Sabtu, 21 April 2012

[Sinopsis] Yes Captain Episode 3 part 1





Sebelumnya aku minta maaf atas keterlambatan Postingan episode 3 part 1 ini, maaf ya pada para penggemar Take Care of Us Captain yang sudah menantikannya. Episode 3 dimulai dengan Review episode-episode sebelumnya. 

Ingat Adegan terakhir di episode 2? Yun Seong yang sedang menatap pesawat Cessna yang sedang ditumpangin Da Jin, Kapten Jang dan Bo Ram. Jadi Episode 3 berawal dari pagi hari nya Han Da Jin di Australia.

Da Jin lari pagi saat rehat penerbangannya di Australia. Dia berlari di taman dekat hotel sambil memakai Kacamata hitam kesayangannya. Da Jin merasa cuaca sangat indah dan cocok untuk mencuci pakaian hari ini.

Lalu, dia melihat Pilot TY Airlines yang sempat dia mintai tolong untuk meminjamkan pesawat Cessna dan Yun Seong yang sedang duduk berdua di bangku taman sambil berbagi tawa mereka. Da Jin terheran-heran melihat kebersamaan mereka.

Ingat saat Yun Seong jadi fotografer di sebuah acara Pernikahan pada episode pertama? Ya,, Pilot tersebut dan istrinya lah yang dipotret Yun Seong. Kini Yun Seong dan Sang Pilot sedang melihat hasil foto jepretan Yun Seong hari itu.

Sang Pilot tampak puas dengan hasil foto itu, karena istrinya terlihat sangat cantik di foto tersebut dan mengucapkan terimakasih pada Yun Seong yang juga balik berterimakasih atas bantuan sang pilot (pasti sudah terduga kan bantuan dalam bentuk apa,, yup,, Yun Seonglah yang meminta Sang Pilot meminjamkan pesawat Cessna TY Airline pada Da Jin).

Saat sedang melihat foto-foto Pernikahannya, Sang Pilot keheranan karena ada selembar foto yang tidak dikenalnya. Dia memberikannya pada Yun Seong yang sama juga merasa keheranan. Yun Seong menatap foto  yang ternyata foto Da Jin yang sedang berteriak di atas jembatan yang sempat dia ambil hari itu. Yun Seong pun jadi teringat saat dia mengambil foto itu karena terkesima pada semangat Da Jin saat itu.

Yun Seong dan Sang Pilot berpisah setelah melakukan salam persahabatan mereka. Da Jin langsung menghadang Sang Pilot setelah kepergian Yun Seong. Da Jin ingin memastikan kecurigaannya terhadap sesuatu pada Sang Pilot. Pilot sangat kaget akan kehadiran yang tiba-tiba muncul didepannya dan langsung menyapanya.

Sepertinya Sang Pilot memberitahu Da Jin bahwa Yun Seonglah yang telah memintanya untuk meminjamkan pesawat Cessna TY Airlines pada Da Jin dan Kapten Jang. Da Jin mengejar Yun Seong yang sedang menaiki tangga taman. Dia tampaknya ingin berterimakasih. Da Jin memanggil manggil Yun Seong sambil berlari-lari: “Kapten… Kapten… Kapten… Kapten.. Kapten.. Kapten!”

Sambil berlari, Yun Seong bertanya ada apa? Da Jin menjawab, dia berterimakasih pada Yun Seong karena telah membantunya meminjamkan pesawat Cessna. Yun Seong berhenti berlari dan melepas headset nya. Yun Seong bertanya, “Apa maksudmu?”. Da Jin tertawa mendengar kepura-puraan Yun Seong, dia berkata bahwa Yun Seong telah memberikan hadiah yang sangat berarti untuk Kapten Jang dan Bo Ram. Yun Seong masih berlagak tak tahu apapun, Da Jin lalu berkata bahwa Kapten Jang tadinya Resign setelah penerbangan terakhirnya hari ini, tapi demi Bo Ram dia akan tetap melanjutkan segalanya. Da Jin mengucapkan terima kasih yang sangat besar pada Yun Seong. Da Jin berkata bahwa Yun Seong harus pergi ke suatu tempat bersama mereka bertiga (Kapten Jang, Bo Ram dan Da Jin, maksudnya). 

Da Jin pun mulai meracau tentang cuaca yang bagus hari ini. Yun Seong mengabaikannya dan kembali memakai Headsetnya dan melanjutkan lari paginya serta meninggalkan Da Jin yang berbicara sendirian tentang rasa bersyukurnya karena bisa menjadi pilot hingga mendapatkan pengalaman yang begitu menyenangkan.

Da Jin kebingungan saat menyadari Yun Seong telah meninggalkannya dan berbalik mengejar Yun Seong yang berlari ke belakang.  Da Jin memakai Kacamata hitamnya dan kembali mengejar Yun Seong sambil memanggilnya “Kapten”.  Da Jin pun berlari sekuat tenaga hingga dia berhasil menyusul Yun Seong. Melihat Da Jin yang menyusulnya Yun Seong pun berlari semakin cepat untuk menyusul Da Jin, walhasil mereka malah susul menyusul pada akhirnya

Ditengah acara susul meyusul itu Da Jin hampir tertabrak sekelompok pelari dari arah lain, untungnya Yu Seong sigap dan menyelamatkan ketepi Jalan, membuat mereka terjatuh ke rumput.

