Jumat, 25 Oktober 2013

[Sinopsis] Good Doctor Episode 18 part 1



 
Kim Do Han memasuki Ruang operasi Joon Yeong, dia bersiap untuk melakukan operasi putra dari WaPresdir Kang itu. Di ruang pemantau Operasi, WaPresdir Kang sedang memperhatikan aksinya. Kim Do Han merasa yakin operasi ini akan berhasil. Namun Kim Do Han melupakan satu hal, luka yang dideritanya.

Kim Do Han tumbang karena luka nya meradang. Yoon Seo dan yang lainnya kaget. Kondisi Kim Do Han semakin memburuk, Wapresdir Kang yang menonton di atas, jadi cemas dengan kondisi putranya. Yoon Seo meminta Hong Kil Nam untuk membawa Kim Do Han keluar ruangan. Tapi Kim Do Han menolak.


Kim Do Han memberikan intruksi, agar Yoon Seo mengambil alih operasi. Dia menjadikan Jin Wook sebagai asisten utama dan meminta Shi On untuk melihat letak masalah pada tubuh Joon Yeong. Kim Do Han meminta para tim pediatric menjadi mata dan tangannya dalam menjalankan operasi ini. Dia tidak akan keluar dari ruangan operasi.

Operasi pun tetap berlangsung dengan lancar dengan intruksi Kim Do Han yang meminta Yoon Seo untuk melakukan laparotomi dengan hati-hati. Meskipun ada Adhesi usus yang terjadi dengan serius, Yoon Seo dapat mengatasinya dengan bantuan Jin Wook dan Shi On serta dokter lainnya.

Yoon Seo berhasil memasang kateternya dengan baik, karena berhasil menemukan kantung empedu tanpa merusak organ lainnya. Dengan saran Park Shi On, mereka pun melakukan  jahitan puse string dua kali dan tunneling. Operasi pun Selesai. Yoon Seo meminta Jin Wook untuk membereskan sisa jahitannya.

Kim Do Han merasa bangga, karena Yoon Seo telah melakukannya dengan sangat baik. Menurutnya, Yoon Seo bahkan melakukannya lebih baik dari darinya.

WaPresdir Kang menemui Kim Do Han yang sedang menahan kesakitannya di ruang istirahat. Dia berkata pada Kim Do Han, meskipun operasinya berhasil, tapi itu bukan operasi yang sempurna.

Kim Do Han mengakui itu, jika WaPresdir Kang melihatnya dari permukaan saja memang akan terlihat seperti itu. Kim Do Han merasa yakin operasi itu akan berhasil dilakukan.

Kim Do Han mengeluarkan bola yang pertama kali dipukul Joon Yeong yang diberikan padanya. Kim Do Han melakukan operasi sambil menyimpan bola itu di kantung bajunya, dan terus memikirkan Joon Yeong karena bola itu. Itlah sebabnya dia tidak bisa keluar dari ruang operasi.

Dia dan Tim pediatri, masuk ke ruang operasi demi masa depan sang anak 10 tahun atau 20 tahun ke depan. Kecuali mereka menyerah pada masa depan anak-anak, tak ada alasa bagi mereka untuk tidak melakukan operasinya. Mendengar perkataan Kim Do Han, WaPresdir Kang tertegun.

Yoon Seo mengobati luka Kim Do Han sambil mengomel, karena Kim Do Han tidak mau diam. Yoon Seo heran mengapa seorang ahli bedah seperti Profesornya itu membiarkan lukanya meradanh seperti itu, apakah Kim Do Han tidak malu? Kim Do Han meminta Yoon Seo untuk tidak bicara dan obati saja lukanya.

Kim Do Han mendapatkan luka itu karena menyelamatkan pasien lukanya memburuk dan Kim Do Han kolaps, dan,,, dia adalah seorang ahli bedah. Memangnya dia pikir siapa dirinya itu? Ironman? Bahkan tubuh seorang Ironman pun adalah daging.

Kim Do Han kesal karena Yoon Seo benar-benar banyak bicara. Yoon Seo menyarankan agar Ki  Do Han pulang dan beristirahat jika tidak ingin dioperasi. Apakah Kim Do Han ingin kolaps lagi? Jika tetap keras kepala, dia hanya akan menjadi gangguan saja. Yoon Seo pun menekan luka Kim Do Han agak keras, membuat profesornya itu agak kesakitan.

