raja. Kasim Kim tampak tak peduli dan mengingatkan jika saat ini Raja sangat marah, akan lebih baik jika Seja tidak melanggar perintahnya.

Kasim Koo membisikan, mereka pergi tengah malam saja. Dia akan mengabarkan pada Tuan Heo jika Seja akan datang terlambat. Akhirnya Seja berbalik pasrah dengan kesal.

Baru beberapa langkah Seja akan kembali ke kediamannya, Kasim Kim mengingatkan bahwa Seja harus datang ke kamar Sejabin. Seja berbalik dan menatap Kasim Kim dengan sebal, hahahaha.

Seja berdiri di depan pintu kamar Sejabin, dia tampak berpikir haruskah dia masuk? Setelah beberapa saat akhirnya dia meminta dayang untuk mengumumkan kedatangannya. Setelah pintu di buka Seja masuk saat Sanggung masih membantu Sejabin mempersiapkan tempat tidurnya.

Setelah Sanggung keluar, Seja menyapa Sejabin, “Aku datang. Apakah kau mendengar sesuatu?” Seja tampak gugup dan bingung saat menanyakan hal itu. Sejabin menunduk dan menjawab bahwa dia telah mendengar jika Seja di larang keluar sebelum mereka memiliki anak.

Seja minta maaf karena kemarahan Ayahnya, Sejabin juga jadi kena dampaknya. Seja berkata agar Sejabin tidak mengkhawatirkan masalah itu. Tadinya Seja akan keluar, tapi Kasim Kim mencegatnya, jadi dia akan berada di kamar Sejabin untuk sementara waktu.

Tanpa dipersilahkan Seja langsung duduk di depan meja penuh makanan dan minuman yang sudah di persiapkan. Sejabin pun ikut duduk dan menawarkan arak. Seja menolaknya dan akhirnya Sejabin minta ijin untuk meminum arak itu.

Seja tidak melarang, namun dia kaget saat Sejabin menuangkan arak lagi dan kemudian meminumnya dengan kepayahan. Saat akan meminum gelas ke tiga, Seja mencegah Sejabin untuk meminumnya. “Apa yang kau lakukan? Kau bahkan tidak bisa minum dengan baik”

Sejabin merasa itu lebih baik, karena dia tidak biasa melakukan hal ini. Seja bingung, melakukan apa? Tanpa aba-aba Sejabin menyingkirkan meja, lalu duduk di depan Seja. Dengan gugup Sejabin membuka topi Seja, lalu tali bajunya, kemudian kancing bajunya. Seja diam saja, dia bingung dengan apa yanga dilakukan istrinya.

Saat Sejabin mulai membuka tali dalaman pakaian Seja, akhirnya Seja bertanya, “Apa yang kau lakukan?” Sejabin menjawab dia sedang melaksanakan perintah raja (untuk berusaha memberikan pewaris).

 Sejabin mengambil jeda dan menatap suaminya. Sejabin bercerita bahwa dia bertemu dengan banyak wanita yang mengalami situasi yang sama saat dia pergi ke kuil. Mereka bilang dia harus bersikap seperti Gisaeng (wanita penghibur) di malam hari. Bukan kah… ini yang selalu di lakukan para Gisaeng? Seja tertawa mendengarnya dan sebelum sempat dia menjawab, Sejabin sudah mendekat dan tiba-tiba menciumnya di bibir.

Seja kaget, dia terdiam, namun untuk sesaat matanya hampir saja terpejam. Kemudian… seolah menyadari sesuatu dia segera membebelakan matanya dan mendorong Sejabin. Tentu saja Sejabin tidak menyerah begitu saja, dia kembali mencoba mencium suaminya dengan lebih atraktif, tapi Seja menahannya dengan kuat.