Sayangnya Kacamata hitam Da Jin terlepas dan jatuh ke jalan kemudian terinjak oleh para pelari yang hampir menambraknya tadi. Da Jin menatap hal itu dengan pandangan sedih, Jiwanya mungkin terselamatkan, tapi Kacamata hitamnya hancur tak karuan, dia bergunam pada dirinya sendiri, “Kacamata hitamku…”

Da Jin sedih karena Kacamata hitamnya jadi benkok dan tergores disana sini. Dia mencoba membersihkan goresannya saat dirinya dan Yun Seong duduk di bangku taman. Yun Seong jadi sedikit merasa bersalah kerena telah membuat Kacamata hitam Da Jin rusak. Yun Seong mengambil Kacamata hitam tersebut dan melihat seberapa parah kerusakannya. Yun Seong berkata, kerusakannya ternyata tak terlalu parah mengingat bahwa Kacamata hitam itu rusak karena telah terinjak-injak, tapi sepertinya Kacamata hitam itu tak bisa dipakai lagi.

Da Jin mengambil kembali Kacamata hitam itu dengan sedih .
Da Jin: “Jangan berkata seperti itu, kau tidak tahu betapa berartinya Kacamata hitam ini untuku”.
Yun Seong: “Aku akan menggantinya untukmu”
Da Jin: “Ini adalah bukan sesuatu yang bisa digantikan begitu saja”
Yun Seong: “Aku katakan, aku akan membeli yang baru untukmu”
Da Jin: “Aku tidak butuh sesuatu yang baru”

Yun Seong jadi kesal melihat sikap Da Jin yang entah mengapa membuat dirinya semakin merasa bersalah pada gadis itu. Padahal Kacamata hitam itu rusak karena dia menyelamatkan Da Jin dari hantaman pelari yang menuju ke arahnya. Da Jin kemudian berkata, “Kacamata hitam ini, hadiah dari ibuku” Yun Seong jadi makin merasa bersalah dan menatap Da Jin yang masih melihat Kacamata hitamnya.

Yun Seong pergi ke toko Kacamata hitam untuk mencari Kacamata hitam yang sama persis dengan Kacamata hitam milik Da Jin, tapi sayangnya tidak ada.

Maka saat esok harinya Yun Seong dan Da Jin bersama di Kokpit untuk melakukan penerbangan, Yun Seong semakin merasa bersalah saat melihat Da Jin memakai Kacamata hitam rusaknya, namun tentu saja sama sekali tidak menunjukkannya di depan Da Jin, tapi sikap mereka jadi canggung akibat insiden Kacamata hitam ini.

Yun Seong memberikan intruksi pada Da Jin untuk minta ijin lepas landas, Da Jin mematuhinya tanpa banyak bicara. Yun Seong menatap Da Jin dengan Kacamata hitam bengkoknya,, (huahaa,, lucu nian liat kecanggungan kapten Kim, dalam hatinya dia pasti sangat merasa bersalah saat melihat Kacamata hitam rusak itu). Pesawat pun lepas landas dengan lancar dan penerbangan berjalan dengan aman terkendali. Di Kokpit sekali lagi Yun Seong menatap Da Jin dengan Kacamata hitam rusaknya dan teringat pada kata-kata Da Jin bahwa Kacamata hitam itu pemberian Ibunya.

GM Wings Air, Hong Mi Joo-ssi sedang melakukan tes pada beberapa masakan yang akan disajikan di pesawat oleh manajemen Wings Air. Dia mencoba berbagai makanan dan mengenali dari mana semua makanan itu berasal dengan mudah. Entah itu dari penerbangan Kanada, Singapura, Jepang, bahkan Amerika. Hingga dia tiba di hidangan terakhir dan mencicipi makanan itu, Hong Mi Joo berkata bahwa makanan itu adalah makanan yang disajikan perusahaan mereka. Para Koki membenarkan. Hong Mi Joo berkata, bahwa dia menyukai makanan itu.

Di kantor Wings Air, Yun Seong dan Da Jin yang baru saja pulang dari penerbangan mereka dari Australia sedang membuat laporan kedatangan mereka.  Da Jin masih cemberut gara-gara Kacamata hitamnya rusak dan ini membuat Yun Seong tak enak hati saat melihat wajah Da Jin yang muram.

Saat Da Jin pamitan untuk pergi duluan pun Yun Seong terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa, dan ia menyesalkan hal itu.