Yoon Seo tertawa kecil, dan Kim Do Han tahu benar. Hobae itu sangat mencemaskan dirinya. Apakah dia harus benar-benar istirahat di rumah?

Shin On berlari-lari menuju kamar Ayahnya di rawat, disana sudah ada Ibu dan Direktur Choi. Shi On sangat cemas apalagi setelah mendengarkan penjelasan direktur choi bahwa Kondisinya memburuk, sebentar lagi ayahnya tidak akan bisa bergerak. Dokter menyarankan agar Shi On sering-sering berkunjung, karena tak banyak lagi waktu yang tersisa.

Di luar kamar Ayahnya, Ibunya berkata sebaiknya Ibu dan Ayahnya pulang saja ke Tae Bak. Tak ada yang bisa dilakukan lagi oleh para dokter di RS. Ibu merasa mereka hanya merepotkan Shi On dan Direktur Choi saja.

Shi On melarang, “Tidak, ibu tak boleh pergi. Jika hanya ibu dan ayah saja, ayah bisa memukulmu lagi, ibu” Ayahnya bahkan akan sulit bergerak, jadi dia tak akan bisa memukul ibunya lagi. Shi On tetap melarang. “Tidak boleh. Tetap saja tidak boleh” Shi On kemudian pergi meninggalkan ibunya.

Menurut Yoon Seo, yang dilakukan Shi On sudah benar. Dia ingin Ayahnya di rawat dan dia juga sangat memikirkan ibunya. Tapi Shi On merasa kedua orang tuanya sangat menyedihkan.

“Ayah yang harus hidup sendirian setelah Ibu pergi tampak menyedihkan, Dan Ibu yang melarikan diri setelah dipukuli oleh ayah juga menyedihkan”

Tapi karena Shi On merasa kasihan pada mereka, dia malah merasa marah. Sangat marah. Kenapa Shi On merasa sangat marah?

“Jika mereka membuangku dan hidup tanpaku selama 20 tahun, Bukankah seharusnya mereka bahagia? Jika mereka hidup tanpa anak cacat sepertiku,... Bukankah seharusnya mereka hidup dengan lebih nyaman?”

Yoon Seo jadi mencemaskan Shi On karena pendapatnya itu. Namun sebelum sempat Yoon Seo menyela Shi On, dia kembali meracau. “Mereka tampak seperti orang idiot yang sebenarnya. Ibu dan Ayahku”

Yoon Seo merasa senang karena Shi On sudah bisa mengungkapkan kemarahannya. Karena dengan begitu, Shi On tampak bisa diandalkan. Sekarang, Shi On sudah memiliki kekuatan untuk menjaga orang tuanya. Mereka bisa mengandalkannya saat ini.

PresDir Lee dan Chae Kyung sedang meminta bantuan pada salah seorang Presdir perusahaan yang dulunya menjadi donatur RS. Presdir itu meminta maaf karena tidak bisa membantu, dia beralasan tidak ada dana cadangan untuk saat ini. Dia sadar dia harus membayar hutang budinya pada Almarhum Presdir Yoo (Ayah Chae Kyung) tapi saat ini, dia benar-benar tidak bisa membantu.

Setelah Presdir itu pergi, Chae Kyung menjadi sangat kesal. Dia tahu benar keuangan perusahaan itu, tapi dia bilang tidak punya dana cadangan? Presdir Lee mencoba menengkan Chae Kyung, dan memintanya melupakan hal ini. Tapi Chae Kyung masih geram, apalagi dia tahu benar, Ayahnya lah yang membantu Presdir yang tadi saat 20 tahun lalu, dia berada di ambang kebangkrutan.

Presdir Lee berkata, tidak ada yang bisa disalahkan. Semuanya adalah salahnya. Presdir menatap Chae Kyung dengan penuh sayang, lalu berkatam “Chae Kyung-a… Terima kasih sudah berada di sisiku” Chae Kyung tak berkata apapun. Dia sepertinya cukup terharu karena ibu tirinya begitu kuat menghadapi masalah ini.

Yoon Seo menyerahkan video salah satu operasi yang diminta dr. Go. Sepertinya dr. Go sedang berusaha untuk mendekatkan diri dengan anak buahnya. Dia pun berkata, “Kudengar operasimu sangat mengesankan” Yoon Seo jadi bingung sendiri.