Sejabin tak kalah tangguhnya, dia terus mendekat pada Seja hingga akhinya Seja terjengkang ke tempat tidur dan Sejabin di atasnya, namun Seja masih menahan tangan Sejabin dengan tangannya. Melihat reaksi suaminya, Sejabin akhirnya menangis, dia bertanya, “Apakah Anda sedang menolak Hamba? Hamba adalah istri Anda”

Setelah air matanya jatuh ke wajah Seja, akhirnya Sejabin memutuskan menyerah dan menjauh dari Seja. Dia menangis kemudian. Seja tampak syok, kaget dengan apa yang dilakukan istrinya, dan tampaknya kaget juga dengan reaksi yang dia berikan. Seja menyesal hingga mengusap keningnya, apa yang sudah dia lakukan?

Mendengar Sejabin menangis terisak, dengan tawa riangnya Seja berkata, bahwa itu bukanlah sesuatu yang harus di tangisi. Hanya saja dia merasa caranya tidak benar. Seorang Pria akan kaget saat istri mereka tiba-tiba bersikap berbeda.

“Siapa yang menyuruhmu? Bagaimana mereka bisa meminta seorang Sejabin untuk bertingkah seperti Gisaeng? Mari kita pikirkan cara lain, dan itu adalah PR untuk mu”

Sejabin bahkan tidak peduli dengan apa yang dikatakan Seja tentang mencari cara lain, setelah berusaha meredakan tangisnya, Sejabin kemudian berkata,  

“Anda pasti memberi ciuman perpisahan pada wanita itu. Bagaimana Anda bisa membiarkan dia pergi padahal itu sangat melukai Anda?”

Seja langsung terdiam saat mendengarnya. Dia bangkit dari posisinya dan bertanya apa yang sedang dibicarakan istrinya?

Sejabin menghapus air matanya dan menghadap ke arah Suaminya, “Saat Anda sakit Hyang Sun datang ke istana” Tatapan Seja langsung kosong, saking syoknya mendengar nama Hyang Sun dari mulut sang istri.

Kim Ja Jum bersiap pergi ke suatu tempat, selama di perjalanan dia teringat cerita No Soo tentang Hyang Sun. No Soo bercerita bahwa Hyang Sun berkata dia harus balas dendam pada seorang pria, dan ternyata pria itu adalah Seja. Hyang Sun lah yang menusuk Seja, tapi ini menjadi lucu karena setelah menusuknya, Hyang Sun malah memberikan dokumen milik Kim Ja Jum pada Seja. Kemudian Seja menyuruh mereka untuk pergi jauh meninggalkan Joseon.  No Soo tidak mengerti apa yang terjadi tapi dia memutuskan pergi saja karena takut pada Kim Ja Jum.

Tapi apa yang terjadi? Hyang Sun malah kembali ke istana? Kenapa? No Soo juga tidak mengerti, mungkin Hyang Sun menyesal telah menusuk Seja, siapa yang tahu bagaimana hati wanita. Kim Ja Jum jadi penasaran apa sebenarnya hubungan Hyang Sun dan Seja? Itu lah yang tidak No Soo tahu, akhirnya dia mencari tahu tentang hal itu, dan apakah Kim Ja Jum tahu siapa itu Hyang Sun?

Sejabin berkata pada Seja bahwa dia mendatangi istri Menteri Yoon dan mendengar semua masa lalu Seja tentang Mi Ryung dan Hyang Sun.

“Hamba mengerti sekarang mengapa Anda membenci wanita”

Seja hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya, dia seolah tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

No Soo bercerita pada Kim Ja Jum, tentang masa lalu Hyang Sun. Mi Ryung, putri Menteri Yoon tidaklah secantik yang orang bicarakan. Dia agak pincang dan memeliki cacat mental. Hyang Sun adalah pelayannya, dia cantik dan sangat pandai. Dia seringkali membantu Nona nya untuk melakukan banyak hal, seperti merajut juga memasangkan hiasan rambut. Istri mentari Yoon sangat frustasi melihat putrinya. Dia tidak pernah membawa Mi Ryung keluar karena malu hingga muncul berbagai rumor tentang putrinya.

Suatu hari, Ny. Yoon meminta Hyang Sun memakai baju putrinya dan membawanya ke kuil untuk berdoa. Orang-orang kagum atas kecantikan Hyang Sun tapi tentu saja mereka berpikir itu adalah Mi Ryung putri Menteri Yoon. Dari sanalah semua musibah itu berawal.