Da Jin membereskan seragamnya dan menyimpannya di loker. Da Jin mengambil lagi Kacamata hitam rusaknya yang tadinya sudah ia simpan dalam kotaknya yang adan di dalam loker.  Da Jin pun mengingat saat dia menerima Kacamata hitam tersebut dari ibunya.

flashback:

Da Jin membuka kotak hadiahnya sambil bertanya: “Apa ini?”. Ibunya menjawab: “Hadiah untuk putriku”. Da Jin mengambil isi yang ada dalam kotak itu, ternyata sebuah Sunglasess. Da Jin tertawa bahagia melihat hadiah tersebut, dan segera mencoba memakainya. Ibunya pun terlihat bahagia melihat Da Jin memakai Kacamata hitam itu. Ibunya berkata Da Jin terlihat sangat baik dengan Kacamata hitam itu. Da Jin berkata bahwa dia sangat mencintai Ibunya dan memeluk sang Ibu dengan penuh kasih sayang. Ibunya membalas pelukan Da Jin dan berkata bahwa dia pun sangat mencintai Da Jin.

Ibunya berkata, apakah Da Jin akan baik-baik saja saat menemui kesulitan di Amerika? Da Jin berkata, “Aku adalah Han Da Jin, apapun yang dikatakan pasti akan aku lakukan”. Ibunya menepuk bahu Da Jin sambil memeluknya dan berkata, “Tentu saja, karena kau adalah putriku”. Da Jin tertawa dan melepaskan pelukan ibunya. Dia ingin meminta sesuatu pada sang Ibu.

Da Jin: “Tapi,, Omma, Aku ingin sesuatu yang lain selain ini”
Ny. Han: “Sesuatu yang lain?”
Da Jin: “Seorang adik kecil yang mirip denganku”
Ny. Han kaget mendengar permintaan Da Jin, “Apa? Di usiaku saat ini?” Dia pun menepuk Da Jin, menunjukan isyarat bahwa itu tak mungkin, dia pun beranjak dari hadapan Da Jin, karena malu.

Da Jin merengek dan mengejar sang Ibu. Ny. Han merapikan jemurannya, Da Jin mengikutinya dan berkata, “Kenapa? Aku dengar seorang nenek berusia 60 tahun pun bisa memiki anak sekarang ini. Itu sudah jadi topic diluar negeri, aku bahkan sudah memikirkan nama panggilannya untuknya Omma,, Hmmm,,, Ppo Song.”
Ny. Han: “Ppo Song?”
(Ppo Song artinya: mengembang, di subs English biasa disebut fluffy, tapi aku lebih suka Ppo Song).
Ny. Han tertawa mendengar nama panggilan yang diberikan Da Jin untuk adiknya kelak. Da Jin pun menjelaskan mengapa dia ingin memberikan nama panggilan itu pada adiknya.
Da Jin: “Seperti selimut yang telah kering oleh matahari, mengembang,,, dan lembut,,, bukan kan itu terdengar sangat bagus, Omma?”

Ny. Han tersipu mendengarnya, dia meminta Da Jin untuk meninggalkannya sendirian dan melupakan permintaannya tak masuk akalnya. Tapi Da Jin terus memohon dan berkata, “hanya satu anak saja” sambil memeluk ibunya dari belakang. Ny. Han semakin malu melihat kelakuan Da Jin yang merengek minta adik. Dia meminta Da Jin melepaskannya dan berlari menjauh dari Da Jin yang kemudian mengejarnya, jadilah terjadi kejar-kejaran yang menggembirakan antara Ibu dan Anak ini diantara selimut-selimut yang dijemur dihalaman rumah mereka. Benar-benar pemandangan yang membahagiakan.

flashback end

Da Jin masih menatap Kacamata hitam pemberian ibunya yang kini telah rusak, lalu kembali memasukannya ke dalam loker.

Da Jin keluar dari ruang ganti dan bertemu dengan Yun Seong yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi dengan perasaan gugup dan bersalah.
Yun Seong: “Tunggu,, Pilot Han”
Da Jin berhenti dan menoleh pada Yun Seong yang terlihat sedikit kebingungan harus bicara apa
Yun Seong: “Hmm,, itu,, tentang Kacamata hitam mu ,,, Aku minta maaf”
Da Jin: “Tidak apa-apa”

Da Jin pun pamit pada Yun Seong, membuatnya jadi kebingungan bagaimana mengatasi rasa bersalahnya pada Da Jin. Akhirnya Yun Seong malah berkata:
“Mengapa kau membawanya kemana-mana, jika itu adalah barang berharga?”
Da Jin jadi kesal mendengar pertanyaan Yun Seong. Dia menatap Yun Seong dengan tatapan tak percaya, padahal Da Jin sudah berkata taka pa-apa tapi Yun Seong malah menyalahkan dirinya. Yun Seong jadi salah tingkah saat Da Jin menatapnya, dia masih berusaha membela diri dengan berkata:
“Itu,,, maksudnya,, Jika itu barang berharga seharusnya disimpan di rumah”

Lalu Yun Seong pun pergi begitu saja meninggalkan Da Jin setelah mengatakan hal yang bagi Da Jin tak masuk akal. Da Jin hanya bengong melihat kepergian Yun Seong, dia berbalik melihat Yun Seong yang semakin menjauh. Da Jin lalu berteriak: “Kapten, mengapa kau membawa otakmu kemana-mana? Sepertinya itu penuh dengan pemikiran-pemikiran berhargamu. Lain kali, simpanlah Otakmu di rumah. Tinggalkan itu di rumah!”
(Wkwkwkwk,,, Da Jin pinter banget ngebalikin kata-kata Kapten Kim? Menyimpan otaknya di rumah?? Gimana caranya?)