Dr. Go tahu tidak mudah menjadi seorang dokter bedah spesialis di awal-awal, tapi itulah masa transisi seorang ahli bedah. Lalu dr. Go bertanya, “Dr. Cha, apa kau memang selalu secantik ini?” Yoon Seo semakin bingung dengan tingkah atasannya itu. Apalagi saat dia mendengar pertanyaa selanjutnya.

“Sejak umur berapa kau sudah cantik? 3 tahun? 10 tahun? Atau sejak lahir?”

Walhasil, sifat kepede-annya Yoon Seo pun keluar, “Yah, sulit jika aku sendiri yang mengatakannya, tapi kira-kira sejak aku lahir...” (Hahahaha,,, Urri Godiva ternyata sudah PD sejak lahir #eh?)

Dr. Go tahu dirinya benar. Yoon Seo memang sudah cantik sejak lahir. Dr. Go pun memberi semangat pada Yoon Seo sebelum dia pergi dari ruangannya. Tingkah dr. Go hari ini benar-benar membuat Yoon Seo bingung sekaligus geli,, hahaha.

Shi On memeriksa In Hae yang sudah kembali normal. Mulai saat ini, In Hae harus rutin meminum obatnya. Tapi Shi On tidak bisa melupakan mimpinya tentang In Hae, dia pun menatap In Hae dengan aneh, dia sangat cemas dengan kondisi In hae.

Tentu saja In Hae pun curiga, mengapa dr. Park menatapnya seperti itu? Shin On berkata tidak ada apa-apa. In Hae kemudian bertanya, apakah dia bisa menjadi wanita cantik seperti kakaknya, In Hae mengatakan itu sambil menatap In Young yang sedang menemaninya untuk diperiksa.

Shi On berkata, In Hae sudah cantik. In Hae jadi iseng ingin bertanya, “Lalu siapa yang lebih cantik, aku atau Dr. Cha?” Secepak kilat, Shi On langsung menjawab, “Dr. Cha”

In Hae terdengar kecewa karena Shi On menjawabnya dengan cepat. Shi On pun meminta maaf pada In Hae. Dia sama sekali tak bermaksud menjawabnya secepat itu. Tapi sepertinya In hae tidak menganggao itu adalah sebuah masalah.

Shi On curhat pada Yoon Seo, dia merasa cemas dengan keadaan In hae. Memangnya ada apa? Shi On juga bingung, dan dia mencoba menjelasakannya pada Yoon Seo, “Sulit ditentukan. Rasanya seperti keluar rumah tapi lupa mematikan kompor gas. Dan rasanya seperti meninggalkan warnet tapi lupa logout. Rasanya juga seperti makan kimbap segitiga tanpa memeriksa tanggal kedaluwarsanya”

Yoon Seo malah menjadi semakin bingung. Tidak bisakah operasinya ditunda hingga In hae benar-benar pulih. Yoon Seo pikir In Hae akan pulih saat di hari operasi, karena tidak ada masalah ketika mereka memeriksanya 2 minggu lalu. Lagipula, mereka tidak boleh membuat dugaan yang tak jelas.

Shi On kembali bertanya, apakah tidak mungkin, mereka saja yang mengoperasi In Hae dan biarkan departemen HPB yang mengoperasi In Young? Yoon Seo juga menginginkan hal itu, tapi itu akan sangat sulit.

Akhirnya Shi On hanya bisa meminta bantuan pada Yoon Seo. Permintaan itu harus benar-benar Yoon Seo penuhi.

Shi On meminta Yoon Seo membantunya menemui dr. Kim yang akan mengoperasi In Hae. Yoon Seo berkata pada dr. Kim bahwa dr. Park Shi On yang menangani In Hae selama ini ingin menyampaikan sesuatu pada dr. Kim.

Dibandingkan dengan pasien sindrom usus lainnya, In Hae memiliki kecenderungan frekuensi Infeksi yang tinggi. Itu artinya, kekebalan tubuhnya sangat rendah. Jika terjadi kesalahan, peluang mendapatkan infeksi selama transplantasi bisa sangat tinggi.

Shi On mencoba memberikan solusi untuk mempertimbangkan karakteristik tranplanasti anak. dr. Kim jadi geram, dia merasa Shi On dan Yoon Seo sangat lancang.

“Ketika pimpinanmu tak berkata apa-apa, kalian berani berbicara padaku?”