Hyang Sun mendengar bahwa Ratu menginginkan Mi Ryung untuk ikut seleksi pemilihan Sejabin. Hyang Sun yang diam-diam mendengar hal itu langsung tersenyum bahagia dan tidak percaya, ternyata penyamarannya berdampak sangat luar biasa.

Ny. Yoon bingung, apa yang harus dia lakukan? Dia ingin jujur tentang keadaan Mi Ryung yang sebenarnya, tapi dia takut akan cemoohan orang. Dan dia harus meninggalkan Han Yang demi menghindari semua itu. Dalam kebingungan Ny.Yoon Hyang Sun langsung menyodorkan diri bahwa dia mau mengikuti pemilihan itu. Banyak calon yang akan mengikutinya, mana mungkin Hyang Sun yang hanya seorang pelayan akan lulus.

Tapi tentu saja itu hanya akal bulus Hyang Sun, dia sengaja memelas agar dia bisa mencapai tujuannya menjadi Sejabin. Ini adalah kesempatan untuknya, tidak mungkin dia menyia-nyiakanya.

Hyang Sun pun di bawa ke istana sebagai Mi Ryung. Hari itulah mereka bertemu. Seja dan Hyang Sun remaja, mereka saling berpandangan dan sepertinya itu adalah cinta pada pandangan pertama. Apalagi saat itu usia mereka masih belia.

Hyang Sun dan Seja berkencan diam-diam selama pemilihan Seja-bin. Seja sering datang ke rumah Menteri Yoon secara diam-diam untuk menemui Hyang Sun yang dia pikir Mi Ryung. Seja sangat berharap Hyang Sun terpilih menjadi Sejabin agar mereka tidak terus bertemu secara diam-diam seperti itu.

Saat seorang pelayan memiliki harapan, maka dia akan berusaha sangat keras. Hyang Sun terpilih sebagai Sejabin atas nama Mi Ryung putri Menteri Yoon. Ratu sangat menyukainya, dan tentu saja Hyang Sun juga beruntung karena Seja mencintainya.

Menteri Yoon yang sedang bertugas ke luar kota kaget mendengar putrinya terpilih untuk menjadi Sejabin. Dia tahu kondisi putrinya dan semakin kaget saat tahu jika orang yang disangka putrinya oleh Raja adalah Hyang Sun, pelayannya.

Menteri Yoon marah besar pada istrinya, apa yang sudah dia lakukan, pelayan mereka terpilih menjadi calon ratu, bagaimana jika Raja tahu yang sebenarnya? Ny. Yoon tidak tahu jika Hyang Sun akan terpilih, dia menyesalkan semua ini dan tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya menteri Yoon memutuskan untuk membawa Mi Ryung ke istana dan mengatakan segalanya. Istrinya memelas agar Menteri Yoon tidak melakukan itu karena itu pasti berdampak buruk pada suaminya.

Hyang Sun yang mendengarkan percakapan majikannya di luar merasa cemas pada posisinya. Tinggal selangkah lagi dia akan menjadi Sejabin, tapi semua akan kacau jika Menteri Yoon mengaku pada Raja. Hyang Sun pun memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan posisinya.

Dengan berani Hyang Sun menerobos tempat majikannya sedang berbicara, dia memelas pada menteri Yoon tidak bisakah mereka menganggap Hyang Sun sebagai Mi Ryung? Ratu sangat menyukainya dan Seja pun mencintainya. Mereka hanya perlu menjauhkan Nona Mi Ryung ke tempat yang agak jauh sehingga Hyang Sun bisa hidup sebagai putri Menteri Yoon.

Bagi menteri Yoon itu sangat tidak masuk akal. Dia menolak ide konyol itu. Bagaimana seorang pelayan berani berpikir seperti itu. Hyang Sun jadi kesal. Menteri Yoon juga selama ini mencampakan Mi Ryung karena merasa malu, dan dia berjanji jika dia pasti akan menempati posisi Sejabin itu.  