Waktunya berenang untuk Kapten Kim (huah,,, Yun Seong hobi banget deh berenangnya). Selain Yun Seong, Hong Mi Joo pun datang ke kolam renang tersebut. Mi Joo melihat Yun Seong yang baru saja muncul ke permukaan dengan gembira. Saat akan menyapanya, Yun Seong terlanjur berbalik lagi, berniat melanjutkan acara renangnya.

Saat Yun Seong berbalik, Mi Joo kaget melihat luka bakar yang dimiliki Yun Seong di punggung atas sebelah kirinya. Kini Mi Joo menatap Yun Seong dengan tatapan penuh kecurigaan dan tanda Tanya besar di kepalanya.

Mi Joo langsung mengecek identitas Yun Seong di data kepegawaian. Jelas dia mencurigai sesuatu setelah melihat luka bakar Yun Seong.  (Mi Joo pasti curiga, apakah Yun Seong adalah Oppa yang menolongnya saat dia terjebak pada kebakaran saat dia kecil atau bukan?)

Dong Soo kembali beraksi dengan jurus 300 wonnya pada para pramugari yang sedang ada di depan mesin minuman. Seperti biasa, dia meminta para pramugari itu memberikan uang 300 won padanya, dan kelak dia akan mengembalikannya dengan double. Para pramugari sedikit kaget dengan kedatangan Dong Soo yang tiba-tiba. Lee Joo Ri jengah melihat tingkah konyol Dong Soo, dia langsung mengajak temannya untuk pergi dari sana dan menatap Dong Soo dengan meremehkan. Dong Soo hanya menunduk, dan saat  para pramugari itu pergi Dong Soo hanya tertawa dan memanggil mereka sekali lagi, “Eonnie..”

Dong Soo kemudian melihat Da Jin yang sedang membaca sambil berjalan, dia jadi sedikit salah tingkah. (Setelah Insiden di restoran ini pertama kalinya Da Jin dan Dong Soo bertemu kembali). Da Jin berjalan melewati Dong Soo yang segera menyapanya. Dong Soo berkata, “Mengapa kau tidak memberi salam padaku?”. Da  Jin berhenti dan menoleh pada Dong Soo.

Da Jin menatap Dong Soo dengan kesal, masih ingat insiden di kedai tampaknya. Da Jin tertawa mengerikan dan berkata. “Siapa lagi ini?”. Dong Soo berkata pada Da Jin untuk tidak terlalu lama menyimpan dendam. Dong Soo melihat Da Jin baru pulang dari penerbangannya, itu berarti Da Jin lulus tes pada tes simulasi kedua. Dong Soo memberi selamat dengan gembira.

Da Jin menghela nafas lalu berkata: “Dalam hidup, Kau harus jujur seperti mesin penjual minuman” Dong Soo kebingungan dan bertanya: “Apa?”
Da Jin melanjutkan maksud perkataannya: “Jadi, Jika kau menekan untuk Cola, sekaleng Cola akan keluar. Jika kau menekan untuk Kopi, maka Kopi-lah yang akan keluar. Jika kau melakukan sesuatu yang membuatmu pantas mendapatkan pukulan maka kau akan mendapatkannya. Seperti ini!” Da Jin mengatakan hal tersebut sambil berakhir dengan berlagak ingin memukul Dong Soo tapi sengaja di pelesetkan. Ini membuat Dong Soo sedikit kaget. “Kau pasti akan mendapatkan pukulan itu” kata Da Jin kemudian. Dong Soo hanya mencibir sambil memainkan lollipop di mulutnya.

Da Jin: “Aku hanya orang yang dermawan seperti mesin penjual minuman. Jadi untuk kali ini aku memaafkanmu. Dengan memanfaatkan kebaikan hatiku yang memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari sini”
Dong Soo: “Maaf untuk apa?”
Da Jin: “Saat itu di kedai, apa kau lupa? Setelah apa yang kau lakukan?”
Dong Soo: “Ah itu… Itu hanya sebuah kesalahan, Maaf,, Maaf,,”
Da Jin kemudian tertawa mengerikan lagi dan memperingatkan Dong Soo bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan pertemanan yang hangat tapi selalu berakhir dengan pertengkaran. Jadi lebih baik mereka tak usah bertemu lagi. Da Jin kemudian menepuk tangan Dong Soo, kemudian pergi meninggalkan Dong Soo.

Seorang lelaki setengah baya, sepertinya tertarik pada kejadian ini. terutama saat Dong Soo dan Da Jin berbincang. Maka setelah Da Jin pergi Lelaki itu memanggil Dong Soo. “Yak, Dong Soo-ya!” Dong Soo menoleh dan kaget melihat kehadiran lelaki itu. Lelaki tua itu mendekatinya, DonG Soo nampak tidak nyaman dan langsung berniat melarikan diri. Lelaki itupun mengejarnya.
Dong Soo berlari, selain menghindari Lelaki itu, dia juga pergi mengejar Da Jin dan bertanya, “Apakah kau punya uang 300 won?”. Da Jin kesal dan malah berkata: “Apa kau ingin mati?”. Dong Soo berkata, "Sudahlah lupakan saja" lalu membiarkan Da Jin pergi.