Yoon Seo mencoba menjelaskan maksud dan tujuannya. Tapi dr. Kim terlanjur kesal dan akhirnya sengaja mengatakan hal yang menyakitkan hati Yoon Seo. Agar Yoon Seo mengurus saja urusannya dan berpikir supaya tidak terjadi lagi kematian di meja operasinya. Yoon Seo punlangsung tertegun mendengar hal itu.

Shi On yang tak terima, dia meminta dr. Kim meminta maaf pada Yoon Seo. Tentu saja dr. Kim tak mendengarkan. Yoon Seo yang sangat mengerti keadaan ini memutuskan untuk membawa Shi On keluar dari ruangan dr. Kim.

Shi On masih kesal, dia mau masuk lagi ke ruangan dr. Kim tapi Yoon Seo melarangnya. Shi On berkata, dia tahan jika dirinya dihina, tapi dia tidak tahan jika Yoon Seo yang dihina. Yoon Seo mencoba menenangkan Shi On dari amarahnya dengan memintanya untuk mengendorkan otot matanya. Shi On pun mulai sedikit tenang.

Ketua Lee kaget saat Presdir Jung menawarinya untuk menjadi Presdir di Yayasan Sung Won. Tidak ada orang yang lebih mengenal Sun Won dibanding dia, dan dia telah mengabdikan dirinya untuk yayasan seumur hidupnya. Presdir Jung mengompori, apakah Presdir Lee dan Manajer Yoo yang mengkhianatinya yang lebih pantas? Presdir Jung merasa yakin bahwa Ketua Lee akan melakukan pekerjaannya dengan baik.

Tapi tidak begitu menurut WaPresdir Kang, dia menolak ide itu saat Presdir Jung memberitahunya lewat telepon. Dia merasa Ketua Lee sama sekali tidak pantas menjadi Presdir Yayasan Sung Won. Presdir Jung berkata itu hanya untuk sementara. Jika restrukturisasi personil RS telah selesai, dia akan segera diturunkan. WaPresdir Kang pun bertanya, apakah Presdir Jung tak bisa menjamin pergantian jabatan bagi karyawan lama. Apapun bisa terjadi… karena situasi selalu berubah.

Yoon Seo kembali mengomel saat melihat Kim Do Han sedang bekerja di ruangannya. Bukahkan Yoon Seo sudah memintanya untuk istirahat di rumah? Kim Do Han akan pulang setelah memeriksa berkasnya. Tapi Yoon Seo tidak menyerah, dia langsung mengambil jas Kim Do Han dan berdiri di dekat meja kerjanya sambil tersenyum. Ceritanya sih,, membujuk Kim Do Han untuk segera pulang. Kalau sudah begini, Kim Do Han bisa apa lagi?

Kepala perawat mengeluh pada perawat Jo karena banyak keluhan tentang seprai yang lupa dig anti. Perawat Jo beralasan, bahwa akhir-akhir ini bangsal sangat penuh, jadi mereka kekurangan staf. Kepala perawat mulai mengancam, 

“Jika ada satu lagi keluhan…” belum sempat Kepala perawat menyelesaikan ancamannya, tiba-tiba datang beberapa pria berwajah gangster dan memanggil Perawat Jo dengan sebutan “Bos!”

Kepala perawat dan perawat lainnya kaget. Apalagi saat para pria berwajah gangster itu berkata bahwa mereka sudah lama mencari ‘Hyeom-mi’ nya itu. Perawat Jo jadi agak gugup dan bertanya bagaimana mereka bisa menemukannya.

Mereka menunjukan artikel tentang Tiga Pahlawan menangkap pelaku penusukan. Di sana terpampang foto Kim Do Han, Shi On dan Perawat Jo. Pria itu berkata, ternyata keterampilan Perawat JO masih belum pudar. Dia masih saja hebat.

Kepala perawat jadi was-was dan bertanya siapa mereka? dengan memanggilnya ‘Senior’ (dalam bahawa Korea Senior terdengar seperti pembantu) Pria itu marah karena Kepala Perawat berani memanggil Bos nya dengan sebutan pembantu. Perawat Jo menengkan pria itu dan mengajak para pria berwajah gangster itu untuk berbicara dengannya.

Perawat Jo mengatakan pada mantan anak buahnya itu untuk menganggap dia mati di In Cheon dan melarang mereka untuk datang mencarinya lagi. Dia sudah tidak ingin menjadi gangster, dia akan tinggal di RS itu bersama anak-anak. Jika mereka berani datang maka mereka semua akan hancur.