“Saya akan menjadi Putri! Saya terpilih atas prestasi saya sendiri! Saya pantas mendapatkan ini. Saya adalah Mi Ryung... yang akan menjadi Putri Mahkota”

Menteri Yoon semakin kesal dengan tingkah Hyang Sung yang berbicara semakin lancang, akhirnua dia tidak bisa menahan diri dan menampar Hyang Sun untuk membuatnya sadar akan kedudukannya sebagai seorang pelayan.

Malam itu Hyang Sun menangisi nasibnya, dan bisikan setan pun sampai di telinganya. Jika Mi Ryung menjadi penghalang untuk mencapai tujuannya, maka Hyang Sun pun melakukan sesuaru pada Agassi nya itu. Hyang Sun mengajak Mi Ryung ke keluar kamar, dia membawanya ke sumur dan dengan isyaratnya dia menyuruh Mi Ryung melongok pada sumur dan seketika, Hyang Sun mendorong Mi Ryung ke dalam sumur.

Hyang Sun juga kaget dengan apa yang telah dia lakukan, apalagi saat dia mendengar suara seseorang yang bertanya padanya, “Apa yang kau lakukan? Apakah barusan kau… mendorongnya ke sumur?” Hyang Sun berbalik, dan Seja ada disana. Seja melihat apa yang baru saja dilakukan Hyang Sun. Mendorong Mi Ryung ke sumur.  (OMG ~o~)

Seja terlihat Syok melihat apa yang baru saja di lakukan wanita yang dia cintai. Ingin tak percaya, namun dia jelas-jelas melihat perbuatan jahatnya. Hyang Sun juga sangat kaget melihat keberadaan Seja disana.

No Soo berkata pada Kim Ja Jum seperti itulah Hyang Sun itu. Setelah kembali dari istana, Hyang Sun bersikap sangat aneh, dia tidak menjawab pertanyaan saat No Soo bertanya kemana mereka harus pergi. Akhirnya No Soo membawanya melewati perbatasan, namun Hyang Sun sakit di tengah perjalanan. Obsesi Hyang Sun terhadap Seja sepertinya belum berakhir, dia tidak mau makan dan minum dan seolah bersiap untuk mati dalam kondisi seperti itu.

Sejabin berkata pada Seja bahwa dia memahami perasaan suaminya. Betapa menyakitkannya masa lalu itu. Sejabin ingin menghibur Seja, tapi Sejabin tidak merasa yakin dia bisa melakukannya. Karena sekeras apapun dia mencoba… tak ada ruang bagi Sejabin. Seja menatap sedih saat sang istri mengatakan hal itu. Tak ada yang bisa dia katakan, dia tahu istrinya benar dan dia sadar selama ini dia juga lah yang tidak menyediakan ruang bagi istrinya.

Sejabin bertanya apakah Seja bisa melakukan sesuatu untuknya? Sejabin telah menolong Seja membawa Yong Gol Dae keluar istana, dia ingin Seja mengabulkan permintaannya sebagai bayaran untuk hal itu. Seja berkata dia akan memutuskan setelah dia mendengar apa permintaan Sejabin.

“Mohon… lepaskan Hamba. Ini sudah 5 tahun, dan Hamba belum memberikan pewaris, seharusnya Hamba sudah diusir dari istana sejak lama. Jika Anda mengeluarkan Hamba dari istana, tidak akan ada yang menyalahkan Anda”

Seja langsung blank mendengar permintaan Sejabin padanya. Apakah Seja sanggup kehilangan Sejabin?

Kim Ja Jum menemui Mi Ryung  yang terbaring lemah di tempat tidur. Mi Ryung tampak sangat menyedihkan karena No Soo bahkan mengikat tangan dan kakinya, mungkin agar Mi Ryung tidak kabur. Dia benar-benar siap untuk mati, tapi… Kim Ja Jum sama sekali tidak berniat membunuhnya. Kim Ja Jum berkata pada Mi Ryung, dia pikir Mi Ryung itu pintar tapi sepertinya dia bodoh. Seharusnya sejak awal Mi Ryung mengatakan rencananya pada Kim Ja Jum. Dengan begitu Kim Ja Jum akan membantu Mi Ryung.