Da Jin pun pergi lagi meninggalkan Dong Soo, sementara sang lelaki tua itu mendekatinya. Dia bertanya pada Dong Soo, siapa wanita itu? Kini Dong Soo tidak terlalu ketakutan. Dia malah bertanya, “Tunggu,, mengapa Ayahku ada disini? Ayo pergi” Ajak Dong Soo pada lelaki tua yang ternyata Ayahnya itu.

Tuan Kang, Ayah Dong Soo dengan memalukan menyapa para pramugari yang dia temui di bandara. Dong Soo jadi malu melihat kelakuan ayahnya dan mengajaknya segera pergi dan tidak melakukan hal tersebut. Tuan Kang bingung dengan Dong Soo. Saat banyak wanita cantik di tempat kerjanya, mengapa dia tidak bisa mendapatkan pasangan yang cocok. Dong Soo mendorong sang ayah untuk duduk di bangku dekat mesin penjual minuman.

Belum sempat Dong Soo berbicara dengan Ayahnya, dua orang pramugari datang untuk mebeli minuman. Tuan Kang langsung berdiri dan bertanya apakah mereka punya uang 300 won? (gubrak,, ternyata kebiasaan Dong Soo diajarin ayahnya toh,,,).

Dong Soo malu dengan kelakuan ayahnya dan segera bersembunyi di balik mesin penjual minuman, sementara Tuan Kang masih meminta uang 300 won pada para pramugari cantik itu. Dua pramugari itu mengabaikan permintaannya dan pergi meninggalkan Tuan Kang begitu saja.

Tuang Kang lalu berkata, “Para Nona ini harus ditandai tanda X” setelah melihat kepergian mereka begitu saja. “ Mulut mereka seperti ini, dan berani melotot seperti ini dengan matanya. Bagaiman bisa mereka berlaku seperti itu pada orang yang lebih tua? Ini tidak baik,,”  kata tuan Kang pada Dong Soo, yang tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Tuan Kang kebingungan kemana perginya anak lelakinya itu. Dia pun memanggil manggil Dong Soo, “Dong Soo-ya… Dong Soo-ya?”

Dari balik mesin penjual minuman, Dong Soo mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan pada Tuan Kang yang sedang kebingungan mencari Dong Soo. Tuan Kang mengangkat ponselnya dan berteriak, “Yak,, Dong Soo-ya!” (artinya, Dong Soo kemana kau pergi!- terjemahanku sendiri). Teriakan sang Ayah memekakan telinga Dong Soo yang kemudian berkata dengan sopan, “Aboji,, Aku akan mendapatkan istriku sendiri, mengerti? Seorang wanita yang mau memberiku uang 300 won. Sekarang aku sedang sibuk. Baiklah,, itu saja.” Dong Soo langsung menutup panggilannya tanpa mendengarkan tanggapa Tuan Kang.

Tuan Kang berteriak sekali lagi memanggilnya, tapi dia kaget saat sadar, Dong Soo telah menutup panggilannya. Dong Soo melihat kepanikan ayahnya dibalik mesin penjual minuman sambil tertawa penuh kemenangan.

Di menara pengawas, atasan Dong Soo baru pulang dari rapat perusahaan dan merasa mumet karenanya, dia bertanya pad Dong Soo apakah dirinya tidak Kompeten? Dong Soo berkata tentu saja tidak, atasannya itu telah mengendalikan lebih dari 30 buah pesawat. Atasannya merendah dan berkata, tidak sebanyak itu,, paling hanya 29 pesawat, (wek,, cuman ngurangin dikit dong). Atasannya terlihat tidak sehat dan memakan obat, Dong Soo mengingatkan sang atasan untuk tetap menjaga kesehatannya. Atasannya menasehati Dong Soo selain sehat, dia juga harus jadi orang yang baik.

Di kantin perusahaan Wings Air, Choi Ajussi sedang mengantri untuk makan siang. Atasan Dong Soo datang dan menyapanya. Choi Ajussi bertanya apa Dong Soo tak ikut bersamanya? Atasan Dong Soo berkata bahwa orang muda harus bergabung dengan orang muda lagi. Jika dia selalu ikut dengan mereka, dia akan jadi lebih cepat tua. Choi Ajussi bertanya tentang anak-anak dan istri temannya itu. Atasan Dong Soo sedikit tak senang, karena keluarganya jarang menelpon karena biaya panggilan luar negeri. Choi Ajussi mengingatkan Atasan Dong Soo untuk makan baik-baik, dan berkata bahwa Atasan Dong Soo sudah berbaru seorang duda saja.