Perawat Jo memberi nasihat agar para mantan anak buahnya itu berhenti menjadi gangster dan hiduplah seperti manusia normal lainnya. Mereka jadi sedih mendengar hal itu, “Bos!”

Kepala perawat yang menguping pembicaraan itu menjadi ketakutan. Dia tak pernah menyangka jika perawat Senior dulunya seorang gangster.


Saat Perawat Jo kembali  ke meja informasi, Kepala Perawat menatapnya dengan ketakutan. Perawat Jo berbohong dengan mengatak bahwa yang datang adalah teman-temannya dari kampong saat dia masih kecil. Mereka tiba-tiba mengunjunginya.  Tentu saja Kepala Perawat tidak percaya dan pura-pura sedang sibuk untuk menghindar dari Perawat Jo

Yoon Seo menjenguk Joon Yeong yang baru saja sadar. Dia mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, tapi,,, ada sesuatu yang tidak dikatakan dokter padanya. Yoon Seo mengatakan akan sulit bagi Joon Yeong untuk menjadi pemain bisbol lagi, karena dia tidak bisa terlalu banyak bergerak. WaPresdir Kang yang ada di kamar Joon Yeong jadi sedih melihat putranya itu.

Tapi reaksi Joon Yeong mengejutkan Yoon Seo dan WaPresdir Kang, “Aku sudah tahu” Bagaimana Joon Yeong bisa tahu?

Tenyata Kim Do Han yang memberitahunya. Sebelum Joon Yeong dioperasi, Kim Do Han mendatangi Joon Yeong dan mengatakan sesuatu padanya.

“Joon Yeong… Fakta bahwa kau merasa sedih karena tak bisa mewujudkan impianmu, Aku tahu dengan baik. Tapi apa kau tahu apa hebatnya mimpi? Kau bisa memiliki mimpi yang lain. Sama seperti saat kau bermimpi setiap malam dalam tidurmu,... Kau bisa memimpikan mimpi yang lain. Kau bukannya membuang impianmu, tapi memiliki mimpi yang lain”

Kim Do Han memperlihatkan bola pertama yang dipukul Joon Yeong, itu adalah nola pertamanya. Setelah sembuh nanti, Joon Yeong hanya perlu membuat hal pertama yang lain. Kim Do Han tidak tahu apa itu, tapi dia sangat berharap Joon Yeong akan memberikan nya pada Kim Do Han sebagai hadiah, seperti bola pertamanya. Joon Yeong terharu mendengar kata-kata Ki  Do Han.

Oleh karena itu Joon Yeong sudah memutuskan untuk memiliki impian lain. Dia akan belajar dengan sangat giat, agar bisa menjadi seorang reporter bisbol. Joon Yeong meminta maaf pada Ayahnya karena tidak memberitahunya. Dia tidak ingin membuat Ayahnya merasa cemas. WaPresdir Kang berkata, tidak apa-apa. Dia sangat terharu karena kini putranya memiliki impian lain.

Shi On menemui pasien barunya. Dia memperkenalkan dirinya seperti biasa. Namun ibu dan anak nya yang sedang sakit merasa heran dengan cara bicara Shi On. Tapi Shi On tidak tahu bagaimana menanggapi hal itu. Jadi Shi On pun bertanya apakah Seung Hyun (pasien batu Shi On) sudah buang air kecil? Saat ibunya menjawab belum, Shi On menyarankan agar Seung Hyun segera buang air kecil karena akan berbahaya jika urine nya terlalu lama berada dalam tubuh. Ibu dan Anak itu semakin heran medengar nada bicara dan melihat gaya bicara Shi On.

Yoon Seo sedang menerima telepon dari teman kencan butanya. Dia meminta maaf karena tidak bisa menemuinya lagi. Yoon Seo beralasan jadwal operasinya sedang padat, sehingga sulit membagi waktu. Dia bahkan sulit untuk membaca SMS.

Setelah menutup teleponnya, Yoon Seo kaget karena Shi On sudah ada di dekatnya. Shi On mendengarkan semua percakapannya dengan teman kencan butanya itu ditelepon. Shi On bertanya, “Apa kau sedang berbicara dengan Jaksa Voldemort?”