Apakah Mi Ryung sangat ingin hidup bersama Seja? Apakah itu yang selama ini dipikirkannya? Jika memang begitu, Kim Ja Jum akan membantu Mi Ryung. Dia akan menjadikan Mi Ryung Sejabin. Mi Ryung yang masih lemah hanya mengedipkan matanya, entah dia senang atau tidak dengan tawaran Kim Ja Jum tersebut. Tapi tentu saja, tawaran itu sangat menggiurkan, menjadi Sejabin adalah impian yang telah membuat hidupnya hancur, dan kini dia memiliki kesempatan untuk mewujudkannya kembali, haruskah dia menolaknya?

Sejabin tahu, saat dia dipilih menjadi Sejabin dia harus hidup seperti ini (mengabdi pada istana?) Tapi rasanya dia tidak bisa melakukannya lagi. Dia merasa tidak memenuhi syarat. Seja bertanya dengan sedih pada sang istri, “Apakah kau tahu bagaimana hidup wanita yang dikeluarkan dari istana?”

“Hamba tidak peduli lagi. Hamba berharap bisa hidup dengan pria yang mencintai hamba bahkan jika itu hanya satu hari” Sejabin mengatakan hal itu sambil menangis, hingga Seja terlihat sangat pilu mendengar perkataannya.

Sejabin mencoba menghapus air matanya, dan sekali lagi dia meminta dengan serius, “Hamba mohon… Tolong lepaskan Hamba. Itulah pemintaan Hamba”

Seja menatap Sejabin dengan tatapan sedih dan dingin, dia seolah berat untuk melakukan hal itu, tapi sanggupkah dia terus menyakiti hati wanita yang selama 5 tahun ini sudah begitu bersabar menghadapi keegoisannya?

***

Maaf telat banget yah… minggu kemarin sibuk banget, sampe untuk beberapa hari gak bisa pegang Laptop, jadi yah recaps episode 8 nya gak kelar-kelar deh^^

Untuk yang udah nonton episode 9 pasti tahu donk jawaban Seja untuk Permintaan Sejabin itu, akh… pasangan ini memang gemes-gemes gimana gitu sih, Sigh >.<

Di episode 8 ini Seja dapet banyak hater sepertinya hehe, penolakan dia terhadap Sejabin benar-benar membuat banyak orang kesal. Tapi sih tapi aku merasa dia sudah melakukan hal yang tepat. Seja adalah orang yang berprinsip, selama menikah dengan Sejabin, dia tampak tak pernah bermain dengan wanita di luaran ataupun mengunjungi salah satu selir yang sudah dipersiapkan oleh kerajaan. Mungkin dia tampak seperti Pangeran dalam negeri Dongeng, tapi memang seperti itulah karakter Sohyun Seja yang ingin diciptakan SWnim Song.

Seja punya alasan kuat untuk hal itu. Dia memiliki trauma yang cukuo berat karena harus melihat wanita yang dicintainya melakukan kejahatan demi hanya untuk bisa bersamanya. Apakah cintanya harus dibayar dengan sesuatu yang mengerikan seperti itu. Bahkan dia harus memerintahkan wanita yang dicintainya untuk membunuh dirinya sendiri. Selama 5 tahun, Seja menyesali perbuatannya. Perasaannya untuk Mi Ryung  aku rasa bukan lagi cinta, meski dia berkata dia merindukan Hyang Sun.

Aku rasa Mi Ryung  juga menyadari hal itu. Bahwa Seja sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi padanya, namun dia tidak ingin membuat Sejabin hidup dengan tenang disamping suaminya. Apalagi Sejabin sudah tahu tentang dirinya, itulah mengapa dia ingin menunjukkan pada Sejabin bahwa Seja masih mencintai dirinya namun Mi Ryung tetap merasa iri pada kehidupan Sejabin karena dia bisa berada disamping Seja sebagai istrinya.

Setelah tahu bahwa Mi Ryung yang menusuk Seja dan kenyataan bahwa suaminya sama sekali tidak melawan dan malah berkata dia merindukan wanita itu, Sejabin pasti berpikir bahwa sang suami benar-benar tidak bisa menghapus  kenangan cinta pertama dari hatinya, bahkan jika wanita yang menjadi cinta pertamanya itu adalah seorang kriminal.