 Atasan Dong Soo kebingungan karena kehilangan karcis makannya, Choi Ajussi memberikan satu miliknya. Bukannya Atasan Dong Soo yang mengambilnya, tapi malah Tuan Kang, ayah Dong Soo yang mengambilnya tanpa tahu malu. Saat Atasan Dong Soo meminta karcis makan pada Choi Ajussi, dia sedikit kebingungan karena merasa sudah memberikannya dan berkata bukankah, barusan dia memberikannya? Atasan Dong Soo ikut kebingungan.

Kedua lelaki tua ini saling memandang dan menatap Tuan Kang yang memasang wajah tak berdosa dan menyuruh mereka untuk maju di antrian dengan isyaratnya.

Choi  Ji Won, Manajer Kabin yang baru, datang dengan seragam pramugari Wings Air. Saat dia menaiki escalator. Han Da Jin berada di escalator turun. Da Jin yang pertama melihat Choi Ji Won, dia kaget tapi hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Choi Ji Won pun tak sengaja melihat Da Jin yang sedang menatapnya. Mereka saling menatap dari kejauhan. Da Jin mulai panik dengan kehadiran Choi Ji Won, mereka semakin menjauh, Choi Ji Won sudah tiba di atas, sebaliknya Da Jin sudah ada dibawah.  Choi Ji Won berusaha  mengabaikan keberadaan Da Jin, namun wajahnya terlihat sangat tegang.

Sementara Da Jin menatap Choi Ji Won yang semakin jauh dengan penuh kepanikan, bertanya-tanya dalan hati mengapa Choi Ji Won ada disini.

Lalu seorang Pilot Wanita senior memanggilnya, “Pilot Han Da  Jin?” Da Jin menoleh dan memberi hormat pada seniornya itu. “Apakah kau baru kembali atau akan pergi?” Tanya seniornya tersebut. Bukannya menjawab Da Jin malah memberi salam pada Pilot senir tersebut, “Apa kabar, Kapten Choi Min Suk.” Da Jin kemudian menjawb petanyaan Kapen Choi ” Aku baru saja kembali dari penerbangan dari Sydney”, tapi sambil kembali menatap Choi Ji Won yang sudah berjalan semakin jauh dari pandangannya.

Da Jin terus memandangi Choi Ji Won, bahkan saat Kapten Choi bertanya padanya, “Bagaimana pernerbanganmu?” Da Jin tak mendengarkan Kapten Choi dan terus menatap Choi Ji Won. “Pilot Han Da Ji!” panggil Kapten Choi.

Da Jin terperanjat kaget dengan panggilan kapten Choi. “Apa sesuatu terjadi padamu?” Tanya Kapten Choi, Da Jin menoleh pada Kapten Choi, belum sempat Da Jin menjawab, kapten Choi berkata, “Kau terlihat tidak baik” Da Jin masih bengong untuk sesaat, namun kemudian berkata bahwa dia tidak apa-apa. Da Jin berpamitan pada sang Kapten, namun sejenak kembali melihat ke arah Choi Ji Won pergi.

Choi Ji Won tiba di kantor Wings Air. Dia  bersikap ramah pada setiap orang yang ditemuinya. Choi Ji Won pergi ke toilet dan berdiri di depan cermin toilet. Pertemuannya dengan Da Jin hari ini membuatnya kembali teringat pada kenangan saat dia gagal menyelamatkan Ny. Han dari kematian saat melahirkan 7 tahun lalu dan bagaimana marahnya Da Jin, saat dia datang ke pemakaman Ny. Han. Choi Ji Won berusaha untuk tegar namun pada akhirnya menetes juga air matanya mengingat semua itu.

Da Jin berlari berusaha  mencari Choi Ji Won, saat ada pramugari yang sosoknya dari belakang mirip Choi Ji Won yang tadi dilihatnya, Da Jin langsung menghadangnya, tapi dia minta maaf saat tahu pramugari itu bukan Choi Ji Won. Da Jin kembali mencari, namun dia salah lagi. Akhirnya dia berjongkok dan berkata pada dirinya sendiri, bahwa dia salah melihat, namun kemudian menyangkalnya, dia tidak mungkin salah lihat. Tapi kembali berkata, ini semua hanya sebuah kesalahan, Da Jin jadi meragukan penglihatannya, apakah aku salah melihat?

Di Ruang Tunggu Pramugari, para Pramugari cantik ini sedang bersantai menunggu giliran terbang mereka. Seorang pramugari junior sedang gugup karena hari ini adalah penerbangan pertamanya. Senior laki-lakinya (aku sebut aja pramugara ya? Bener kan?) memberinya nasehat untuk tidak gugup. Lee Joo Ri berkomentar, tentu saja dia sangat nervous karena dia harus melakukan banyak pekerjaan di penerbangan pertamanya. Salah satu teman Joo Ri kemudian menjelaskan apa saja yang harus dilakukan sang Junior. Dan menakut-nakuti apa yang akan dialaminya saat para penumang masuk, dicolek pantatlah, di tubruk penumpang hingga kepala kejedotlah,, dan hal-hal menakutkan lainnya. Belum lagi komplain-komplain dari para penumpang saat keinginan mereka tidak terpenuhi. Sebagai pramugari, mereka juga harus bisa menenangkan anak-anak kecil yang menangis dan membantu membersihkan jika ada penumpang yang muntah.