Yoon Seo membenarkan, si Jaksa ingin mereka bertemu lagi. Apakah Yoon Seo akan menemuinya? Tidak! Untuk apa dia menemuinya lagi. Shi On menjadi heran, kenapa  Yoon Seo tak mengatakannya langsung saat di telepon tadi? JIka Yoon Seo tak menyukainya, dia bisa mengatakannya dengan langsung kan?

Yoon Seo tahu dia bisa. Dia akan mengatakannya langsung saat Jaksa Voldemort menelponnya lagi. Tapi… Kenapa Shi On memnguping pembicaraannya ditelepon? Shi On langsung ngeles, dia tidak menguping, dia hanya mendengar pembicaraan Yoon Seo dari jarak 3 meter. Seharusnya Shi On menutup kupingnya.

Shi On tidak ingin memperpanjang masalah, dia bertanya apakah Profesor Kim Do Han sudah pulang? Yoon Seo mengiyakan, lalu bertanya apakah Shi On sudah tahu apa yang dikatakan Kim Do Han pada Joon Yeong tentang impian? Shi On jadi tertarik untuk mendengarnya.

Di rumahnya, Kim Do Han sedang beristirahat sambil menyelesaikan rubik-nya. Setelah sekian lama, akhirnya Kim Do Han bisa menyelesaikan rubuk itu juga. Dia pun tersenyum puas karenanya. Lalu dia mendengar seseorang memencet bel di rumahnya. Siapakah yang datang?

Ternyata Shi On yang datang sambil membawakan makanan untuk Kim Do Han. Dengan cekatan Shi On membuka kan tutup makanan yang dibawanya.

Dia membawa bubur kerang, dia memaksa Kim Do Han memakannya karena opat penghilang rasa sakit dan antiradang sangat keras. Kim Do Han yang merasa aneh dengan kehadiran Shi On yang mendadak di rumahnya pun bertanya, “Kenapa kau datang kesini? bukannya seharusnya kau jaga malam?”

Shi On hanya berpikir, jika Kim Do Han sendirian, maka dia tidak akan memakannya, karena dirinya juga seperti itu. Shi On juga tinggal sendirian. Jika sedang malas, maka dia tidak bisa makan dengan baik. Kim Do Han jadi geram. Apakah karena dia memberi kelonggaran pada Shi On, dia menjadi semakin berani?

Shi On jadi gugup, dia berkata dia akan segera kembali ke RS. Tapi.. sebelumnya dia berkata pada Kim Do Han, bahwa dia sudah mendengar apa yang dikatakan Kim Do Han pada Joon Yeong tentang impian. Itu benar-benar kata-kata yang bagus.

“Profesor, sebagai Dokter, Anda benar-benar…”

Shi On bersiap untuk memberikan jempolnya. Tapi Kim Do Han segara mencegahnya, “Jangan beri jempolmu!” Shi On pun mengurungkan niatnya dan minta maaf. Kim Do Han pun menyuruhnya segera pergi.

Tapi, masih saja ada yang ingin disampaikan Shi On pada Kim Do Han,

“Profesor, kau seperti seorang kakak. Aku merasa seperti itu sejak kau menyelamatkanku dari para preman itu. Kakakku juga melakukan hal yang sama untukku. Aku akan selalu berterima kasih atas itu”

Shi On pun akhirnya pamit pergi.

Setelah Shi On pergi, Kim Do Han tersenyum kecil. Dia juga sepertinya sudah menganggap Shi On seperti adiknya sendiri^^

Jin Wook baru saja selesai memeriksa kondisi In Hae. Jin Wook mengatakan, karena demam In Hae sudah turun, mereka tidak akan mengubah jadwal operasinya. Wajah In Hae langsung berubah murung. Jin Wook bertanya apakah In Hae tetap tak mau di operasi? Bukan karena itu. Lalu, apakah In Hae masih marah? In Hae menggeleng.

“Dokter…  Aku tiba-tiba takut mati”

Jin Wook bingung, mengapa In Hae perpikir seperti itu. Tentu saja ada alasannya, saat In Hae pingsan di rumah dr. Cha tempo hari, walau singkat… dia merasakannya, Ketakutan. Tiba-tiba In Hae merasa seolah segalanya di dunia ini meninggalkannya.

Jin Wook menenangkan In Hae, agar dia tidak mencemaskan hal-hal seperti itu. In Hae masih terlihat cemas, dia kembali bertanya, “Dokter...  Aku bisa bahagia kan? Kakakku dan Aku” Tentu saja, In Hae dan In Young bisa bahagia.