Kemudian dia mendengar hukuman Raja untuk suaminya, Sejabin berharap Seja akan memberikannya ruang untuk tetap disampingnya jika mereka bisa memenuhi perintah Raja untuk memberikan seorang pewaris, tapi kenyataan Seja malah menolaknya tentu sangat melukai harga dirinya. Itulah mengapa akhirnya dia memohon Seja untuk melepaskannya dari tahta sebagai Sejabin. Mungkin Sejabin berharap agar Seja bisa mengambil wanita lain untuk menjadi istrinya agar Seja bisa memberikan pewaris seperti yang diharapkan Raja.

Aissshh… aku rasa Sejabin benar-benar sudah jatuh cinta pada suaminya kan yah? Saat Sejabin berkata, “Mengapa Anda membiarkannya pergi, jika itu membuat Anda terluka” seolah berkata dia bahkan siap membuat Mi Ryung menjadi selir Seja. Namun tentu saja Mi Ryung adalah wanita terlarang bagi Seja, karena dia seorang budak dan juga kriminal. Tapi… Jika Kim Ja Jum menjadi pendukungnya… Apakah Mi Ryung bisa dengan mudah menjadi Sejabin? jika memang Seja menginginkannya mungkin saja bisa yah... Ugh… cemas banget nih sama langkah Kim Ja Jum, rencana apa yang akan dia lakukan untuk membuat Mi Ryung menjadi Sejabin?

Meskipun ini adalah episode yang menyedihkan untuk Seja dan Sejabin tapi aksi Dal Hyang bersama Min Seo dan Seung Po itu tetap membuatku bisa tertawa terpingkal-pingkal hahaha… apalagi pas Scene mereka mau dipukul wkwkwk. Dan Seung Po yang paling lucu di episode ini, apalagi pas dia mencaci Seja dan protes karena cuman dia yang dipukul haha… sebenernya dia lagi ngeluh tuh kenapa Seja datangnya telat hihihi.

Dal Hyang dan Yong Gol Dae menjadi pasangan baru yang banyak shippernya juga nih kek nya haha… mereka ini yah.. gak bisa berkomunikasi dengan baik karena perbedaan bahasa, tapi tatapan mata mereka itu tampak saling memahami hahaha… apalagi pas Yong Gol Dae kedipin sebelah matanya juga ke Dal Hyang. Di episode ini, Dal Hyang panen kedipan mata yah^^ gak Yong Gol Dae, gak Seja, semua orang menunjukkan kepeduliannya terhadap Dal Hyang^^

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*


4 komentar:

  1. Gumapshimnida jeongmal bak irfa,udah nunggu aja bakal ketawa ngakak lagi nggak baca sinopnya bak irfa,meski udah ngakak dan nangis juga sih waktu nonton(he he), sejabin sangat besar hati...mungkin itulah sebabnya fi sejarahnya fi kemudian hari beliau rela dihukum mati Hanya karena mau mengungkap kebenaran dr kematian sohyun seja...cinta sejati tuh..gak peduli tahta...beda mungkin sama istri sado seja....jalan cinta mereka ...benar2 mengharukan hiks2..meski dibuat kocak juga fi drama ini,maaf kepanjangan komennya bak irfa...keep healty and writing,humneyo!

    BalasHapus
  2. mbak irfa akhirnya,thanks berbolak-balik deh buat embak :)
    gumawo onnie 4 sinopsi nya chayo... (Y)

    BalasHapus
  3. aigooo...kata" sejabin d'akhir eps tuh bikin aqu bener" terharu bgt sampe nangis :(
    seja-sejabin emanx bikin aqu galau setiap minggu'y ^^
    cayo...mba irfa tinggal 3 eps lg neh d'tunggu bgt recap'y :D

    BY :
    Nada silviah

    BalasHapus
  4. Sejabin ini tipe wnita yg plos dan baik ya. Dia kyknya tdk tau intrik poltik krjaan.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^