Pramugari Junior jadi mual mendengar kata-kata terakhir seniornya. Dia jadi ingin muntah sendiri dan ketakutan. Pramugara menenangkan dan bertanya mengapa para pramugari senior mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu, seharusnya mereka menyembunyikan hal itu  dari Juniornya. Pramugara menatap Juniornya dan berkata: “Junior yang cantik, jangan khawatir. Percayalah padaku”. Para pramugari senior jengah mendengar kata-kata Pramugara itu.

Seorang pramugari teringat sesuatu tentang akan datangnya Manajer Kabin yang baru yang kabarnya sangat ketat dan teliti pada semua aturan yang ada. Bahkan menurut gossip, dia seperti hantu karena selalu tahu setiap kesalahan yang dilakukan bawahannya. Lee Joo Ri, tidak peduli Manajer Kabin baru seketat apa pun karena dirinya berbeda dari orang lain.

Choi Ji Won memasuki ruangan Pramugari, semua pramugari menghentikan obrolannya dan langdung berdiri dan memberi salam pada Manajer Kabin baru tersebut.

Choi Ji Won segera melakukan inpeksi penampilan. Semua pramugaru merasa tegang. Salah seorang pramugari ada yang diberi kertas minyak oleh Choi Ji Won untuk membersihkan wajahnya yang berminyak. Lee Joo Ri tersenyum meremehkan melihat hal ini.

Tiba giliran Lee Joo Ri yang diperikasa, penampulan atasnya memang tak bermasalah, namun dilintingan bawah rok nya ada bekas stepler , dan Choi Ji Won menemukannya. Lee Joo Ri sangat kaget dengan hal itu, dan merasa sedikit malu. Lee Joo Ri beralasan dia mendapatkannya saat penerbangannya kemarin, tapi kata Choi Jin Wo stepler itu stepler bekas stoking, jadi pastinya bukan karena penerbangan Joo Ri mendapatkan stepler itu di rok nya. Choi Ji Won memperingatkan agar hal seperti itu tak terjadi lagi.

Choi Ji Won mulai menceramahi para pramugari untuk memperhatikan kondisi dan penampilannya fisiknya mulai hari ini.

Choi Ji Won menatap Pramugari baru dan memuji Performance nya yang paling baik dibanding pramugari lain. Choi Ji Won berharap pramugari tersebut bisa memiliki kinerja sebaik penampilannya di penerbangan pertamanya.

Da Jin pergi ke tempat para Pramugari untuk mencari Ji Won, namun tak jua menemukannya. Hingga dia berpapasan dengan Ji Won dan para pramugari laiinya yang siap untuk terbang. Da Jin langsung tegang melihat Choi Ji Won.

Lee Joo Ri bertanya pada Da Jin apakah ada yang salah? Da Jin berkata ia ingin mengklarifikasikan sesuatu sambil menatap Ji Won tajam. Choi Ji Won mengajak anak buahnya untuk segera pergi ke pesawat, karena mereka sebentar lagi harus melakukan penerbangan. Choi Ji Won pamit pada Da Jin dan pergi begitu saja meninggalkan Da Jin tanpa menjelaskan apapun. Para pramugaripun mengikutinya dengan patuh.

Da Jin langsung stress karena pertemuannya dengan Choi Ji Won hari ini. Luka lamanya akibat kehilangan orang tua terkuak lagi. Da Jin merenung di pinggir jembatan.

Da Jin mengingat kunjungan Ji Won yang meminta maaf ke rumahnya tak lama setelah kematian sang Ibu. Saat itu Ji Won berkata bahwa kematian Ny. Han akibat ulahnya. Choi Ji Won meminta maaf sambil berlutut dan berurai air mata, dia berkali-kali meminta maaf. Kapten Han sudah menyuruhnya untuk berdiri, namun Ji Won tetap dalam posisinya san terus meminta maaf sambil menagis. Da Jin dengan dingin berkata, bahwa dia khawatir dia tidak bisa memaafkan Ji Won dan menyuruh  Ji Won segera pergi dari hadapannya.

Choi Ji Won dan rombongan pramugari bersiap melewati jalur masuk pesawat. Sementara Yun Seong berada di jalur keluar pesawat. Keduanya saling bertemu dengan arah yang berlawanan lagi. Choi Ji Won yang pertama kali menyadari kehadiran Yun Seong dan merasa kaget karena hal ini. Yun Seong tak kalah kagetnya saat melihta Choi Ji Won, mereka bertatapan cukup lama, namun Yun Seong segera mengalihkan pandangannya. Sementara Choi Ji Won terus menatap Yun Seong, bahkan saat dia hanya bisa melihat sosok belakang Yun Seong yang semakin menjauh dari jarak pandangnya. Keduanya dilanda rasa tak nyaman karena pertemuan tak terduga hari ini.