Jin Wook menemui In Young yang menunggunya di luar, In Young mengatakan jika In Hae sepertinya menjadi sangat putus asa. Anak-anak yang dioperasi biasanya sangat cemas. In Young bersyukur jika itu sering biasa terjadi. Tapi In Hae tiba-tiba berubah dalam beberapa hari terakhir ini. Jin Wook berkata, dia akan berusaha menghibur In Hae, jangan terlalu cemas.

In Young teringat pada kata-kata Shi On tentang Jin Wook yang tidak dapat tidur tenang karena In Young, dia jadi penasaran, “Dokter… Apa tidurmu sudah nyenyak?” Jin Wook bingung ditanya seperti itu. Tapi dia menjawab, bahwa dia tidur dengan nyenyak. In Young pun mengerti, apakah artinya Jin Wook sudah tidak memikirkan In Young lagi?

Yoon Seo sedang memikirkan kata-kata Shi On yang marah karena dia menggantungkan Jaksa Voldemort. Dia bingung kenapa Shi On menjadi marah tanpa sebab

Sementara itu Shi On pun sedang menggalau karena perasaannya pada Yoon Seo. Tiba-tiba In Hae datang. Shi On bertanya mengapa In Hae tidak berbaring saja? In Hae bilang dia ingin sedikit berolahraga.

In Hae memperhatikan wajah Shi On, dan berkata, “Sekarang sedikit sulit untuk  memikulnya, 'kan? Aku bisa membacanya di dahimu. Tertulis ‘aku sedang mengalami kesulitan’. “ Shi On menyangkal, tapi In Hae sangat mengerti jika cintanya tak terbalas, Shi On akan segera menderita. Shi On akhirnya jujur. In Hae benar. Rasanya sangat berat. Benar-benar berat.

bersambung ke part-2

Hmm,,, sepertinya Yoon Seo mulai memikirkan Shi On ya? Apakah dia akan segera menyadari perasaannya? Udah jelas sih, Yoon Seo emang udah suka kok sama Shi On, hanya belum menyedarinya saja^^

Cemas sama In Hae ya, dia sampai takut mati seperti itu. Apakah mimpi Shi On benar-benar sebuah firasat? Ottoke?

*written by irfa at cakrawala-senja-1314.blogspot.com*
Image by Deekutudrama

18 komentar:

  1. suka bangettttttttt..
    eonni part 2 nya ..
    semanagttttttttttttttttttttt....

    BalasHapus
  2. Ditunggu part 2 nyaaa..
    Semangaatt (งˆ▽ˆ)ง

    BalasHapus
  3. wah,kasian in hae ya,,,
    di tunggu lanjutan nya yah,,
    :)

    BalasHapus
  4. Ditunggu part 2 nya mbaa...
    Gomawo

    ~love joo won~

    BalasHapus
  5. Ditunggu part 2 nya mbak...semangat..

    BalasHapus
  6. Geregetan liat shi on sama Yoon seo,, kapan mereka mau jujur n terbuka sama perasaan masing2..
    Gomawo noona,, selalu ditunggu postingan sinopsis selanjutnya ^^

    BalasHapus
  7. lanjut mba' part 2 nya! :D, semangatttt!!!, fighting! :P

    BalasHapus
  8. Gak... sbar bca part 2x...>●<

    BalasHapus
  9. walau dah nonton.kalo ngga baca sinopsisnya ibarat makan bakso ngga pake saos ada aja yaanng kurang......hehehe. ditunggu ya mba part 2 dan episode 19 & 20

    BalasHapus
  10. tdk sabar nunggu episode selanjjutnya

    BalasHapus
  11. tengkyu mbakkk, tak tggu crita slanjutny mbak

    BalasHapus
  12. Mba... part 2nya donk....
    Tiap hri aku slalu mnunggu nich ...T_T (*lebay*)

    BalasHapus
  13. nggak nyangka kalu perawat joo itu mantan gangster!!!
    part 2 nya ya mbak
    ditunggu

    BalasHapus
  14. mana nih part 2 nya??????????????

    BalasHapus
  15. Next Part 2 :) please ^_^
    Fighthing

    BalasHapus
  16. in hae ga boleh mati....
    kok takut sendiri rasanya....
    hi....

    BalasHapus
  17. Mbak.... ayohhh semangatttttt!!!! Ditunggu part2nya loh... heheheheh

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^