Saat kembali ke rumah, Yun Seong membuka sebuah buku lamanya dan menemukan foto dirinya bersama Choi Ji Won. Yun Seong menatap foto itu agak lama, namun kemudian mengembalikannya ke dalam buku yang berjudul  “Learning To Fly An Airplane”.

Sementara Choi Ji Won dilanda galau yang sama saat ada dalam pesawat. Dia bahkan sedikit melamun dalam melaksanakan tugas pertamannya sebagai Manajer Kabin hari ini, apalagi saat ia melihat seorang wanita hamil tua yang menjadi salah satu penumpang di pesawat itu. Lee Joo Ri memperhatikannya dan merasa aneh dengan tingkah manajer barunya.

Napas Choi Ji Won semakin tak beraturan, nampaknya dia semakin panik mengingat apa yang terjadi 7 tahun silam. Dia mulai menghapalkan beberapa peraturan emergency untuk menghilangkan cemasnya agar apa yang terjadi 7 tahun lalu tak terulang kembali.

Di kamarnya, Da Jin tak bisa berkonsentrasi melakukan apapun karena teringat pertemuannya dnegan Choi Ji Won tadi siang.

bersambung ke part-2

Komentar:
Episode kali ini adalah episode galau, Da Jin galau, Yun Seong galau, Ji Won galau bahkan Mi Joo pun galau,,, hanya Dong Soo yang masih bisa menikmati hidupnya dengan nyaman. Da Jin pasti stress berat nih, gara-gara ketemu sama Choi Ji Won, itu sama saja kembali mengingatkannya pada tragedi kematian orang tuanya tujuh tahun silam.

Ngakak banget liat kelakuan bapaknya Dong Soo, jadi ternyata Dong Soo merengek-rengek minta 300 won pada setiap wanita, atas ajaran ayahnya. Kata Ayahnya, wanita yang pantas jadi Istri Dong Soo adalah wanita yang rela memberikannya uang 300 won padanya. Itu berarti, wanita itu nggak matre,, wkwkwkwk,, dasar yah,,, ada-ada aja tuan Kang itu.

Insiden kacamata juga bikin aku tersenyum liat tingkahnya Yun Seong. Sebenernya sih sangat merasa bersalah karena sudah merusak kacamata Da Jin, tapi,,, karena gengsinya selangit, pad akhirnya dia malah menyalahkan Da Jin karena mambawa barang berharganya kemana saja. Tapi puas banget waktu Da Jin bilang, kenapa Yun Seong tidak menyimpan otaknya di rumah? Bukankah otaknya sangat berharga,, gakgakgak,, Yun Seong kalah telah nggak bisa balikin kata-katanya Da Jin.

Ppo Song belum keluar di part ini, kayaknya di part 2,,

8 komentar:

  1. akhirnya ada juga kelanjutannya....
    ir boleh kasih saran nggak???

    gimana kalo gambarnya dicap^^
    kasihan irfa kalau udah buat capek2 ada yg main copas....
    setidaknya dengan dicap meminimalisir aksi copas mengcopas (walaupun sampe skrg aksi copas tetap terjadi^^),....

    dulu waktu pertama buat sinop apni juga nyaranin kayak gitu...
    hwaiting irfa^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Dewi atas sarannya,, aku juga ingin ngecap gambarnya,, tapi masalahnya aku nggak ada waktu,, hehehe,, kadang buat bikin sinopsis dan nge-capture gambarnya pun aku butuh waktu yang sangat panjang,,, nanti deh,, kalo aku punya waktu luang,, sesekali aku cap gambarnya,,,

      sekali lagi makasih ya untuk sarannya,,

      Hapus
    2. ya, mbk irfa di cap aja biar g banyak yg copas n ambil. Btw, sebenarnya copas mengopas sangat dibenci ma google. Bisa-bisa orang yg suka copas mengopas blognya dapet amukan google panda.. Oia, alhamdulillah blogq dah kembali...

      Hapus
    3. iya ir, g usah semua juga g apa2....

      aq sering nemuin sinopq dicopas beberapa blog dan untungnya gambar aq cap jadi orang2 jadi tw mana asli dan mana palsu...

      hwaiting^_'

      Hapus
  2. akhirnya..semangat ya mbak..sinopsisnya di nanti..hwaiting..^^

    BalasHapus
  3. ahirnya muncul jug,, ditunggu kelanjutanya ^^

    KIRA

    BalasHapus
  4. kerennn
    salam kenal.....
    btw mo ngasih saran dlm dunia penerbangan untuk pelayan udara istilah yg dipakai untuk pemimpin pramugari(yd di sinopsis di sebut manager) adl Chief Cabin / sedangkan pemimpin pramugari dlm playanan pswat adl Cabin 1 (one ), Pilot in command (PIC) menggunakan bar 4 (garis pita warna kuning di pundak), untuk FO / co pilot bysanya 2untuk pemula atw 3.

    BalasHapus
  5. mantap. -- semoga saja saya bisa cepat bergabung dalam dunia penerbangan.,,,
    flm ini membuat khayalan saya akan semakin nyata --- many thaks for your best make film

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkomentar^^ komentar kalian akan selalu menambah semangat menulisku^^